Share

Tiga

Penulis: Galuh Arum
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Kalian berdua sama saja!”

Bella masih saja emosi jika membayangkan dirinya kini menjadi tahanan Tuan El. Pria arogan yang sesuka hati menggunakan tubuhnya untuk di nikmati. Bella menatap bengis Tuan El, tapi pria itu sedikit melunak saat melihat luka gores yang sengaja di buat Bella.

“Tangan indah ini cukup sekali saja kau lukai, jangan sekali lagi mencoba menggores di bagian tubuh mana pun. Aku tidak suka hal itu. “

Bella memalingkan wajah, ia tak peduli dengan apa yang di katakan Tuan El. Ia sangat membenci pria itu. Apalagi saat dengan nafsu El menyentuhnya.

Tuan El mengambil piring yang berisi bubur di meja, lalu menyiapkan untuk Bella makan. Dengan tangannya, pria itu pun membalikkan wajah Bella.

“Makan, atau kau akan kurus dan tak berisi.”

“Enggak ma—“

Belum selesai bicara, Tuan El sudah menyuapkan bubur itu ke mulut Bella. “Di buang, saya buat rumah sakit ini tidak beroperasi karena buat makan tidak enak buat kamu.”

Terpaksa Bella memakan bubur itu walau mulutnya terasa hambar. Ia pun tak ingin melihat pria itu kembali menyakiti dirinya. Tuan El menyimpan kembali piring di nakas setelah Bella meminta untuk menyudahi makannya.

Tuan El ke luar ruangan dan mencoba menghubungi beberapa orang. Tidak lama ia pun terlihat emosi dan menendang tong sampah.

“Habisi saja dia, saya tidak menerima wanita untuk di gadaikan. Kalau mereka tidak bisa bayar, usir dan rebut apa yang mereka mau. Atau, jebloskan mereka ke penjara.”

Gemelutuk gigi Tuan El terdengar begitu menyeramkan. Bisnis gelap yang ia jalankan kini berjalan sangat pesat. Bahkan membuat dirinya memiliki tambahan investasi dari banyak investor. Namun, ada saja penghalang dan orang-orang bodoh yang tak mau membayar.

Ia pun teringat saat Edo datang dengan membawa foto Bella dan menjadikannya jaminan saat dirinya kalah atau tak bisa membayar hutang.

“Dia Bella, calon istriku. Dua hari lagi kami akan menikah, jika aku tidak bisa membayar dan kalah dalam permainan ini, bos boleh bawa dia.”

Tuan El mengambil foto Bella, ia tersenyum dan senang melihat wajah cantik dan tubuh indah yang di miliki oleh Bella. Senyum menyeringai membuat Edo yakin jika Tuan El suka dengan Bella.

Tuan El pun memberikan instruksi memberikan sekoper uang pada Edo. Pria itu begitu senang dan semringah karena membawa banyak uang di koper. Namun, Edo pun tak mengerti karena dirinya saja belum kalah, tapi sudah di beri uang banyak.

“Tidak usah menunggu kau kalah, dia kubeli dengan harga yang ada di dalam koper itu. Frans, berikan dia cek lagi lalu kau bawa perempuan itu dua hari lagi.”

Tuan El tersadar dari lamunan saat Dokter menyapanya.

“Ada apa Dok?” tanyanya.

“Ada yang perlu saya katakan tentang Nyonya Bella.”

“Iya, ada apa dengan dia?”

“Sepertinya Dia mengalami gangguan dan stres secara psikis karena di lihat dari kasus percobaan Bunuh dirinya.”

Penjelasan Dokter membuat Tuan El bergeming sesaat. Iya mengerti apa yang membuat Bella seperti itu.

Sementara itu, Bella menatap kosong sekeliling ruangan. Hatinya hampa juga hancur. Lagi-lagi dirinya harus mempertanyakan kenapa Edo sejahat itu. Menjual pada pria yang tak dia kenal.

“Aku harus pergi dan mencari Edo. Harus!”

Namun, tubuhnya masih terasa lemah karena obat. Percobaan bunuh diri yang dilakukannya cukup membuat sekujur tubuhnya lemas. Kini, hatinya terasa hancur berkeping-keping. Iya menangis mengingat sang ibu yang mungkin berpikir dirinya sedang bahagia dengan Edo.

