Setelah masuk ke ruangan Elvaro, keduanya tidak saling bicara dalam beberapa menit. Tidak ada kata yang keluar dari mulut mereka berdua. Hanya hembusan nafas David yang begitu panjang. "Apa ada yang saya tidak tahu Tuan?" tanya David memberanikan diri.Akhirnya Elvaro menatap David yang sedang berada di hadapannya. Tidak mengerti mengapa asisten itu bisa datang di saat seperti ini padahal Ia sama sekali tidak menghubunginya.Seharusnya David masih berada di Bogor, tapi pria itu malah gini berada di hadapannya dan bertanya seolah-olah dia tahu sesuatu."Kenapa kamu ada di sini? Bukankah kamu sudah menjalani proyek di Bogor?" tanya Elvaro dengan nada tegas.David menceritakan apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa dia bisa datang ke sini dan juga tentang perselingkuhan Dion yang tiba-tiba saja terbongkar karena ketidaksengajaan mereka bertemu. Sesuatu yang sedang ia jalankan juga adalah perintah untuk mencari tahu tentang Dion. David merasa bersalah karena tidak mencari tahu lebih da
Melisa hanya tersenyum mendengar sang Ibu begitu percaya diri saat mengatakan jika Alvaro akan mengikuti apa yang diinginkannya. Padahal wanita itu lupa saat Elvaro ingin menikahi Bella, sang kakak sama sekali tidak menggubris ucapan ibunya."Kita lihat saja, jangan terlalu percaya diri. Aku takutnya Mama kecewa lalu sakit hati," ujar Melissa.Deswita tidak mendengarkan ucapan sang anak, wanita dengan blus merah itu langsung masuk ke dalam kamar untuk membersihkan dirinya karena sudah terlalu gerah. Sementara Melisa Masih bersama sang ayah di ruang tamu. Melisa sedang membicarakan tentang Dion, sejujurnya ia tidak mau mengatakan hal itu namun semua harus diketahui sang ayah karena ia tidak tahu harus mengatakan pada siapa lagi. Tidak mungkin ia mengadu pada ibunya apalagi Elvaro yang sedang patah hati yang kecewa.Ferdinand begitu marah pendengar apa yang diceritakan oleh Putrinya. Selama ini dia percaya pada Dion, tapi kenyataannya pria itu malah melakukan hal di luar dugaan. Sepert
Bella bergeming memikirkan ucapan Amelia. Apa ia harus dibangun dari tidur dan meratapi kenyataan kalau memang benar apa yang dikatakan oleh teman lamanya itu. Namun, hati kecilnya mengatakan Elvaro tidak seperti itu. Pria itu baik, hanya saja kesalahpahaman membuat Tuan El tidak bisa berpikir dengan baik. Bara api cemburu membuatnya tidak bisa memendam emosi hingga membuat iya begitu saja membiarkan Bella pergi dari rumahnya.Tangis Bella tak henti meratapi nasibnya, iya seolah-olah tidak percaya jika Tuan El seperti yang di katakan Amalia. Beberapa bulan lamanya bersama dengan pria itu membuat kenangan sendiri baginya."Kamu bisa kuat Bel, daripada kamu memikirkan pria itu lebih baik kita memulai hidup baru. Ada lowongan sebagai asisten rumah tangga di tempat aku bekerja dulu. Apa kamu mau bekerja di sana?" Bella mengangguk tidak ada cara lain untuk menghidupi dirinya selain dia bekerja. Sebuah ketakutan, apa mereka mau menerima dirinya sedang berbadan dua."Jangan bilang kamu su
"Hamil? Kamu pikir Bella hamil?" Wajah Elvaro berubah seketika menjadi pucat."Iya kemungkinan Nyonya hamil. Beberapa hari ini tubuhnya terlihat sangat kurus karena dia kurang makan, lalu wajahnya pucat. Apa Tuan tidak memperhatikannya selama ini?"Tuan El bergeming, memang benar dalam beberapa hari ini dia tidak memperhatikan sang istri karena sudah mulai terpengaruh oleh ucapan Edo.Bahkan ia sama sekali tidak menyapa atau memberikan kabar saat dia berada di kantor seperti biasanya. Pulang dari bekerja Ia mandi, makan lalu tidur tanpa memperhatikan perubahan dari diri Bella.Tuan El mencoba untuk menghilangkan pikiran buruk tentang Bella."Dia tidak hamil, mungkin saja memang dia lagi sudah tidak enak badan. Kalau pun dia hamil, pasti Bella akan minta pertanggungjawaban aku dan tidak pergi dari rumah ini.""Tapi mungkin saja dia tidak mengatakannya karena takut," ujar Bu Siti."Takut apa?""Takut Tuan tidak percaya kalau dia hamil lalu menuduhnya itu adalah anak dari pria lain." Ka
