Share

Bab 5. Amarah

Penulis: Pwati
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-01 15:16:21

Zayden memberhentikan mobilnya itu tepat di depan pintu utama rumahnya.

Namun, bukannya turun dari sana. Zayden justru tetap di dalam beberapa saat.

Dia bahkan menempelkan keningnya itu pada setir mobilnya, terlihat jelas suasana hatinya yang memburuk paska menemui mamanya.

Dia sebenarnya tidak tega meninggalkan mamanya sendirian. Tapi, demi melancarkan rencananya dia harus tinggal sendiri. Karena dia tidak mau jika mamanya tahu kalau dia menikahi Aara yang notabenenya adalah selingkuhan dari suaminya.

Terlebih, Zayden juga tidak ingin melihat wajah papanya. Sudah cukup dia menahan emosi saat berada di kantor. Dan dia tidak ingin membuat mamanya semakin sedih jika mendengar pertengkarannya dengan papanya.

Zayden mengangkat kembali wajahnya, dia menghela nafasnya dalam seraya bersandar pada kursi mobilnya.

Dia pun kemudian turun, setelah perasaannya ini sedikit membaik.

Suasana mansion sudah tampak sedikit sepi, mengingat saat ini hari memang sudah cukup larut.

Zayden yang tidak memedulikan suasana mansion nya itu hanya terus berjalan menaiki anak tangga untuk menuju ruang kerjanya terlebih dahulu.

Namun, langkahnya itu tiba-tiba terhenti kala dia melihat Aara yang keluar dari dalam kamar dan seperti hendak pergi ke suatu tempat.

Dia tampak terburu-buru, bahkan sampai tidak menyadari keberadaan Zayden yang berdiri tak jauh dari lokasi tangga yang Aara tengah lewati.

“Mau kemana dia malam-malam begini. Apa mungkin ....”

Menyadari itu, Zayden pun langsung mengurungkan niatnya untuk pergi ke ruang kerjanya, dan memilih untuk mengikuti kemana Aara pergi.

***

Setelah berkendara sekitar satu jam, Zayden memberhentikan laju mobilnya itu tak jauh dari lokasi pemberhentian taksi online yang Aara naiki.

Seperti dugaannya, Aara pergi ke klub malam tempatnya bekerja.

Dia tidak menyangka, bahkan setelah menikah dengannya pun. Aara tidak berniat untuk lepas dari pekerjaannya itu.

Dan hal ini, semakin membuat Zayden merasa jijik padanya. Baginya, Aara benar-benar hanya wanita kotor yang pantas untuk dia injak-injak.

Paska melihat Aara yang masuk ke dalam klub malam itu, Zayden tidak bergerak dari dalam mobilnya.

Dia hanya diam di sana, seraya terus menunggu berapa lama wanita itu akan berada di sana.

Tatapannya terus dia tujukan pada klub malam itu. Seakan dia sama sekali tidak berniat untuk mengalihkannya.

2 jam pun berlalu begitu saja dengan cepat, Zayden yang masih duduk di dalam mobilnya itu sudah tidak memiliki kesabaran lagi.

“Apa dia akan berada di sini sampai pagi?”

Memikirkan hal itu, Zayden tidak bisa lagi diam. Dia pun berniat keluar dari dalam mobilnya.

Namun, baru saja pintu mobilnya itu terbuka. Zayden sudah lebih dulu mengurungkan niatnya, kala netranya itu melihat sosok Aara yang baru saja keluar dari sana.

Tapi, rupanya Aara tidak keluar sendirian. Di belakangnya, ada sosok lain yang keluar bersamanya. Dan sosok itu tak lain adalah papanya.

Perlahan, amarah Zayden mulai kembali menguasainya. Kedua tangannya mengepal kuat. Rahangnya mengeras, bahkan saking marahnya dia hingga membuat urat-urat di leher dan tangannya terlihat begitu jelas.

Tampak, matanya yang melebar ketika manik mata coklatnya itu melihat tangan Aara dan papanya yang saling memegang satu sama lain.

Dari pandangannya, mereka terlihat begitu mesra. Seperti tidak memikirkan ada hati dari seseorang yang mereka sakiti.

Menjijikkan, setidaknya itulah yang Zayden pikirkan pada wanita yang sudah menjadi istrinya itu juga ayah kandungnya sendiri.

