Dean mengusap kepala Kannaya dengan lembut. "Lupakan saja, sudah kukatakan kalau aku yang akan menafkahi kamu selamanya. Kamu makan banyak juga karena hamil anakku, kenapa masih harus perhitungan seperti itu? Kita sama-sama memiliki pengorbanan di dalam rumah tangga ini, kamu hamil dan menjaga anak kita sementara aku mencari nafkah. Jangan dipikirkan lagi, oke?"Kannaya menatapnya yang bicara dengan serius hingga mau tak mau dia langsung mengangguk. Dia lega setidaknya Dean tidak banyak permintaan atau tidak memarahinya. Wanita hamil itu terlihat memejamkan matanya setelah pembicaraan mereka dan dia lelah makanya dia memutuskan tidur. Dia melupakan tawaran Dean tentang cakwe, rasanya dia belum pernah mau makan itu jadi dia tidak mau.Dean yang melihatnya tidur tersenyum, dia menggenggam tangan Kannaya sepanjang jalan dan melanjutkan perjalanan dengan membawa istri dan calon anak-anaknya itu dengan baik menuju rumah. Dia tahu kalau semua ini pasti tidak mudah, Kannaya juga masih terlal
"Sayang ..." Dean mengambil sapu dari tangan Kannaya dan melemparkannya menjauh. "Kamu tidak perlu menyapu untuk menyambut kedatangan mereka. Mereka saja tidak pernah peduli padaku, untuk apa kita harus memberikan servis lebih."Kannaya menatap wajah suaminya lalu diam ketika dia diajak untuk ke sofa. "Lagi pula rumah ini bersih dan tidak ada yang kotor, tidak perlu sampai harus membuatmu kelelahan. Ingatlah kalau kamu sedang hamil, pikirkan anak-anak kita, Sayang."Kannaya mengambil wajah Dean dan menangkupnya dengan lembut. "Aku tiba-tiba saja merasa tidak percaya diri. Boleh tidak kalau aku keluar saja dari apartemen ini? Aku takut nanti malah kenapa-napa dan anak ini kenapa-napa juga."Dean menarik napasnya dan menggeleng. "Tidak akan ada yang bisa melakukan apapun pada kamu. Walaupun mereka adalah orang tuaku sendiri, aku tidak akan pernah membiarkan kamu diapa-apakan oleh mereka. Kamu harus tetap di sini untuk membuktikan pada mereka kalau aku bisa hidup bahkan tanpa kasih sayan
Kannaya yang ada di samping Dean tidak hanya bicara dan hanya diam saja sujud tadi karena pria itu yang melawan semua ucapan orang tuanya. Dean seperti orang yang sangat tegas dan tidak mau dibantah, membuat kedua orang tuanya saja seperti kehilangan kata-kata untuk putra mereka itu."Perusahaan benar-benar mengalami kemajuan sejak kamu yang memegangnya. Ternyata tidak seburuk yang kubayangkan, kamu tetap bisa berguna."Dulu ibunya tidak separah ini ketika bicara tapi sekarang selalu saja mencari masalah padanya. Dulu wanita ini juga akan lebih banyak diam tapi sekarang dia bakal membuka semuanya dan terlihat begitu kesal tapi juga bangga pada Dean."Kenapa membahas tentang perusahaan? Mau mengambilnya dariku?" tanya Dean dengan tatapan datar membuat ibunya merasa kalau putranya ini terlalu jauh darinya."Kau tidak kompeten dalam mencari istri. Seharusnya itu mengatakan ya. Jika aku mengambil perusahaan dan itu bisa membuatmu meninggalkan istrimu maka aku akan mengambilnya. Bagaimana
Tak ada yang bisa Kannaya lakukan di hari pertama mereka menginap di rumah baru. Walaupun dua orang pelayan sudah datang dan membantunya membereskan barang-barang mereka, dia masih mengambil beberapa pekerjaan karena bosan. Dia memang suka menonton drama tapi saat hamil seperti ini dia malas untuk melakukannya.Terlebih lagi pria menjadi suaminya itu sedang menghadapi sebuah masalah kecil dengan keluarganya, Kannaya jelas merasa tidak bisa kalau dia bersikap seperti orang tidak tahu apa-apa. Sejak semalam Dean sudah mulai sibuk dan seperti tidak bisa diganggu membuat pria itu khawatir padanya makanya dia juga tidak mau membuat pria itu khawatir padanya.Mengusap perutnya dengan lembut, Kannaya sadar kalau dia sudah terlalu membuat pria itu susah. Walaupun di sini dia menjadi istri dan dia yang berkewajiban untuk memberikan uang untuknya sebagai nafkah, tapi sepertinya dia harus mulai berhemat karena pria itu jelas saja kehilangan satu perusahaan tempatnya mendapatkan uang selama ini.
