Bab 13Pagi itu, binar cinta tumbuh di hati Elang dan Sabrina. Malam yang penuh dengan gelora membuat keduanya tak lagi canggung menjalani hari sebagai sepasang suami istri. Kini, Sabrina tak lagi canggung untuk bermanja layaknya pasangan lainnya."Aku masak nasi goreng, Mas mau sarapan?" tanya Sabrina saat Elang yang baru saja mandi, lalu menghampirinya di dapur.Wangi shampo menguar dari rambut Elang. Wajah yang segar dan berseri-seri pun terpasang sempurna di wajah yang tampan nan rupawan itu."Wanginya enak. Mas laper," balas Elang setelah jarak keduanya terpangkas. Ia mendekati badan langsing yang sedang berdiri di depan kompor,, lalu tanpa permisi tangan kekar itu memeluknya dari belakang.Rambut panjang Sabrina yang dicepol ke atas membuat Elang bebas menyusuri leher jenjang milik istrinya itu. Ia meletakkan dagunya di atas bahu, lalu menghidu aroma sabun yang menguar dari badan wanita yang semalam dikencaninya di atas ranjang."Mas ihh," rengek Sabrina geli merasai sentuhan sa
Bab 14Tangan Elang terulur meraih jemari Sabrina, lalu digenggamnya lembut penuh rasa. "Makasih ya kamu sudah bersedia mengerti posisi Mas. Ini semua tidak mudah, tapi Mas yakin kamu pasti bisa.""Sama-sama, Mas. Mas juga jangan bosan bantu aku untuk tetap kuat," balas Sabrina mantap sambil diiringi senyum tipis."Pasti. Kita sama-sama belajar sampai saatnya tiba untuk membuka semua ini. Mas berdoa semoga ketika itu, Kayla mau legowo menerima kehadiranmu.""Aamiinn." Sabrina membalas genggaman tangan Elang. "Sebenarnya aku juga ingin kenal dengan Mbak Kayla, tapi aku sadar diri.""Boleh lah nanti sesekali kamu main ke rumah. Biar aku bilang sama Mama, nanti Mama yang atur."Sabrina terdiam sambil berpikir. "Apa Mas juga tidak akan memperkenalkan aku dengan Mama dan Papa?"Ada tatapan penuh harap yang terpancar dari sorot mata Sabrina. Antara ingin dan takut, antara rasa bersalah dan rasa minder."Kalau Mama sama Papa nanti bisa aku atur, tapi kalau sama Kayla Mas masih harus banyak
Bab 15"Mas kenapa?" tanya Sabrina saat Elang hanya diam saja ketika di perjalanan. Ia membingkai wajah sang suami dengan dua mata indahnya.Elang menoleh, lalu membalas tatapan Sabrina sambil mengulum senyum."Ngga apa-apa.""Seperti ada yang sedang di pikirkan.""Enggak, kok. Mas ngga apa-apa. Cuma agak lelah aja.""Ya sudah, nanti kalau sudah sampai Mas bisa langsung balik ke Mbak Kayla." Sabrina memaksa bibirnya untuk mengatakan hal itu meskipun sebenarnya dalam hatinya ada rasa berat."Mas ngga balik ke sana dulu."Sabrina tersentak. Secercah rasa lega tiba-tiba saja timbul dalam hatinya yang sempat layu."Kenapa, Mas?""Papa ngasih waktu kita seminggu lagi untuk bersama." Elang menoleh sekilas.Sabrina menahan senyum yang hendak terbit di wajahnya. Lalu, tiba-tiba saja terbayang dalam wajahnya bagaimana perasaan Kayla saat mengetahui bahwa dirinya masih harus berjauhan dengan sang suami satu minggu lagi."Pasti Mbak Kayla sedih," lirih Sabrina mencoba memposisikan diri."Ngga ap
