Revanno sudah berhasil mengamankan dua bukti yang bisa membuatnya terbebas dari berita sialan yang saat ini sedang menimpanya. Revanno sudah menugaskan Nathan untuk membawa Marcel ke suatu tempat. Ia akan menyandera pria itu terlebih dahulu sebelum ia benar-benar bisa membongkar kebohongan Cheryl.
“Aku harus pergi sekarang.” Revanno hendak melangkah saat tiba-tiba pergelangan tangannya di tahan oleh Daniel.“Kamu ingin pergi kemana? Hari sudah malam. Sebaiknya kamu istirahat dulu,” ujar Daniel mengingatkan.“Aku harus segera mencari Starla sekarang juga. Aku yakin Starla belum pergi jauh saat ini.” Revanno menarik tangannya sampai terlepas dari genggaman Daniel.“Tapi ini sudah malam, Rev. Lebih baik kamu istirahat. Ingat, kamu juga harus memerhatikan kondisimu. Kita cari Starla bersama besok pagi.” Daniel berusaha memberi solusi.Revanno berdecak. “Besok pagi? Itu terlalu lama, Niel. Aku nggak bisa kalau di suruh menunggu sampaSesuai dengan yang sudah di rencanakan oleh Cheryl. Ia di temani dengan keluarganya mengadakan konferensi pers untuk mengonfirmasi berita yang sudah menyebar luas hanya dalam waktu semalam. Diam-diam Cheryl tersenyum bangga karena rencananya ternyata bisa meledak heboh seperti saat ini. Tapi untuk hari ini ia tidak boleh menunjukkan senyum itu ke seluruh publik terlebih dahulu. Ia akan menyimpan senyumnya dan akan ia keluarkan jika saatnya sudah tiba nanti. Saat dimana ia bisa mendapatkan apa yang ia mau, yaitu menikah dengan Revanno.Saat ini sebisa mungkin Cheryl harus berakting seperti wanita yang paling ternodai, tersakiti dan tersedih di dunia ini. Semua itu harus ia lakukan supaya semua orang bersimpati dan percaya dengan berita yang sudah menyebar luas tersebut.“Tenang saja, Sayang. Mami, Papi dan semua keluarga kita akan membantumu sebisa yang kami lakukan.” Sonia—Mami Cheryl mengusap pundak putrinya dengan wajah sedih. Mereka kini tengah berada di dalam mobil, hendak menuj
Para wartawan seketika langsung berkumpul saat Cheryl mulai duduk di meja konferensi pers dengan di dampingi oleh kedua orang tuanya. Lampu-lampu kamera langsung menyorot dan memotret wanita itu berkali-kali. Cheryl tersenyum dalam hati, saat-saat yang ia tunggu akhirnya akan terwujud. Andai saja Revanno mau menuruti permintaannya, mungkin semuanya tidak akan berlangsung secara memalukan seperti ini.‘Ck! Revanno, terkadang kamu memang bodoh juga ya,’ ujar Cheryl dalam hati.Cheryl sadar hal yang ia lakukan sangat memalukan. Mengumbar fotonya sendiri bersama dengan pria lain adalah hal gila yang pernah ia lakukan. Tapi Cheryl tidak peduli dengan hal itu. Cheryl justru merasa senang karena permainannya berhasil menggemparkan media.Berbeda dengan suasana hatinya yang tampak senang, wajah Cheryl justru terlihat begitu sendu dan murung karena saat ini ia memang harus berakting di depan media. Bahkan sejak tadi Cheryl tidak berhenti meremas tangan Sonia
“Aku akan menceritakan semuanya padamu ...”Semua orang tampak terdiam begitu suara rekaman itu mulai berputar. Revanno tersenyum, sedangkan Cheryl mulai terlihat seperti orang yang tengah ketakutan.“Hentikan!” Cheryl tiba-tiba berteriak. “Yang kalian dengar itu tidaklah benar. Itu hanya kebohongan!” Cheryl memekik kencang, berharap dengan hal itu akan membuat suara yang sedang menggema di gedung acara konferensi pers tersebut bisa tersamarkan.Tapi jelas suara itu sudah di atur oleh seseorang yang tidak akan bisa tersamarkan apalagi di hentikan, sebelum semua rekaman itu selesai dan di dengar oleh seluruh publik dan media.“Semua kehebohan yang terjadi saat ini. Berita dan kabar tentang kehamilan itu, semuanya adalah rencana Cheryl.”Suara rekaman itu kembali terdengar. Sedangkan Cheryl semakin memekik histeris.“NGGAK! HENTIKAN!”“Aku hanya di suruh untuk membantunya saja. Dia yang sejak awal memiliki ide gila ini. Dia juga yang menyuruhku untuk merekayasa foto itu agar wajahnya te
