Dukunglah kisah Risa dan Shouhei dengan membuka gemboknya menggunakan koin berbayar, dan beri hadiah rutin agar cerita ini tetap bertahan di platform kesayangan kalian. Terima kasih sebelumnya.^^
Setelah selesai bersiap-siap untuk acara jalan-jalan keliling kota yang disponsori oleh James, Risa Abdullah kini berdiri di depan dinding kaca yang telah ditutupi dengan kain seadanya. Dia masih tidak percaya! Wanita yang memakai gaun hijau tosca gelap ini tergagap dengan wajah pucat. Untuk kesekian kalinya kehilangan kata-kata dengan perbuatan Shouhei. Dia masih sulit mencerna dengan apa yang didengarnya sebelum bos galaknya keluar kamar. “Aku mengira kamu tenggelam lagi di jacuzzi gara-gara kelelahan, rupanya hanya tidur seperti sapi.” Risa gemetar dari ujung kaki hingga kepala, teringat perkataan lelucon tidak lucu Clara kepadanya mengenai obat perangsang. Seandainya benar malam tadi dia memberinya obat perangsang, dan dihadapkan dengan sikap agresif bosnya, maka bukan hanya sekedar tidur bersama dalam keadaan tubuh masih tertutupi pakaian yang akan didapatinya saat membuka mata di pagi hari! Suara ketukan di depan pintu terdengar keras. “Sudah siap?” tanya Shouhei dengan su
Risa Abdullah tidak menyangka hari ini akan menjalani kegiatan tur sekaligus double date bersama pria yang terlibat rumor parah dengannya di kantor. Untung saja saat ini sudah tidak ada tim pemotretan mereka selain Clara tentu saja. “Bagaimana? Apakah cocok dengan seleramu?” tanya Shouhei yang duduk di depannya pada sebuah meja sederhana di warung pinggir jalan. “Eng... yah... cocok, Pak bos...” jawab Risa dengan wajah dipaksakan penuh senyum. Mata wanita ini menatap kentang goreng yang sedang dipegangnya, sebelah keningnya berkedut kesal. Kentang goreng lagi? Dia memang suka kentang goreng. Tapi, lama-lama diperlakukan seperti ini oleh bosnya, tiba-tiba saja dia menjadi muak dan benci dengan kentang goreng! Wajah tampan itu langsung menjadi kelam. “Shouhei. Panggil aku Shouhei. Apa susahnya itu?” “Benar. Kita tidak sedang bekerja. Santai saja,” timpal Clara usil. “Jadi, Risa, kamu sangat suka dengan kentang goreng?” goda istri James lagi, duduk tepat di sebelahnya, tersenyum
Kegiatan melihat lukisan di tempat itu berlangsung cukup singkat. Pada dasarnya, Risa tidak suka dengan hal-hal berbau seni. Jadi, tidak banyak lukisan di sana yang mampu menarik perhatiannya, kecuali sebuah lukisan pemandangan berupa sawah menguning indah dan berkilau layaknya emas di sore hari. “Kamu suka lukisan ini?” tanya Shouhei yang muncul tiba-tiba di sebelahnya. Sosok tampan itu berdiri tegak dengan kedua tangan berada di saku, melihat ke arah yang sama. Risa menoleh ke arahnya, sedikit bingung kenapa pria itu bisa menebaknya dengan tepat. Apakah ini hanya godaan lain darinya? “Pasti berpikir kenapa aku bisa menebaknya dengan benar, kan?” Shouhei tersenyum jahil, tapi masih ada kesan dingin dan dewasa darinya. Jantung Risa berdegup aneh, sedikit merasa tak nyaman melihat wajah tampan itu tersenyum begitu indah. ‘Jantung! Jangan macam-macam!’ Peringatnya kepada diri sendiri, merasa sedikit gugup. “Lihatlah wajahmu itu, sangat bingung. Jelas-jelas berpikir kenapa aku bis
