Dean menatap layar laptopnya lalu mematikan ponselnya. Dia melihat sebuah iklan di kapal pesiar yang akan mengadakan perjalanan selama lima hari dan melintasi beberapa negara sekaligus.Dia tersenyum melihat tulisan disana hingga akhirnya dia menghela napas pelan dan tersenyum. Segera dimintanya asisten pribadi untuk membeli dua buah tiket karena dia ingin berlibur setelah ini. Dia terlalu lelah untuk melakukan pekerjaan.Setelah menyelesaikan pekerjaannya siang itu dia pulang karena masih harus ke rumah sakit untuk menjemput Kannaya. Setelah hampir dua minggu dia dirawat di sana, hari ini akhirnya dia diperbolehkan pulang karena penyakitnya yang sudah membaik.Selama itu, Dean begitu sabar menjaganya walau Kannaya masih merajuk tipis-tipis. Selain menahan kesabaran dan juga terus berusaha meyakinkan, Dean juga menahan nafsunya sekuat tenaga karena dia tidak mau malah berakibat fatal seperti malam di mana dia memaksa Kannaya hingga berujung masuk rumah sakit selama setengah bulan seper
Kannaya menatap wajah Dean yang santai padahal dia kaget."Mau apa kita ke kapal pesiar, Mas? Ada urusan bisnis?" tanyanya membuat Dean tersenyum, masih dengan merangkulnya di sana."Bukan, sudah kukatakan kalau kita akan liburan. Beberapa hari ini aku lelah sekali, sejak berapa tahun yang lalu aku tidak pernah liburan dan selalu menghabiskan waktu untuk bekerja. Sedikit banyak aku merasa lelah, aku butuh istirahat karena bagaimanapun juga ternyata aku masih manusia." Dan berkata membuat Kannaya mengerutkan dahinya."Kalau Mas yang merasa lelah kenapa harus mengajakku? Aku tidak bisa pergi." Kannaya menggeleng sementara Dean sudah memperhatikannya seolah bertanya kenapa dia tidak bisa pergi. "Aku sudah ketinggalan banyak kelas dan aku bisa kehilangan nilai IPK aku yang kupertahankan selama dua tahun ini. Aku tidak mau kalau harus libur lagi. Aku ingin lulus dalam keadaan normal dan IPK yang memuaskan. Walaupun aku tetap ikut melakukan pembelajaran lewat online tapi tidak sememuaskan k
Setelah menghabiskan hari itu dan esoknya, Kannaya pulang dari kampus dengan rasa lelah di tubuhnya. Dia tetap memaksakan kuliah karena tak mau nilainya malah jatuh. Walau lusa mereka sudah pergi lagi karena Dean benar-benar tidak mau membatalkan rencana liburan di kapal pesiar yang dia katakan.Tiba di apartemen Dean, Kananya menutup pintu dan berjalan lelah ke arah dapur. Dituangnya air dingin dari dispenser, lalu meneguknya pelan dan menghela napas."Tubuhku belum sekuat kemarin, untunglah Camelia masih bisa menghandle usaha itu." Kannaya memijat dahinya pelan.Dia duduk disana beberapa saat, lalu menatap bayangan wajahnya di depan besi stainless yang membayang."Aku agak kurus akibat asam lambung itu, ya? Benar-benar penyakit luar biasa." Kannaya menarik napasnya pelan. Sejak semalam dia dilarang menyentuh pekerjaan apapun di apartemen ini, karena Dean yang merapikan rumah dan membiarkannya istirahat penuh."Hah." Kannaya bangkit, lalu berjalan ke arah kamarnya.Ya, kamarnya. Dean