Setelah selesai menonton film, mereka tampak saling berpelukan di atas ranjang dengan Dean yang mengusap lembut punggung Kannaya.Wajahnya masih ada sebuah pemikiran tapi sebaiknya dia membuangnya saja agar lebih nyaman untuk melakukan apapun selanjutnya. Dia sudah tahu apa yang terjadi adalah hal yang pasti jadi dia tidak mungkin dia harus melakukannya."Apa yang Mas pikirkan lagi?""Tidak ada," gumamnya seraya menghela napas. "Tidurlah, Sayang. Kenapa harus bangun lagi, hmm?"Kannaya menggeleng pelan lalu mendongak. "Aku belum ada tidur sama sekali rasanya sulit sekali untuk tidur," gumamnya membuat Dean menghela napas."Mau kemana, hmm?""Kemana?" tanya Kannaya dengan wajah bingung. "Mana tahu kamu mau ke suatu tempat? Ini juga masih jam sembilan malam, sepertinya alun-alun masih ramai." Dean berkata lalu menatap wajah Kannaya yang sudah diam berpikir. "Atau mau belanja sesuatu? Pelayan sudah belanja untuk kebutuhan kita tadi, jadi mungkin kamu mau memakan sesuatu di luar?"Kannay
Kannaya melihat beberapa pakaian yang terlihat bagus. Dia tersenyum karena merasa pakaian ini bagus, hanya saja saat dia melihat ke tempat yang lain, dia menemukan pakaian putih.Hari ini, dia berusaha untuk tak melihat harga. Lagipula dia tahu kalau belanja di mall tidak akan ada yang murah, makanya dia tidak mempedulikan harga saat ini. Dean mengatakan uang ini bebas mau dibelikannya untuk apa jadi dia akan memuaskan hatinya. Sampai akhirnya setelah mereka selesai belanja dan dia pulang, dia memeriksa struk belanja dan membulatkan matanya kaget ketika melihat uang yang dia habiskan begitu banyak."Astaga, bagaimana bisa aku melakukan semua ini?" tanyanya kaget. "Bagaimana kalau Mas Dean tahu? Dia bisa memarahiku. Dia marah tidak, ya?" Kannaya duduk dengan lemas di kursi, kembali melihat struk yang ada ditangannya. Dia sungguhan tidak tahu kalau akan semahal itu setelah di total."Nyonya, mau minum sesuatu?" tanya pelayan yang melihatnya hanya diam."Tidak, nanti saja."Pelayan itu
Beberapa hari kemudian, Kannaya sedang membuang sampah ketika dia melihat seorang pria berdiri di depan gerbang. Dia sebenarnya sudah diberikan pelayan tapi dia sengaja membuang beberapa sampah kecil yang ada di kamar keluar."Siapa itu?"Satpam yang ada disana bergerak mendekat, menunduk sopan sebelum berkata. "Maaf, Nyonya. Kami sudah berusaha untuk memintanya pergi, tapi dia tidak mau dan katanya dia adalah Tuan Besar Agnajaya. Saya jadi sungkan untuk melakukan apapun sementara Tuan mengatakan bahwa mereka tidak boleh masuk," ucap satpam itu membuat Kannaya terdiam.Mungkinkah ayah mertuanya sengaja datang untuk memintanya bercerai dari Dean? Makanya dia datang saat Dean tak ada disini dan sengaja ingin bertemu Kannaya."Persilahkan masuk."Satpam itu tampak agak khawatir. "Tetapi Nyonya-""Saya yang akan tanggung jawab, jangan khawatir."Satpam itu mengangguk pada akhirnya, dia tampak menghela napas beberapa kali dan berbalik ke arah gerbang. Sementara Kannaya masih berdiri di san