Keempat orang itu menaiki bis menuju stasiun utama safari, tempat awal mula untuk memulai semua perjalanan seru mereka hari ini. Di sebelah Risa, sudah jelas yang duduk adalah sang bos galak. Pakaian mereka yang berwarna senada, membuat beberapa mata melirik mereka berkali-kali. Satunya tampan, satunya cantik. Bagaimana bisa tidak menarik perhatian? Apalagi pasangan di depan mereka lebih heboh daripada bangku Risa yang hanya diam saja. Sudah seperti sebuah patung pasangan. “Lihat! Ini adalah alam yang sangat alami! Seharusnya lebih banyak manusia untuk melindungi dan menjaga kelestarian lingkungan! Bukankah udaranya sangat segar?” ucap James dengan wajah senyum-senyum bodohnya, duduk di dekat jendela sambil mendempetkan sebelah pipinya senang bak anak kecil pada jendela kaca mobil. Tingkah konyol ini membuat wajah tampan keturunan bule itu menjadi sediki konyol dan lucu. “Kamu jangan bikin malu! Hentikan itu!” bisik Clara galak, sudah mau meledak dengan aksi konyol sang suami, ma
Tidak jauh dari sana, seorang wisatawan wanita asing—sepertinya dari Eropa, bertanya kepada pemandu tur mereka dalam bahasa Inggris fasih. “Apa maksud perkataannya itu? Dasar raja buaya? Apa itu ucapan terima kasih di sini? Atau itu nama jenis buaya baru?” Mendengar itu, beberapa wisatawan di rombongan tersebut terlihat antusias, sangat serius sampai terlihat sangat lucu bagaikan sebuah acara komedi TV siang hari. Wanita pemandu tur berpakaian senada dengan topinya, memegang bendera rombongan itu sambil terkekeh salah tingkah. ‘Aha... ahahaha... Benar. Buaya jenis baru sepertinya. Buaya darat pemangsang wanita, buaya genit yang sangat tampan...’ batin pemandu tur ini dengan mata mendatar pasrah. Pemandu tur menjawab pertanyaan itu di dalam hati. Tapi, di luar berdehem membersihkan tenggorokannya, tiba-tiba mata dipejamkan dengan kepala ditundukkan serius, kepalan tangan kanan berada di depan mulut. “Ehem! Benar! Kadang kami berkata ucapan terima kasih yang bermakna sebaliknya, bud
Risa Abdullah kalah dengan sikap Shouhei yang memelas menyedihkan. Bagaimanapun, dia akan sangat keterlaluan jika mengabaikan pria yang sesaat dilupanya adalah bos besar di tempat kerjanya. “Apa kamu ingin membeli boneka juga?” Risa mematung hebat mendengarnya, berdiri kaku dengan wajah bodoh setengah cengengesan di sebuah pintu masuk sebuah toko souvenir. Shouhei yang berdiri di sebelahnya sambil memegangi permen kapas dan balon, menoleh ke arah pasangan seharinya—di mata Risa, status mereka seperti ini, tapi bagi Shouhei, ini hanyalah dalih untuk menaklukkan wanita itu agar mau bersamanya seharian dan tidak banyak protes. Sudut bibir Risa berkedut canggung, melirik gugup ke arahnya. Dia bukan anak kecil yang harus dibelikan boneka. Tidak cukup apa dengan balon dan permen kapas yang diberikan olehnya sekarang? Risa mendatarkan matanya sebal melihat tingkah Clara yang dipikirnya sangat dewasa dan profesional dalam bekerja, ternyata malah sibuk mengoleksi beberapa boneka hewan da
“Le-lepaskan!” desis Risa berbisik kecil, menjaga nada suaranya, sudah seperti benar-benar desisan ular disertai kepala dimajukan seolah hendak mematuk lawan bicaranya, mata mengganas hebat oleh rasa malu dan amarah. “Heh... cepat pilih bonekanya. Kalau tidak bisa memilih, baiklah, kita borong saja setiap karakter di sini,” dengusnya geli melihat tingkah lucu sang pujaan hati, sangat menggemaskan dengan pikiran kotornya. Tingkah Risa membuat Shouhei Shiraishi semakin menginginkannya. Sangat mengelukannya di dalam hatinya. “A-aku tidak butuh boneka! Memang aku anak kecil, apa?” Walaupun Risa berusaha segalak mungkin, tapi jelas bos galak itu lebih mendominasinya dan penuh intimidasi. Auranya sungguh menekan Risa dengan wajah gelap tampannya yang penuh tirani. “Cepat. Pilih. Risa. Abdullah.” Setiap tekanan kata itu membuat Risa menahan napas sesak, kedua bahu terlonjak dan merepet baikan tubuhnya akan tenggelam ke lantai. Shouhei memiringkan kepala arogan, wajah tampannya sangat g