Bab 16"Sabrina?" pekik Elang. Ia langsung berdiri salah tingkah mendapati istrinya sedang mendengarkan obrolannya dengan sang papa."Kamu sudah lama di situ?" tanya Elang lagi.Helaan napas dalam keluar dari bibir wanita yang sedang berdiri di belakang Elang itu. Lalu bibirnya tersungging sedikit. "Enggak, kok. Baru aja.""Ke—kenapa ngga duduk di situ?" sahut Elang sambil menunjuk sofa dengan ekor matanya."Aku ngga mau ganggu Mas. Makanya aku tunggu di sini." Sabrina menjawab sekenanya. Ia merasa ada yang tidak beres dengan sang suami. Ia pun berinisiatif untuk melakukan sesuatu hal."Mas, boleh ajak Papa dan Mama ke sini kalau mau. Biar aku siapkan makan malam nanti." Sabrina berujar setelah menetralisir hatinya yang tak menentu."Kamu yang siapkan?" tanya Elang lagi. Dahinya mengerut penuh lipatan, seolah meragukan kemampuan Sabrina."Iya. Aku bisa kok masak," jawab Sabrina mantap. Tak ada keraguan dalam ucapannya."Beneran?" sahut Elang lagi.Sabrina mengangguk yakin. Ia bermaksu
Bab 17Sabrina mendorong troli belanja sendirian. Ia hanya diantar oleh Elang tapi tidak ditemani masuk ke dalam supermarket. Terbersit rasa dongkol dalam hati Sabrina, tapi ia segera menepisnya."Perjuangan baru dimulai," batin Sabrina setelah mengembuskan napas kasar dengan semangat.Sabrina melenggang menuju kasir setelah ia selesai mendapatkan bahan makan yang ia butuhkan. Ia harus mengantri di belakang sepasang suami istri yang tampak mesra dan serasi.Hati Sabrina bersorak penuh cemoohan. Namun, hal itu bukanlah sesuatu yang bisa membuat langkah Sabrina mundur. Apa yang dilihat makin menambah semangatnya untuk menjadi satu-satunya istri Elang Hastanta."Berat ya?" ucap Elang sambil mengambil alih tas belanjaan dari tangan Sabrina untuk dimasukkan ke dalam bagasi."Berat sih. Tapi setelah lihat wajah Mas, beratnya jadi hilang," seloroh Sabrina menghibur diri.Elang tertawa, lalu dengan cepat melangkah menuju kursi kemudi. Ia tak bisa berada di luar dengan leluasa sebab berada di
Bab 18Acara makan malam berlangsung dengan lancar. Mereka menikmati masakan Sabrina dengan antusias dan saling memuji. Tak hanya Bu Laras, Pak Rahardjo pun turut memuji masakan menantu keduanya itu."Nikmati liburan kalian seminggu ini, semoga seorang cucu segera hadir diantara kalian," ucap Pak Rahardjo setelah ia selesai menikmati masakan Sabrina."Mohon doanya saja, Pa. Elang juga sedang berusaha," jawab Elang setelah menatap wajah sang istri, lalu menggenggam tangan Sabrina dengan lembut.Wajah Sabrina merona. Hatinya berbunga-bunga mendapatkan perhatian berlebih dari mertuanya yang baru saja ia kenal. Ucapan Pak Rahardjo itu bak secercah harapan untuk menjadi pemilik tahta dalam hati sang suami."Iya. Mama juga. Makanya kami setuju kalian menikah, biar Elang bisa dapat keturunan dari darahnya sendiri. Soal Kayla, dia pasti mengerti nanti. Kalau sekarang belum saatnya. Biar Mama yang temani dan hibur dia, kamu jangan khawatir," ucap Bu Laras penuh semangat."Sebenarnya Elang suda
Bab 19Sabrina terdiam beberapa saat setelah mendengar ucapan Bu Laras. Kebaikan mereka mengharapkan imbalan yang bukan main beratnya.Anak adalah hadiah dari Tuhan yang tidak bisa dipaksakan, bagaimana jika imbalan dari kebaikan mereka adalah dengan hadirnya seorang madu?Tentu berat bagi Kayla. Akan tetapi, bagi Sabrina itu adalah penyemangat untuk terus berjuang demi bisa mendapatkan apa yang mereka mau. Semua wanita memiliki rahim, tentu bukan hal yang mustahil bagi perempuan yang baru saja melepas masa lajangnya itu. Harapan masih terbuka lebar untuknya."Semoga Sabrina bisa segera kasih Mama cucu ya?" ucap Sabrina kemudian. Ada rasa percaya dalam dirinya untuk bisa memberikan apa yang mereka mau."Pasti itu. Kamu lebih muda, badanmu terlihat lebih segar tentu banyak kemungkinan untuk kamu bisa segera hamil."Sabrina mengangguk. "Doakan ya, Ma. Semoga aku ngga mengecewakan Mama dan Papa."Bu Laras mengangguk. Kemudian ia meraih tangan Sabrina untuk digenggamnya erat. Seulas senyu
