Hari sudah gelap, waktu pun sudah menunjukkan pukul 19.21. malam. Aara sedang mengaduk susunya di dapur rumah kontrakannya. Setelah selesai, dia lalu membawa susunya ke ruang tamu kontrakannya. Dia duduk dan meminum susu hamilnya itu.Aara meminumnya seteguk, lalu menghentikannya. Dia menunduk dan mengusap perutnya dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya masih memegangi gelas susunya. Dia tersenyum lalu meminum lagi susunya dan menghabiskannya. “Hah, mama sudah menghabiskan susunya. Semoga kalian berkembang dengan baik ya Nak,” ucapnya sambil terus mengelus-elus perutnya dengan penuh kasih sayang.Aara lalu mengambil sebuah buku yang terletak di meja yang ada di depannya. Dia membuka buku itu lantas membacanya. Buku itu adalah buku yang berisi tentang panduan cara mengurus bayi dengan benar dari mulai dalam kandungan hingga lahir ke dunia. Tapi sekarang, dia lebih fokus membaca mengenai cara mengurus bayi kembar. Di sana terdapat juga bagaimana cara menggendong yang baik aga
“Tunggu sebentar,” tahan Aara, dan membuat Zayden kembali berbalik padanya.Zayde mengernyit, tidak mengerti apa lagi yang Aara inginkan.“Aku ingin bertemu dengan seseorang yang menyelamatkanku dulu,” lanjutnya.Aara keluar, dia berjalan melewati Zayden untuk menuju rumah bu Darmi.Melihat itu, Zayden pun langsung mengikuti Aara, karena dia takut Aara akan kembali melarikan diri darinya. Begitu pun dengan Sam, dia juga mengikuti Aara dan Zayden dari belakang mereka.Tampak Aara yang berjalan dengan langkah cepatnya, karena dia tidak mau jalan berdampingan dengan Zayden. Di dalam hatinya dia masih merasa takut, kalau-kalau Zayden akan bertindak kasar lagi padanya.“Hei, jangan jalan terlalu cepat. Kau sedang hamil, tidak baik untuk bayi kita.” Zayden memegang lengan Aara bermaksud untuk menghentikan langkahnya, namun tanpa di sangka. Aara justru langsung menghempaskan tangan Zayden dengan kasarnya. “Sudah kubilang jangan menyentuhku!” bentaknya.Zayden tersentak ketika mende
Saat ini Aara sudah berada di dalam mobil Zayden, mereka tengah dalam perjalanan menuju mansion. Tampak Aara dan Zayden yang duduk di kursi belakang dan Sam yang duduk di kursi kemudi.Dari awal perjalanan, pandangan mata Aara terus saja melihat lurus ke depan, dia sama sekali tidak menghiraukan Zayden yang ada di sampingnya. Biasanya, ketika mereka di dalam mobil bersama-sama seperti ini, Aara akan selalu mencuri-curi pandang padanya walaupun dengan wajah takutnya. Tapi sekarang, justru pandangannya itu terlihat dingin dan sama sekali tidak memedulikannya.Saat ini, justru Zayden yang terus memandangi Aara. Di dalam hatinya dia ingin sekali menyentuh gadis di sampingnya ini, dia ingin sekali memeluknya dengan sangat erat, dia ingin mengelus perut buncitnya dan menyapa calon anaknya. Tapi, hal itu tidak bisa dia lakukan, karena terhalang janjinya pada Aara.Entahlah, rencana Zayden yang awalnya sangat ingin meminta maaf pada Aara itu seperti telah dia lupakan. Lebih tepatnya, dia t
“Selamat datang kembali Nyonya,” sapa seseorang yang suaranya masih sangat Aara ingat. Dia pun menolehkan wajahnya pada asal suara itu. Dan seperti dugaannya, orang itu tak lain dan tak bukan adalah Lucas. Orang yang selama ini juga paling dia takuti di rumah ini. Namun, anehnya. Ekspresi wajahnya itu menjadi lebih ramah padanya, sangat berbeda dengan dulu yang selalu memperlihatkan aura dingin padanya.Saking terpakunya dengan perubahan sikap Lucas padanya, Aara bahkan sampai lupa untuk membalas sapaan yang tadi dilontarkan oleh Lucas.“Nyonya, syukurlah Anda sudah kembali,” ucapnya lagi, dia lalu menurunkan pandangannya pada perut Aara yang buncit. Senyum tersungging di bibirnya saat dia melihat hal itu. Itu artinya, sebentar lagi mansion ini akan dipenuhi oleh suara tangis bayi dan juga tawanya.“Nyonya, saya ingin min ....” Lucas tidak melanjutkan kata-katanya, saat dia melihat ke arah Zayden. Tampak Zayden menggeleng agar dirinya tidak melanjutkan kata-katanya. Karena memang Z