Ruangan sepi, Bella kembali ingin kabur. Ia mencopot infusnya, cairan merah kembali berceceran. Bella mengambil sedikit kain di tepi ranjang untuk menghentikan darah walau masih menetes akibat infus. Lalu, memindik ke luar untuk mencari Edo.

Bella menutup kepala dengan seprei putih, berjalan sembari melirik ke kanan kiri. Tekadnya bulat untuk mencari sang suami untuk meminta penjelasan. Ia masih tidak percaya jika Edo menjualnya tanpa alasan.

Sementara, Tian El terkejut saat masuk ke ruangan tidak mendapati Bella. Iya kembali murka, gegas ia menelepon beberapa penjaga mencari Bella.

Pria itu pun berlari mencari Bella, kemungkinan dia belum jauh. Bertanya jeli saat melihat bercak darah yang masih berceceran sedikit di lantai dari depan kamar inap.

Sayangnya bercak darah itu terhenti, Tuan El harus mencari kembali Bella dengan usaha panjang.

Melangkah tertatih-tatih, hanya itu yang bisa di lakukan oleh Bella untuk mencari Edo. Tubuhnya masih sangat lemah, bahkan tangannya masih terasa sangat pedih bekas luka sayatannya tadi.

“Aku harus kuat. Aku harus menemui Edo, aku yakin ini ada kesalahan.”

Langkah Bella terhenti saat pundaknya tercengkeram tangan besar.

“Berhenti!”

Bella menarik napas dalam saat kembali menemui jika dirinya telah tertangkap lagi. Tangan besar itu kembali mencengkeram lengannya. Tidak peduli bekas luka yang masih basah dan belum mengering.

Tuan El kembali menarik Bella ke ruangan. Ia gegas meminta suster untuk kembali memasang selang infus di tangan Bella.

Tatapan tajam itu penuh dengan ancaman. Ia pun mendekati Bella setelah suster pergi, Tuan El kembali menatapnya.

“Kamu itu gila, aku tidak akan membuat kamu mati dengan sangat cepat.”

“Silakan bunuh aku, untuk apa hidup dengan tubuh yang sudah ternoda. Kamu telah merengut kebahagiaanku!”

Tuan El mengernyitkan kening, apa yang di katakan Bella sungguh aneh. Sejak kapan dirinya menyentuh dia.

“Kata siapa aku menodai kamu?”

“Berengsek kamu! Tidak mau mengakui?”

“Apa buktinya?”

“Bajuku sudah terganti, apa namanya itu?”

Tuan El menepuk keningnya, saat itu juga Bu Siti muncul di ambang pintu membawa beberapa buah dan baju ganti untuk Bella.

“Permisi,” ujar Bu Siti.

“Masuk, Bu.”

Bu Siti masuk dengan membawa beberapa pakaian untuk Bella. Wanita tua itu tersenyum lalu menunduk. Sementara, Bella bingung dengan kehadiran Bu Siti di ruangan itu.

“Bu, jelaskan sama dia siapa yang mengganti baju dia.”

“Kenapa Tuan?” tanya Bu Siti polos.

“Percobaan bunuh diri yang dilakukan Bella karena berpikir kalau aku menodainya. Heran, apa tidak bisa membedakan bagaimana tersentuh sama tidak. Mati konyol namanya kalau aku tidak menyelamatkan kamu.”

“Ini maksudnya apa ya? Bu Siti ini siapa?”

“Saya asisten rumah tangga Tuan El. Semalaman Tuan El yang meminta saya untuk mengganti baju Nona Bella. Jadi, tidak ada yang terjadi setelah itu. Lagi pula, Tuan El tidak mungkin sejahat itu,” ujar Bu Siti.

“Dengar itu?”

Bella masih merasa tidak percaya dengan semua itu. Ia menatap ragu pada pria dengan jas navy itu.

“Masih enggak percaya? Tes keperawanan saja, itu juga kalau kamu masih perawan,” ujar Tuan El.