Kannaya mengintip suaminya dari balik pintu ruangan kerja. Dia menemukan pria itu sedang menatap laptop sambil membuka orang berkas hingga dia melihat salah satu pelayan yang mengikutinya lalu memintanya untuk masuk.Dia sengaja tidak masuk karena Dean pasti akan langsung menghentikan pekerjaannya hanya untuk Kannaya, sementara pria itu pulang cepat hari ini dan baru saja masuk ,ke dalam ruangan kerjanya kurang lebih 4 jam lalu. Masih banyak pekerjaan yang harus Dean selesaikan dan Kannaya tahu hal itu. Makanya dia sengaja tidak mau mengganggu."Masuklah, kenapa di luar."Kannaya mengerutkan dahinya mendengar suara Dean. Dia sengaja tidak masuk karena tak mau mengganggu tapi tak lama dia melihat pelayan itu sudah keluar dan menunduk sopan padanya."Saya sudah selesaikan tugas, Nyonya."Kannaya tersenyum dan mengangguk, dia membiarkan pelayan itu pergi lalu melihat ke arah dalam ruangan di mana suaminya sedang bekerja dengan tenang. Tadi mungkin hanya pendengarannya saja, makanya sekar
Bagi Dean hubungannya dengan Kannaya begitu panjang. Panjang dalam urusan perjuangan dan juga panjang ketika dia harus meyakinkan wanitanya itu kalau cintanya benar-benar tulus. Menikahi seorang wanita yang berasal dari keluarga sederhana tapi penuh dengan sikap tahu diri dan tidak pernah menjadi seseorang yang rakus dan tamak, adalah sesuatu hal yang tidak mudah untuk Dean lakukan tapi dia puas karena bisa mendapatkan kriteria istri yang benar-benar baik tanpa memandangnya dari segi harta.Begitu lama dia meyakinkan istrinya itu kalau dia benar-benar sangat tulus, tapi pada kenyataannya hati yang beku dan kaku akan tetap mencair perlahan dengan segala macam hal yang mereka jalani karena pada dasarnya manusia memiliki perasaan yang mudah terbolak-balik.Kini sudah berakhir waktu di mana dia berusaha untuk menggapai istrinya karena saat ini wanita itu sudah berada di dalam genggaman dan pelukannya. Bersama dengannya dalam menikmati kehidupan yang begitu bahagia. Bersama dengannya meraw
Kannaya tersenyum dan mengusap punggung suaminya dengan lembut ketika kedua orang tuanya pulang setelah seharian bermain di rumah ini bersama dengan anak kembar mereka. Dia tahu kalau berat apa yang dirasakan oleh suaminya makanya dia tidak mau memaksakan pria ini untuk bicara."Masuk dulu, aku baru membuat kopi untuk Mas," ujar Kannaya dengan lembut membuat Dean menatapnya dan tersenyum.Hari juga sudah malam dan tidak ada lagi yang harus mereka lakukan. Biasanya mereka sudah di dalam kamar dan memperhatikan anak-anak saat ini tapi karena suasana hati Dean yang belum membaik sejak tadi membuat Kannaya juga tidak akan membuatnya semakin berubah karena sejak di pria ini sudah diam saja tanpa banyak bicara.Masuk ke dalam rumah, Kannaya menutup pintunya dan melihat semua suami yang sudah berjalan ke arah sofa. Anak-anak sedang dijaga oleh baby sitter, dia biarkan kamar bersama dengan perawat kedua putranya itu karena dia ingin menemani suaminya."Mau menonton sebuah film?"Dean meletakk
Hari itu, Dean membiarkan kedua orang tuanya memegang dan menggendong bayinya. Sementara setelah beberapa saat kedua orang tuanya itu menggendong cucu, Dean membawa Kannaya ke tempat sunyi dan memeluknya dengan erat disana.Kannaya tersenyum, tahu kalau suasana hati suaminya sedikit berantakan akibat apa yang dia dapatkan hari ini. Apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, tentu saja membuatnya merasa sebal tapi tidak bisa menolak mereka hanya karena permintaannya."Aku tahu kalau Mas merasa tidak