Mereka orang-orang tidak tahu malu, yang rela menyakiti orang lain demi kepuasan mereka sendiri.

“Aara, kau yakin tidak ingin om antar?” tanya Zion.

“Tidak Tuan, terima kasih. Saya bisa pulang sendiri. Lebih baik Anda pulang sekarang, dan beristirahatlah. Terima kasih untuk hari ini,” ujarnya.

Zion mengangguk. Dia tahu Aara keras kepala, karena itu dia memilih untuk mengalah, lalu masuk ke dalam mobilnya, dan pergi dari sana.

Sementara Aara, dia berniat untuk berjalan dulu sebentar sebelum memesan taksi online untuk mengantarnya pulang.

Tanpa Aara sadari, sorot mata tajam milik Zayden terus tertuju padanya.

Terlihat api membunuh yang begitu jelas di sana.

Hingga dengan kemarahannya yang besar, Zayden pun menginjak pedal gas mobilnya dan membuat mobilnya itu melaju dengan begitu kencang.

Dia tidak bisa berpikir jernih, karena di dalam pikirannya saat ini. Dia hanya ingin menghabisi wanita itu, dan membuatnya hilang dari dunia ini.

Sementara Aara yang tengah berjalan itu seperti merasakan firasat aneh.

Dia mendengar suara mobil yang melaju kencang semakin dekat ke arahnya.

Sontak, Aara pun menoleh ke belakang. Dia terkejut, matanya membelalak ketika mobil berwarna hitam melaju kencang ke arahnya seperti ingin menabraknya.

“Aaaaaaa!”

Brugh!

Ckittt!

Zayden seketika memberhentikan mobilnya, saat berhasil menyerempet tubuh Aara.

Dia menoleh ke belakang, melihat Aara yang tersungkur di aspal jalan seraya meringis kesakitan.

“Beruntungnya kau, karena aku masih memiliki akal sehat untuk tidak menabrakmu sampai mati. Karena aku sadar, kau tidak boleh mati begitu saja sebelum aku memberikanmu seluruh penderitaan di dunia ini. Kau, harus tetap hidup dengan wajah yang selalu penuh dengan air mata penderitaan. Karena itulah hukuman yang pantas untuk wanita tidak tahu malu sepertimu,” ucapnya.

Zayden melajukan kembali mobilnya, ketika orang-orang di sekitaran sana mulai berhamburan dan menghampiri lokasi di mana Aara terjatuh.

Tampak Aara yang terus meringis kesakitan, seraya melihat siku tangan dan juga lututnya yang terluka karena bergesekan dengan aspal saat terjatuh tadi.

“Mbak, apa Mbak tidak papa?” tanya salah seorang yang datang menolong Aara.

“Saya tidak papa, Pak. Ini hanya luka kecil saja,” jawabnya.

“Hei mobilnya melarikan diri!” ujar orang lainnya. “Sebentar Mbak, kami akan mengejarnya, dan meminta pertanggung jawaban untuk Anda.”

“Ah tidak papa Pak,” tahan Aara. “Sepertinya itu orang yang mabuk, mengingat daerah ini dekat dengan klub malam. Saya bisa memakluminya,” lanjutnya.

“Tapi Mbak, bukankah ini tidak bisa dibiarkan? Anda terluka cukup parah, dan Anda membutuhkan perawatan. Orang itu harus bertanggung jawab.”

“Saya tidak papa Pak, terima kasih karena sudah mau menolong saya.”

Mendengar kekukuhan Aara, sepertinya orang-orang di sana tidak bisa mengatakan apa pun lagi. Mereka pun hanya bisa pasrah, karena bahkan Aara pun menolak dengan halus ketika salah satu dari mereka akan mengantarkannya ke rumah sakit atau pun ke rumahnya. Alhasil mereka hanya bisa melihat Aara yang berusaha untuk tetap pergi dari sana walau dengan terpincang-pincang.

Tatapan Aara juga mengarah pada jalanan yang baru saja dilewati oleh mobil yang baru saja menabraknya.

Dia mengingat sesuatu dari mobil itu, yaitu sebuah pelat nomor yang melekat di sana.

“Kenapa aku merasa mobil itu menabrakku dengan sengaja. Jelas-jelas aku berjalan di sisi jalan, dan masih banyak ruas jalan yang tersisa. Siapa sebenarnya orang itu, apa dia memiliki dendam padaku,” gumamnya seraya terus melihat ke arah mobil itu pergi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ummu Kaltsum
ara ini msh ada kaitanya sama Laura atau farah kah?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 6. Tidak Mungkin!

