Share

GAYUNG BERSAMBUT

Penulis: Kak Upe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-29 20:26:37

Pesta Dansa malam itu akhirnya dimulai. Cahaya lampu kristal menyinari ruangan yang dipenuhi tamu-tamu bangsawan, berpakaian mewah dengan senyum dan percakapan basa-basi. Musik klasik mengalun, menciptakan atmosfer elegan yang begitu khas dalam acara keluarga Smith dan Arberto.

Di sudut ruangan, Hector menepuk bahu Darren dengan ringan, ekspresi wajahnya penuh kesungguhan. "Darren! Arah jam sembilan," ujarnya tegas. Ia tahu betul bahwa sahabatnya itu akan segera menikahi tunangannya, Mona, dalam waktu dekat. Namun, sebagai teman, Filip tidak tega membiarkan Darren masuk ke dalam perangkap wanita licik seperti Mona. Bagaimana mungkin ia tega melihat Darren terikat dengan wanita yang memiliki hubungan gelap dengan paman Darren sendiri, Giovani Smith?

Darren, yang sedari tadi tampak santai dengan kaki bersilang, hanya terkekeh kecil sambil mengangkat gelas wine miliknya. "Kau benar-benar tidak lelah mencoba, Filip. Padahal kau tahu bahwa semua usaha mu itu adalah hal yang percuma. Aku dan Mona akan segera menikah. Semua kebiasaan buruk di masa lalu itu telah aku tinggalkan sejak mengenal Mona. Dan ya.. terserah kau mau memanggilku Cassanova insaf atau apa pun! I don’t care!" sebut Darren, lalu menyesap habis winenya.

Sebenarnya, Darren enggan datang ke pesta ini. Namun, karena acara ini juga menjadi ajang pengumuman pertunangan pamannya, Giovani Smith, dengan putri keluarga Arberto, Darren tidak punya pilihan selain menghadiri acara yang baginya tak lebih dari formalitas semata.

Di tempat lain dalam rumah besar itu, seorang wanita bernama Dian tampak panik. Matanya mencari-cari sosok yang tidak juga ditemukannya.

"Luna...? Apa kau melihat Andine?!" tanya Dian pada Lunna saat Luna baru saja tiba di ruang pesta.

Lunna menatap Dian dengan tatapan datar. "Andine? Hmm, tidak..." jawabnya singkat. Seingatnya, ia memang sempat melihat Andine saat akan berjalan ke ruangan pesta, tapi setelah itu, gadis itu menghilang entah ke mana.

Lagian sejak kapan Lunna peduli Andine mau pergi kemana.

"Sudah kau temukan?" tanya Damian dengan wajah yang sama paniknya dengan Dian. Sepertinya Damian juga sedang mencari Andine.

Dian menggeleng cepat. Tangannya tak berhenti meremas, menunjukan kepanikan yang luar biasa.

“Astaga!!! Kemana anak itu!! Bagaimana mungkin dia tidak ada di mana pun! Bagaimana ini Damian??? Apa jangan-janganangan bilang dia kabur dengan pacarnya!" seru Dian frustasi.

"Andine!! Berani-beraninya kau melakukan ini kepada Ibu!" teriak Dian tertahan karena tidak ingin menarik perhatian tamu-tamu yang sudah berada di dalam ruang pesta.

Lunna yang sedari tadi berdiri hanya bisa melihat kepanikan sang ibu tiri. Dia sendirinya sebenarnya tidak tahu apa yang terjadi. Namun bila dilihat dari tingkat frustasi sang ibu tiri, pasti kaburnya Andine ini akan menyebabkan masalah yang cukup besar. Bahkan mungkin saja masalah yang besar.

“Membosankan.” Gumam Lunna dalam hati. Dia yang tadinya ingin berkumpul dengan kenalannya malah tertahan di sini bersama ibu tirinya yang sedang frustasi untuk alasan yang sama sekali tidak penting baginya.

Di tengah keheningan Lunna, tiba-tiba Dian menangis. Sebuah tangisan terisak tertahan yang pecah begitu saja. "Bagaimana ini, sayang?Aku sudah sesumbar ke teman-teman sosialitaku bahwa putriku akan menikah dengan keluarga Smith! Kalau pertunangan ini sampai batal, aku akan menjadi bahan olokan mereka!" Ucap Dian merengek pada Damian.

