“Kalau kamu ada waktu, tolong cari tahu di mana keberadaan Adri, nenek juga kasihan sama dia.” Ucap nenek.
Aku minta pada nenek nama keluarga yang bisa aku hubungi dan alamat rumahnya. Namun, nenek harus mencari dulu alamatnya. Aku merasa iba pada nenek, diusianya yang sudah 65 tahun tapi belum dibahagiakan oleh anak-anaknya. Nenek hanya punya 2 anak kembar, satunya sudah wafat dan satunya lagi di Hong Kong. Widarti dan Widarsih adalah tumpuan harapannya, tapi kenyataan hidup yang dihadapinya tidak seperti yang dia bayangkan. Nenek minta aku menggendong Noni ke kamar tidurnya, “Danu.. kamu gendong Noni ke kamarnya ya, kasihan.. kamu temani dia tidur dulu ya.” Pesan nenek. Aku menggendong Noni ke kamarnya, aku baringkan dia di tempat tidurnya. Aku selimut tubuhnya, aku kecup keningnya dan aku berbaring menemani disisinya. Aku baru sadar kalau aku belum mandi sama sekali, sejak perjalanan dari Jakarta sampai ke BandunNoni memang tidak seliar biasanya, semua dilakukannya dengan penuh perasaan. Aku dan Noni benar-benar tenggelam dalam Asmaradhahana cinta terlarang. Terkadang Noni butuh waktu untuk jeda sesaat sebelum dia melanjutkan berbagai cumbuannya.“Pa.. santai aja ya, gak ada yang harus kita kejar malam ini. Aku mau menikmati sejengkal demi sejengkal tubuh Papa.” Bisik Noni. Dia terus bergerilya menyusuri tubuhku dengan bibirnya. Aku tahan Noni saat dia menyusuri lembah terlarang di bagian tubuhku. Aku tidak ingin dia melakukan itu.“Jangan Non!! Kamu jangan lakukan itu!!” pintaku dengan lirih. Noni tidak terima, dia protes padaku, “Kenapa Pa? Kan itu bagian dari fore play?” Tanya Noni. Aku tetap tidak ingin dia melakukan itu, kami jeda sejenak.“Mama aja melakukan itu tidak pernah Papa izinkan Non.. apalagi kamu.” Jawabku. “Papa tidak ingin kamu melakukan hal yang menghinakan kamu.” Lanjutku.
Saat sarapan pagi nenek kembali membuka cerita tentang Adri sepupu Noni yang tinggal di Jakarta, “Non.. kamu masih ingat gak teman kamu waktu masih kecil, Adri? Sepupu kamu, anaknya tante Widarsih?” Nenak tanyakan itu pada Noni.“Ingat sih nek.. cuma Noni udah lupa wajahnya, emang kenapa nek?” Noni balik bertanya.“Nenek minta tolong Papa kamu cari info keberadaannya di Jakarta. Tiba-tiba nenek ingat dengan dia, karena nasibnya sama seperti kamu.” Jawab nenek.“Nenek punya alamat keluarga yang merawat Adri, nek? Aku tanyakan itu pada nenek. Nenek memberikanku secarik kertas yang berisi alamat keluarga yang mengasuh Adri.“Ini alamatnya, Danu.. coba aja kamu cari informasinya.” Jawab nenek sembari memberikan secarik kertas.Nenek menceritakan panjang lebar tentang keluarga ayah Adri yang mengasuh Adri sejak ditinggal ayah dan ibunya saat Adri masih kecil. Noni baru ‘ngeh
Saat aku di proyek Clara telepon, ini sungguh di luar dugaanku. Satu sisi aku senang karena yang telepon duluan adalah Clara, bukan aku. Tapi, di sisi lain aku pun tidak bisa meninggalkan pekerjaan begitu saja.Aku jawab telepon dari Clara, “Hai.. Clara, om surprise nih kamu telepon. Ada apa Clara? Apa yang bisa om bantu?” Aku pancingan Clara dengan pertanyaan ingin tahu.“Om Danu masih di Bandung kah? Mau terima tantangan aku gak om?” tanya Clara dengan bercanda.“Masih Clara.. kebetulan sedang di proyek nih. Apa nih tantangannya Clara? Berat gak tantangannya?” Aku balik bercanda dengan bertanya.Clara jelaskan padaku kalau dia sedang tidak ada kuliah, dan dia lagi iseng di kosannya. Dia memberikanku tantangan untuk datang kesannya dan ingin membuktikan rahasia apa yang ada dibalik bentuk hidungku. Apakah dugaannya benar atau tidak.Tantangan Clara itu godaan bagiku, karena datangnya disaat a
“Aura yang om pancarkan dari setiap tatapan mata om.. Tapi, mata om itu tidak nakal dan genit.” Jawab Clara dengan mengerdipkan sebelah matanya.“Ampun mak.. “ dalam hatiku, Clara sangat mempesona dan menggairahkan. Tanktopnya yang begitu tipis menembus apa yang terlihat dibaliknya.“Bentuk hidung om itu mengisyaratkan bentuk yang ada dibalik celana om.” Ujar Clara to the point.Seketika wajahku memerah, aku tidak menyangka kalau Clara lebih berani mengatakan itu ketimbang Adriana. Adriana hanya menyebutkan dengan kata-kata simbolis, tapi Clara langsung bicara pada intinya.Segelas wine sudah hampir habis, Clara menggelosor tiduran dipanggkuanku. Tangannya mulai membuka ikat pinggangku, wajahnya begitu dekat menatap tangannya yang melepaskan ikat pinggang dan menurunkan resleting celanaku.Aku segera meminta Clara untuk bangun, aku tidak ingin dia melanjutkan apa yang akan dilakukannya, “Jangan Clara.. om gak ingin kamu lakukan itu. Om sa