suka sama mereka yang datang secara tiba-tiba dan meminta maaf begitu saja. Aku tahu kalau Mas pastinya kesal, tapi mau sampai kapan kita akan terus saling membenci seperti itu?" tanya Kannaya dengan lembut.Dean menghela napas dan menatap wajah istrinya dengan tatapan sebal. "Aku semula sudah hidup dengan tenang sebelum kedatangan mereka, Sayang. Tetapi kedatangan mereka membuatku merasa sedikit kesal. Aku tahu kalau tidak boleh membenci orang tua terlalu lama, sebagai anak aku hanya dimi
Hari-hari berjalan dengan sangat baik setelah itu dan tidak ada lagi masalah-masalah yang terjadi. Keano dan Kenaan jaga anak yang baik dan tidak banyak menangis. Mereka senang karena ada yang menjaga apalagi sifatnya sangat ramah seperti ayah ibu mereka.Apa itu masih dalam fase pertumbuhan yang begitu panjang dan akan segera mereka lalui perlahan. Hanya dengan cara ini maka mereka bisa menunjukkan kalau sudah berhasil menjadi anak-anak yang sehat. "Keano tampan sekali pakai kacamata seperti itu," ujar Kannaya sambil bergerak dan memotret putranya yang satu lagi lalu memakaikan kacamata yang sama.Mereka sedang berjemur saat ini, sebuah rutinitas yang biasa dilakukan Kannaya sejak anak-anaknya lahir. Makanya dia sudah biasa walau masih ada bantuan dari suster yang memang sangat profesional. Dia sama sekali tidak kesulitan dalam merawat anaknya walau dia adalah ibu baru."Kalian itu mengikut Papa sekali, wajahnya juga mirip Papa," gumam Kannaya seraya menghela napas. "Kalian harus bi
Andreas menatap Camelia lalu menatap ke arah depan dan fokus mengemudi lagi. "Saya hanya mau menhenalmu lebih jauh. Apakah boleh?" tanyanya santai membuat Canelia makin membulatkan matanya."Hah?"Andreas menatapnya sejenak dan menuju ke rumah megah yang sudah terlihat di depan mata."Saya sering memperhatikanmu diam-diam. Jujur saja, saya suka dengan wanita pekerja keras sepertimu. Kau hampir sama seperti istrinya Dean, Kannaya yang bekerja keras. Walaupun sebenarnya seorang wanita itu tidak diwajibkan bekerja saat sudah menikah. Tetapi tidak selamanya seorang pria atau suami itu akan terus berada di atas. Suatu saat bisa saja hancur karena roda itu berputar. Untuk saat ini tentu saja kami bisa memberikan kebahagiaan dan segala kemewahan untuk istri. Tetapi siapa yang tahu nanti?"Camelia diam mendengarnya membicarakan itu, sumpah, dia belum paham! Kenapa Andreas yang merupakan seorang pria besar dan pengusaha ini mau membahas tentang hal ini dengannya? Dengan dia yang bukan siapa-sia
Kannaya benar-benar tidak repot mengurus anak kembarnya karena ada baby sitter. Dia hanya memerah ASI, memulihkan dirinya dan membuat semuanya menjadi lebih mudah hanya dengan menjalaninya dengan santai.Kannaya mendapatkan support dan juga bantuan sepenuhnya dari Dean, seperti yang sekarang mereka lakukan. Dia memerah ASI, sementara itu Dean yang menuliskan tanggalnya kalau dia masukkan ke dalam lemari pendingin kecil yang disediakan langsung anaknya."Hari ini Camelia akan datang katanya, Mas mau bekerja atau tidak? Apakah berangkat hari ini?"Dean tersenyum lalu menggeleng pelan. "Hari ini Haris akan mengantarkan beberapa berkas yang akan ditandatangani, aku benar-benar masih bekerja di rumah, jadi kamu tidak perlu khawatir."Kannaya tersenyum dan mengangguk. Kembali berbaring, anak-anak ada bersama dengan mereka siang ini dan terlihat sangat nyaman. Dean tersenyum dan mengusap kaki Kannaya dengan lembut seolah ingin memijatnya."Ada sesuatu yang kamu mau? Aku akan membelikannya,"