Adegan dramatis sebelumnya sempat membuat Clara dan James yang melihat keduanya berpelukan, akhirnya salah paham hebat. Mengira rencana mereka berjalan dengan sukses. “Ke-ke mana James dan Clara?” tanya Risa, duduk di gazebo sambil berpegangan tangan dengan Shouhei, mata melirik gelisah ke beberapa sudut taman safari. “Sudah merasa lebih baik?” tanya Shouhei lembut, meremas jemarinya erat. Pria ini tidak tahu kenapa pujaan hatinya tiba-tiba menangis seperti tadi, bahkan dia menangis keras di dadanya. Kalau Risa tidak memeluknya erat dengan mesra, sudah pasti orang-orang akan berpikir kalau dia telah menyakiti wanita kesayangannya ini. “Kalau ada masalah, katakan saja kepadaku. Jangan kamu simpan sendiri,” nasihat Shouhei dengan sangat merdu, sangat hati-hati memilih kata-kata untuk diperdengarkan kepadanya. Risa masih murung, tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan itu. Dia menangis karena dia, bukan karena hal lain. Tapi, bagaimana bisa berkata jujur kepadanya? Dia adalah calo
Pria dingin di meja mencoba untuk menenangkan diri. Lewat wajahnya yang tidak ada emosi sama sekali, dia berkata lebih lembut, "Risa Abdullah, kemarilah. Ayo duduk. Tidak baik menyisakan makanan seperti itu. Jangan melampiaskan amarahmu kepada hal-hal yang tidak bersalah. Kamu tidak ingin berdosa karena membuang-buang makanan, bukan?"Hati Risa tenggelam berat. Dia menatap muram pria dingin di meja itu, dengan tangannya yang mengepal erat. Bagaimana bisa dia begitu saja berkata seperti itu setelah mengancamnya dengan nyawa orang lain? Terlebih lagi, itu adalah nyawa calon ayah mertuanya!Melihat Risa tidak bergerak dari tempatnya, Shouhei lalu menatapnya lebih dingin. "Duduk," titahnya dengan nada yang tidak bisa dibantah. Seketika saja, Risa merasakan sekujur tubuhnya gemetar oleh rasa takut yang tidak biasa. Tatapan pria itu sangat menakutkan hingga membuat hatinya menciut hebat. Keringat dinginnya sudah turun banyak. Dengan perasaan enggan, dia berjalan kembali ke kursinya da
Pada Kamis esok paginya, Risa berangkat ke kantor dengan perasaan lesu. Sepertinya, berita mengenai kepala keluarga dari calon mertuanya menyebar dengan sangat cepat dan menghebohkan semua kalangan. Vera yang seketika melihatnya langsung mendekat buru-buru. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya dengan bisik-bisik. Risa hanya bisa menghela napas dan bergegas menuju lift, tidak ingin mendapat tatapan menarik dari banyak orang. Entah apa yang sudah beredar di internet, tetapi sepertinya itu juga terkait dengan dirinya. Vera yang sudah masuk bersama dengan Risa ke dalam lift, segera bersandar dan bertanya sembari memberi tatapan penasaran. "Katanya, rem mobil itu disabotase. Apakah benar?" Risa hanya bisa menggeleng pelan. Wajahnya semakin murung. "Aku tidak tahu. Adnan bilang, ayahnya hanya mengalami kecelakaan. Bahkan, gara-gara itu pernikahan kami harus ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan." Vera tersentak kaget mendengar ucapannya. "Jadi, pernikahan kalian ditu
