Pembawaan Shouhei langsung berubah dingin, membuat wanita di sebelahnya mematung kaget oleh hawa dingin menampar kulitnya. Keringat gelisahnya menuruni punggung, kata-katanya macet di tenggorokan. Dengan nada dingin sedingin raut wajahnya, Shouhei melanjutkan kalimatnya, “bukankah kamu yang pertama kali ingin pergi dariku dengan mengembalikan cincin lamaranku saat pria itu muncul?” Risa kaget, meringis malu dengan wajah kelam. Shouhei terdiam beberapa saat, ekspresinya sulit terbaca di wajah datarnya yang dingin. “Makanlah. Cepat habiskan. Nanti pria itu benar-benar akan datang ke sini dan menuduhku telah menggodamu.” Risa semakin kaget mendengarnya. Tiba-tiba, Shouhei tertawa geli dengan nada rendah yang seksi, ada nada meremehkan dalam suaranya, mata mengedip nakal kepada sang wanita. “Tapi, itu memang benar, kan? Aku menggodamu dengan sangat baik sampai kamu tidur bersamaku.” Seluruh tubuh Risa Abdullah tercoreng malu, rasanya dia ingin memukul pria ini sekuat mungkin! Sialan
Di tempat lain, di sebuah ruangan yang sepertinya adalah ruang kerja yang cukup luas. “Dia tidak berbohong. Memang ada pertemuan bisnis di lantai satu malam ini. Jadi, jangan marah, ya?” bujuk James kepada Shouhei yang kini berdiri marah di depan sebuah pintu kaca yang terbuka, memperlihatkan sebuah balkon luas penuh tanaman indah. James tersenyum kecut, gelisah hebat. Bagaimana tidak gelisah? Ruang kerjanya sekarang sudah menjadi sasaran kemarahan pria bermantel hitam itu, hancur dan berantakan! “Benar-benar pria temperamental!” bisik James pelan. Takut-takut sahabatnya itu mendengar keluhan kecilnya, mata tersenyum dipaksakan. Dia tidak berani menyinggung Shouhei yang baru saja mengamuk hebat di ruangan ini. *** Risa Abdullah menatap dirinya di depan cermin. Kini, dia memakai sebuah gaun malam berwarna biru gelap yang elegan. Adnan sungguh-sungguh serius dengan kata-katanya. Dia ingin memperkenalkannya kepada para kolega dan rekan bisnis pentingnya. Wanita ini murung denga
Wajah Risa ditekuk gelap, meringis menahan rasa bersalah di hatinya. Suaranya terdengar tegas dan galak. “Aku bukan playgirl! Aku sama sekali tidak tertarik menjalin hubungan tidak jelas dengan banyak pria di luar sana! Aku hanya menginginkan satu pria saja dalam hidupku! Satu! Dan untuk selamanya! Dan hanya akan mencintainya seorang! Kalau kamu tidak suka dengan perjodohan ini, aku memakluminya. Kamu tidak percaya kepadaku, aku memakluminya juga!” Adnan terdiam, terlihat jelas sedikit terpukul mendengar, tapi disembunyikan dengan baik dalam sedetik di wajah datar dan cueknya. Risa Abdullah tidak sadar meledak, dia terus melanjutkan isi hatinya yang ditahan sampai detik ini, bercampur dengan gejolak emosi yang melandanya dengan kenyataan pahit kalau sekarang dia adalah wanita rendahan dengan status simpanan. Dadanya naik turun, wajah mengencang dengan sudut-sudut mata mulai berair. Kalimat-kalimat yang dimuntahkan dari bibirnya yang belepotan lipstik hasil serangan Adnan bergetar h
Acara yang dihadiri oleh Risa Abdullah ternyata adalah pertemuan para investor dan perusahaan keuangan yang cukup ternama di dalam dan luar negeri. Pertengkarannya dengan Adnan di kamar sebelumnya, sekarang bagaikan angin lalu di antara mereka berdua. Wanita bergaun indah ini tampak digandeng oleh Adnan Budiraharja yang ketika memasuki ruangan indah dan luas itu langsung saja disambut dengan banyak pasang mata penuh kagum. Semuanya terpana dan bisik-bisik kecil membicarakan mereka, tapi tidak banyak yang berani mendekat. “Selamat malam, Tuan Budiraharja! Tidak sangka ternyata rumor itu benar adanya!” sapa seorang pria tua berkumis unik, tubuhnya besar tapi agak pendek daripada Adnan. Risa hanya bisa tersenyum sopan, akting bahwa semua baik-baik saja. “Senang bertemu dengan Anda, Tuan Tanaka. Sama sekali tidak menduga Anda akan hadir di acara ini,” balas Adnan sopan, sangat elegan dan berwibawa. “Tentu saja saya harus datang! Acara ini adalah acara yang diadakan sekali setahun. Sa