Bab 20Malam itu berakhir di peraduan yang penuh peluh dan gairah. Malam panjang yang penuh dengan lenguhan dan sarat akan cinta. Dua insan sedang menikmati indahnya surga dunia."Makasih ya," bisik Elang di telinga Sabrina yang sudah tak lagi sanggup menahan kelopak matanya untuk terbuka. Ia sudah kenyang akan buaian cinta yang diberikan oleh sang suami.Elang pun turut terpejam di sisi Sabrina sambil memeluk badan langsing yang terbalut akan selimut.Hati berganti hari. Siang pun berganti malam. Hingga hari ke tujuh keberadaan Elang di rumah itu. Malam itu, Sabrina duduk terpekur sambil menatap layar ponselnya. Ia berada posisi yang sulit malam ini."Kenapa Sayang?" tanya Elang. Ia duduk di samping Sabrina yang sedang menatap layar ponsel dengan pandangan nanar. Di dalam layar ponsel itu, terdapat foto Elang sedang memeluk Sabrina dari belakang dengan wajah yang penuh akan kebahagiaan."Ini malam terakhir Mas di sini," gumam Sabrina. Mata yang semula dipenuhi oleh mendung, kini mul
Bab 70Hari-hari baru telah dilalui oleh Sabrina dan Elang di rumahnya yang sebelumnya ia tempati. Kehidupan baru dengan status baru, yaitu sebagai satu-satunya istri dari Elang Hastanta.Pernikahan mereka baru saja di sahkan setelah satu bulan kepergian Kayla. Hal itu membuat Sabrina merasa lega sebab statusnya telah sah dimata hukum. "Terima kasih atas hadiah ini, Mas," ucap Sabrina setelah kembali ke rumah. Buku nikah telah ia dapatkan ditangan. Ia bukan lagi menjadi wanita simpanan, melainkan sebagai satu-satunya istri sah yang dimiliki Elang.Bibir Elang mengulum senyuman. Ia mengusap pipi Sabrina menggunakan ibu jarinya dengan halus dan lembut."Sama-sama, Sayang. Tidak ada lagi alasan untukku tidak menjadikanmu sebagai satu-satunya istri sah. Mas janji akan selalu menjaga diri agar tidak lagi melakukan kecerobohan yang menyebabkan hidup Mas jadi berantakan seperti kemarin. Mas juga janji akan membahagiakan kamu dan anak kita nanti," ucap Elang sambil mengusap perut Sabrina yan
Bab 69Elang menuntun Sabrina berjalan di jalan setapak di antara makam yang berjajar. Dadanya kebak akan rasa haru atas apa yang sudah terjadi. "Hati-hati, Sayang," ujar Elang saat Sabrina berusaha menghindari makam yang ada di samping jalanan.Tangan Sabrina menggenggam erat lengan Elang yang ada di sampingnya. Kondisinya yang baru saja pulih membuat badannya masih terasa lemas dan sesekali harus menyandarkan badannya agar tidak roboh. Seharusnya Sabrina banyak beristirahat, tapi rasa bersalahnya tak lagi dapat menahan langkah kakinya untuk berjumpa dengan Kayla sekalipun sudah berbeda alam."Ini makamnya," ucap Elang seraya menunjuk satu makam yang masih tinggi gundukannya. Kembang setaman yang ditaburkan kemarin masih banyak berjajar di atas makam itu. Bahkan aromanya sesekali masih terhirup oleh hidung Sabrina juga Elang.Sabrina menatap makam itu dengan hawa panas yang mulai merambat ke sekujur tubuhnya. Kepergian Kayla setelah apa yang dilakukannya pada Sabrina membuat Sabrina
