Lala membaringkan tubuhnya di atas ranjang hotel, seperti yang di katakan Revan sebelumnya, walaupun mereka hanya berkeliling mall, mereka akan menghabiskan malam di hotel sebagai syarat honeymoon abal-abal yang tengah mereka lakukan. "Capek," keluh Lala sembari memeluk bantal yang berada di sampingnya. Revan yang baru saja melepas baju yang melekat di tubuhnya ikut berbaring di samping istrinya lalu menoleh dan menatap Lala dengan senyum yang merekah. "Capek teriak?" sindir Revan lalu tertawa pelan. Lala menoleh ke arahnya lalu tersenyum sinis. "Kamu juga tadi teriak," kali ini gantian Lala yang menyindir lengkap dengan senyuman yang tak kalah sinis dengan suaminya. Revan diam, skakmat dengan ucapan sang istri lalu mulai berpikir bagaimana caranya mengalihkan pembicaraan mereka, karena jujur ia sangat malu saat ia berteriak keras tadi saat di bioskop. "Kamu juga sama takutnya aku tadi, teriaknya kenceng banget ya ampun!" pekik Lala lalu tertawa dengan keras. Revan hanya bisa pasr
"Ibu aku berkunjung!" seru Lala tatkala baru saja memasuki rumah sang ibu, di lihatnya Norma tengah sibuk melipat pakaian sedangkan Erik tengah sibuk mengerjakan tugas sekolah. Norma yang melihat Lala datang bukannya senang justru menatapnya dengan malas lalu melengos melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda. Lala yang merasa aneh dengan sikap sang ibu langsung menoleh ke arah Revan yang juga tengah menatapnya dengan heran. "Ibu kenapa?" tanya Lala sembari menghampiri Erik, ia meletakkan plastik putih berisi banyak sekali ikan salmon potong serta rantang yang berisi makanan yang ia masak sendiri beberapa saat yang lalu. "Kami pikir, kakak sudah lupa sama kita. Gak pernah ngasih kabar, bahkan pas baru aja nikah kakak pulang ke rumah kak Revan gak nungguin kita pulang dari sauna. Langsung pergi gitu aja," terang Erik dengan panjang lebar. Lala yang mendengar penjelasan Erik langsung menatap tajam ke arah Revan, ia masih ingat betul bagaimana pria berstatus suaminya ini terus saja
Revan menatap seluruh anggota keluarga barunya dengan bahagia, mereka saat ini tengah makan bersama dengan menu makanan yang di buat sendiri oleh Lala, menu makanan sederhana tapi sangat istimewa bagi mereka. Kebersamaan Lah yang membuat bahagia, bukan uang ataupun yang lainnya. "Kenapa gak makan? Gak suka?" tanya Lala pada Revan yang sedari tadi belum menyentuh makanannya. Pria itu menggeleng lalu mengecup kening sang istri dengan hangat. "Aku nungguin di suapin," ucap Revan dengan manja, seketika ruang makan langsung riuh dengan suara batuk ke dua orang tua Lala serta godaan dari Erik. Lala jadi malu sendiri berada di posisi seperti ini. "Dulu juga aku sering di suapi ibumu," cetus Heru menggoda Lala. "Iya, dulu juga kamu sering nyium keningku." imbuh Norma lalu tertawa pelan melihat ekspresi Lala yang sangat lucu di matanya. "Ciyee...," kini giliran Erik yang menggoda. "Diam, Anak kecil di larang ngomong!" tegur Heru pada Erik yang sukses membungkam mulut mungilnya. Kembali
Lala menyeruput es jeruk yang ia pesan dengan gugup, di hadapannya saat ini ada Jacob yang sedari tadi menatapnya dengan intens."Jacob," panggil Lala dengan suara yang pelan, ada rasa penyesalan yang saat ini menggerogoti hatinya, ia datang dalam kehidupan Jacob dan pergi begitu saja tanpa pamit. Meninggalkan luka yang masih membekas di hati pria tampan ini."Gak nyangka, kita ketemu di sini." Ucap Jacob dengan dingin lalu tersenyum miring. "Mau bilang kebetulan, gak ada yang kebetulan di dunia ini. Mau bilang takdir, kamu jodoh orang. Aku harus apa?" Sinis Jacob lalu mengambil minuman yang ia pesan di atas meja lalu ia teguk hingga kandas."Maaf Jac, aku meninggalkanmu." Tutur Lala merasa bersalah."Permintaan maaf di tolak, aku masih gak ikhlas kamu di miliki orang lain. Seharusnya kamu jadi milik aku." Ungkap Jacob dengan sedikit emosi. Kenyataan bahwa Lala sudah menikah dengan pria lain membuat hatinya semakin terasa sakit, di tambah dengan rasa sayang yang masih ia miliki un