Bella menarik nafas ia harus memikirkan setidaknya dalam beberapa waktu. Akan tetapi, calon majikan ini tidak mau menunggu untuk waktu yang lama. Amalia pun paham saat melihat Bella seperti kebingungan. Ia berharap sahabatnya itu dapat mengambil keputusan yang memang sudah dia pikirkan dengan matang."Bagaimana Bella, apa kamu sudah mengalami keputusan dalam waktu singkat?"Sinta masih menunggu jawaban dari Bella, wanita itu begitu lembut dalam berbicara. Ia memilih untuk duduk dan menunggu biarlah memberikan jawabannya. Apapun jawaban yang akan diberikan Bella, tapi sejujurnya ia sangat mengharapkan wanita itu menjadi asistennya."Boleh saya bicara dengan Amalia sebentar nyonya?" pinta Bella."Silakan saja."Bella mengajak Amalia untuk bicara sebentar dan menjauh dari Nyonya Sinta. Bella takut keputusannya itu salah. "Apa keputusan kamu Bel," tanya Amalia."Aku takut keputusan aku ini salah, sejujurnya aku sangat membutuhkan pekerjaan ini. Kembali menyelesaikan masalahku dengan Elv
Dalam perjalanan hendak ke kantor David menerima telepon dari Elvaro. Iya langsung memberhentikan mobilnya dan memikirkan di pinggir jalan. "Iya, nanti saya akan ke rumah bos. Sepertinya agak sore saya akan bertemu dengan beberapa klien. Bagaimana?""Oke saya tunggu."David menyimpan kembali ponselnya di saku setelah Elvaro menutup panggilan telepon itu. Kali ini dia merasa begitu pusing menghadapi Bos besarnya itu karena pria itu sedang galau. Beberapa tugas yang seharusnya dikerjakan oleh pria itu malah diberikan padanya hingga membuat pekerjaan yang semakin menumpuk."Bagaimana aku bisa memiliki kekasih kalau setiap Bos galau selalu aku yang menjadi tumpuannya. Tapi tidak masalah asal rekeningku langsung gendut." David bergumam sendiri dan tersenyum sembari menatap spion mobil.Seketika senyumnya hilang saat tidak sengaja netra itu menangkap sosok yang membuat sang bosnya sakit kepala. David pun langsung turun dari mobil dan mengejar wanita yang dia pikir adalah Bella."Bella, tun
David terus memaksa Bella untuk ikut dengannya, sayangnya Bella menolak tegas permintaan asisten sama suami. Alasannya sama dirinya tidak mau mendapat kekecewaan kembali. "Kalau kamu menghindar tidak akan menyelesaikan masalah," bujuk David kembali."Aku wanita, seharusnya aku yang dirayu bukan dia. Harusnya dia percaya jika memang benar-benar mencintai aku, bukan malah ikut terpanasi oleh ucapan Edo juga ibunya." David tidak bisa berbicara apapun karena yang dikatakan Bella adalah sebuah kebenaran. Sama suami harusnya percaya pada istrinya, begitu saja percaya dengan ucapan orang lain. David pun tidak bisa menahan Bella untuk tetap bersamanya dan membicarakan tentang sang suami. Mengambil tas yang bergegas untuk pergi dari kafe itu. Bella mengambil keputusan untuk tidak bertemu dengan Elvaro. Semua itu sudah dia pikirkan matang-matang dan memilih untuk mengurus bayi dalam kandungannya sendiri. Bella menuju taksi yang sudah ia pesan, mengambil keputusan itu. Akan tetapi ia harus
Lagi-lagi Bella tidak bisa berbohong pada Nyonya Sinta. Bella ingin sekali menceritakan hal yang sesungguhnya, tapi ia takut jika suatu saat bertemu dengan Elvaro dan pria itu marah karena dirinya menceritakan masalahnya dengan orang lain.Bella merasa tidak enak karena melihat Nyonya Sinta menunggu jawaban darinya. Ia memutar otak untuk mencari alasan yang tepat."Kalau kamu tidak mau bercerita tidak masalah," ujar wanita itu."Nyonya, sebenarnya bukan aku tidak bisa bertemu dengan suamiku. Ada kesalahpahaman yang membuat aku dan dia harus berpisah. Namun, sebenarnya jika kami mau salah paham itu bisa kita bicarakan asal dia sudah meredakan egonya.""Apa setelah itu kalian bercerai?" tanya Nyonya Sinta.Bella menggeleng, iya memejamkan mata membayangkan kini suami mungkin sedang bahagia karena dirinya sudah pergi di rumah itu. Nyonya Sinta bingung saat Bella mengambil keputusan untuk pergi tanpa membicarakan permasalahan mereka sampai selesai."Masalah kalian belum selesai, apa dia t