Selama perbincangan Adnan bersama tamu lain, Risa merasa sangat tertekan karena harus terus berakting bahagia, menyapa mereka satu per satu, dan yang paling sulit adalah memperlihatkan kemesraan mereka berdua setelah bertengkar hebat beberapa saat lalu. Risa Abdullah tidak menyangka Adnan akan berkata jujur kepadanya kalau dia memang sengaja menipunya pada pertemuan pertama mereka. Pria yang tidak mau melepas lengannya ini, berkata kalau dia akan mulai jujur dan terbuka kepadanya sejak dia mengangguk setuju memulai hubungan mereka tanpa ada hal yang disembunyikan satu sama lain. Benarkah seorang Adnan yang merupakan playboy kelas atas ini akan sejujur itu kepada Risa Abdullah, wahai para pembaca? Mari kita simak kisah keseriusan pria berkacamata ini dalam menunjukkan kata-katanya. Perbincangan itu akhirnya selesai, dan karena Risa merasa tidak nyaman dengan para tamu yang datang silih berganti menyapa Adnan yang sudah seperti open house hari lebaran saja, dan hanya membahas masala
#Warning rate 18 + Mohon maaf atas ketidaknyamannya. …………… Seiring wanita yang sudah memucat gelap ini mencoba lari dari kenyataan, hatinya jatuh langsung tenggelam ke dasar perutnya, mendingin dan membeku di sana. Menarik kebahagiannya dari wajah cantiknya. Seolah-olah hilang tak berbekas. “Shouhei, kemari sebentar! Aku perkenalkan kepada teman yang aku maksud tadi!” seru Ayana dengan nada dewasa manisnya, anggun dan lembut. Sangat indah bagaikan daun yang jatuh gemulai oleh hembusan semilir angin. Sang pria berjas putih dengan dasi merah gelap yang terlihat mewah dan tinggi itu berbalik memperlihatkan wajah tampan arogan dan dinginnya. Risa Abdullah oleng sedikit, hampir jatuh dari posisi berdirinya. “Risa?!” seru Adnan cepat dalam suara berbisiknya, menahan tubuh Risa dengan kedua tangan, memeluknya erat. “Kenalkan, pria tampan sok dingin ini adalah Shouhei Shiraishi. Pacarku, sekaligus calon suamiku, Kak Adnan.” Mata Risa Abdullah terkunci kepada Shouhei Shiraishi. Pup
Risa Abdullah seketika bangkit dari kursi, membuat semua orang di meja itu menoleh menatapnya. Wanita ini gugup, kemudian tertawa canggung. Tubuhnya gemetar, tapi berusaha akting dengan baik. “A-aku mau ke toilet sebentar. Kalian lanjutkan saja.” “Mau kutemani?” tanya Adnan lembut, meraih tangan kanannya. Risa hendak menarik tangannya, tapi tidak enak di depan pasangan itu. Apalagi Adnan pasti akan curiga, maka dia hanya menggeleng pelan. “Tidak perlu. Hanya ke toilet. Aku tahu, kok, tempatnya. Tidak akan tersesat.” “Baiklah. Jika ada apa-apa, pusing, atau yang lain, segera hubungi aku. Kamu baik-baik saja?” “Iya. Aku sudah sedikit baikan.” Risa mengangguk cepat, permisi dari meja itu dengan sopan. Tidak ada niat sedikit pun untuk bersitatap dengan pria tampan berjas putih di meja. Wajahnya sudah pucat dan kelam, hatinya sangat tidak nymana. Dunianya terasa begitu gelap sesaat. Apa yang terjadi dengannya? Kenapa dia bisa jatuh ke dalam perangkap Shouhei seperti ini? Tidak s
#Warning rate 18 + Mohon maaf atas ketidaknyamannya. …………… “KAMU GILA!” maki Risa sakit hati, tubuhnya gemetar oleh amarah bagaikan lava mendidih di hatinya. Air matanya kembali tumpah, terisak dan tergugu dengan wajah galaknya. “Kamu bilang kalau ini hanya sementara!” lanjutnya dengan nada frustasi. Dia penasaran, apakah Shouhei sudah punya ide agar pernikahannya dengan Adnan batal? Apakah dia terlalu mempercayai pria ini? Hati Risa berdarah. Kepalanya berdenyut hebat, rasanya sudah mau meledak gila mendengar jawaban tidak masuk akal itu! Shouhei mengeraskan ekspresinya, menariknya mendekat, berkata dengan dingin. “Lalu, apa kamu mau kita berpisah? Apa kamu bisa menghentikan perjodohan itu, Risa Abdullah? Adnan Budiraharja adalah pria dari keluarga Budiraharja yang memiliki pengaruh kuat di mana-mana. Apa kamu bisa mengatasinya saat kamu memutuskan perjodohan itu?” Pupil mata wanita ini mengecil kalut, terguncang dengan jawaban sang pria. Apakah sebelumnya dia salah memiki