Bab terkait

  • Terjebak Gairah Tuan El   Empat

    “Nona, percaya saja pada Tuan El, saat Tuan El datang membawa Nina Bella, Tuan meminta saya menggantikan pakaian Nona. Saya pastikan tidak ada yang terjadi dengan diri Nona Bella.”Bella masih menatap tidak percaya pada kedua orang di hadapannya. Jiwanya masih sedikit terguncang dengan apa yang diterimanya. Percaya pada orang pun baginya sangat sulit, apalagi dengan Tuan El.“Masa Nona tidak bisa membedakan, bagaimana rasanya jika memang sudah tersentuh oleh Tuan El. Misal, ada rasa nyeri di bagian kewanitaan Nona. Bercak darah atau sulit berjalan,” tambah Bu Siti.Apa yang di katakan Bu Siti membuat Bella mencoba merasa-rasa apa ada yang sakit di sekujur tubuhnya atau tidak. Namun, yang ia rasakan adalah rasa sakit di hati saja, bukan di bagian tubuhnya. Bella kembali menatap Tuan El, pria itu tak kalah bengis menatap dirinya. Tuduhan Bella membuat pria itu menyesal kenapa tak menyentuhnya saja.“Masih mau menuduhku?” Tuan El meninggikan suara. Bella hanya menunduk karena tak

  • Terjebak Gairah Tuan El   Lima

    Mendengar bentakan dari sang tuan, Bella pun menunduk. Pria itu kembali memanggil Bu Siti. Wanita tua itu pun sigap dan sudah berada di hadapan Tuan El.“Bu, apa mau ikut ke mal untuk membeli beberapa baju untuk Bella?” tanya Tuan El pada Bu Siti. “Capek, Tuan. Saya di sini saja.”“Baiklah.”Tuan El langsung menghampiri Bella, ia mengajak untuk membeli beberapa stel baju juga sepatu. Lalu, ia pun akan membelikan beberapa keperluan yang akan di gunakan Bella. Seperti ponsel atau beberapa keperluan wanita.Bella tidak bisa menolak, ia pun mengikuti langkah sang tuan. Walau merasa malas, tak ada pilihan lagi karena dirinya kini sedang menjadi tahanan pria bernama Elvaro.***Di sebuah pusat perbelanjaan, Bella menatap takjub kota besar yang memiliki banyak toko baju ternama. Ia pun terkesiap melihat harga yang tertera di baju itu. Saat melihatnya ia kembali menyimpan di tempat semula. “Ambil saja yang kau mau, tak usah seperti orang miskin. Aku bisa membeli semua baju di sini j

  • Terjebak Gairah Tuan El   Enam

    Tuan El begitu kesal menghadapi Bella yang sangat keras kepala. Bagaimana bisa ia bisa tertarik dengan wanita yang sepeti ini pikirnya. Bella masih menantang dengan netra hampir keluar. Begitu kesal dan entah bisa berbuat apa, Tuan El menarik leher Bella hingga bertatapan langsung, tapi ia kembali melepaskannya. Bella kembali berontak lalu menjauh di pojok pintu mobil dengan menatap jalanan. Air mata kembali deras mengalir. Melihat hal itu, Tuan El kembali mengacak-acak rambutnya. Dia benci melihat wanita menangis. “Apa tidak bisa kamu jangan selalu menggunakan air mata saat seperti ini, hah?” “Hanya itu yang bisa aku lakukan sebagai tahanan Tuan. Berontak pun, Tuan akan melakukan hal tak seronok. Rasanya, aku jijik saat Tuan menyentuhku!” Tatapan penuh kebencian begitu terlihat di sorot mata Bella saat menatap Tuan El. Bibir tipis itu bergetar saat mulai bicara. Benar katanya, tidak ada hal yang bisa dilakukannya selain menangisi takdirnya sebagai boneka pria kasar di sampingnya.