“Seharusnya kau bisa mengurusi putrimu itu dengan baik, Dian! Ini semua karena kau terlalu memanjakannya! Dia jadi bertindak sesukanya!!” Ujar Damian marah. Sebenarnya tidak hanya Dian saja yang pusing bila pertunangan ini batal, Damian pun juga akan pusing karena bisa saja keluarga Smith membatalkan investasi mereka pada proyek baru perusahaan Damian.

“Dasar anak tidak tahu diuntung! Aku sudah memanjakannya selama ini! Tapi lihatlah apa yang telah dia lakukan!!” Rutuk Dian dengan sangat marah, namun pastinya tetap dengan suara yang pelan.

Mau berkali-kali pun Dian memikirkannya, Dian tetap tidak habis pikir bagaimana mungkin Andine lebih memilih kabur dengan pria yang jelas-jelas adalahseorang berandalan daripada menikahi pria yang telah dipilihkan oleh Dian sendiri, yaitu salah satu pewaris keluarga Smith.

“Jadi kita harus bagaimana, Damian??? Kalau kita tidak bisa menyeret Andine kemari, apa kata orang-orang nanti?”tanya Dian yang hanya fokus pada nama baiknya sendiri.

Damian menghela napas, mencoba menenangkan istrinya. "Dian tenanglah! Saat ini bukan hanya kau saja yang pusing! Aku juga pusing! Kalaulah hal ini hanya sampai sebatas mengembalikan semua barang-barang yang diberikan oleh keluarga Smith, aku bahkan rela mengembalikannya tiga kali lipat! Tapi hal ini lebih dari itu!!" Tekan Damian namun enggan mengatakan alasan sebenarnya pada Dian.

"Kau benar! Pertunangan ini tidak boleh dibatalkan! Apapun alasanya tidak boleh batal!!" seru Dian. Kemudian dia pun memutar otaknya, mencari solusi bagaimana agar pertunangan ini tetap terjadi walaupun putrinya telah kabur entah kemana.

Di tengah kesibukan isi kepalanya mencari solusi untuk permasalahan ini, tiba-tiba saja mata Dian terpaku pada sosok yang berdiri tak jauh darinya—Luna.

Dan seketika itu juga, sebuah ide terlintas di kepalanya.

"Dia!! Dia saja yang menggantikan Andine!" batin Dian, saat ide cemerlang itu hinggap di kepalanya.

"Benar, Lunna saja! Lagipula, aku belum pernah menyebutkan putriku yang mana yang akan menikah dengan Giovani!" Serunya lagi girang. Girang karena merasa telah mendapatkan solusi dari masalahnya.

"Sayang, aku rasa aku menemukan cara agar pertunangan ini tetap bisa dilanjutkan.," ujar Dian dengan wajah penuh antusias.

“Apa kau sudah menemukan jalan keluarnya??” Tanya Damian, penasaran.

“Ya! Aku sudah menemukan solusinya. Tapi sebelum itu aku ingin kau tahu bahwa solusi ini aku pilih karena pertunangan ini bukan sekadar mengembalikan uang, seperti katamu tadi. Ini lebih tentang nama besar keluarga kita! Apa kata orang kalau pertunangan ini batal karena anak kita lari? Tidak! Aku tidak bisa membiarkan nama keluarga Arberto hancur begitu saja hanya karena Andine!" Terangnya menggebu-gebu sebelum menyampaikan solusi yang ada di dalam kepalanya.

Damian mengerutkan keningnya. Feelingnya sudah tidak enak. Biasanya kalau sang istri terlalu bertele-tele maka pasti ada hal yang sang istri sembunyikan.

"Jangan berbelit-belit, Dain. Katakan saja! Apa solusi yang kau miliki saat ini?! Karena jelas-jelas Andine sudah pergi tanpa memberi tahu kita. Jika pertunangan in tetap dilaksanakan, tidak mungkin Giovani berdiri sendirian di sana, bukan?" Desak Damian.

Dian kemudian tersenyum tipis dan berkata, "Giovani tidak akan berdiri sendirian, sayang. Luna-lah yang akan berdiri di sampingnya." Sorot mata bak seorang ibu peri kini terpancar dari mata Dian yang menatap Luna dengan senyum yang makin menyembang.

