Share

Bab 76 : Hamil

Author: Az Zidan
last update Last Updated: 2024-02-08 12:59:05

Divya disibukkan dengan informasi di website. Sejak kedatangannya di ruangan Ghazi sampai dua jam lamanya ia berselancar digudang informasi tersebut. Gadis itu masih sangat penasaran dengan sebab kegendutan yang dialami oleh sang sahabat.

Ghazi yang baru saja selesai dengan data analisnya lekas mendekati sang istri. Ia berdiri di belakang kursi yang berpunggung rendah itu. Membungkukkan tubuhnya mengintip aktivitas Divya.

“Jadi ke dokter?” Seketika Divya menoleh dan hidung keduanya saling bergesekan. Senyum merekah dibibir Divya. Ia lntas sengaja memiringkan wajahnya agar bisa menjangkau bibir Ghazi. Sekejab mereka larut dalam ciuman mesra yang hangat.

Divya tidak bisa berhenti, pun dengan Ghazi yang merasakan kekenyalan bibir istrinya. Basah, hangat, dan candunya tidak bisa diungkapkan dengan sebuah untaian kata. Hingga beberapa detik berikutnya, Divya menjeda pautan itu. suhu tubuh keduanya sudah mulai memanas. Jika tidak dihentikan bukan tidak mungkin mereka akan melakukan hal gila
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 77 : Pertengkaran Kecil

    “Ngapain?” Ghazi mendapati istrinya tidak lekas tidur setelah usai makan malam dua jam lalu. Gadis itu duduk pada kursi kepompong di balkon. Tatapannya sendu dan tersirat akan pikiran yang sesak di dalamnya.“Mau cerita?” tambah Ghazi. Mengingatkan kejadian dulu, jika Divya duduk mengantung seperti itu Ghazi akan melipat kaki di atas permadani dan melipat tangannya di atas paha sang istri.Divya menggeleng. “Bohong, kamu sedang sembunyikan sesuatu dariku, Bee. Ada apa?” desak Ghazi. Jika Divya bisa mendesaknya maka, Ghazi pun harus bisa menemukan jawaban atas kegundahan hati sang istri.“Aku cuma takut aja,” jawab Divya. Tanpa melihat ke arah suaminya dan jemari sibuk memainkan rambut pria itu. Terasa lembut dengan aroma sampo mengundang hidung Divya untuk menciumnya. Akan tetapi, wanita itu tidak melakukannya, sesak dalam pikiran yang dia tanggung mengalihkan kebiasaannya.“Takut apa? Katakan padaku. Apakah aku bisa membantu?”Divya tersenyum, seakan ketakutan itu memudar begitu saja

    Last Updated : 2024-02-09
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 78 : Fakta Baru

    Pagi ini, Divya kedatangan seorang tamu. Janji temu yang seharusnya terjadi beberapa hari lalu harus tertunda karena Divya harus bulan madu, kemudian sibuk dengan keluarganya serta masalah kecil yang tiba-tiba muncul. Dia adalah guru pengrajin yang sudah diseleksi dan dipilih langsung oleh Ghazi.Seorang wanita berusia lima puluh tahun. Namun, perawakannya masih seperti perempuan dengan usia empat puluh tahunan. Dia energic dengan rambut yang sudah beruban. Itulah kelemahan yang tidak bisa dia tutupi.“Ghazi memang pandai mencari istri,” pujinya saat memasuki kediaman Ghazi. Di mana, Divya sendirilah yang menyambut kedatangan wanita tersebut.“Anda bisa saja. Apakah, Anda begitu dekat dengan Ghazi?” Tentu saja mendengar panggilan wanita itu pada Ghazi membuat Divya sangat penasaran. Karena tidak seorang pun Divya lihat dan ketahui jika, ada orang yang masih memanggil namanya dengan lugas tanpa embel-embel pak, kecuali ayah dan ibunya.“Tidak banyak, Nak. Dulu— saat dia remaja, aku ber