Revan membanting ponsel yang berada di tangannya ke tembok dengan keras hingga benda berbentuk persegi yang pipih tersebut hancur berkeping-keping. Beberapa detik yang lalu body guard yang ia tugaskan untuk menjaga Lala mengiriminya beberapa foto Lala saat berada di cafe. Awalnya fotonya nampak biasa, Lala berpelukan dengan pemilik cafe yang bernama Kak Hani hingga saat foto Lala tengah di peluk oleh Jacob membuat suasana hatinya langsung memanas seketika. Ia tidak rela, jika istri cantik yang sangat ia cintai di peluk oleh pria lain di luar sana. Lala adalah miliknya, dan yang boleh memeluknya adalah dirinya, bukan pria lain."Dia sudah pulang?" Tanya Revan pada salah satu anak buahnya. "Sudah Tuan, Nyonya saat ini berada di ruang makan." Sahut body guardnya dengan nada suara yang sangat sopan. Dengan emosi yang telah menguasai tubuhnya, Revan bangkit dari duduknya dan langsung berjalan menuju ruang makan di mana istrinya berada. Sesampainya ia di sana, ia bisa melihat Lala teng
Satu Minggu berlalu, Lala masih saja mengabaikan Revan, walaupun kadang wanita itu merespon suaminya, pastinya kalimat yang keluar dari mulutnya adalah kalimat sindiran yang berupa menghina dirinya sendiri. Hal itu tentunya membuat Revan semakin merasa bersalah karena perbuatan serta ucapan tak sopan yang ia tujukan pada sang istri. Revan berdiri di ambang pintu, menaruh ke dua tangannya di saku celana bahan yang di kenakannya sembari menatap Lala yang tengah duduk termenung di sofa kamar. Terlihat jelas di netra Revan, Lala tengah melamun, tatapan matanya kosong lengkap dengan wajahnya yang pucat.Revan mengetuk pintu dengan punggung jarinya, menyadarkan Lala dari lamunannya lalu melirik sekilas ke arah sang suami. Revan berjalan mendekat dan berhenti tepat di hadapannya lalu berjongkok di lantai.Salah satu tangan Revan terulur, menyentuh wajah sang istri yang langsung di tepis kasar oleh Lala."Kamu pucat, belum makan?" Tanya Revan dengan lembut. Lala mengabaikannya, entah ken
Sepanjang perjalanan dari rumah sakit ke rumah, Revan terus saja menggenggam erat tangan Lala, sesekali ia mengusapnya dengan lembut lalu mengecupnya dengan penuh cinta. Lala yang melihat perlakuan romantis dari sang suami hanya tersenyum manis, cukup bahagia dengan hal kecil yang di lakukan sang suami terhadapnya."Kenapa berhenti?" Tanya Revan tatkala mobil yang ia kendarai tiba-tiba berhenti di tengah jalan."Lampu merah Tuan," balas Max dengan sopan."Terobos!" Titah Revan tidak sabaran. Max hanya mengangguk pelan lalu hendak menginjak pedas, namun dengan cepat Lala melarangnya."Jangan!" Seru Lala dengan cepat, membuat Max mengurungkan niatnya untuk menerobos saat lampu merah menyala."Sayang, nanti bakal lama kalo nungguin." Ucap Revan sembari membelai lembut kepala Lala lalu menari sedikit rambut panjang sang istri untuk ia arahkan ke hidungnya, menghirup aroma wangi dari shampoo yang di gunakan Lala.Dengan wajah yang cemberut, Lala menatap Revan dengan tatapan mata yang
Revan menatap Lala dengan senyuman yang merekah, melihat sang istri begitu bahagia menyantap beberapa menu makanan yang telah ia beli beberapa saat lalu."Kamu mau apa?" Tanya Lala dengan sinis tatkala ia melihat Revan mengambil sepotong pizza miliknya."Makan," jawab Revan dengan santai lalu mengarahkan sepotong pizza tersebut ke arah mulutnya."Jangan di makan!" Larang Lala tiba-tiba, membuat Revan mengurungkan niatnya untuk memakan sepotong pizza berbentuk segitiga tersebut."Kenapa?""Gak boleh, semua makanan di sini punya aku. Siapapun gak boleh minta atau makan, siapapun termasuk kamu!" Larang Lala mendadak jadi egois, ia bahkan merampas sepotong pizza dari tangan suaminya. Revan yang melihat tingkah Lala justru terkekeh geli, merasa lucu dengan sikap baru yang di tunjukkan sang istri padanya semenjak ia mengandung."Ok, aku gak bakalan makan." Putus Revan mengalah. Ia lalu duduk di samping Lala, merengkuh tubuh mungil sang istri ke dalam dekapannya, menemani Lala yang ter