Ekspresi Damian berubah drastis. Dia tidak pernah menyangka jika solusi yang Dian berikan adalah hal tersebut.

"Apa maksudmu? Kau ingin Lunna berpura-pura menjadi Andine? Apa kau sudah gila, Dian?!" Tanya Damian, mengguncang kedua bahu Dian cukup keras.

"Sayang please tenang dulu. Kau dengarkan dulu! Aku samma sekali tidak berniat untuk meminta Luna berpura-pura menjadi Andine. No, sayang! No!! Hal yang ingin aku lakukan adalah aku ingin Lunalah yang bertunangan dengan Giovani. Jadi tidak akan ada kebohongan di sini.” Terang Dian yang membuat Damian tercengang. Semua penjelasan Dian benar-benar tidak bisa Damian terima.

“Hey sayang! Coba kau jangan berat memikirkan masalah ini. Andine ataupun Luna, bukankah mereka berdua adalah putri kita? Jadi tidak masalah siapa yang akan bertunangan malam ini! Lagipula, bukankah selama ini kita bersusah payah mencari pria yang cocok untuk Luna? Dan ini mungkin adalah jalan Tuhan?? Tuhan lah yang sudah campur tangan langsung sayang?? Jika Tuhan saja sudah berkehendak, aku rasa tidak baik jika kita yang malah bersikeras menentang keinginan Tuhan ini? Jadi aku pikir eloknya Luna saja yang bertunangan dengan Giovani." Terang Dian panjang kali lebar, berusaha untuk membujuk suaminya agar bersedia membiarkan Luna mengambil alih tanggung jawab untuk menyelamatkan keluarga mereka malam ini.

Damian menatap istrinya dengan penuh rasa ketidakpercayaan. Ia lantas menarik Dian sedikit menjauh, khawatir jika Luna mendengar percakapan mereka. "Kau gila, Dian? Luna tidak akan setuju dengan ide gila mu itu! Dia baru saja kembali! Aku tidak ingin Luna pergi hanya karena ide gila mu ini!" Tegas Damian sambil berbicara pelan pada Dian agar putrinya tidak mendengar apa yang dia katakan pada Dian.

“Tapi sayang, hanya ini solusi yang ada.” Tukas Dian pada suaminya. Dia sendiripun sebenarnya tidak rela Luna yang menikah dengan Giovani. Tapi apa mau dikata, dari pada dia menanggung malu malam ini, lebih baik biarkan saja.

“Jawaban ku tetap tidak! Aku –“ Sebelum Damian bisa melanjutkan penolakannya, sebuah suara yang tak terduga terdengar.

“Aku rasa, aku tidak keberatan dengan hal itu papa.. " Sela Luna.

Damian terdiam. Ia menatap putrinya dengan penuh kebingungan. "Luna? Apa yang kau katakan, sayang? Kau setuju untuk menggantikan adikmu menikah dengan Giovani Smith? Kau tidak—" Kata-kata Damian terhenti. Ia tak ingin Dian mengetahui sesuatu yang selama ini ia rahasiakan—tentang penyakit Lunna. Hatinya penuh keraguan. Apakah gadis di depannya benar-benar Lunna? Atau Luna? Atau karakter lain yang lain yang ada dalam diri putrinya? Karena bisa saja yang sedang berbicara ini bukan Lunna. Bisa saja ini Lucy, atau Lucky atau bahkan kepribadian lain yang belum ia ketahui.

“Apakah dia Lunna?” batin Damian sambil memperhatikan penampilan putrinya. Namun mau berapa kali pun dia memperhatikan, di matanya semua tetap sama. Wajah yang Damian kenal, dengan senyum yang sama serta mata yang penuh ketegasan- semua sama! Tapi walau semua sama, feeling Damian mengatakan ada yang berbeda! Sesuatu yang berbeda yang tidak Damian ketahui itu apa.

Dian menyentuh bahu Damian, menyadarkan Damian dari lamunannya. "Sayang, kenapa kau malah melamun?" Tanya Dian lembut.

"Pa, aku setuju untuk menggantikan Andine menikah dengan Giovani Smith," ulang Luna dengan nada yang terdengar ringan, seakan tak ada beban sama sekali.

“See? Kau dengar sendiri apa yang putri kita ini katakan, bukan?” Seru Dian tersenyum puas.