Saat akan kembali ke proyek Ningsih telepon aku, dia ajak aku ketemu untuk membuka rahasia tentang siapa suaminya. Meskipun Widarti sudah cerita tentang siapa suami Ningsih, aku tetap penuhi keinginannya meskipun waktuku sangat terbatas. Dia sepakat permintaanku, agar pertemuan dilakukan disekitar proyek. Kami bertemu di sebuah Cafe di sekitar proyek. Rupanya Ningsih tidak kuasa untuk menutupi rahasia yang selama ini sengaja dia simpan. “Gini mas Danu.. saya sangat menghormati mas Danu, juga sayang pada Noni. Tapi, saya harus ceritakan masalah ini.” Ucap Ningsih dengan mimik wajah yang serius. “Ceritakan aja Ningsih.. In Shaa Allah saya sudah siap untuk mendengarkan keseluruhannya.” Aku jelaskan itu seakan-akan aku belum tahu rahasia apa yang akan diungkapkannya. Ningsih mulai cerita dari awal perkenanlannya dengan Jatiman, suaminya yang juga mantan suami Widarti. Menurutnya, sejak masih menjadi suami Widarti, dia sudah sering ketemu dengan Jatiman. Saa
Terlalu banyak rahasia yang harus aku simpan, semua terkait dengan Noni. Aku merasa menghadapi sebuah kehidupan masa lalu yang begitu kompleks, yang harus aku urai satu persatu. Seperti menarik benang di dalam tepung, benang ditarik tepung tidak tumpah. Aku harus bisa menyelesaikan masalah ini tanpa harus melukai siapa pun. Ini bukanlah pekerjaan yang mudah, namun aku yakin Tuhan memberikan beban ini bukanlah tanpa rencananya yang baik terhadapku. Pikiran itulah yang mengisi benakku saat kembali ke proyek. Belum lagi masalah yang ada di proyek itu sendiri, yang juga harus aku selesaikan. Saat aku tiba di proyek pak Supriatna sudah menungguku. Sebagai seorang yang dianggapnya sebagai calon mertua, tentunya dia sangat menaruh hormat terhadapku. Tapi, sebagai kepala cabang perusahaan di Bandung, aku pun harus menghormatinya. Aku menghampiri pak Supriatna yang sedang di lapangan, “Selamat sore pak.. maaf tadi saya ada urusan keluarga sebentar, jadi saya tadi izin kel
Sepulang dari kantor aku, Noni dan nenek ngobrol di ruang tamu. Aku menjelaskan kepada nenek dan Noni bahwa Supriatna adalah sepupunya Jatiman, mantan ayah sambung Noni.“Oh ya nek.. nenek perlu tahu bahwa, cucu nenek ini sudah ada yang mau meminangnya. Dan calonnya adalah atasan Noni sendiri di kantor.” Aku membuka pembicaraan. Mendengar itu nenek sangat senang, seketika wajahnya semringah.“Apa benar itu Non? Kok kamu gak cerita sama nenek?” tanya nenek pada Noni.“Ya nek.. maaf Noni belum cerita sama nenek, karena pak Supriatna baru melakukan pendekatan sama Noni.” Jawab Noni.Aku jelaskan siapa Supriatna pada nenek, apa kedudukannya dan seperti apa statusnya saat ini. Aku juga sampaikan bahwa Supriatna dan Noni selisih 15 tahun, dan bagi aku bukanlah masalah.“Papa dulu sama Mama kamu beda 15 tahun juga. Saat itu usia Mama kamu 20 tahun dan Papa 35 tahun.” Jelasku pada Noni juga nenek.“Soal usia sih tidak masalah, yang nenek
Selesai makan malam kami terus berbicara tentang masa depan Noni. Nenek katakan kalau beliau tidak ingin keluar dari rumah mendiang suaminya. “Nanti kalau kamu sudah berkeluarga, biarkan nenek tetap tinggal di sini. Nenek tidak ingin campur dengan keluarga kamu.” Tiba-tiba saja nenek katakan itu.Noni tidak bisa terima, “Jangan atuh nek.. nenek harus selalu ada sama Noni. Rumah ini nanti akan direnovasi.” Jelas Noni sangat keberatan.“Kita gak akan biarkan nenek tinggal di rumah ini sendirian, nenek harus selalu mendampingi Noni.” Aku ikut menimpali.Nenek cerita kalau dia ingin menunggu sampai Adri datang menemuinya di rumah itu. Beliau seakan-akan yakin kalau suatu saat Adri akan menemuinya di rumah itu, karena nenek sangat merindukan kedatangan Adri.Aku merasa terenyuh mendengar keinginan nenek, aku berjanji dalam hati untuk bisa bertemu dengan Adri dan menyampaikan keinginan neneknya. Dari dua anak kembar