Waktu saat ini menunjukkan pukul 19.00 malam. Zayden, Sam dan Lucas tampak berkumpul di ruang kerja Zayden dan sedang membicarakan hal yang terjadi saat ini pada mereka.“Tuan, apa Anda tidak berniat untuk memberitahu semua kebenarannya pada nyonya? Bukankah Anda bilang, Anda ingin meminta maaf padanya?” tanya Lucas.Mendengar pertanyaan Lucas, Zayden pun beranjak bangun dari duduknya. Dia lalu melangkahkan kakinya mendekati jendela kaca besar di dalam ruangannya. Zayden menggerakkan satu tangannya menyentuh kaca itu dengan tatapan sendunya. “Aku ... aku sangat ingin meminta maaf padanya, memberitahu semua kebenarannya padanya. Tapi ... aku lebih takut kehilangannya. Dia sangat membenciku, jika dia tahu bahwa aku sudah mengetahui semua kebenarannya. Dia akan semakin membenciku, terlebih aku tidak pernah mempercayainya selama ini. Kau pikir, jika aku jujur sekarang, apa yang akan dia minta dariku?” tanyanya.“Nyonya pasti akan meminta untuk Anda melepaskannya Tuan,” jawab Lucas.Za
Hari semakin larut, bahkan bunyi dari jam dinding pun sudah terdengar dengan jelasnya karena kesunyian yang mulai menyelimuti suasana malam ini. Tampak kamar Aara yang sudah gelap karena dia sudah tertidur lelap dengan lampu kamarnya yang sudah dia matikan.Aara tertidur di sebelah kanan tempat tidurnya dan memiringkan tubuhnya itu ke samping kanan. Ceklek! Bunyi pintu terbuka itu tiba-tiba terdengar memenuhi ruang kamar itu. Namun, sepertinya Aara tidak terganggu karena bunyi pintu itu lantaran dia yang sudah lelap dalam tidurnya.Seseorang yang membuka pintu itu lalu melangkahkan kakinya dengan pelan masuk ke dalam kamar. Dia terus berjalan menghampiri Aara yang sedang tertidur lelap. Seseorang yang tak lain adalah Zayden itu berdiri di samping Aara dengan tatapannya yang sendu.Wanita yang sangat dia rindukan, wanita yang sangat ingin dia peluk, wanita yang sangat ingin dia mintai maaf, saat ini sudah berada di hadapannya. Tapi, justru semua itu belum bisa dia lakukan. Dia mas
Zayden terlihat kembali ke meja makan setelah menyelesaikan teleponnya.Tampak keningnya yang berkerut ketika melihat Aara hanya menunduk dan tidak melanjutkan lagi sarapannya.“Tadi kau sangat bersemangat memilih menu sarapanmu, tapi kenapa kau tidak menghabiskannya?” tanyanya.Namun, Aara tidak menjawab. Dia hanya terus menunduk.“Apa makanannya tidak enak, kalau begitu –““Aku hanya kenyang,” sela Aara. Dia sebenarnya kaget ketika Zayden mengungkit perihal rasa makanannya, dia takut melakukan kesalahan dan membuat koki yang memasak hari ini dihukum.“Kenyang?”Aara mengangguk.Dia melirik Zayden, karena takut Zayden tidak percaya padanya.“Baiklah, kalau begitu aku akan berangkat ke kantor,” ujarnya. Zayden lalu mengambil sesuatu di dalam saku jasnya itu, dan memberikannya pada Aara. “Ini ponsel untukmu, ponsel ini sudah di setting khusus dengan hanya bisa menerima panggilan dari nomorku, tidak untuk nomor kontak yang lain. Kau harus selalu menjawab ketika aku menghubungimu
Zayden tampak keluar dari ruangannya dengan begitu terburu-buru. Dia akan pulang dan ingin cepat sampai ke rumahnya, karena hatinya sudah tidak tahan lagi untuk melihat Aara.Namun, sepertinya keinginannya itu harus tertunda kala dia tidak sengaja berpapasan dengan papanya dan membuat langkah kakinya itu pun terhenti.“Ada yang ingin papa katakan, ikutlah dengan papa,” ucap Zion. Dia lalu berjalan lebih dulu.Tidak ada penolakan dari Zayden, dia pun kembali melangkahkan kakinya itu mengikuti papanya dari belakang.Hingga akhirnya, mereka pun tiba di ruangan Zion. Tidak seperti dulu, tatapan kebencian dari Zayden kepada papanya itu sekarang sudah menghilang. Karena semua kesalahpahaman itu sudah terluruskan. Bukan hanya hubungan dengannya, tapi dengan mamanya pun semua itu sudah berlangsung baik seperti dulu.“Apa yang papa katakan?” tanya Zayden.Zion pun berbalik, dan menatap putranya itu. “Apa benar Aara sudah kembali?”Zayden tidak terkejut dengan itu, bagaimanapun Zion adal