Rencana lanjutan Shouhei tidak berjalan dengan lancar. Tiba-tiba saja, ada berita mengejutkan dari Ibu Kota."Risa, bangunlah! Kita sudah tiba," ucap Shouhei lembut sambil mengguncang pelan bahunya.Risa membuka mata dengan perasaan lemah. Sepertinya, dia belum sepenuhnya tersadar dari rasa kantuknya."Ada apa? Bolehkah aku tidur sebentar lagi?" ucapnya dengan nada serak.Shouhei langsung mendekatkan wajahnya ke depan wajah Risa. "Bangun. Kita sudah sampai di Ibu Kota."Risa membuka matanya lebar-lebar, terkejut luar biasa. Dia langsung mendorong pria di depannya."Kenapa begitu, sih? Bikin orang kaget saja!" protesnya marah.Shouhei hanya berdiri dengan kedua tangan terlipat di dadanya. "Nona cantik, bukankah kamu yang memaksa kita kembali ke Ibu Kota? Karena tidak sengaja mendengar kabar mengenai kecelakaan yang menimpa calon mertuamu."Risa seperti baru saja dipukul di belakang kepalanya. Seketika dia teringat dengan kejadian beberapa jam lalu."Oh, ya, ampun! Benar juga! Astaga, a
Karena tidak tahan dengan rasa lapar yang datang tiba-tiba kepadanya, Risa akhirnya terpaksa menuruti paksaan Shouhei yang terlalu tirani. Setelah makan beberapa suap, Risa baru menyadari sesuatu.Tunggu sebentar!Bukankah di yacht ini tidak ada orang lain selain mereka berdua?Itu artinya yang menyiapkan sarapan ini semua adalah dia, ataukah sudah disiapkan terlebih dahulu? Namun, saat Risa melihat hidangan rumit di depannya, keningnya segera berkerut.Shouhei, yang menyadari raut wajahnya yang berubah, segera menegurnyam, "Ada apa? Kamu tidak suka dengan sarapan yang kubuat?"Alis Risa naik dengan cepat, disertai rasa keterkejutan."Jadi benar, sarapan ini kamu yang membuatnya?"Senyum Shouhei terlihat sangat manis dan tampan. "Tentu saja. Menurutmu siapa lagi? Aku tidak akan sembarangan membiarkan orang lain memasak untukmu."Wajah Risa memerah dengan cepat. Perkataannya terkesan sangat romantis dan manis. Walaupun dia tersipu malu, tapi entah kenapa ada hal aneh yang tersembunyi
Matahari bersinar sangat lembut ketika Risa Abdullah terbangun keesokan harinya. Dia menatap linglung langit-langit yang asing baginya.Tunggu! Dia tidur di mana sekarang? Kenapa dia tidak ingat apa pun?Selama beberapa detik, dia mencoba memproses semuanya dengan pikiran kacau balau. Lalu setelah memejamkan mata sebentar, dia langsung panik mengingat kejadian semalam!Tidak!Risa tidak ingat tentang mimpi es krim rasa pandannya, tapi teringat kalau dia sedang berduaan hanya dengan Shouhei entah di mana di tengah laut saat ini.Takut terjadi hal yang tidak diinginkan sebelum hari pernikahannya, dia segera memeriksa tubuhnya dan lega mendapati pakaiannya masih utuh.“Ke mana dia? Kenapa tidak ada di mana pun?” tanyanya kepada diri sendiri begitu keluar kamar sambil mengenakan sandal tidur yang lucu.Risa mencari-cari keberadaan bos galaknya di semua lantai yacht mewah tersebut, tapi tidak menemukan siapa pun.“Kenapa rasanya sangat menakutkan begini?” gumamnya kepada diri sendiri, mengu
Meskipun Risa tidak begitu senang dengan apa yang telah disiapkan oleh Shouhei, tapi dia akhirnya bisa menikmatinya juga di bawah taburan bintang-bintang yang sangat banyak.Kembang api dinyalakan dalam berbagai macam jenis, membuat suasana di tepi pantai itu terlihat sangat meriah meski hanya ada mereka berdua.Tidak jauh dari sana, tempat untuk mengadakan makan malam dengan lilin romantis telah dipersiapkan sedemikian rupa.Pantai yang mereka datangi adalah salah satu pulai kecil yang berada tidak jauh dari pulau utama. Itu juga termasuk dari pulau yang telah dibeli oleh Shouhei.Tawa Risa sangat keras dan lepas. Dia menari dengan kedua tangan memegang kembang api yang memancarkan bunga api yang sangat indah. Keringatnya bahkan sampai menghiasi wajahnya.Walaupun dia terlihat senang, sebenarnya dia sangat merasa bersalah kepada Adnan. Tentu saja karena pernikahannya dengan pria itu hanya tinggal menghitung hari. Namun, karena dia berpikir mustahil bisa bersama cintanya yang sangat an