Dean menatap wajah istrinya yang terengah pelan, lalu tersenyum dan mengusap wajahnya dengan lembut. Gadis itu sudah terbaring di atas ranjangnya, dengan keadaan matanya yang berusaha untuk tak melihat Dean."Mau dilanjutkan?" Kannaya menatapnya lalu menarik napas pelan dan menggeleng. Hal itu membuat Dean tersenyum, lalu kembali mencium bibir Kannaya hingga gadis itu kembali melenguh dan merasakan tangan Dean yang ada di dadanya. Dean meremasnya dengan perlahan dan lembut masih sambil mencium bibir istrinya itu dengan lembut dan dalam."Emmhh ..." Kannaya terengah pelan, dia menatap langit-langit kamar yang makin kabur, lalu meremas bahu Dean untuk melepaskan euforia yang dirasakannya.Dean menelusuri leher dan dagu Kannaya, meninggalkan bercak-bercak merah disana dan itu membuat Kannaya merasa tubuhnya seperti di sengat setiap kali Dean menggigiti lehernya. Perlakuan pria ini terasa lembut seperti takut membuatnya kelelahan, makanya Dean juga tidak berani bercinta dengannya, dia ha
Kannaya meringis, terhujam pelan oleh Dean yang sudah memasukinya dengan lembut dan menghujamnya penuh perasaan. Akhirnya malam ini mereka bercinta lagi, seolah Dean sedang ingin menunjukkan ketulusannya juga lewat percintaan yang dia lakukan."Ah ... Kamu kembali rapat seperti pertama kali aku melakukannya," ucap Dean seraya memajumundurkan miliknya di dalam liang senggama istrinya.Kannaya hanya bisa mendesah dan meringis pelan. Tubuhnya terguncang ke atas merasakan genjotan yang dilakukan suaminya. Dia mencoba untuk mencengkeram selimut lalu memejamkan matanya sementara Dean masih berusaha separuh menunduk dan memperdalam hujamannya.Desahan keduanya terdengar satu sama lain, dengan Kannaya yang terdengar lirih sementara Dean benar-benar bersemangat melepaskan hasratnya saat ini. Dia meremas dada istrinya itu dengan lembut, bergerak teratur dan penuh perasaan karena takut membuat Kannaya masuk rumah sakit lagi. Dia hanya ingin menunjukkan kalau dia bahagia bisa bercinta dengan Kan
"Kami akan berangkat sore ini, antarkan semua berkas-berkasnya sekarang agar aku bisa membawanya nanti. Baiklah." Dean mematikan panggilan dan kembali menatap layar laptopnya.Dia sekarang ada di ruang kerja apartemen dan sedang menyiapkan beberapa pekerjaan terakhir. Mereka akan segera berlayar malam ini jadi dia harus pergi dengan tenang dan mengirimkan laporan terakhir yang ditinjaunya pada bawahan.Sementara itu Kannaya baru masuk ke dalam apartemen dan berjalan menuju kamar. Dia baru menemui Camelia untuk pamit, mengatakan kalau dia harus menemani Dean selama pria itu berlayar. Dia tidak mengatakan kalau mereka liburan, dia hanya mengatakan untuk menemani pria itu bekerja karena tak mungkin dia mengatakan lebih detail tentang itu, padahal dia juga sedang berusaha untuk mencari jalan keluar dari hubungan yang buntu ini."Sudah pulang?"Saat dia melewati ruangan kerja, Dean bertanya membuatnya mau tak mau berhenti dan mengangguk pelan. "Sudah," balasnya membuat Dean tersenyum."Ke
Kannaya membuka berkas itu sementara Dean ada di hadapannya. Dia menemukan beberapa surat, lalu membacanya perlahan dan membulatkan mata. Dean tersenyum melihat reaksinya tapi dia hanya diam saja dan melihat Kannaya yang sudah membuka beberapa surat yang lain.Kannaya mendongak, menatap wajah Dean yang sudah tersenyum hingga tatapan istrinya itu berkaca-kaca. "Kenapa Mas melakukan ini? Kenapa Mas menebus semua hutang di bank dan mengembalikan surat itu atas namaku? Maksudnya apa?" tanya Kannaya membuat Dean menunduk dan mengangkat dagunya."Aku ingin meringankan bebanmu dan membuatmu memiliki hutang lagi. Bayaran di bank itu lumayan banyak setiap bulannya dan kamu sudah tertunggak selama dua bulan. Aku membayar semuanya sampai lunas dan sekarang rumah itu kembali milih kamu tanpa ada yang diubah."Kannaya terisak pelan dan memeluk sertifikat rumah kedua orang tuanya itu. Dia tampak memejamkan matanya, membiarkan air matanya jatuh dan dia bisa merasakan Dean mengusap air matanya denga