  • Terjebak Gairah Tuan El   Tujuh

    Melani bergeming, semuanya tak bisa dibayangkan lagi. Setiap hari mereka hanya berdebat masalah anak, ia pun terduduk lemas. El tak akan bersikap seperti itu jika bukan karena keluarganya. Apalagi desakan sang ayah, pikirnya. “Ma, jangan ikut campur rumah tangga aku dan El. Jangan seperti keluarga itu yang selalu menuntut banyak. Lagi pula, masih banyak waktu untuk kamu memiliki keturunan.”“Susah bicara sama kamu, jangan menangis di depan mama kalau suami kamu memiliki istri baru dan bisa memberikannya anak.”“Loh, kok Mama menyumpahi aku?” “Mama enggak menyumpahi, tapi mengingatkan. Segala sesuatu akan terjadi tiba-tiba akan sangat menyakitkan.”Marta melangkah ke dapur, bicara dengan sang anak hanya membuat dirinya sakit kepala. Harusnya kini Melani tak harus di pusingkan masalah anak jika dalam beberapa waktu lalu ia sudah hamil dan memiliki anak. Hanya saja sang anak terlalu egois. ***Bella duduk di balkon sembari menatap halaman bawah yang penuh dengan bunga. Ia bagai

  • Terjebak Gairah Tuan El   Delapan

    Senyum tipis ke luar dari bibir Melanie. Sudah lama tak ada yang memujinya selain penggemar dan produser film. Wajah itu merona, lalu menyambut hangat senyum Leo. Bak gayung bersambut, Leo senang saat ia mulai menebar pesona pada artis cantik yang selama ini hanya ia kagumi lewat televisi. Melanie tampil sangat sempurna, ia berusaha untuk mendapatkan projects kali ini. Bos Sebuah perusahaan kosmetik itu terkesan dengan penampilan wanita yang selalu menjaga tubuhnya. “Melanie, saya pun senang bertemu dengan Anda.” Kesan pertama begitu menggoda, tidak butuh waktu lama untuk membujuk. Saat itu Leo pun setuju jika Melani menjadi salah satu brand ambasador alat kosmetik miliknya karena wajah dan postur tubuh wanita itu begitu menarik. Gading yang senang dengan kabar itu pun langsung memeluk artisnya. Sementara, Leo meminta untuk berbicara empat mata dengan Melanie. Melanie duduk berhadapan dengan Leo, pria itu cukup menarik dengan wajah tak kalah tampan dari sang suami. Mereka berbinc

  • Terjebak Gairah Tuan El   Sembilan

    Tuan El melepas pelukannya saat Bu Siti menegurnya. Pria itu terlihat sangat gugup lalu mencoba tenang. Sama halnya dengan Bella yang merasa aneh dengan dirinya saat bersama dengan Tuan El. Bella langsung masuk kamarnya setelah Tuan El kembali menatap wajahnya. Pintu pun langsung di kuncinya agar pria itu tidak bisa masuk. Tangannya memegang dada yang rasanya sangat kencang berdetak. Apalagi, napasnya yang naik turun padahal tidak habis berlari. “Ada apa denganku? Kenapa sepeti ini?” Bella bergumam sendiri. Harusnya ia merasa jijik dan benci, tapi malah sebaliknya. Bella tidak mengerti bagaimana bisa hatinya berubah tenang saat pria itu datang. Selama ini Tuan El tak pernah menyentuhnya walau beberapa kali mendekat dan membuat ia panas dingin. Selalu ada Bu Siti yang mengingatkan, Bella termenung kali ini. Pria bernama Elvaro, bagaimana bisa tiba-tiba datang dan mengatakan sudah membeli dirinya dari Edo. Lalu, mengatakan akan menikahinya setelah perceraian dirinya dan Edo sele

  • Terjebak Gairah Tuan El   Sepuluh

    “Aku memang kejam, apa yang terjadi saat itu cukup membuat aku tak percaya dengan apa yang tiba-tiba kamu lakukan. Bisa saja saat menyiram bunga, kamu lompat pagar dan kabur.”“Rumah Tuan sangat besar dan lihat saja tembok sangat tinggi. Mana mungkin aku kabur, yang benar saja pikiran Tuan,” ujar Bella. “Itu kata kamu, kenyataannya, pasti berbeda.”Bella menarik napas panjang, untuk apa dia berdebat dengan pria dingin dan angkuh sepeti Tuan El. Penjahat, pikirnya tak akan menjadi baik. Bella kembali membuang wajahnya, lalu hanya menatap sekeliling saja. Sementara, Tuan El kembali ke kamarnya. Pria itu merebahkan tubuh di ranjang. Rasanya berdebat dengan Bella membuat dirinya kesal. “Kenapa aku bisa klik dengan perempuan bar-bar itu, keras kepala dan susah di atur. Astaga!” Tuan El mengusap wajah kasar. Ponselnya berbunyi, terlihat sang ayah menelepon dirinya. Sama seperti biasa, ia malah menjawab. Pikirannya sedang tidak baik-baik saja. Tuan El bangkit dari tempat tidur, l