Bab 68Elang berjalan dengan langkah tergesa menuju ruang ICU, tempat di mana Kayla sedang dirawat. Matanya hanya fokus pada jalanan di depannya agar bisa lekas sampai di ruangan tersebut. Pikirannya sudah lebih tenang sebab Sabrina sudah ditemukan.Beberapa kali ponselnya berdering dari sang mama, bertanya di mana posisinya sekarang. Dan itu membuat Elang makin cemas dengan kondisi Kayla.Biasanya, Bu Laras dan Pak Rahardjo cukup bisa diandalkan dalam hal apapun. Tapi dering ponsel yang terus berbunyi itu membuat Elang merasa bahwa orang tuanya tak bisa mengatasi keadaan itu dan mengharuskannya berada di sisi Kayla secara langsung.Elang pun makin mempercepat langkahnya."El," sapa Bu Laras kala matanya melihat Elang mendekatinya. Tangannya terangkat untuk memeluk sang putra. Ketika berada dalam rengkuhan putranya, air mata Bu Laras tumpah seketika."Kayla, El. Kondisinya mengkhawatirkan," ucap Bu Laras dalam isakan. Ia begitu cemas melihat busa yang keluar dari mulut Kayla secara la
Bab 67"Mas tolong aku," racau Sabrina lagi. Matanya memandang sang suami dengan tatapan mengiba. Bayangan laki-laki semalam yang memaksanya masuk ke dalam mobil kembali terbayang dalam ingatan. Wajah mengerikan lelaki itu, membuat Sabrina terus meracau karena rasa takut.Elang makin merasa bersalah melihat Sabrina yang tampak trauma. Ia menggenggam erat tangan Sabrina untuk menyalurkan rasa tenang dan nyaman. "Tenanglah, ada Mas di sini." Elang mengusap punggung tangan Sabrina dengan ibu jarinya. Elang mendekatkan wajahnya ke dahi Sabrina, lalu menciumnya dengan penuh kelembutan. Ia cemas bercampur lega bisa melihat Sabrina ada di dekatnya. Meskipun kondisinya mengkhawatirkan tapi Elang merasa bahagia bisa berjumpa kembali dengan istri yang sudah lama meninggalkan dirinya tanpa pamit.Sabrina mengerjapkan matanya. Ia menatap Elang beberapa saat, kemudian menghentakkan tangan Elang yang sejak tadi menggenggam tangannya."Pergi kamu, Mas! Pergi dari sini! Aku benci kamu!" desis Sabr
Bab 66Ponsel Elang terus berdering selama perjalanan. Ia tak peduli, kabar yang baru saja ia terima membuat Elang harus segera sampa di lokasi.Sementara di ujung panggilan, Kayla sedang menangis. Ia tak terima jika Elang pergi meninggalkannya walau hanya sebentar. Rasa takut kehilangannya sudah mengakar dalam hati dan semakin membuatnya nekat melakukan hal apapun agar sang suami mau kembali. Akan tetapi, sikap abai milik Elang itu malah membuat Kayla tak bisa menunggu. Kayla bangkit dari tidurnya. Ia memaksa tubuhnya yang lemah itu untuk berjalan menuju balkon kamarnya. Pikiran dan hati Kayla sudah buntu. Wanita itu sudah gelap mata dan pikiran."Aku tidak rela jika kamu kembali pada perempuan itu, Mas. Kamu hanya milikku dan tidak boleh dimiliki oleh wanita lain selain aku. Jika kamu berbagi, maka biarkan anak ini kubawa pergi." Kayla berjalan dengan tertatih menuju pintu kaca yang menampakkan sinar bulan purnama. Sayangnya keindahan bulan purnama itu tidak membuat Kayla merasa ka
Bab 65Kayla sedang membaca pesan dari seseorang saat pintu kamarnya terbuka. Ia merasa lega karena misinya berhasil, sekalipun itu harus mengorbankan kesehatannya demi janin yang ia kandung. Usahanya berhasil untuk membuat Elang bertahan di sisinya untuk sementara ini. Bayi itu harus selamat jika Kayla ingin dirinya kembali menjadi ratu dalam pernikahannya. Ponsel yang dipegang Kayla segera diletakkannya begitu Elang sudah ada di bibir ranjang tempatnya berbaring. Ia tak mau sang suami melihatnyaa berbalas pesan dengan orang lain, terlebih itu adalah seorang laki-laki. "Sayang, makan dulu ya?" ucap Elang sambil membawa senampan makanan untuk Kayla. Nampan itu ia letakkan di nakas sebelum menyiapkan meja di atas tempat tidur Kayla.Sejak keluar dari rumah sakit, Kayla tidak pernah keluar dari kamar. Ia lebih banyak bedrest karena kondisinya yang lemah. sesekali mertuanya datang menjenguknya ke dalam kamar, untuk sekedar berbincang atau menanyakan keadaan Kayla hari itu."Hemm wangi