Keesokan paginya, di tempat lain, Adnan Budiraharja menatap kesal layar ponselnya dengan perasaan kacau.Dia telah mencoba mencari tahu keberadaan Risa sejak pesan aneh datang kepadanya. Sebenarnya, dia tahu siapa yang membalasnya, tapi dia masih mencoba memikirkannya.“Kamu yakin?” tanya Adnan kepada sekretaris pribadinya.Pria muda yang berdiri menghadapnya dengan gugup tampak tersenyum canggung. “Maaf, Pak. Tapi, sejauh yang bisa saya cari tahu kalau mereka katanya sedang dalam perjalanan bisnis.” Adnan mengerutkan kening dalam. “Perjalanan bisnis apa yang memakan waktu sangat lama dan tidak ada kabar terbaru sama sekali?”Sebentar lagi pernikahannya dengan Risa akan diadakan, tapi tiba-tiba saja dia menghilang bagaikan ditelan bumi. Kedua orang tua wanita itu telah menenangkannya kalau tidak ada masalah sama sekali. Tapi, kenapa dia merasa tidak nyaman.Seburuk apapun seorang pria, Adnan tahu dengan jelas.“Selidik lebih jauh pergerakan Shouhei Shiraishi dua minggu ini, aku yakin
Seperti biasa, Shouhei tidak memikirkan pendapat Risa sama sekali. Dia langsung menggerakkan tangan ke arah seorang pelayan pria tua, lalu berkata kepada para tim desainer, “Silakan mengukur pakaian yang sedikit longgar untuknya. Aku tidak mau dia memakai pakaian yang ketat dan menonjol. Untuk masalah desainnya, berikan saja setelah kalian mengukur tubuhnya dan pastikan berikan yang terbaik.”Risa melotot hebat mendengar perintahnya yang sangat tirani.“Shouhei! Apa kamu mendengarku?! Aku bilang aku tidak akan melakukannya! Aku tidak akan menerima apa pun yang kamu berikan kepadaku lagi. Apa otakmu ada masalah?”Shouhei diam melihatnya, menatapnya berlama-lama. Dia lalu tersenyum paling lembut hingga membuat sang wanita merasa salah tingkah dan canggung.Kenapa dia malah tersenyum seperti itu?Apakah dia tidak marah?“Kamu mengerti, kan? Aku tidak mau diberikan pakaian mewah! Aku bisa membelinya sendiri! Lagi pula, untuk apa memiliki banyak pakaian yang tidak bisa dipakai setiap hari?
Perjalanan menggunakan helikopter itu sangat menyenangkan di luar dugaaan Risa. Walaupun pada mulanya dia sangat marah kepada pilot dadakan yang ada di dekatnya, ternyata pemandangan di sekitar pulau pribadi begitu menakjubkan!Sudut bibir Shouhei tertarik melirik Risa yang terkesima melihat hamparan pemandangan indah di bawah mereka. Pasir putih yang menakjubkan dan masih alami, lautan jernih yang seperti kristal biru, dan juga luas pulau pribadi yang cukup memukau dengan daratan yang memiliki banyak variasi daratan, membuat Risa tidak sadar terlalu menikmatinya.Sebagai putri dari keluarga kaya yang sudah lama menjadi rakyat biasa, berlibur adalah hal yang jarang dilakukan olehnya. Jadi, ketika dihadapkan dengan situasi seperti sekarang, dia menjadi lebih antusias.Siapa bilang kalau menjadi kaya raya itu suka berlibur ke tempat-tempat indah? Risa tidak punya waktu sama sekali gara-gara kesibukan kerjaan yang selalu menghampirinya. Kalaupun libur, dia pasti hanya akan mengikuti libu