Pagi ini Starla sudah mengajak Revanno pergi ke suatu tempat yang sama sekali tidak di ketahui oleh Revanno. Tempatnya lebih jauh dari bukit yang mereka kunjungi kemarin dengan pemandangan yang juga tidak kalah indah dan menakjubkannya. Starla mengetahui tempat itu juga atas rekomendasi dari Lily. Gadis cerewet itu mengatakan kalau tidak jauh dari bukit ada sebuah air terjun yang begitu indah dan jarang di ketahui oleh banyak orang.Maka dari itu, hari ini Starla pun memutuskan untuk mengajak Revanno pergi ke air terjun yang di maksud Lily tersebut. Berhubung jalan menuju ke air terjun tidak bisa di lewati oleh mobil, jadi Starla dan Revanno harus berjalan kaki agak jauh agar bisa sampai ke air terjun yang menjadi tempat tujuan mereka. Melewati pohon-pohon yang rindang dan juga tinggi. Tapi tidak terlalu lebat karena memang belum memasuki kawasan perhutan.“Tunggu, Starla. Sepertinya aku sudah bisa mendengar suara air terjunnya dari sini.” Kata Revanno sambil tersenyum.“Benarkah?” St
Starla masih tampak ragu. Tapi sesaat kemudian ia langsung duduk dan meraih tangan Revanno. Sedangkan Revanno langsung mengeram dalam hati, karena dari posisinya kini ia bisa melihat dengan jelas paha mulus Starla yang terpampang di depan kedua matanya. Begitu juga gundukan yang tertutup oleh kain hitam yang begitu menggoda tersebut.“Revanno, tolong pegangi tanganku. Jangan di lepas.” Kata Starla yang seketika langsung membuat Revanno mengerjap.“I-iya, Sayang,” sahut Revanno sambil berdehem.Perlahan tubuh Starla mulai turun ke air dengan di bantu oleh Revanno. Dan hal pertama yang Starla lakukan adalah berteriak saat air dingin itu mulai membasahi dan meresap ke kulit pori-porinya.“Revanno, dingin!” Starla berteriak sambil tertawa. Semua tubuhnya kini sudah terendam oleh air. “Ayo kita berenang,” ajak Revanno dan Starla langsung mengangguk.Starla dan Revanno lalu mulai berenang di bawah air terjun, bergerak ke sana kemari merasakan sensasi berenang di alam terbuka yang begitu in
“Aku menginginkannya sekarang, Starla” ujar Revanno pelan.A-apa?Kedua bola mata Starla langsung membulat sempurna. Tidak. Ia tidak bisa melakukannya di tempat yang ia kunjungi saat ini. “Revanno, jangan di sini.”Starla menatap sekeliling. Ia tahu, tidak ada orang lain selain hanya dirinya dan juga Revanno di tempat ini. Tapi Starla tetap merasa was-was jika harus melakukannya di tempat yang sangat terbuka.“Lalu dimana? Mobil?” Tanya Revanno.Starla mengernyit. Mobil mereka terparkir cukup jauh, itu berarti mereka harus berjalan sekitar lebih dari sepuluh menit terlebih dahulu untuk kembali ke mobil. Sedangkan saat ini Starla dan Revanno sudah sangat terbakar gairah.“Aku benar-benar menginginkannya, Starla.” Revanno kembali bersuara sambil membelai tubuh Starla.Starla menggeleng. “Nggak, Revanno. Tempat ini terlalu ...” Starla diam sejenak. “Terbuka,” lanjutnya sambil kembali menatap sekeliling. “Nggak ada orang di sini,” sahut Revanno.Starla hanya bisa memejamkan matanya saat
Starla dan Revanno masih berada di dalam mobil. Tapi kali ini mereka sudah kembali memakai pakaiannya masing-masing. Starla masih bergelayut manja di pelukan Revanno, sedangkan Revanno tampak tidak keberatan sama sekali dengan sikap Starla. Hari semakin siang dan mereka tampak enggan untuk pergi dari tempat tersebut.“Starla.” Revanno bersuara terlebih dahulu untuk memecah keheningan selepas aktivitas panas mereka tadi. Starla mendongak dan tersenyum ke arah Revanno. “Kenapa?” Tanyanya sambil mengusap kening Revanno yang sedikit masih berkeringat.Bukanya langsung menjawab, Revanno justru hanya diam saat di tatap oleh Starla seperti itu. Ia lalu menundukkan wajahnya dan mendaratkan ciuman di atas bibir Starla.“Kamu kenapa, sih?” Starla mengernyit bingung.“Nggak apa-apa. Hanya ingin menciummu saja masa nggak boleh?” Starla terkekeh. “Boleh, kok. Boleh.”Baru sedetik Starla mengatupkan bibirnya, Revanno sudah kembali mendaratkan ciuman di atas bibir ranum tersebut. Revanno menjilatn