"Damian sayang, masalah ini sudah selesai! Aku akan bicara dengan keluarga Smith. Mereka pasti tidak akan menolak hal ini! Lagipula, sejak awal, mereka menginginkan Luna sebagai menantu mereka. Ayo, sayang, temani aku berbicara dengan mereka sebelum MC mengumumkan pertunangan. Dan kau, Luna, tetaplah di sini dan jangan ke mana-mana. Oke?" Sebut Dian penuh semangat dan ingin segera menyelesaikan semua permasalahan yang ada. Jangan sampai Luna berubah pikiran dan kabur seperti Andine.

Tanpa menunggu jawaban Damian, Dian menarik tangan Damian, meninggalkan Luna yang kini berdiri sendirian di tempatnya.

Damian, yang masih tenggelam dalam kebingungannya, hanya bisa menatap putrinya dengan kosong. Ada sesuatu yang mengusik hatinya.

Sementara itu, Luna tersenyum tipis, matanya kini tertuju pada Darren yang sedikit jauh dari tempatnya berdiri. Bibirnya bergerak pelan, hampir seperti sebuah bisikan.

"Giovani Smith... paman dari Darren Smith... Satu langkah lebih dekat untuk mencapai keberhasilan misiku." Gumamnya pelan, lalu ia mengangkat gelas winenya dan meneguk isinya perlahan. Sebuah ekspresi geli terlintas di wajahnya.

"Ggrrr! Jadi begini ya rasanya wine para orang kaya..."

Bab terkait

  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   A MISSION

    Rose menatap Luna dengan tatapan tajam, penuh dengan keraguan yang tersirat di matanya. Dia menghela napas sejenak sebelum melontarkan pertanyaan yang sudah lama mengganjal di pikirannya.“Are you sure? Ini bukan misi sembarangan, Lun.” Peringatnya dengan nada serius.Namun, Luna, seperti biasa, menjawab dengan sikap santainya. Ia menyilangkan kakinya di ujung sofa, seolah percakapan ini bukan hal besar baginya. “Kalau aku jawab tidak yakin, apa kau sendiri yang akan menjalankan misi ini, Rose?” balasnya sambil menyunggingkan senyuman sinis.Rose hanya mengerlingkan matanya, sedikit kesal tetapi tak terlalu terkejut. Luna memang seringkali berbicara seenak jidatnya, belagu, dan itu! Terdengar seolah selalu meremehkan segalanya. Tapi Rose, sebagai teman baik sekaligus bos dalam bisnis rahasia ini, sudah terbiasa menghadapi karakter Luna yang lebih sering menyebalkan dari pada normalnya.“Ck… kau ini sedang meragukan kemampuanku?” tukas Rose, menatap Luna dengan ujung matanya.“Tidak! A

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   PULANG

    Luna melajukan mobilnya dengan kecepatan stabil menuju mansion keluarga Alberto. Dentuman musik yang menggelegar dari stereo mobilnya tidak cukup untuk meredam kekesalan yang menggelayuti hatinya sejak menerima pesan dari ayahnya tadi malam.Ada pesta topeng di mansion itu malam ini, dan Luna diwajibkan hadir. Sungguh sebuah hal yang sangat tidak Luna sukai.“Kenapa aku juga harus ada di sana?” gumamnya kesal sambil terus menekan pedal gas. Wajahnya cemberut, dan tangannya menggenggam kemudi dengan erat. “Bukankah sudah ada si anak ular dan ratu ular? Tanpa aku, pesta itu pasti sudah cukup lengkap!”Luna terus mengomel pada dirinya sendiri. Namun, kegusaran itu rupanya memicu sesuatu yang lain. Karakter – karakter lain dalam dirinya mulai muncul, seperti biasa saat emosinya tak terkendali."Haruskah kita pulang, Kak Luna?" tanya suara lembut Lucky bergema di pikiran Luna."Kalau nggak pulang, memangnya kau mau ke mana, Lucky?" belum sempat Luna menjawab pertanyaan Lucky, Lucy sudah me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   JEBAKAN LUNA