  • Terjebak Gairah Tuan El   Sebelas

    Bella mendorong tubuh besar Tuan El sekuat tenaga, tapi pria itu terlalu kuat. Tubuhnya terhimpit Tuan El yang memaksa mencium lehernya. Tangan Tuan El mulai merapikan rambut Bella yang berantakan. Bella mengerjapkan mata saat terasa tubuh bagian lengan mulai tersentuh. Bulir bening membasahi pipi wanita yang menjadi tahanan Tuan El itu. Kali ia pasrah jika tubuhnya terjamah oleh pria yang bukan suaminya. Namun, tiba-tiba tubuhnya terasa lega saat pria dengan jambang tipis itu beranjak dari ranjang. “Aku tidak suka dengan wanita cengeng. Ingat satu hal, kali ini kamu lolos. Ingat, jika berani kabur lagi, jangan harap tubuhmu masih suci!” Ancaman Tuan El membuat Bella bergidik ngeri.Pintu tertutup dengan keras, Bella pun turun dari ranjang dan langsung menguncinya agar Tuan El tak sembarangan masuk lagi. Tubuhnya luruh ke lantai mengingat kejadian mencengkam tadi. Hampir saja ia tak suci saat Tuan El menginginkannya.Bella menatap langit-langit dari jendela kamar, ia berpikir

Bab terbaru

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Empat (Tamat)

    Setelah mendapat ancaman dari suaminya, Deswita pun diam. Kali ini apa yang di katakan Ferdinand membuat wanita itu tidak berkutik. Ibu dari Elvaro itu bungkam seribu bahasa dan memilih masuk kamar. Terdengar suara pintu begitu keras hingga membuat telinga sang suami perih. Ferdinan hanya menggeleng melihat apa yang di lakukan oleh Deswita. Ia sudah sangat muak dan tidak bisa mentolerir semua perbuatannya. Hanya itu yang bisa ia lakukan, mengancam dengan cara itu yang bisa membuatnya diam dan bungkam. Ferdinand pun terduduk lesu membayangkan bagaimana nasib Elvaro kini. Dengan kaki yang lumpuh, apa bisa dia melakukan aktivitas, pikirnya. Pria itu mendesah, mungkin besok ia bisa berpikir jernih jika sudah beristirahat.Sementara, di kamar Deswita beberapa kali bergumam kesal kenapa bisa hanya karena Bella sang suami dan anaknya sampai membuat dirinya tersudut. Ia kali ini kalah dengan ancaman sang suami yang baginya adalah musibah dan perkara terbesar jika hal itu terjadi. "Lebih ba

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Tiga

    Bella menahan emosinya dengan ucapan Melani kali ini. Di hadapan semua orang mantan istri suaminya mencoba mempermalukan dirinya. Bella bukan wanita lemah seperti dulu, ia kini siap melawan siapapun yang ingin merusak rumah tangganya maksud Melani."Jangan mengarang cerita, anak yang kau kamu ini adalah anak Elvaro. Kamu pikir dengan mengatakan hal itu suamiku akan peduli dan lebih percaya dengan ucapan dari wanita yang berselingkuh di belakangnya."Wajah Melani mulai panik dengan setiap ucapan yang terlontar dari mulut Bella. Gimana bisa wanita kampung itu membuat dirinya tidak berkutik."Bahkan menunda punya anak dengan alasan karir padahal dirinya hanya ingin bebas bermain dengan pria manapun tanpa takut hamil dan tahu anak siapa yang akan ia kandung." Lagi Bella mulai mempermalukan Melani. Lagi Bella siapa yang memulai Ia yang harus menanggung semua resikonya.Elvaro meminta Bella untuk sabar dengan menggenggam tangannya. Sang suami meminta untuknya diam dan tidak meladeni setiap