Sore harinya, Revanno yang masih berada di dalam kamar hanya bisa duduk sambil memandang ujung sepatunya. Ia sudah mandi, sudah berganti pakaian, dan sudah rapi. Bahkan baju kotornya yang ia bawa ke kamar ini kemarin juga sudah tertata rapi di dalam tas kecil yang Revanno bawa.Rasanya masih begitu berat jika sore ini Revanno benar-benar harus kembali ke Jakarta dan meninggalkan Starla di sini.Revanno menghela napas. “Kenapa aku jadi sedih seperti ini, sih? Ayolah, man. Kamu hanya pulang ke Jakarta, bukan pulang ke rumah Tuhan.” Kata Revanno pada dirinya sendiri.Dan entah kenapa perkataan itu tiba-tiba saja terasa menggelikan hingga membuat Revanno terkekeh dengan sendirinya. Revanno lalu memutuskan untuk segera keluar kamar. Niatnya ingin menaruh pakaian kotornya terlebih dahulu ke dalam mobil, setelah itu ia akan berpamitan pada Starla dan juga keluarganya.Namun, langkah Revanno terhenti ketika ia melihat Andra yang sedang berjalan seorang diri ke arah ruang tengah.“Loh, Om. Kok
Saat ini Revanno tengah bersiap-siap di halaman depan rumah Starla. Tidak hanya sendirian tetapi di sana juga ada Andra, Saga dan Starla tentunya. Selepas bercumbu di kamar tadi Starla memutuskan untuk ikut Revanno keluar dari kamar. Meskipun hatinya merasa sedih, tapi Starla tetap berusaha terlihat kuat untuk mengantar kepulangan Revanno.Starla hanya bisa terdiam saat melihat Revanno berjabat tangan dan berpamitan dengan Papanya. “Saya pulang terlebih dahulu, Om. Jangan lupa istirahat ya, Om. Biar bisa cepat sembuh.” Kata Revanno sambil tersenyum.Andra mengangguk. “Kamu juga jaga diri dan semoga selamat sampai tujuan, ya,” balasnya sambil menepuk bahu Revanno.Papa Starla memang sangat baik. Bahkan cara Andra menepuk bahu Revanno pun sama seperti yang Ayah Revanno lakukanRevanno kini berganti menatap Saga. Pria yang berstatus sebagai Kakak dari kekasihnya itu hanya memasang wajah datar saat Revanno mengulurkan tangan padanya.“Aku pulang dulu. Tolong jaga Starla dan juga Om Andra
Begitu masuk ke apartemen, Marcus tidak langsung meminta agar Revanno menceritakan masalahnya. Marcus lebih memilih untuk menyuruh putranya itu untuk membersihkan diri dan merapikan barang-barangnya terlebih dahulu. Revanno tidak menolak. Ia justru menuruti permintaan Marcus dengan begitu patuh.Revanno segera masuk ke dalam kamar sementara Marcus menunggu di ruang TV. Begitu Revanno sampai di dalam kamar, ia segera meletakkan tas ranselnya yang berisi pakaian kotor selama beberapa hari itu ke atas tempat tidur. Niatnya Revanno ingin segera membereskannya. Namun, tiba-tiba saja ia teringat dengan Starla ketika ia menatap sekeliling kamar miliknya.Kamarnya memang banyak sekali menyimpan kenangan indahnya bersama Starla. Terutama kenangan indahnya di atas ranjang. Tepat saat itu juga pandangan Revanno langsung beralih menatap ranjang tempat tidurnya. Revanno lalu mendekat dan perlahan mendudukkan diri di atas tempat tidurnya. Setelah itu tangannya mu
Hari berikutnya, Revanno sudah bersiap untuk kembali bekerja seperti biasanya. Namun, ada yang berbeda kali ini. Jika biasanya Revanno akan tampil rapi karena ada sang sekretaris yang selalu memperhatikan penampilannya. Tetapi hari ini semua itu tidak berlaku. Sekretarisnya yang sekaligus menjadi kekasihnya itu kini tidak ada di sisinya lagi. Revanno mendesah saat menatap penampilannya pada cermin besar yang ada di lemarinya.“C’mon, man. Kamu sudah terlihat sangat tampan. Tapi kenapa kamu masih lesu seperti ini, sih?! Ayolah, tersenyum,” gumam Revanno sembari menarik-narik pipinya hingga bibirnya ikut tertarik dan meringis, menampilkan deretan giginya yang rapi. “Ck! Terserah!” Ketus Revanno pada akhirnya karena ia rasa usahanya tidak membantu sama sekali.Tanpa mengenakan dasi terlebih dahulu, Revanno segera menyambar kunci mobil dan bergegas keluar dari kamarnya. Hari ini ia memilih untuk mengendarai mobilnya sendiri, meski tadi sang sopir pribad