Saat ini Dean yang ada di hadapannya dan menatapnya dengan tatapan serius, wajah Kannaya tampak berubah dan dia menelan ludahnya pelan."Aku hanya mencari angin saja tadi makanya keluar, aku sudah merapikan semua perlengkapan yang dibawa dari apartemen." Kannaya berkata pelan membuat Dean diam saja menatapnya.Kannaya tak mengatakan apapun lagi dan hanya diam saja seperti siap untuk dimarahi. Dia jelas merasa lapar tapi dia takut untuk memintanya, dia tidak bisa untuk melakukannya karena semuanya ini disewa oleh Dean dan dia harus makan dengan izin pria ini."Wajahmu sedikit pucat, pasti karena terkena angin dan kamu tidak tahan. Sebaiknya jangan di sini, ayo," ajak Dean sambil menarik tangan istrinya itu dan membawanya menjauh dari pinggiran kapal.Kannaya menelan ludahnya ketika dia merasa sifat dingin pria ini mulai terasa lagi. Di satu sisi dia merasa sangat senang setidaknya Dean tidak mengharapkan banyak hal padanya. Pikiran pria ini mulai terbuka adalah sebuah hal yang sangat b
Bagi Dean hubungannya dengan Kannaya begitu panjang. Panjang dalam urusan perjuangan dan juga panjang ketika dia harus meyakinkan wanitanya itu kalau cintanya benar-benar tulus. Menikahi seorang wanita yang berasal dari keluarga sederhana tapi penuh dengan sikap tahu diri dan tidak pernah menjadi seseorang yang rakus dan tamak, adalah sesuatu hal yang tidak mudah untuk Dean lakukan tapi dia puas karena bisa mendapatkan kriteria istri yang benar-benar baik tanpa memandangnya dari segi harta.Begitu lama dia meyakinkan istrinya itu kalau dia benar-benar sangat tulus, tapi pada kenyataannya hati yang beku dan kaku akan tetap mencair perlahan dengan segala macam hal yang mereka jalani karena pada dasarnya manusia memiliki perasaan yang mudah terbolak-balik.Kini sudah berakhir waktu di mana dia berusaha untuk menggapai istrinya karena saat ini wanita itu sudah berada di dalam genggaman dan pelukannya. Bersama dengannya dalam menikmati kehidupan yang begitu bahagia. Bersama dengannya meraw
Kannaya tersenyum dan mengusap punggung suaminya dengan lembut ketika kedua orang tuanya pulang setelah seharian bermain di rumah ini bersama dengan anak kembar mereka. Dia tahu kalau berat apa yang dirasakan oleh suaminya makanya dia tidak mau memaksakan pria ini untuk bicara."Masuk dulu, aku baru membuat kopi untuk Mas," ujar Kannaya dengan lembut membuat Dean menatapnya dan tersenyum.Hari juga sudah malam dan tidak ada lagi yang harus mereka lakukan. Biasanya mereka sudah di dalam kamar dan memperhatikan anak-anak saat ini tapi karena suasana hati Dean yang belum membaik sejak tadi membuat Kannaya juga tidak akan membuatnya semakin berubah karena sejak di pria ini sudah diam saja tanpa banyak bicara.Masuk ke dalam rumah, Kannaya menutup pintunya dan melihat semua suami yang sudah berjalan ke arah sofa. Anak-anak sedang dijaga oleh baby sitter, dia biarkan kamar bersama dengan perawat kedua putranya itu karena dia ingin menemani suaminya."Mau menonton sebuah film?"Dean meletakk