    Aara yang baru saja sampai di mansion. Tampak tengah membersihkan lukanya juga mengobatinya. Dia memutuskan untuk tidak pergi ke rumah sakit, selain karena tidak memiliki uang. Dia juga merasa jika lukanya ini masih terbilang ringan dan bisa dia obati sendiri. Mulut Aara tak henti-hentinya mengeluarkan rintihan rasa sakit, namun tangannya juga tidak berhenti untuk mengoleskan obat pada lukanya itu. Sesekali, dia masih memikirkan siapa sebenarnya yang sudah menabraknya. Benarkah ini hanya ketidak sengajaan, dan orang itu benar-benar mabuk. Tapi, jika memang benar. Kenapa dia merasakan hal aneh. Kenapa dia merasa jika orang itu sengaja menabraknya. Siapa lagi sebenarnya yang membencinya dan ingin balas dendam padanya. Kenapa hidupnya menjadi seperti ini. Brugh! Aara yang tadi tengah melamun itu sontak terkejut, ketika mendengar suara dobrakan pintu yang terbuka dengan begitu keras. Dia menoleh, dan melihat Zayden yang masuk dengan ekspresi marah di wajahnya. “Tu-tuan.” Zayden m

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-10
  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 7. Wanita Kotor yang Menjijikkan

    Zayden yang merasa bingung itu, lantas turun dari atas ranjang. Dia memakai kembali pakaiannya dan bergegas keluar dari sana, meninggalkan Aara yang masih menangis seraya menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Aara mencengkeram kuat selimut itu, dengan air matanya yang terus mengalir, dia melihat ke arah pintu yang baru saja Zayden lewati. Tubuhnya masih bergetar begitu hebat, dia tidak menyangka. Jika Zayden benar-benar akan bersikap begitu mengerikan, dia seperti binatang buas yang sedang kelaparan dan memangsa siapa pun yang berada di dekatnya. Sementara itu, Zayden masuk ke dalam ruang kerjanya. Dia membanting pintu itu dengan keras seakan menunjukkan kebingungannya yang berujung amarah. Zayden berhenti tepat di depan meja kerjanya, dia berdiri dengan kedua tangannya yang dia tempelkan pada meja. Bola matanya terus melihat ke sana kemari, menunjukkan ketidak mengertian yang saat ini dia rasakan. Dia menggeleng. Apa sebenarnya yang sudah terjadi. Wanita itu, bagaimana bisa wa

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-11
  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 8. Rasa Sakit dan Hancur

    “Tuan, apakah Anda yang semalam menabrak saya?” tanyanya.Mendapat pertanyaan itu, Zayden terdiam dengan tatapannya yang mengarah lekat pada Aara.“Menurutmu? Apakah itu aku?” tanyanya balik.Aara belum menjawab, dia kembali menoleh pada mobil Zayden dan menatap lekat pelat nomor itu.Dia yakin, dan dia ingat dengan jelas. Pelat nomor yang tertera di sana sama dengan pelat nomor mobil yang menabraknya semalam.Dan juga ... warna mobil ini sama persis dengan mobil yang semalam. Jadi dia tidak mungkin salah.“Tuan?”“Ya, memang aku,” ujar Zayden yang sontak membuat Aara terdiam.Dengan kedua tangannya yang dia masukkan ke dalam saku celananya. Zayden melangkah, mendekat pada Aara. Membuat wanita itu mendongak, agar bisa tetap melihat ekspresi Zayden.“Lalu, apa yang akan kau lakukan? Kau mau melapor polisi?” tanyanya kemudian dengan angkuh.Aara tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Matanya sudah berkaca-kaca. Tak lama, air mata itu pun lolos, keluar dari pelupu

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-12
  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 9. Perasaan Gelisah