    Last Updated : 2024-02-10
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 79 : Cacat

    Sebelum Divya memutuskan menemui Ivy, gadis itu menelepon sang suami guna mendatangi klinik kemarin. Begitu melihat Ghazi turun dari mobil ia lantas berlarian dan memeluknya dengan erat. Menghujami dada, serta wajah pria itu dengan ciuman.“Hei! Ada yang salah?” tanya Ghazi. Tidak biasanya, Divya menyambut kehadirannya begitu antusias. Meskipun biasanya Divya selalu senang akan kedatangan pria itu, tetapi baru kali inilah Divya berani melakukan hal itu.“Tidak ada. Mau nyium suami harus ada udang di atas bakwan?” Ghazi tersenyum tipis. Ia membelai wajah istrinya saat Divya telah menghentikan aksi brutalnya.“Bagaimana kelasnya?” Divya terdiam.“Batal, Bu gurunya tiba-tiba kecapean karena harus naik tangga. Besok-besok biar aku yang datang ke tempat dia, big bear. Kamu tidak sopan banget, nyuruh orang udah berumur buat naik turun tangga,” sarkas Divya. Mencari alasan, dan— itu berhasil meyakinkan Ghazi.“Benarkah? Maaf, Bee. Kalau begitu aku bisa antar kamu kalau ada kelas selanjutnya.

    Last Updated : 2024-02-11
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 80 : Pengkhianat

    Setelah pulang dari dokter, Divya tidak ingin membuka suaranya. Ia terlelap karena lelah dengan tangisan yang keluar dari pelupuk matanya. Ponsel gadis itu bergetar di dalam tas yang berada tidak jauh dari tempatnya. Ghazi tidak ingin hal itu mengusik sang istri, cepat-cepat ia turun dan melihatnya.Nama Ivy tertera di sana. Ghazi memutuskan untuk menjawab panggilan itu. Dia berharap Ivy bisa menenangkan Divya, bisa mengajaknya bercanda dan menghibur sang istri.Akan tetapi setelah Ghazi menggeser ikon bewarna hijau itu, Ivy berkata dengan cepat dan tidak memberi Ghazi kesempatan untuk berucap bahwa dialah yang menjawab panggilan itu.“Maka sembunyikan itu darinya,” sahut Ghazi tiba-tiba.“Ghazi?” Tentu saja Ivy merasa terkejut karena ternyata laki-laki itu yang menjawab panggilannya.“Rahasiakan itu dari Divya. Aku tidak ingin dia sedih,” pinta Ghazi. Lalu menutup panggilan itu. Begitu berbalik badan, Divya berdiri tidak jauh dari lokasinya.“Bee? Kamu bangun? Ayo! Kembalilah tidur,

    Last Updated : 2024-02-12
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 81 : Berbaikan

    Setelah menghubungi Ivy melalui ponsel milik perawat di rumah sakit itu, gadis berambut keriting bertubuh gempal sudah memasuki kamar Divya. Ia lekas memeluk tubuh sahabatnya. Lagi-lagi suasana terenyuh terjadi di ruangan tersebut. Sedangkan, Ghazi memutuskan untuk keluar dari kamar istrinya. Dia akan meninggalkan Ivy bersama sang istri. Pulang ke rumah mengganti pakaian dan akan kembali setelah Ivy pergi. “Kenapa bisa sampai seperti ini, Div? Apa yang kamu lakukan?” Tentu saja Ivy tidak tahu duduk masalahnya. Berita yang diberikan pada Divya tidak mungkin membuatnya menyakiti diri sendiri bukan? “Ini karena aku gegabah, Ivy. Seharusnya aku tanya kamu lebih detail. Bukannya justru mencurigaimu.” “Curiga? Apa maksudnya?” “Lagian, kenapa kamu ngomong setengah-setengah di telepon?!” serang Divya yang justru melemparkan kesalahan pada Ivy. “Sumpah Divya aku tidak paham. Kalimatku belum selesai karena kamu sudah memutus panggilannya kan? Kenapa, apa yang terjadi sebenarnya?” “Saat ka

