Saat ini Starla sedang berada di kamar Andra, membukakan bungkus obat yang harus di minum oleh Papanya tersebut. Sejujurnya Starla merasa begitu kasihan kepada Papanya yang setiap hari harus meminum obat dalam jumlah yang cukup banyak. Apalagi Starla tahu betul bagaimana tidak enaknya rasa dari obat-obatan tersebut. Pahit dan menyiksa.
Tapi, semua ini demi kesembuhan Papanya. Dan mau tidak mau Starla harus tetap melihat Papanya meminum obat-obatan tersebut.“Setelah ini Papa istirahat, ya,” ujar Starla saat Andra sudah meminum habis semua obat yang ia berikan tadi.Andra mengangguk. “Tapi sebelum itu kamu mau kan di sini dulu menemani Papa?”“Iya, Pa.” Starla langsung memeluk erat tubuh Papanya. “Aku akan di sini dan akan selalu menjaga Papa,” imbuhnya pelan.“Terima kasih, anak Papa,” ujar Andra sambil mengusap-usap kepala Starla. “Seharusnya Papa yang menjaga kamu dan Saga. Tapi yang terjadi justru kebalikannya. Maafkan Papa,“Starla?” “Ya?” Starla yang tengah duduk di atas ranjangnya itu tampak mengerjap karena kaget. “Kamu sedang apa?” Saga bertanya sembari masuk ke dalam kamar adiknya. Starla berdehem. “A-aku nggak sedang melakukan apa-apa. Hanya duduk saja,” ujarnya beralasan. “Kebetulan kalau begitu. Kamu bisa membantuku?” “Membantu apa?” “Ada. Ayo, ikut aku. Nanti kamu juga akan tahu.” Starla terdiam. Ia bukanya tidak mau membantu Saga. Hanya saja suasana hati Starla saat ini sedang tidak baik-baik saja. Jadi ia merasa malas untuk melakukan apapun sekarang. “Em, itu, Kak ... Tiba-tiba saja aku merasa pusing. Jadi maaf. Sepertinya aku nggak bisa membantumu. Aku ingin tidur terlebih dahulu supaya pusingnya cepat hilang.” “Kamu sakit?” Saga menatap Starla dengan sebelah alis terangkat. “Nggak kok.” Starla menggeleng cepat. “Hanya pusing saja,” jelasnya lalu kembali menunduk. Tidak ingin membuat Saga semakin curiga, Starla berniat untuk langsung berbaring ke atas ranjang tempat tidurnya. Namun
Berulang kali Saga mencoba menghubungi nomor Revanno. Tapi nomor pria itu sama sekali tidak bisa di hubungi. Ada apa gerangan? Saga kira, Revanno akan selalu membiarkan ponselnya menyala agar bisa terus di gunakan untuk menghubungi adiknya. Tapi ternyata dugaannya salah.Saga lalu menghubungi nomor salah satu anak buahnya. “Tolong cari kendaraan bernomor plat B16 B0SS di seluruh kota ini. Jika menemukannya segera hubungi aku,” perintah Saga.“ .... “ “Hm. Aku tunggu secepatnya,” balas Saga sembari memutus panggilan teleponnya.Untung saja, Saga masih ingat betul nomor plat kendaraan Revanno saat menguntit rumahnya beberapa pekan yang lalu. Dan Saga yakin kalau Revanno saat ini pasti juga sedang menggunakan mobil itu.Saga masih melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sedang. Sambil sesekali menatap sekitar jalan. Barangkali ada mobil yang nomor platnya mirip dengan mobil Revanno sedang terparkir di pinggir jalan. S
“Ini adalah alamat rumah calon istriku.”Jessie yang mendengarnya hanya bisa terdiam sambil terus menatap Revanno. Dahinya muncul kerutan yang menunjukkan kalau ia sedang terkejut dan juga bingung. Yang ada di depannya ini benar-benar Revanno yang dulu pernah ia kenal, kan? Pria yang dulunya hanya menganggap wanita sebagai pemuas kebutuhan biologisnya. Tanpa mengenal apa itu rasa cinta dan kasih sayang. Bahkan Jessie masih ingat betul saat dirinya di tolak mentah-mentah saat mengutarakan perasaannya di depan Revanno.Jessie berdecih. Tidak pernah membayangkan kalau sosok Revanno akan berubah menjadi seperti yang sekarang ia temui.“Calon istri sungguhan?” Tanya Jessie setengah tidak percaya.Revanno mengangguk. “Kamu pikir ada calon istri pura-pura.”“Ada,” sahut Jessie cepat. “Kamu nggak pernah membaca novel yang sering sekali menceritakan tentang istri pura-pura yang di gunakan oleh para CEO sekelasmu untuk kepentingan pribadi mereka.” Revanno tertawa sumbang. “Sayangnya kehidupan