    Aara pulang dari rumah sakit dengan berjalan kaki melewati trotoar jalan raya yang tampak sudah cukup sepi.Suasana juga sudah begitu gelap, namun untuk menenangkan perasaannya yang sangat kacau saat ini. Dia nekat untuk berjalan kaki dan merenungkan apa sebenarnya yang sudah terjadi.Hal jahat apa yang dia lakukan, hingga sampai memiliki nasib seperti ini.Dimulai dari bangkrutnya perusahaan ayahnya hingga keluarganya yang memiliki banyak hutang, lalu semua itu diperparah dengan ibunya yang memiliki penyakit jantung koroner. Bahkan karena semua itu, dia harus rela bekerja di klub malam agar bisa memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari juga sebagai biaya pengobatan ibunya.Dia pikir semua itu sudah cukup, tapi ternyata. Masih ada hal mengerikan lainnya, yang menerpa hidupnya.Seseorang yang dia pikir sebagai malaikat, yang bisa merubah hidupnya ini ternyata tidak benar. Dia justru iblis, yang akan menjerumuskan dirinya ke jurang yang semakin dalam dari sebelumnya.Air mata Aa

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-15
  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 10. Tidak Ada Cinta dan Kasih Sayang

    Sebuah mobil hitam tampak melaju dengan kecepatan tinggi melewati jalanan raya.Zayden, yang tak lain pemilik dari mobil itu tampak duduk menyandar di kursi belakang seraya tatapannya terus melihat jalanan yang saat ini tengah dilewatinya.Ingatannya itu melayang, pada kejadian satu jam lalu yang membuat perasaannya semakin kacau.Satu jam lalu.Zayden baru saja turun dari dalam mobilnya setelah pulang dari kantor.Dia berniat untuk mengunjungi mamanya terlebih dulu, sebelum pulang ke rumahnya sendiri.Ketika melewati pintu utama, Zayden merasakan hal aneh yang terjadi pada suasana di mansion orang tuanya itu.Para pelayan terlihat ketakutan, mereka bahkan tidak menyambutnya dengan tenang seperti biasanya.Langkah Zayden terhenti, dia menoleh pada Charlos yang merupakan kepala pelayan di mansion itu.“Apa yang terjadi?” tanyanya dingin.“Itu ... Tuan Muda, baru saja terjadi pertengkaran antara nyonya dan tuan besar,” jawabnya.Mendengar itu, tentu saja Zayden terkejut. Piki

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16
  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 11. Rencana Terbaik

    Aara duduk meringkuk di pojok ruangan dalam kamarnya. Dia memeluk erat dirinya sendiri, untuk menenangkan perasaannya setelah mendapat perlakuan yang begitu kasar dari Zayden semalam.Dan baru saja, Zayden juga meninggalkan kamar ini dengan raut wajahnya yang masih menunjukkan kebencian dan amarah yang begitu besar padanya.Air mata Aara seketika menetes, karena rasa sakit dalam hatinya yang tidak bisa dia tahan.Tok tok! Aara terperanjat, ketika mendengar suara ketukan dari luar kamarnya. Dengan refleks, dia langsung menyeka air matanya dan berusaha untuk tetap tenang. Walaupun Zayden sudah menunjukkan sikap kasarnya padanya di hadapan para pelayan. Dia tetap tidak ingin terlihat lemah di depan mereka.Dia akan berusaha keras untuk tetap terlihat baik-baik saja, walaupun sebenarnya hatinya sudah hancur berkeping-keping.“Nyonya, ini saya Lucas. Apakah saya boleh masuk?”“Masuklah kepala pelayan,” sahutnya dengan tangannya yang masih sibuk menyeka air matanya.Tak lama kemu

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-17
  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 12. Apa yang Harus Kulakukan?

    Srek! Lucas menarik kursi untuk Aara duduki. Dengan terus diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Aara pun duduk di kursi itu dan memandangi makanan yang sudah tersaji dengan begitu banyaknya di atas meja. Dulu, sebelum ayahnya jatuh miskin. Dia memang hidup dengan mewah, segala sesuatu yang dia butuhkan selalu dia dapatkan. Dia sangat dimanjakan, hingga hidupnya persisi seperti putri yang ada di negeri dongeng Bahkan perlakuan seperti ini, hanyalah sebagian dari kemewahan yang dia dapatkan. Namun, entah kenapa hidupnya tiba-tiba berubah. Bukan hanya kemewahan yang hilang darinya, tapi hidupnya ini penuh dengan penderitaan yang bahkan tidak ada habisnya. “Silakan makan apa pun yang Anda inginkan Nyonya, makanan ini dibuat khusus hanya untuk Anda,” ucap Lucas. Aara menatap tidak selera pada makanan di depannya itu. Tapi, dia harus berpura-pura ingin makan. Karena hanya dengan inilah, mereka semua tidak akan memperlakukannya dengan buruk lagi. “Wahh, benarkah? Kalau begitu aku ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 13. Rencana Melarikan Diri