Hari itu, Dean membiarkan kedua orang tuanya memegang dan menggendong bayinya. Sementara setelah beberapa saat kedua orang tuanya itu menggendong cucu, Dean membawa Kannaya ke tempat sunyi dan memeluknya dengan erat disana.Kannaya tersenyum, tahu kalau suasana hati suaminya sedikit berantakan akibat apa yang dia dapatkan hari ini. Apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, tentu saja membuatnya merasa sebal tapi tidak bisa menolak mereka hanya karena permintaannya."Aku tahu kalau Mas merasa tidak suka sama mereka yang datang secara tiba-tiba dan meminta maaf begitu saja. Aku tahu kalau Mas pastinya kesal, tapi mau sampai kapan kita akan terus saling membenci seperti itu?" tanya Kannaya dengan lembut.Dean menghela napas dan menatap wajah istrinya dengan tatapan sebal. "Aku semula sudah hidup dengan tenang sebelum kedatangan mereka, Sayang. Tetapi kedatangan mereka membuatku merasa sedikit kesal. Aku tahu kalau tidak boleh membenci orang tua terlalu lama, sebagai anak aku hanya dimi
Hari-hari berjalan dengan sangat baik setelah itu dan tidak ada lagi masalah-masalah yang terjadi. Keano dan Kenaan jaga anak yang baik dan tidak banyak menangis. Mereka senang karena ada yang menjaga apalagi sifatnya sangat ramah seperti ayah ibu mereka.Apa itu masih dalam fase pertumbuhan yang begitu panjang dan akan segera mereka lalui perlahan. Hanya dengan cara ini maka mereka bisa menunjukkan kalau sudah berhasil menjadi anak-anak yang sehat. "Keano tampan sekali pakai kacamata seperti itu," ujar Kannaya sambil bergerak dan memotret putranya yang satu lagi lalu memakaikan kacamata yang sama.Mereka sedang berjemur saat ini, sebuah rutinitas yang biasa dilakukan Kannaya sejak anak-anaknya lahir. Makanya dia sudah biasa walau masih ada bantuan dari suster yang memang sangat profesional. Dia sama sekali tidak kesulitan dalam merawat anaknya walau dia adalah ibu baru."Kalian itu mengikut Papa sekali, wajahnya juga mirip Papa," gumam Kannaya seraya menghela napas. "Kalian harus bi
Andreas menatap Camelia lalu menatap ke arah depan dan fokus mengemudi lagi. "Saya hanya mau menhenalmu lebih jauh. Apakah boleh?" tanyanya santai membuat Canelia makin membulatkan matanya."Hah?"Andreas menatapnya sejenak dan menuju ke rumah megah yang sudah terlihat di depan mata."Saya sering memperhatikanmu diam-diam. Jujur saja, saya suka dengan wanita pekerja keras sepertimu. Kau hampir sama seperti istrinya Dean, Kannaya yang bekerja keras. Walaupun sebenarnya seorang wanita itu tidak diwajibkan bekerja saat sudah menikah. Tetapi tidak selamanya seorang pria atau suami itu akan terus berada di atas. Suatu saat bisa saja hancur karena roda itu berputar. Untuk saat ini tentu saja kami bisa memberikan kebahagiaan dan segala kemewahan untuk istri. Tetapi siapa yang tahu nanti?"Camelia diam mendengarnya membicarakan itu, sumpah, dia belum paham! Kenapa Andreas yang merupakan seorang pria besar dan pengusaha ini mau membahas tentang hal ini dengannya? Dengan dia yang bukan siapa-sia
Kannaya benar-benar tidak repot mengurus anak kembarnya karena ada baby sitter. Dia hanya memerah ASI, memulihkan dirinya dan membuat semuanya menjadi lebih mudah hanya dengan menjalaninya dengan santai.Kannaya mendapatkan support dan juga bantuan sepenuhnya dari Dean, seperti yang sekarang mereka lakukan. Dia memerah ASI, sementara itu Dean yang menuliskan tanggalnya kalau dia masukkan ke dalam lemari pendingin kecil yang disediakan langsung anaknya."Hari ini Camelia akan datang katanya, Mas mau bekerja atau tidak? Apakah berangkat hari ini?"Dean tersenyum lalu menggeleng pelan. "Hari ini Haris akan mengantarkan beberapa berkas yang akan ditandatangani, aku benar-benar masih bekerja di rumah, jadi kamu tidak perlu khawatir."Kannaya tersenyum dan mengangguk. Kembali berbaring, anak-anak ada bersama dengan mereka siang ini dan terlihat sangat nyaman. Dean tersenyum dan mengusap kaki Kannaya dengan lembut seolah ingin memijatnya."Ada sesuatu yang kamu mau? Aku akan membelikannya,"