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Dua

    Dua jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di rumah. Bella menatap sekeliling halaman tempat di mana lima bulan lalu ia meninggalkannya. Sembari tersenyum, Bella menggenggam tangan sang suami lalu mendorong kursi rodanya masuk. Sekian lama akhirnya Bella sadar jika dirinya begitu merindukan rumah itu. Begitu pun dengan sang suami. Mereka pernah salah paham, tapi kini semua telah berlalu. Bella bersama Elvaro masuk ke kamar, dia tidak menyangka akan kembali ke kamarnya. Setelah itu ia mulai merapikan pakaiannya. Lalu, menghampiri sang suami yang kini duduk memperhatikannya dirinya."Kamu bahagia?" tanya Elvaro."Aku sangat bahagia apalagi bisa kembali bersama kamu dan merasa dicintai saat sedang hamil.""Kondisiku seperti ini tidak bisa berjalan," ujar Elvaro terlihat murung.Bella menggenggam tangan sang suami, dirinya tidak tega melihat Elvaro bersedih sepeti itu. Ia menyesal karena ulah Edo telah membuat Elvaro menderita.Bella mencoba menyajikan sang suami untuk tetap bersabar. Y

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Satu

    Walau masih sangat gengsi, Sinta pun menemui Bella di kamar. Ia pun langsung mengajak Bella berbicara empat mata. Memang harusnya dirinya ikut senang dengan permasalahan Bella yang sudah selesai. Bella pun sedikit canggung dengan kondisi keduanya setelah pertengkaran di rumah sakit kemarin."Aku tahu kalau semua yang terjadi salah. Aku pun mau mengakui jika memang selama ini aku begitu egois mementingkan perasaan sendiri dari pada kamu dan Mas Bagas."Sinta menatap kembali Bella yang masih bergeming di hadapannya. Apa yang terjadi kemarin sebenarnya masih membuat dirinya kecewa. Hanya saja, Bella sadar jika tidak usah memperpanjang masalah karena ia tahu sebenarnya Sinta itu orang baik.Sebenarnya tidak terpikirkan oleh Bella jika majikannya itu akan datang dan meminta maaf. "Sekali lagi aku meminta maaf, jika kamu tidak berkenan, setidaknya aku sudah meminta maaf." "Nyonya, sebelum itu aku pun mau meminta maaf. Aku paham apa yang di pikirkan oleh nyonya, hanya saja aku juga memili

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh

    Sementara, di ruangan tidak jauh dari ruang Elvaro, Sinta sedikit kecewa karena sang suami mengizinkan Bella untuk menemui sang suami. Ia mesti nggak rela ketika Bella kembali pada Elvaro."Kamu tidak bisa seperti itu, biarkan Bella bahagia. Kamu harusnya berusaha bagaimana bisa membahagiakan aku. Sadar Sin, tidak ada yang mustahil di hidup ini. Kamu dan anak kita akan sehat sampai lahir." Bagas berusaha tidak emosi saat bicara dengan Sinta yang sedang merajuk.Sinta membuang wajahnya, kecewa dengan apa yang dikatakan oleh Bagas suaminya. Kenapa harus ada Elvaro kembali ke hidup Bella pikirnya. Bagas pun tidak mengambil pusing, ia telah menemui sang dokter kondisi istri sudah lebih baik dan diperbolehkan untuk pulang. Dirinya tinggal menunggu Bella kembali agar membantunya berkemas.Bella sudah berjanji sebelum ia kembali pada sang suami dirinya akan menyelesaikan semua dengan baik bersama Sinta. Hanya saja mungkin sang istri belum bisa menerima dengan baik. "Kita akan pulang hari i

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Dua Puluh Sembilan

    Dengan perasaan berdebar Bella bertahan di belakang David. Hingga David menyingkir dari ambang pintu, semua orang yang berada di dalam ruangan langsung tertuju pada Bella.Bella terpaku beberapa saat di ambang pintu. Tubuhnya memang berdiri tegak, tetapi rasanya seperti sedang berdiri tanpa tulang. Persendiannya seolah-olah hilang. Jika tidak bertahan, mungkin wanita itu akan jatuh melorot ke lantai.Tatapan Bella langsung tertuju pada seseorang yang terbaring lemah di atas ranjang. Dan sebaliknya, hingga mereka beradu pandang untuk beberapa saat. Rasa haru dan bahagia bercampur menjadi satu saat itu. Saat matanya kembali menatap laki-laki yang sangat dia sayang. Dia tidak menyangka jika akhirnya dia berada sedekat itu dengan sang suami. Sementara itu, di dalam ruangan tersebut, dua orang yang menemani Elvaro juga terkejut melihat kedatangan Bella yang sangat tiba-tiba.Mellisa dan Bu Siti saling pandang tidak percaya jika Bella kini ada di hadapan mereka. Bu Siti terutama, asisten r