    Aara tampak masih berada di taman. Dia masih duduk di sana seorang diri, dengan wajahnya yang menunduk. Kedua tangannya terlihat mengepal, matanya juga lurus melihat rumput taman yang ada di sana. Kepalanya masih berpikir bagaimana dia harus keluar dari situasinya saat ini. Hal apa yang harus dia lakukan, agar dia terbebas dari belenggu Zayden yang amat menyakitkan ini. Dia tahu karena perjanjian itu, dirinya harus hidup terpenjara dan tersiksa di sini tanpa bisa membela diri. Tapi, jika harus seperti ini. Siapa pun tidak akan bisa menerimanya. “Nyonya, ini sudah siang. Cuaca juga sudah panas, mari masuklah ke dalam,” ucap Feni, yang baru saja datang menghampiri Aara. Aara menoleh, dia lalu menatap Feni. Matanya itu menunjukkan bahwa masih ada hal yang mengganggu pikirannya dan dia tidak bisa memecahkannya. “Feni, boleh aku menanyakan sesuatu padamu?” tanyanya. “Silakan Nyonya.” “Jika seandainya kau menikahi seseorang yang ternyata tidak mencintaimu, dan dia hanya ingin melampi

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-20

Bab terbaru

  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 186. Zevan Rionard Tan dan Zayna Audrey Tan (The End)

    Aara sudah berada di ruang perawatan VVIP sekarang. Di sana juga sudah ada Zayden, Alya dan Zion yang menemaninya. Setelah 3 jam tertidur, akhirnya Aara membuka matanya. Dan sekarang dia tengah memakan makanan yang disiapkan rumah sakit untuknya.Tampak Zayden dengan telatennya menyuapi makanan itu pada Aara. Walaupun Aara terus menolaknya, namun Zayden tetap memaksanya untuk memakan makanan itu.Aara terus menolak karena makanan rumah sakit itu tidak enak menurutnya. Rasanya hambar dan membuatnya mual.“Sayang sudah cukup, aku tidak mau makan lagi,” ucap Aara.“Sedikit lagi, lihat. Sebentar lagi makanannya habis. Ayo paksakan sedikit lagi ya,” jawab Zayden.Dengan bibir cemberutnya, Aara pun membuka mulutnya dan memakan yang terus Zayden sodorkan ke bibirnya itu.“Kamu memang anak yang baik,” puji Zayden.“Besok kita sudah bisa pulang, kan?“ tanya Aara.“Iya sayang, sekarang kau perlu dirawat dulu karena kelelahan.”“Apa putra dan putri kita baik-baik saja? Aku belum melihat

  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 185. Melahirkan dengan Selamat

    Ketika sampai di rumah sakit, Zayden langsung bergegas keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah sakit. Dia berlari dengan tergesa-gesa menuju ruang persalinan. Hingga sampai di ruang persalinan itu, mereka melihat Alya dan juga Zion yang sudah berada di sana dengan raut gelisah yang terlihat jelas di wajah mereka. “Mama, Papa,” panggilnya.Sontak, Alya dan juga Zion langsung melihat ke asal suara. “Zay,” jawab Alya.Tampak Zayden terus berlari menghampiri Alya dengan keringat yang sudah bercucuran di keningnya. “Bagaimana hah hah keadaannya, Ma? Apa hah bayinya sudah lahir?” tanyanya dengan nafasnya yang terengah-engah.“Belum sayang, dari tadi Aara terus memanggil-manggil kamu. Tapi kamu masih belum datang. Masuklah, dia membutuhkanmu,” ujar Alya.Zayden pun mengangguk, dia berjalan ke arah pintu ruang persalinan. Glek! Zayden menelan salivanya, tidak bisa dia ungkiri saat ini dia merasa gugup dan juga takut. Menemani istrinya melahirkan adalah suatu impiannya. Tapi, saat hari

  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 184. Detik-detik Melahirkan