Dean cukup menikmati waktunya ketika dia menjaga Sang Putra sementara itu Kannaya tidur untuk mengembalikan semua tenaganya walaupun memang dia tidak begitu kesulitan untuk melahirkan tapi Dean tetap ingin yang terbaik untuk istrinya itu. Makanya dia membiarkan Kannaya beristirahat tanpa harus memikirkan apa-apa.Setelah puas bermain dengan kedua anaknya, putranya itu juga sudah tidur ketika Dean berjalan meninggalkan ruangan bayi. Dia turun ke lantai bawah untuk meminta pelayan menyiapkan makanan untuk istrinya. Karena dia ingin istrinya makan setelah ini supaya bisa kembali bertenaga dan pulih dengan cepat."Bawa semuanya ke kamar, saya akan lihat apakah istri saya sudah bangun atau belum."Pelayan yang ada di sana mengangguk patuh. Mereka mulai menyusun makanan yang akan dibawa sebelum mengikuti langkah kaki Dean menuju ke lantai atas dimana kamar majikan mereka itu berada. Saat Dean naik, dia tak menemukan Kannaya di atas ranjang. Hal itu membuatnya mencari ke beberapa tempat dan
Kannaya masuk ke dalam mobil dan memperhatikan sekitarnya sebelum menatap suaminya. "Mas kok banyak orang?"Dean tersenyum lalu mengusap kepala istrinya dengan lembut. "Mereka hanya penasaran, soalnya aku membawa kamu pulang dengan penjagaan dan pelayanan yang ketat. Tidak usah terlalu dipikirkan," ujarnya membuat Kannaya menghela napas dan mengangguk.Anak-anak mereka sudah ada di tempatnya yang begitu nyaman. Dean sudah mempersiapkannya dengan baik dan itu membuat Kannaya tersenyum. Dia bisa memejamkan matanya dan mengistirahatkan tubuhnya sebelum nanti mereka tiba di rumah yang sedikit jauh. Dean menggenggam tangannya dan menemaninya melakukan semua itu. Dia tidak akan meninggalkan istrinya ini sendiri dan akan terus mendampinginya.Dean menyadarkan tubuhnya dan melihat jalanan di depan sana. Haris mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata dan berusaha setenang mungkin agar tidak membuat istri majikannya kenapa-napa. Dia tidak bisa bayangkan kalau istri majikannya itu meras
Kannaya menatap suster yang baru membantunya mengganti infus. Dia masih harus dirawat sampai besok baru kembali ke rumah.Dean keluar dari dalam kamar mandi dan menemukan istrinya yang sudah selesai melakukan pemeriksaan hingga dia tersenyum dan berjalan mendekati istrinya itu. Dia baru saja selesai mandi sementara Kannaya juga baru dibersihkan."Lain kali saat lukanya sudah agak membaik, aku yang akan memandikan kamu."Kannaya tersenyum dan mengangguk. Dia menatap Dean yang terlihat segar dan tampan hingga akhirnya mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah anak-anaknya yang tidur dengan tenang. "Mas tidak bekerja?" tanyanya membuat Dean tersenyum dan mengambil tangannya untuk digenggam."Beberapa minggu ke depan Harris yang akan menghandlenya. Aku akan menemanimu mengurus anak-anak kita. Kalau kamu sudah tidak sakit lagi maka aku akan mulai mengurus pekerjaan." Dean berkata seraya tersenyum.Dia sudah menyiapkan semua ini dan sudah bertekad akan menemani istrinya seraya melahirka