Mobil Saga berhenti di pelataran parkir kedai kopi yang telah di sebutkan anak buahnya tadi. Anak buahnya mengatakan bahwa di sana terdapat sebuah kendaraan yang nomor platnya mirip dengan mobil Revanno.“Nggak salah lagi. Itu memang benar mobilnya Revanno,” gumam Saga sambil menatap mobil yang terparkir di dekat pintu masuk tersebut.Saat Saga hendak keluar mobil, tiba-tiba ia melihat Revanno yang sedang berjalan keluar dari kedai kopi tersebut. Dan yang membuat Saga heran adalah Revanno tidak berjalan sendirian, melainkan bersama seorang wanita yang berpenampilan cukup seksi. Bahkan mereka berdua tampak begitu akrab. Terlihat saat Revanno mengatakan sesuatu, sang wanita yang ada di sebelahnya langsung terkekeh menanggapi ucapan Revanno.Seketika Saga langsung mengepalkan kedua tangannya. “Berengsek!” Umpatnya kesal. Saga tidak menyangka akan melihat hal menjengkelkan itu tepat di depan matanya secara langsung. Saga pikir Revanno benar-benar sudah berubah. Bahkan niat Saga mencari
“Kekasih kamu bilang?!” Saga hendak kembali melayangkan pukulan ke wajah Revanno. Tapi kali ini Revanno berhasil menghindar. “Aku sudah bosan mendengar kata menjijikkan itu keluar dari mulutmu!”“Tapi aku memang kekasihnya Starla,” sahut Revanno.Saga menggeleng. “Hubungan kalian itu sudah berakhir. Kamu sendiri yang membuat semuanya berakhir. Jadi jangan pernah mengaku sebagai kekasih adikku lagi!” Peringat Saga.“Aku nggak pernah berniat untuk mengakhiri hubunganku dengan Starla. Justru sebaliknya, aku berniat untuk menikahi Starla,” jelas Revanno.Kalimat yang berhasil membuat tawa Saga langsung meledak. Jenis tawa meremehkan yang begitu menyebalkan di telinga Revanno.“Aku nggak akan pernah membiarkan niatmu itu terwujud, berengsek!” Desis Saga.Revanno mendesah. “Saga, bukankah kamu sendiri yang kemarin membantuku untuk bisa sampai ke sini? Tapi kenapa sekarang tiba-tiba kamu bisa berubah seperti ini?”
“Apa kamu tadi baru saja menemui Revanno, Kak?” Saga masih bingung harus menjawab apa. Kalau Saga menjawab iya, pasti hal itu hanya akan membuat Starla menjadi semakin penasaran. Selain itu, Starla pasti juga akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang mungkin akan semakin sulit untuk Saga jawab. Tapi jika Saga menjawab tidak. Apakah adiknya itu akan percaya? “Kak, kenapa nggak menjawab?” Starla bertanya lagi. Bahkan kali ini dengan nada yang tidak sabaran. “Starla, aku tadi ...” Saga menggantung kalimatnya. Tiba-tiba saja lidahnya terasa begitu kelu. “Kak Saga, jawab!” Desak Starla. Saga langsung menatap Starla. “Kan aku sudah bilang, kalau aku tadi ingin menemui temanku.” “Bohong!” Seru Starla. “Aku nggak berbohong, Starla,” sahut Saga yang mendesah. Starla terlihat tidak percaya. Bahkan ia kini menatap sengit ke arah Saga. “Untuk apa sih kamu menemui Revanno, Kak?! Untuk apa?!” Tanyanya ke
Revanno masih terus berusaha menghindar saat satu persatu anak buah Saga mulai menyerangnya. Pria itu mengumpat dalam hati. Kenapa hidupnya harus penuh dengan perkelahian seperti ini, sih? Padahal dulu Revanno merasa kalau hidupnya begitu tenang dan damai. Tapi entah kenapa sekarang bisa tiba-tiba berubah drastis begitu saja. BUUUG! Sial! Satu pukulan berhasil mengenai tubuh Revanno. “Berengsek, aku bilang satu lawan satu. Jangan keroyokan. Kalian tuli, ya?!” Teriak Revanno sambil memegangi perutnya. Tidak ada sahutan. Sepertinya Saga memang melatih anak buahnya itu dengan bahasa isyarat. Buktinya sejak tadi Revanno terus berteriak, tapi tidak ada satupun di antara anak buah Saga yang menjawabnya. Ck! Menyebalkan! Satu pukulan berhasil mendarat lagi di tubuh Revanno, kali ini di bagian wajahnya. Membuat luka bekas pukulan Saga tadi bertambah menjadi perih di sudut bibirnya. “Sialan kalian semua!” Revanno langsung membalas pukulan itu dengan membabi buta. Terutama ke dua anak bu
Revanno terus melajukan mobilnya, menyusur jalan raya sepi yang akan membawanya menuju ke alamat rumah Saga. Di tengah perjalanan Revanno sempat memandangi langit yang semula berwarna cerah perlahan berubah menjadi begitu hitam.“Apakah itu mendung?” Gumam Revanno pelan. Revanno menghembuskan napasnya perlahan. Ia tidak peduli jika hari ini akan turun hujan ataupun tidak. Yang terpenting ia harus segera sampai ke alamat tujuannya. Saat-saat yang di nantikan akhirnya akan segera tiba. Bertemu dengan Starla dan kembali membawa kekasihnya itu ke dalam pelukannya. Oh ... Bahkan Revanno sudah tidak sabar ingin melihat senyum dari bibir kekasihnya.Revanno menghentikan mobilnya ketika ia melihat sebuah nama jalan yang sama persis dengan yang ia cari. “Benar kan ini alamat rumah Saga?” Revanno bergumam pelan sembari menatap sekeliling. Revanno memutuskan keluar dari mobil untuk memastikan siapa tahu ada orang yang bisa ia tanyai. Dan harapannya terkabul. Revanno melihat seorang Ibu-ibu ya