    Sejak Aara memaafkan Zayden dan melupakan semua perbuatan yang telah Zayden lakukan padanya, kehidupan mereka berubah. Tidak ada lagi kesedihan, tidak ada lagi perasaan tertekan. Mereka seperti mendapatkan kehidupan baru dan memulai semuanya dari awal.Zayden semakin memperhatikan Aara, begitu pun dengan Alya dan Zion. Mereka juga sangat menyayangi Aara layaknya putri mereka sendiri, saat ini mereka semua sangat menantikan lahirnya penerus keluarga Tan yang tak lain adalah Zevan Rionard Tan dan Zayna Audrey Tan, yang tak lama lagi akan segera hadir ke dunia ini.Waktu terus berjalan, kebahagiaan demi kebahagiaan terus Aara dan keluarga Tan rasakan. Seperti semuanya berjalan dengan lancarnya tanpa hambatan apa pun. Sepertinya saat ini Tuhan sedang berbaik hati kepada mereka, setelah banyak cobaan dan ujian yang diberikannya, akhirnya semua itu bisa mereka lewati dan mereka bisa menikmati yang namanya kebahagiaan. Hingga 1 bulan pun berlalu, kandungan Aara sudah menginjak 9 bulan se

  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 183. Sebuah Permohonan dan Suasana Penuh Canda Tawa

    Zayden saat ini telah dipindahkan ke atas ranjangnya, tampak di sana sudah ada Alya, Zion, Aara dan juga dokter David.Ekspresi wajah Alya dan Zion tampak begitu tegang, karena sudah 2 jam berlalu tapi Zayden tak kunjung sadar.“David sebenarnya apa yang terjadi, kenapa Zayden bisa tiba-tiba pingsan seperti ini. Katamu kondisinya sudah semakin membaik, tapi apa ini?” tanya Zion.“Sepertinya ini memang disebabkan oleh luka di kepalanya, mungkin ada sesuatu yang membuat luka itu kembali terasa sakit,” jawabnya.“Apa itu berbahaya, apa Zayden akan baik-baik saja?” kali ini giliran Alya yang bertanya. Suaranya begitu bergetar, karena rasa kekhawatiran yang begitu besar pada putranya itu.“Saya rasa ini tidak akan berdampak buruk, wajar bagi pasien yang memiliki luka cukup parah di kepala untuk sesekali merasakan sakit kepala. Tapi, jika hal ini terus berlanjut di kemudian hari. Tentu saja harus ada penanganan,” jawab David.Mendengar semua penjelasan David, Aara semakin merasa bersa

  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 182. Kau Akan Pergi?

    Zayden kembali melepaskan paksa pelukan yang Naura lakukan padanya. Dia lalu memegang kedua bahu Naura, dan menatapnya dengan begitu dingin.“Tidak ada, aku tidak merasakan apa pun lagi. Karena seperti yang kubilang, itu hanyalah masa lalu. Jadi tolong pergilah!”Air mata Naura turun semakin deras, dia sungguh tidak menyangka jika Zayden akan melupakan seperti ini.Dia menunduk. “Baiklah, maafkan aku Zay. Karena aku telah menggangguku, dan membuatmu tidak nyaman. Tapi, aku merasa senang karena kita bisa bertemu lagi. Karena dengan begitu, aku bisa meminta maaf padamu.” Naura tersenyum, dan senyum itu tampak tulus.“Aku akan pergi, semoga kau selalu bahagia,” lanjutnya. Seraya menyeka air matanya, Naura pun melangkah keluar.Tampak Zayden yang langsung menarik nafasnya, dia lalu memegangi keningnya. Tapi syukurlah, masalah ini sudah selesai. Dan Naura tidak akan menemuinya lagi.Ya, ini semua sudah selesai. ‘Sekarang fokusku hanya kepada Aara dan calon anak kami. Aku akan berusah

  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 181. Tidak Sanggup Lagi

    “Zay,” ucap Naura yang baru saja dipersilakan masuk ke ruangan Zayden setelah mendapat izin darinya.Zayden pun mengangkat wajahnya, dia melihat Naura yang berdiri di depan pintu ruangannya.Entah kenapa, penampilan Naura saat ini mengingatkannya pada 10 tahun lalu. Dia tidak menyangka setelah selama itu, mereka akan bertemu lagi.Zayden lalu berdiri, keluar dari meja kerjanya menuju sofa. “Masuk dan duduklah,” ucapnya.“Silakan Nona,” ucap Sam yang kemudian memandu Naura untuk masuk dan duduk di sana.Sam kemudian membungkuk, dia keluar dari sana, memberi ruang untuk tuannya berbicara dengan tamunya ini.Tampak Zayden kemudian duduk, dia menatap Naura sebentar sebelum akhirnya dia pun membuka mulutnya.“Apa yang ingin kau sampaikan?” tanyanya.Naura yang tadi hanya menunduk, akhirnya mengangkat wajahnya itu. Kedua tangannya tampak saling meremas satu sama lain. Dia menelan salivanya, dengan air matanya yang tampak menetes.“Aku ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, tidak