Dean cukup menikmati waktunya ketika dia menjaga Sang Putra sementara itu Kannaya tidur untuk mengembalikan semua tenaganya walaupun memang dia tidak begitu kesulitan untuk melahirkan tapi Dean tetap ingin yang terbaik untuk istrinya itu. Makanya dia membiarkan Kannaya beristirahat tanpa harus memikirkan apa-apa.Setelah puas bermain dengan kedua anaknya, putranya itu juga sudah tidur ketika Dean berjalan meninggalkan ruangan bayi. Dia turun ke lantai bawah untuk meminta pelayan menyiapkan makanan untuk istrinya. Karena dia ingin istrinya makan setelah ini supaya bisa kembali bertenaga dan pulih dengan cepat."Bawa semuanya ke kamar, saya akan lihat apakah istri saya sudah bangun atau belum."Pelayan yang ada di sana mengangguk patuh. Mereka mulai menyusun makanan yang akan dibawa sebelum mengikuti langkah kaki Dean menuju ke lantai atas dimana kamar majikan mereka itu berada. Saat Dean naik, dia tak menemukan Kannaya di atas ranjang. Hal itu membuatnya mencari ke beberapa tempat dan
Kannaya masuk ke dalam mobil dan memperhatikan sekitarnya sebelum menatap suaminya. "Mas kok banyak orang?"Dean tersenyum lalu mengusap kepala istrinya dengan lembut. "Mereka hanya penasaran, soalnya aku membawa kamu pulang dengan penjagaan dan pelayanan yang ketat. Tidak usah terlalu dipikirkan," ujarnya membuat Kannaya menghela napas dan mengangguk.Anak-anak mereka sudah ada di tempatnya yang begitu nyaman. Dean sudah mempersiapkannya dengan baik dan itu membuat Kannaya tersenyum. Dia bisa memejamkan matanya dan mengistirahatkan tubuhnya sebelum nanti mereka tiba di rumah yang sedikit jauh. Dean menggenggam tangannya dan menemaninya melakukan semua itu. Dia tidak akan meninggalkan istrinya ini sendiri dan akan terus mendampinginya.Dean menyadarkan tubuhnya dan melihat jalanan di depan sana. Haris mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata dan berusaha setenang mungkin agar tidak membuat istri majikannya kenapa-napa. Dia tidak bisa bayangkan kalau istri majikannya itu meras
Kannaya menatap suster yang baru membantunya mengganti infus. Dia masih harus dirawat sampai besok baru kembali ke rumah.Dean keluar dari dalam kamar mandi dan menemukan istrinya yang sudah selesai melakukan pemeriksaan hingga dia tersenyum dan berjalan mendekati istrinya itu. Dia baru saja selesai mandi sementara Kannaya juga baru dibersihkan."Lain kali saat lukanya sudah agak membaik, aku yang akan memandikan kamu."Kannaya tersenyum dan mengangguk. Dia menatap Dean yang terlihat segar dan tampan hingga akhirnya mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah anak-anaknya yang tidur dengan tenang. "Mas tidak bekerja?" tanyanya membuat Dean tersenyum dan mengambil tangannya untuk digenggam."Beberapa minggu ke depan Harris yang akan menghandlenya. Aku akan menemanimu mengurus anak-anak kita. Kalau kamu sudah tidak sakit lagi maka aku akan mulai mengurus pekerjaan." Dean berkata seraya tersenyum.Dia sudah menyiapkan semua ini dan sudah bertekad akan menemani istrinya seraya melahirka