    Last Updated : 2024-02-13
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 82 : Melahirkan

    Satu bulan sejak kejadian mengerikan itu, Divya sudah mulai kembali dengan rencananya. Ia telah mendatangi kelas sebanyak delapan kali dan masih belum menemukan benih potensi sebagai pengrajin dalam dirinya. Namun gadis itu sama sekali tidak menyerah, dia akan terus berusaha hingga mencapai titik kesuksesan ditengah kemelut kecemasan yang terus mendera pikirannya setiap menit.Ponselnya berdering saat tangan lentik itu mempercantik tanah liat diatas meja putar di ruangan Ghazi sendiri. Ia membunuh waktu dengan terus belajar, hingga sang suami kembali dari bengkel.Divya lekas mencuci tangan dan menyahut benda persegitu itu. “Iya, Iv?”“Gue mau lairan, Divya!” teriak Ivy dari seberang saluran. Divya panik. Dia lekas bangkit dari duduknya dan berjalan ke sana kemari masih dengan sambungan telepon yang terhubung.“Jadi gimana? Sudah ke dokter?”“Belum. Aku bersembunyi di toilet, Div. Ketubanku sudah pecah,” tutur Ivy.“Astaga! Itu bahaya. Tunggu sebentar, Iv. Aku akan menelepon ambulans

    Last Updated : 2024-02-14
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 83 : Perselisihan

    Setelah tiga hari berada di rumah sakit. Ivy akhirnya dinyatakan boleh pulang. Divya masih yang paling bersemangat mengurus Ivy. Sampai-sampai dia melupakan suaminya sendiri.Gadis itu mengemudikan mobil merah yang biasa dipakai bersama sang suami, menuju ke kediaman Ivy. Rumah dinas yang diberikan oleh Hendery untuk Ivy. Tidak terlalu besar tetapi sangat nyaman untuk Ivy dan anaknya. Dulu— sebelum memiliki anak, Ivy selalu berkata bahwa rumah ini akan tampak sangat besar dan terlalu sepi.Sekarang, semuanya berubah. Baru saja menginjakkan kaki di depan pintu, suara tangisan bayi Ivy menyambut mereka.“Kita sampai di rumah, baby. Tenang dan percayalah bahwa rumah ini jauh lebih nyaman ketimbang rumah sakit,” papar Divya.Ia terlihat sangat keibuan dan telaten. Siapa yang kira bahwa gadis bar-bar itu bisa berubah secepat ini. Padahal, ia belum pernah menggendong bayi sebelumnya.Divya merasa telah memiliki bayi, dia jatuh cinta pada sosok bocah mungil yang sekarang ada dalam dekapannya

    Last Updated : 2024-02-16
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 84 : Egois

    Ivy terkejut melihat sahabatnya kembali di depan pintu rumahnya. Begitu daun pintu itu terbuka. Tubuh seksi sang sahabat itu menubruknya. Memeluk badan Ivy dengan sangat erat."Aku pengen di sini, Iv. Jangan minta aku balik," gumamnya. masih dalam dekapan tubuh Ivy."Hei, kenapa? Ada masalah? Kalian berantem?" Ivy mencoba melerai pelukan. Memberi ruang pada Divya untuk menjalankan duduk masalahnya."Ayo, kita duduk dulu!" ajak Ivy. Mereka mendekati sofa dan di sanalah Divya mulai bercerita tentang pertengkarannya.Dia mulai membeberkan semuanya tanpa ada yang ditutupi. Divya yakin, kalau hanya Ivy yang tahu bagaimana sedihnya menjadi wanita yang tidak sempurna. Bagaimana hancur dan nelangsa hatinya saat melihat bayi dan keinginan-keinginan itu akan langsung meluncur memenuhi pikirannya."Bukan salahku kan, jika aku akhirnya jatuh cinta dan bahkan terobsesi pada anakmu, Iv?""Kamu tidak salah, Divya. Betul, kamu memang tidak salah. Tapi, disinilah letak ujian kalian. Di sinilah cobaan

