Risa Abdullah kalah dengan sikap Shouhei yang memelas menyedihkan. Bagaimanapun, dia akan sangat keterlaluan jika mengabaikan pria yang sesaat dilupanya adalah bos besar di tempat kerjanya. “Apa kamu ingin membeli boneka juga?” Risa mematung hebat mendengarnya, berdiri kaku dengan wajah bodoh setengah cengengesan di sebuah pintu masuk sebuah toko souvenir. Shouhei yang berdiri di sebelahnya sambil memegangi permen kapas dan balon, menoleh ke arah pasangan seharinya—di mata Risa, status mereka seperti ini, tapi bagi Shouhei, ini hanyalah dalih untuk menaklukkan wanita itu agar mau bersamanya seharian dan tidak banyak protes. Sudut bibir Risa berkedut canggung, melirik gugup ke arahnya. Dia bukan anak kecil yang harus dibelikan boneka. Tidak cukup apa dengan balon dan permen kapas yang diberikan olehnya sekarang? Risa mendatarkan matanya sebal melihat tingkah Clara yang dipikirnya sangat dewasa dan profesional dalam bekerja, ternyata malah sibuk mengoleksi beberapa boneka hewan da
“Le-lepaskan!” desis Risa berbisik kecil, menjaga nada suaranya, sudah seperti benar-benar desisan ular disertai kepala dimajukan seolah hendak mematuk lawan bicaranya, mata mengganas hebat oleh rasa malu dan amarah. “Heh... cepat pilih bonekanya. Kalau tidak bisa memilih, baiklah, kita borong saja setiap karakter di sini,” dengusnya geli melihat tingkah lucu sang pujaan hati, sangat menggemaskan dengan pikiran kotornya. Tingkah Risa membuat Shouhei Shiraishi semakin menginginkannya. Sangat mengelukannya di dalam hatinya. “A-aku tidak butuh boneka! Memang aku anak kecil, apa?” Walaupun Risa berusaha segalak mungkin, tapi jelas bos galak itu lebih mendominasinya dan penuh intimidasi. Auranya sungguh menekan Risa dengan wajah gelap tampannya yang penuh tirani. “Cepat. Pilih. Risa. Abdullah.” Setiap tekanan kata itu membuat Risa menahan napas sesak, kedua bahu terlonjak dan merepet baikan tubuhnya akan tenggelam ke lantai. Shouhei memiringkan kepala arogan, wajah tampannya sangat g
Adegan dramatis sebelumnya sempat membuat Clara dan James yang melihat keduanya berpelukan, akhirnya salah paham hebat. Mengira rencana mereka berjalan dengan sukses. “Ke-ke mana James dan Clara?” tanya Risa, duduk di gazebo sambil berpegangan tangan dengan Shouhei, mata melirik gelisah ke beberapa sudut taman safari. “Sudah merasa lebih baik?” tanya Shouhei lembut, meremas jemarinya erat. Pria ini tidak tahu kenapa pujaan hatinya tiba-tiba menangis seperti tadi, bahkan dia menangis keras di dadanya. Kalau Risa tidak memeluknya erat dengan mesra, sudah pasti orang-orang akan berpikir kalau dia telah menyakiti wanita kesayangannya ini. “Kalau ada masalah, katakan saja kepadaku. Jangan kamu simpan sendiri,” nasihat Shouhei dengan sangat merdu, sangat hati-hati memilih kata-kata untuk diperdengarkan kepadanya. Risa masih murung, tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan itu. Dia menangis karena dia, bukan karena hal lain. Tapi, bagaimana bisa berkata jujur kepadanya? Dia adalah calo
Risa masih dalam pose yang sama. Tidak melihat Shouhei sama sekali. Wajahnya bahkan tanpa emosi saat membuka suara. “Aku memang tidak tahu apa tujuanmu membuatku bingung seperti ini. Tapi, Shouhei, kita tidak bisa seperti ini terus. Aku akan segera menikah... dan tidak main-main saat mengatakan ini.” Risa menaikkan pandangan, menatap bos galaknya dengan linangan air mata kembali menghiasi kedua pipinya. Dia mencintai Shouhei dengan cara yang aneh dan menakjubkan, tapi ini hanya sebatas mimpi. “Aku ingin fokus kepada pria itu. Jadi, aku mohon, jangan membuatku bingung seperti ini.” Shouhei mengencangkan alisnya, menatapnya galak. Tangan kirinya dengan cepat meraih kedua tangan Risa yang berada di atas pangkuannya. “Aku tanya kepadamu sekarang, setelah apa yang kita lalui sejak bertemu di perusahaan sampai detik ini, apa kamu tidak memiliki sedikit pun perasaan kepadaku?” Risa meringis kelam, murung dengan cepat. “Pertanyaan itu, rasanya tidak dijawab pun tidak begitu berarti,” uc