  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 180. Kisah Masa Lalu

    Zayden baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Tampak dia yang hanya memakai jubah mandinya, dengan handuk kecil yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah.Zayden melirik Aara yang saat ini kembali duduk di sofa, dia menatapnya kesal. Karena merasa jika Aara sama sekali tidak peduli padanya.Hal itu semakin membuatnya ragu, jika mereka memang benar-benar suami istri.‘Aku tahu hubungan kami mungkin buruk, tapi sebagai suami istri. Harusnya dia kan punya rasa penasaran. Tapi, dia justru hanya diam saja seakan tidak peduli. Apa dia benar-benar tidak marah?’ batinnya.“Hei!” panggilnya yang sontak membuat Aara menoleh.“I-iya Tuan?” jawab Aara.Zayden lalu melempar handuk kecil itu pada Aara, sedangkan dia duduk di samping Aara.“Keringkan rambutku!” serunya.Aara yang memang sudah mengerti pun lantas berdiri dan berjalan ke belakang Zayden.Dengan telatennya, dia lalu mengeringkan rambut basah Zayden. Dia melakukannya selembut mungkin, agar Zayden merasa nyaman.

  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 179. Rasa Kesal Zayden!

    Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 19.15. malam. Zayden yang awalnya hendak pulang itu akhirnya ter-urung kala dia melihat papanya yang datang ke ruangannya.“Zay,” ucapnya.Zayden pun keluar dari meja kerjanya dan berjalan ke arah sofa. “Duduklah Pa,” ujarnya.Dengan senang hati, Zion pun menghampiri dan duduk di sana. Begitu pun dengan Zayden, kini posisi mereka saling berhadapan satu sama lain dan hanya terhalang oleh meja yang ada di depan mereka.“Apa yang mau Papa bicarakan?” tanyanya to the point.“Kau ingat, Aland yang sudah menyerangmu saat di rumah sakit?” tanya balik Zion.Mendengar itu, Zayden pun mengangguk. “Kenapa? Bukankah sekarang dia sudah di penjara?”Kali ini, giliran Zion yang mengangguk. Namun, ekspresi wajahnya itu masih terlihat janggal. Tampak jelas, sesuatu yang saat ini sangat ingin dia katakan.“Benar, Aland sudah mendapatkan hukumannya sekarang. Tapi meskipun begitu, perasaan papa masih tetap tidak merasa tenang.”Alis Zayden mengerut, dia mas

  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 178. Siapa Wanita Itu Sebenarnya

    Zayden yang awalnya marah pun ikut terdiam saat melihat siapa pelayan itu.“Kau ....” pekiknya.Dia seketika berdiri, lalu menatap lekat pelayan wanita di depannya itu yang kini juga terus menatapnya.Di sana, Aara yang sebenarnya juga terkejut juga ikut berdiri. Dia memandang dengan bingung Zayden juga pelayan itu yang saling menatap satu sama lain.Seketika, Aara pun terdiam. Kini, tatapannya itu hanya fokus pada Zayden. Ekspresi wajahnya berubah, dan kenapa tiba-tiba bertanya ini memanas.Kenapa hatinya berdebar keras, hingga terasa begitu sakit. Perasaan khawatir apa ini.“Naura,” ujar Zayden.“Ternyata benar, itu kau Zay.” Bruk! Tiba-tiba Naura memeluk Zayden, dan berhasil membuat Aara terkejut begitu pun dengan Zayden.Dia mematung, tanpa membalas pelukan Naura padanya.“Hiks, aku tidak menyangka jika kita akan bertemu lagi.” Naura semakin mengeratkan pelukannya, dia bahkan seperti tidak peduli bahwa ada banyak orang yang saat ini melihatnya.Clakkk! Di sisi lain, air

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status