    Last Updated : 2024-02-17

Latest chapter

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 95 : Awal Baru

    Sepasang sorot mata yang dulunya bersinar indah dan teduh terus menyorot televisi dengan layar besar di hadapannya. Tanpa dia sadari dari pelupuk kelopak mata tetesan air mata luruh membasahi pipi.Ini bukan tangis kesedihan, ini tangis haru yang dia rasakan setelah bertahun-tahun melewati hidup dalam kesedihan yang nyata. Air mata yang tidak berkesudahan."Mom, sudah dong. Masa tiap liat aku malah nangis. Lama-lama tuh tivi kujual juga," sungut Zie. Sekarang, wanita itu tumbuh menjadi gadis ayu dengan rambut hitam yang panjang. Sama seperti Divya yang selalu menyukai rambut panjang. Berkat kelebihan yang dia miliki saat ini, bukan hanya sang ibu yang mampu memandang dengan tatapan kagum pada Liorazie Fahar Aurora. Namun, seluruh pencinta film yang dia bintangi bisa menikmati wajah yang tidak membosankan itu."Kamu tahu ini tangis bahagia, Nak. Mama bangga sama kamu, mama tidak bisa berkata-kata setiap melihatmu di balik layar.""Semua yang terjadi, semua yang Zie miliki berkat Momm

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 94 : Sky Ahlam Gatra Fahar

    Bocah perempuan kecil dengan rambut sebahu itu meraung sangat keras, hingga hidungnya memerah. Sama halnya seperti sang kakak, ia bisa tenang setelah didekap oleh ayahnya.“Kakak siapa? Besok kita beli yang baru okey,” bujuk Ghazi seraya berjalan keluar dari kamar, membiarkan istrinya mengatur emosi serta membetulkan pakaiannya.Setelah tiba di ruang tamu, ternyata bukan hanya Ghea yang menangis, si Zie pun tidak kalah kesalnya terhadap sang kakak yang selalu usil di setiap kesempatan.“Sky, bisa jelaskan?” Ghazi menatap anak keduanya. Jelas dialah pelaku utamanya. Tidak ada yang berani mengusik si kembar jika bukan bocah itu. “Aku hanya meminjam. Aku bersumpah hanya pinjam, Yah. Dia saja yang cengeng, kalian berdua sama-sama cengeng,” efeknya pada Ghea dan Zie. Bukannya merasa bersalah bocah enam tahun itu justru menjulurkan lidahnya. Hal itu kian membuat si kembar menangis dan membuat gaduh seantero rumah. “Sky! Please, minta maaf lalu kembali ke kamarmu!” hardik Divya yang

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 93 : Cengeng dan Centil

    Suara tangisan seorang gadis kecil terdengar sangat kencang sejak kaki kecilnya melewati pintu utama rumah. Ia meraung dan berderai air mata guna mencari keberadaan sang ayah. Tangisannya tidak akan berhenti sebelum satu ritual bersama laki-laki pertama dalam hidupnya itu merengkuh tubuh kecilnya. "Hei, ada apa, Sayang?" tanya Ghazi lembut. Ia berjongkok dan mengulurkan tangannya pada balita itu. Usianya baru empat tahun, ia telah menikmati taman bermainnya sekarang. "Huh— kumat lagi, dah," keluh Divya di belakang tubuh si gadis kecil itu. "Diam, mommy! Kamu membuat aku semakin sesak," sergahnya. "Hem— ada apa ini?" Kembali tangisannya memekikkan telinga. Divya mengerutkan keningnya untuk menghalau dengung di telinganya. "Daddy, you can dance with me?" "Oh— ss— sure, Baby." Ghazi membopong tubuh anaknya. Ya— anak keduanya yang kerap dipanggil baby, itu. Gadis kecil manja yang selalu berhasil merebut hati Ghazi dari keduanya kakaknya. Pria dewasa itu melangkah ke kiri dan ka