Bab 64Sabrina mematut diri di depan cermin, menatap pantulan wajah dan badannya yang mengenakan dress sabrina berbahan satin dengan belahan dada rendah yang menampakkan sebagian dari bahunya yang kecil dan mulus. Embusan hawa dingin dari AC yang menerpa badan Sabrina membuatnya berulang kali mengusap bahu dan leher bagian belakang. Rasa risih membuat Sabrina tak nyaman dengan pakaian itu. Sayangnya hendak protes pun Sabrina tak memiliki keberanian."Sudah cantik," ucap perempuan yang mendandani Sabrina itu. Rosa namanya. "Tubuhmu bagus, siapapun tamunya nanti pasti akan tertarik dengan badanmu yang padat ini.""Terus ini aku kemana, Kak? Saya harus apa di sana nanti?" tanya Sabrina dengan polosnya."Kamu nanti cukup duduk manis aja. Kalau diajak duet ya kamu duet, kamu layani dia dengan baik. Kalau dia mau apa-apain kamu ya udah biarin aja, pasrah aja jangan banyak protes biar nanti kamu dapat tips banyak. Lumayan kan? Ngga susah juga kerjanya, kamu cukup nikmati permainan dia nant
Bab 63"Saya ngga tau pasti ini perusahaan apa, tapi alamatnya benar ini," ucap Sabrina sambil membaca nama jalan dan nomor yang melekat di dinding dekat pintu."Ya sudah deh, Mbak. Hati-hati aja saran saya," ucap kang ojek itu sebelum ia meninggalkan Sabrina di halaman gedung bertingkat itu sendirian.Sabrina menghela napas dalam dan panjang. Dari ucapan kang ojek itu ia merasa aneh, akan tetapi untuk kembali pulang pun rasanya tak mungkin sebab ia memang butuh pekerjaan itu.Tak ada pilihan lain, Sabrina pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam halaman gedung yang tak luas itu. Tidak ada orang di halaman itu, hanya ada security yang sejak tadi sibuk dengan benda pintar di tangannya. Ia bahkan tak mempredulikan Sabrina yang tampak kebingungan."Bismillah," ucap Sabrina menyemangati dirinya.Sabrina masuk ke dalam gedung yang ada di depannya. Ada rasa canggung dan takut saat membuka pintu kaca yang menjadi bagian utama dari bangunan tersebut. Tak banyak lampu yang menyala, hanya bebera
Bab 62Sabrina tinggal di sebuah kontrakan kecil tak jauh dari tempat tinggalnya di kampung. Ia sengaja mencari tempat yang tak jauh dari lingkungan rumahnya sebab lebih mudah beradaptasi. Kehamilan Sabrina terbilang rewel dan manja. Ia tak bisa banyak beraktivitas sebab rasa mual yang kerap datang dan membuatnya lemas. Tak jarang Sabrina menangis nelangsa merasai nasibnya yang menyedihkan ini. Akan tetapi ia hanya mampu menangis tanpa sanggup menyalahkan siapapun atas apa yang terjadi ini."Sabar ya, Nak? Mama akan berusaha kuat meskipun kamu selalu saja membuat Mama lemas begini," ucap Sabrina seraya mengusap perutnya yang baru saja terasa mual. Bagaimana pun beratnya menjalani morning sicknes, Sabrina tetap berusaha sabar. Ia juga harus kuat untuk bisa bekerja demi melanjutkan hidupnya yang sebatang kara. Pada siapa lagi Sabrina akan bergantung jika bukan pada tangannya sendiri. Tidak banyak uang yang Sabrina bawa sebab kartu pemberian Elang telah ia kembalikan pada Kayla. Sabrin