    Setelah ayahnya keluar dari kamar, suasana kamar Lunna kembali tenang, meskipun keheningan itu segera pecah oleh suara gaduh dari dalam pikirannya."What!! Pesta lagi??! Kenapa sih orang kaya senang sekali berpesta? Dan apa kau benar-benar akan pergi ke pesta itu Lunna?" keluh Luna yang mendadak muncul, dengan suara penuh rasa ingin tahu.Jujur! Saat ini Luna kesal—setidaknya dalam pikirannya sendiri—seolah tidak habis pikir mengapa pesta menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup keluarga kaya.Sementara itu, Lunna, yang tengah duduk di depan cermin besar dan sibuk merias wajahnya, hanya bisa menghela napas panjang mendengar cerocosan Luna di dalam kepalanya. Dia tidak punya waktu untuk melayani ocehan Luna. Dengan nada ketus, Lunna berkata, "bisa tidak kau diam saja saat aku sedang merias wajahku? Aku butuh fokus!" Ia berharap dengan kata-katanya tersebut Luna bisa tenang walau untuk sesaat."Aku benar-benar tidak habis pikir! Untuk apa sih, para orang kaya ini menghamburkan uan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   ALTER EGO

    Albert menatap Damian dengan wajah penuh kekhawatiran. “Apa kau sudah bertemu dengan Luna?” tanyanya, mencoba mengumpulkan informasi tentang kondisi putri sahabatnya itu.Damian, yang tampak sedikit lelah, mengangguk pelan. “Hmm... dia baru saja pulang dan saat ini sedang ada di kamarnya,” jawabnya dengan nada datar, lalu menarik napas panjang sebelum melanjutkan. “Sepertinya dia baik-baik saja. Sepenglihatanku, tidak ada hal yang janggal saat kami bertemu tadi. Aku cukup yakin kalau tadi aku sedang berbicara dengan Lunna, bukan Luna atau pun karakter lain dalam dirinya.”Sebagai sahabat dekat sekaligus dokter pribadi keluarga Damian, Albert tahu persis apa yang sedang dihadapi oleh putri sahabatnya itu. Pasca kematian sang ibu, Luna mengalami kondisi yang tergolong jarang terjadi. Namun, penyakit itu jelas bukanlah sesuatu yang remeh seperti demam atau pilek.Awalnya, baik Damian maupun Albert menduga bahwa Luna mengidap Dissociative Identity Disorder (DID), atau yang lebih dikenal s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28

Bab terbaru

  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   GAYUNG BERSAMBUT

    Pesta Dansa malam itu akhirnya dimulai. Cahaya lampu kristal menyinari ruangan yang dipenuhi tamu-tamu bangsawan, berpakaian mewah dengan senyum dan percakapan basa-basi. Musik klasik mengalun, menciptakan atmosfer elegan yang begitu khas dalam acara keluarga Smith dan Arberto.Di sudut ruangan, Hector menepuk bahu Darren dengan ringan, ekspresi wajahnya penuh kesungguhan. "Darren! Arah jam sembilan," ujarnya tegas. Ia tahu betul bahwa sahabatnya itu akan segera menikahi tunangannya, Mona, dalam waktu dekat. Namun, sebagai teman, Filip tidak tega membiarkan Darren masuk ke dalam perangkap wanita licik seperti Mona. Bagaimana mungkin ia tega melihat Darren terikat dengan wanita yang memiliki hubungan gelap dengan paman Darren sendiri, Giovani Smith?Darren, yang sedari tadi tampak santai dengan kaki bersilang, hanya terkekeh kecil sambil mengangkat gelas wine miliknya. "Kau benar-benar tidak lelah mencoba, Filip. Padahal kau tahu bahwa semua usaha mu itu adalah hal yang percuma. Aku da

  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   ALTER EGO

    Albert menatap Damian dengan wajah penuh kekhawatiran. “Apa kau sudah bertemu dengan Luna?” tanyanya, mencoba mengumpulkan informasi tentang kondisi putri sahabatnya itu.Damian, yang tampak sedikit lelah, mengangguk pelan. “Hmm... dia baru saja pulang dan saat ini sedang ada di kamarnya,” jawabnya dengan nada datar, lalu menarik napas panjang sebelum melanjutkan. “Sepertinya dia baik-baik saja. Sepenglihatanku, tidak ada hal yang janggal saat kami bertemu tadi. Aku cukup yakin kalau tadi aku sedang berbicara dengan Lunna, bukan Luna atau pun karakter lain dalam dirinya.”Sebagai sahabat dekat sekaligus dokter pribadi keluarga Damian, Albert tahu persis apa yang sedang dihadapi oleh putri sahabatnya itu. Pasca kematian sang ibu, Luna mengalami kondisi yang tergolong jarang terjadi. Namun, penyakit itu jelas bukanlah sesuatu yang remeh seperti demam atau pilek.Awalnya, baik Damian maupun Albert menduga bahwa Luna mengidap Dissociative Identity Disorder (DID), atau yang lebih dikenal s