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 92 : Berakhir Bahagia

    Setelah pemakaman Hendery usai, Ghazi dan Divya harus kembali ke rumah sakit. Di tengah acara pemakaman, gadis itu kembali pingsan. Beban berat yang dia tanggung mengguncang pikirannya. Hubungan Divya dengan sang ayah memanglah tidak baik di awal. Namun, ditinggal untuk selamanya tetaplah hal yang sangat menyesakkan. "Aku minta maaf, Ghaz. Aku tahu ini salahku," sesal Ivy. Dia benar-benar merasa bersalah atas segalanya. Jika tidak sibuk mengurus anaknya, Divya akan memiliki banyak waktu untuk Hendery. Bahkan di detik-detik terakhirnya, Divya bisa berada di sisi sang ayah. Akan tetapi, setelah memilih kesibukan bersama dengan kedua anak Ivy, hal itu membuatnya jauh dan mengharuskan diri menjauh dari rumah sakit. Divya tidak ingin kedua anak asuhnya terpapar penyakit dari orang-orang di sana. "Bukan salahmu. Perlu kamu tahu, selama ini ternyata Divya hamil. Sudah menginjak usia empat bulan, Iv. Bisa kamu bayangkan bagaimana lelah dan lemasnya dia?" "Apa?! Kamu serius?" Seraut wajah

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 91 : Dua Kabar

    Ditengah kondisi, Divya yang masih sangat rapuh, gadis itu duduk di bangku mobil dengan gusar. Tidak sabar ingin bertemu dengan sang ayah. “Lebih cepat, Big. Aku takut Papa kenapa-kenapa,” cemasnya. “Ini udah cepat, Bee.” Tangan Divya terus meremas jarinya sendiri. Pandangannya kesana kemari. Wanita itu benar-benar khawatir atas mimpi yang baru saja dia dapatkan. Ia juga lupa tentang Wynne dan juga Rayyan. Begitu tiba di rumah sakit, Divya berlarian di koridor untuk menuju ke ruangan sang ayah. Jantungnya kian berdegup dengan cepat. Bahkan ia tak acuh dengan kondisinya sendiri. Banyak yang dikorbankan oleh wanita itu, sangat banyak, secara fisik, Divya sudah sangat jauh berbeda dari dulu. Ia kehilangan kebiasaannya berdandan, kehilangan kebahagiaan yang dia upayakan setiap harinya. Waktunya terus ia habiskan dengan Wynne dan Rayyan. Dia benar-benar membunuh waktu agar melupakan kesialan nasibnya. “Pelan-pelan, Bee,” pinta Ghazi yang membuntuti langkah istrinya. Meskipun, D

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 90 : Banyak Hal

    Rengekan gadis kecil dalam gendongan Divya membuat kepalanya kian pening. Tubuhnya juga dipenuhi dengan keringat dingin dan juga dalam kondisi lemas, membuatnya seolah hampir tumbang. Namun, bocah kecil itu masih juga tidak mau terlelap. Biasanya, ketika berada dalam dekapan Divya, ia akan cepat tertidur. Hari ini sangat berbeda, dia rewel dan tidak mau berhenti diayun dalam gendongan Divya. Alhasil Divya harus menahan rasa meriang yang sudah menyerangnya sejak pagi tadi."Tenanglah, girl. Jangan rewel, please," lirih Divya. Berharap anak asuhnya mampu memahami kondisinya. Akan tetapi, bayi berusia satu tahun bisa apa? Dia akan terus menangis jika tidak menemukan kenyamanan yang diinginkan. Jarum sudah menunjukkan pukul tiga sore. Jam pulang Rayyan sudah tiba. Divya semakin kebingungan. Biasanya dia cekatan menjemput anak pertama Ivy itu. Kali ini, dia benar-benar butuh bantuan."Aku pu— Bee!" Belum usai Ghazi menyapa sang istri yang sudah dia nikahi selama dua belas tahun lalu itu