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Dua Puluh Delapan

    Mata Elvaro terbuka setelah beberapa jam beristirahat. Pria itu mencoba menggerakkan tangan dan kakinya, rasa lemas masih dirasakan. Dia mencoba mengenali tempat sekeliling juga mengingat-ingat apa yang sebelumnya dia lakukan, hingga akhirnya perlahan memori ingatannya kembali. Elvaro melirik ke arah Mellisa dan David yang duduk di sofa. Saat sadar Elvaro sudah siuman keduanya segera beranjak menghampirinya. Mereka sangat senang terutama Mellisa. "Ada yang Tuan inginkan?" tanya David siaga. "Aku cuma mau ketemu Bella," jawab Elvaro. David terkesiap, tapi dia segera bersikap biasa. Padahal mereka saat ini ada di bawah atap yang sama, tapi David tak berani mengatakan yang sebenarnya jika Bella ada juga di rumah sakit ini. Ini karena Bella yang terus bilang belum siap. "Kita lanjutkan pencarian kalau Kakak sudah pulih!" Mellisa yang menjawab. Matanya menatap tajam ke arah kakaknya itu, mencebik kesal sebab kakaknya itu tampak tak peduli dengan kondisinya sendiri. "Benar, Tuan. Anda

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Dua Puluh Tujuh

    Bella ke luar dari ruangan tempat Sinta dirawat. Dia segera mencari keberadaan Bagas. Untungnya pria itu belum terlalu jauh. Di tempatnya Bella bisa melihat ke arah mana pria itu berjalan. Dengan langkah kaki yang lebar, Bella segera mengejarnya. Hingga jarak mereka beberapa meter saja, Bella lekas memanggilnya."Tuan Bagas!" panggilnya.Bagas menoleh. Dia terkejut melihat Bella ngos-ngosan."Ada apa, Bella?" tanya Bagas seraya mengajak wanita itu duduk di kursi yang tersedia sepanjang koridor.Bella mengatur napas untuk beberapa saat. Dia tadi memang setengah berlari demi mengejar tuannya itu. Dan saat ini terlihat sekali dia kesulitan bernapas hingga menyulitkannya untuk bicara."Tuan mau ke mana?" tanya Bella kemudian dengan napas yang masih tersengal-sengal."Entahlah. Aku ingin mencari angin segar," jawab Bagas. Dia masih merasakan emosi yang tadi sempat meluap di ruang rawat istrinya."Tapi, sebaiknya Tuan temani saja Nyonya. Dia lebih membutuhkan Tuan saat ini," ungkap Bella. "

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Dua Puluh Enam

    Saat itu Bella beranjak mencoba pergi sementara Sinta di tempatnya kebingungan. Ingin mencegah tapi tak kuasa. Hingga Bella nyaris benar-benar pergi, seseorang masuk membuka pintu. Tak lain dia adalah Bagas.Bagas menautkan kedua alisnya, merasa heran dengan atmosfer yang dia rasakan. Terasa canggung dan penuh emosi pada kedua wanita yang kini tengah menatapnya. Bagas pun akhirnya bertanya pada keduanya."Apa yang terjadi?" Bagas menatap heran Bella dan Sinta secara bergantian.Sinta segera tersenyum menyambut kedatangan suaminya. Dia merentangkan tangannya seakan-akan sudah menunggu suaminya itu sejak tadi."Hai, Sayang! Dari mana saja?"Sinta mengabaikan pertanyaan suaminya itu. Dia mencoba mengalihkan pembicaraan. Namun, Bagas tampak tak mudah terpedaya begitu saja. Dia tak menanggapi sambutan istrinya dan masih memasang wajah yang bertanya-tanya."Kami sedang bersitegang. Aku tak menyangka kalian mengecewakanku," ujar Bella tiba-tiba.Sinta langsung tercekat. Dia benar-benar tak p

DMCA.com Protection Status