Revanno tidak pernah menyangka kalau hal itu akan terjadi. Ia memang sangat membenci Cheryl dan bahkan juga sempat ingin membunuh wanita itu. Namun, melihat tubuh Cheryl tergeletak di tengah jalan dengan berlumuran darah seperti tadi adalah hal yang tidak pernah Revanno bayangkan sebelumnya. Ia tadi juga sempat ikut mengantar Cheryl ke rumah sakit bersama dengan kedua orang tua Cheryl. Namun, karena keadaan yang tidak mendukung akhirnya Revanno memutuskan untuk pergi dari sana. Meninggalkan orang tua Cheryl yang sedang menangisi nasib anaknya yang di nyatakan mengalami koma oleh para tim dokter. Kini Revanno sedang menemui Daniel dan juga Nathan di sebuah Cafe. Ada berita penting yang katanya ingin Daniel sampaikan. “Bagaimana keadaan wanita itu? Mati?” Tanya Daniel yang langsung mendapat pukulan dari Nathan. “Tolong kondisikan mulutnya,” cibir Nathan sedangkan Daniel hanya mendengus. Revanno menghela napas. “Jujur saja, aku tadi sempat me
Tidak berhenti untuk berharap. Hari berikutnya Revanno terus mendatangi rumah Saga, berharap pria itu akan muncul di hadapannya. Tapi kali ini Revanno tidak turun dari mobil dan bertanya ke asisten rumah Saga seperti hari kemarin. Hari ini, Revanno memilih untuk tetap berada di dalam mobilnya yang ia parkirkan tidak jauh dari rumah Saga. Ia akan terus mengamati rumah Saga dari kejauhan, sampai rasa lelah dan bosan itu menghampirinya.Revanno benar-benar merasa seperti pria bodoh sekarang. Pria yang tidak bisa mencari dan menemukan keberadaan kekasihnya yang menghilang begitu saja dari sisinya. Revanno sudah berusaha menyuruh anak buahnya untuk ikut mencari Starla ke seluruh pelosok kota Jakarta. Namun, hasilnya tetap nihil. Kekasihnya itu seolah lenyap tanpa jejak dari kota ini. Terlebih Starla memang hanya tinggal sendirian sejak lama di kota ini. Jadi cukup sulit bagi Revanno untuk mencari keberadaan Starla. Tidak ada kerabat ataupun saudara Starla yang bisa Revanno tanyai. Tidak
Pagi ini, Saga yang sudah selesai mandi langsung bergegas menuruni anak tangga. Ia ingin segera menyelesaikan urusannya di Jakarta, supaya ia bisa cepat kembali ke rumahnya. Berkumpul dengan Starla dan juga Papanya.“Loh, Pak Saga sudah pulang?” Bi Inah—wanita paruh baya yang bekerja di rumah Saga tampak bingung ketika mendapati Tuannya itu sudah kembali ke rumahnya pagi ini.Saga tersenyum. “Iya. Saya baru sampai tadi malam, Bi,” ujarnya.“Maaf, Pak. Saya nggak tahu kalau Pak Saga pulang hari ini. Jadi saya belum sempat menyiapkan sarapan.” Kata Bi Inah kemudian.“Nggak apa-apa, Bi. Saya nggak sarapan juga masih bisa kerja kok,” kelakar Saga.“Pak Saga ini selalu saja begitu. Sebentar kalau begitu, saya akan buatkan sarapan. Sandwich nggak apa-apa kan, Pak?” “Hm. Terserah Bi Inah saja,” jawab Saga sambil tersenyum. Saga lalu memilih untuk membuat minumannya sendiri di saat Bi Inah tengah sibuk membuatkan
“Kamu bilang apa? Kamu adalah Kakaknya? Kakak Starla maksudmu?” Revanno menatap Saga yang langsung mengangguk. Ini gila. Pria bernama Saga itu sepertinya sudah gila. Bagaimana bisa tiba-tiba pria itu menjadi Kakak Starla? Revanno lalu langsung tertawa. Ia bahkan sampai memegangi dadanya akibat tawa keras yang ia keluarkan. “Nggak mungkin, Saga. Omong kosong apa lagi yang kamu ucapkan padaku? Kamu pikir aku akan percaya?! Bodoh!” Revanno kembali tertawa. Saga yang melihatnya hanya mendengus. “Aku juga nggak memintamu untuk percaya. Aku hanya ingin mengatakan apa yang seharusnya kamu ketahui,” ujarnya enteng. Tawa Revanno seketika berhenti. Ia menatap wajah Saga lekat sampai tiba-tiba tawa itu kembali keluar dari mulutnya lagi. “Ayolah, Saga. Kenapa kamu malah membuat lelucon konyol di saat seperti ini?” Revanno masih terus tertawa sendiri. “Aku nggak membuat lelucon konyol, berengsek!” Desis Saga sambil menatap tajam ke arah Revanno. Kali ini Revanno kembali berhenti tertawa.
Saga memutuskan untuk langsung kembali ke rumah saat di rasa percakapannya dengan Revanno telah selesai. Saga sudah memberitahu Revanno dimana keberadaan Starla saat ini. Sekarang Saga hanya tinggal menunggu perjuangan Revanno untuk menemukan Starla. Jika si pria berengsek itu benar-benar mau dan mampu menemukan adiknya. Maka setelah itu Saga akan berusaha untuk membiarkan Revanno mencintai adiknya.Ya, itulah janji Saga.“Pak Saga? Apa yang terjadi? Kenapa wajah Pak Saga bisa seperti ini?”Itu adalah pertanyaan pertama yang Saga dapatkan setelah ia baru saja menginjakkan kaki di ruang tamunya. Bi Inah yang kebetulan masih menunggu kepulangannya langsung kaget ketika melihat wajah Saga yang di penuhi luka.“Saya nggak apa-apa, Bi,” jawab Saga berbohong.“Nggak apa-apa bagaimana? Jelas-jelas wajah Pak Saga terluka dan berdarah seperti itu masih saja bisa bilang nggak apa-apa.” Bi Inah langsung mendekati Saga dan menarik lengan pr