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 89 : Pluto

    Bab 89Ghazi dan Divya segera berlari ke arah kamar, di mana Rayyan meraung-raung di sana. membuat pasangan tua, Dadang dan istrinya kewalahan. Sungguh bocah itu tidak bisa jauh dari Divya. Hanya wanita inilah yang mampu membuatnya tenang.“Sayang, anak Ibu. Kenapa nangis lagi? Ibu hanya keluar sebentar,” tutur Divya lembut. Dia merasa bersalah karena harus keluar pagi itu. Seharunya momen ini menjadi lebih indah jika saja ia tidak keluar, dia bisa menikmati pagi bersama bayi laki-laki itu.Akan tetapi, Divya juga tidak bisa membiarkan suaminya sendirian lagi. Dia sudah berjanji kalau tidak akan keras kepala atau bahkan membuat laki-lakinya kecewa. Sudah cukup keegoisan itu membuat hubungan mereka selalu dalam pertengkaran.“Dasar bocah tengil. Bisa tidak sehari kau beri istriku waktu hanya bersamaku?” Ghazi sungguh geram. Mereka sangat tampak khawatir tadi begitu melihat Dadang dan istrinya bersama-sama mendatangi mereka.Selama itulah, Rayyan menangis, selama kepergian Divya satu ja

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 88 : Dia Mengejekku?

    Tengah malam, Rayyan menangis tidak henti, padahal suhu tubuhnya snagat normal, tetapi dia benar-benar rewel. Istri Dadang tidak lagi mampu membuatnya tenang. Sampai, Divyalah yang harus turun tangan.“Mau ke mana, Bee?” tanya Ghazi saat melihat sang istri turun dari ranjang.“Kayanya, Ray nangis, Big. Aku turun dulu, ya,” pamit Divya. Ia sudah meninggalkan bayi itu setelah makan malam tadi. Ivy pun juga sudah menyempatkan menelepon mereka. Gadis itu tempak sangat sibuk, sehingga tidak ada banyak waktu untuk menatap wajah bayinya.Sebetulnya dia enggan untuk tidur di atas. Inilah yang dia takutkan, Rayyan rewel dan menangis tidak bisa ditenangkan kecuali dengan Divya.“Sama aku, Bee.” Pria itu memutuskan untuk ikut turun tangan, takut jika sang istri kelelahan.Mereka turun dan begitu tiba di lantai bawah keduanya melihat Dadang dan istrinya kewalahan mengurus bayi yang terus menangis dengan sangat kencang itu. Divya ingat saat pertama kali mendengar tangisan bocah itu saat hari perta

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 87 : Lembut

    [Aku harus keluar kota, Divya. Bisakah titip Rayyan sampai besok sore?]Sebuah pesan singkat diterima oleh Divya tepat pukul lima petang, sang ibu dari bayi itu tampak sangat sibuk.Divya justru tersenyum bahagia. Ia membalas dengan ujaran yang penuh keikhlasan. Mengatakan bahwa dirinya tidak keberatan akan hal itu. Rayyan adalah bagian dari kebahagiaan Divya saat ini.Di saat cobaan pernikahannya masalah kehamilan, Ivy justru hadir dengan bayi yang menjadi idaman gadis cantik itu.[Terima kasih, Div]Setelah itu, Divya memandikan Rayyan. Mereka tertawa dan sesekali bermain air dan bebek air dalam bak mandi."Rayyan, doakan Ibumu ini bisa memberimu teman, ya. Ibu juga pengen mengurus bayi setiap hari," lirih Divya.Namun, sambutan yang tidak disangka justru diberikan Rayyan. Dia merengek, mencelupkan tangannya ke air sangat kencang hingga menyemprot ke muka Divya."Oh, sepertinya kamu tidak setuju, ya? Cemburuan sekali kamu, hm." Divya menggosok pelan kulit Rayyan. Membaluri tubuh itu

DMCA.com Protection Status