  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   JEBAKAN LUNA

    Setelah ayahnya keluar dari kamar, suasana kamar Lunna kembali tenang, meskipun keheningan itu segera pecah oleh suara gaduh dari dalam pikirannya."What!! Pesta lagi??! Kenapa sih orang kaya senang sekali berpesta? Dan apa kau benar-benar akan pergi ke pesta itu Lunna?" keluh Luna yang mendadak muncul, dengan suara penuh rasa ingin tahu.Jujur! Saat ini Luna kesal—setidaknya dalam pikirannya sendiri—seolah tidak habis pikir mengapa pesta menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup keluarga kaya.Sementara itu, Lunna, yang tengah duduk di depan cermin besar dan sibuk merias wajahnya, hanya bisa menghela napas panjang mendengar cerocosan Luna di dalam kepalanya. Dia tidak punya waktu untuk melayani ocehan Luna. Dengan nada ketus, Lunna berkata, "bisa tidak kau diam saja saat aku sedang merias wajahku? Aku butuh fokus!" Ia berharap dengan kata-katanya tersebut Luna bisa tenang walau untuk sesaat."Aku benar-benar tidak habis pikir! Untuk apa sih, para orang kaya ini menghamburkan uan

  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   PULANG

    Luna melajukan mobilnya dengan kecepatan stabil menuju mansion keluarga Alberto. Dentuman musik yang menggelegar dari stereo mobilnya tidak cukup untuk meredam kekesalan yang menggelayuti hatinya sejak menerima pesan dari ayahnya tadi malam.Ada pesta topeng di mansion itu malam ini, dan Luna diwajibkan hadir. Sungguh sebuah hal yang sangat tidak Luna sukai.“Kenapa aku juga harus ada di sana?” gumamnya kesal sambil terus menekan pedal gas. Wajahnya cemberut, dan tangannya menggenggam kemudi dengan erat. “Bukankah sudah ada si anak ular dan ratu ular? Tanpa aku, pesta itu pasti sudah cukup lengkap!”Luna terus mengomel pada dirinya sendiri. Namun, kegusaran itu rupanya memicu sesuatu yang lain. Karakter – karakter lain dalam dirinya mulai muncul, seperti biasa saat emosinya tak terkendali."Haruskah kita pulang, Kak Luna?" tanya suara lembut Lucky bergema di pikiran Luna."Kalau nggak pulang, memangnya kau mau ke mana, Lucky?" belum sempat Luna menjawab pertanyaan Lucky, Lucy sudah me

  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   A MISSION

    Rose menatap Luna dengan tatapan tajam, penuh dengan keraguan yang tersirat di matanya. Dia menghela napas sejenak sebelum melontarkan pertanyaan yang sudah lama mengganjal di pikirannya.“Are you sure? Ini bukan misi sembarangan, Lun.” Peringatnya dengan nada serius.Namun, Luna, seperti biasa, menjawab dengan sikap santainya. Ia menyilangkan kakinya di ujung sofa, seolah percakapan ini bukan hal besar baginya. “Kalau aku jawab tidak yakin, apa kau sendiri yang akan menjalankan misi ini, Rose?” balasnya sambil menyunggingkan senyuman sinis.Rose hanya mengerlingkan matanya, sedikit kesal tetapi tak terlalu terkejut. Luna memang seringkali berbicara seenak jidatnya, belagu, dan itu! Terdengar seolah selalu meremehkan segalanya. Tapi Rose, sebagai teman baik sekaligus bos dalam bisnis rahasia ini, sudah terbiasa menghadapi karakter Luna yang lebih sering menyebalkan dari pada normalnya.“Ck… kau ini sedang meragukan kemampuanku?” tukas Rose, menatap Luna dengan ujung matanya.“Tidak! A

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status