Acara terakhir di taman safari itu adalah melihat pertunjukan gajah.Di barisan para penonton, keempat orang itu duduk berjejeran di bangku yang sangat pas untuk melihat aksi para gajah di seberang sana—di batasi oleh sebuah kolam dengan pagar kaca kokoh, dan di sisi lain sudah ada sebuah panggung bertema pedesaan menghiasinya.Selama pertunjukan tersebut dengan musik yang membuat jantung was-was dan berdebar takut, beberapa penonton berhasil dibuat tegang dan mematung kaget hingga terdiam tanpa kata.Dua gajah terlatih berakting menghancurkan sebuah rumah buatan yang aslinya bisa dibongkar pasang, gajah ini berperan sebagai gajah liar. Para manusia yang berakting sebagai para penduduk desa panik melihat ada gajah liar yang masuk ke perkampungan mereka, merusak rumah dan hasil tanaman yang ada. Lalu, beberapa penduduk desa akting mengusir gajah-gajah itu dengan mukul-mukul mereka menjauhi tempat tinggal manusia, mengusirnya kembali masuk ke dalam hutan.“Oh, ya, Tuhan! Mereka tidak sun
Yang tidak diketahui oleh Risa, ini adalah pengalaman pertama bagi Shouhei. Jadi, pria ini sedikit bingung harus melakukan apa di atas panggung. Alhasil, dia hanya bisa menggoda Risa untuk mencari tahu apa yang seharusnya mereka lakukan. Wajah Shouhei sesaat terbengong bodoh, tapi segera terhapuskan dengan senyum profesionalnya yang tampan, meraih tangan Risa dan menggenggamnya erat ketika sang pemandu acara datang bersama seekor gajah dewasa. Sang gajah dengan sopan dan hati-hati mengalungkan karangan bunga kepada kedua orang ini. “Berikan tepuk tangan pada keberanian mereka berdua!” teriak sang pemandu acara dengan gembira, menunjuk keduanya dengan tangan kiri, berbicara lebih banyak ke arah penonton. “Bagaimana? Gajah tidak begitu buruk, bukan? Tidak seseram yang kamu pikirkan,” hibur Shouhei kepada Risa yang kini sedikit gugup karena belalai Lulu bermain-main di puncak kepalanya, mengelus-ngelus rambutnya dengan sangat jinak. “Sho-Shouhei...” sahutnya gugup dengan bibir gemeta
“Aku sangat merindukan calon istriku, apa kamu tidak merindukanku juga?” Adnan tersenyum lebar sekali lagi, memeluk Risa lebih kuat hingga nyaris kesulitan bernapas. Detik berikutnya, dia melirik ke arah tiga orang di depan sana. Sudut bibirnya tertarik licik, kepala dianggukkan memberi salam, tapi ada kesan sombong dari pembawaan pria satu ini. Mata Adnan dan Shouhei terkunci satu sama lain. Keduanya diam-diam langsung bisa menilai kalau mereka adalah saingan satu sama lain tanpa perlu dijelaskan dengan kata-kata. Tangan Shouhei mengepal di kedua sisi tubuhnya, hatinya bagaikan diremas oleh tangan tak terlihat. Suasana canggung dan tegang itu sangat terasa, tapi Adnan yang diam-diam berjiwa playboy lebih mendominasi mereka hingga semua orang di sana hanya bisa terdiam mengamati, atau lebih tepatnya menerima aksi pamer kemesraan itu. James melirik cemas ke arah Shouhei. Mata pria berdarah Jepang itu tidak lepas dari kedua sosok tersebut, tidak berkedip dan tidak dilepas sedetik pu
Adnan tertawa lembut yang rendah, membuat tampilannya sangat segar. Ketampanan dan aura keren pria ini naik berkali-kali lipat, berkata kembali dengan agak dingin seolah tengah menyindir Risa dengan sengaja. “Aku berpikir untuk memberimu kejutan, tapi malah aku yang terkejut.” Syok! Jantung Risa rasanya mau copot! Bagaimana ini? Apakah Adnan mencurigai mereka berdua? Dia pasti telah mendengar gosip tentang dirinya, kan? Sebelumnya, dia dan Shouhei jelas terlihat tidak sedang bekerja. Memang pekerjaan mereka telah selesai, tapi tidakkah kebersamaan mereka terlihat terlalu akrab sebagai sekretaris dadakan dan bosnya? Mereka jelas terlihat seperti orang yang baru saja melakukan double date! Astaga! ‘Bagaimana ini? Aku memang salah, tapi... ‘ batin Risa dengan perasaan sudah seperti berada di tepi jurang, bingung dengan posisi tidak jelas yang dimilikinya sekarang. Dia dan Adnan juga belum bertunangan. Jadi, apakah dia berselingkuh atau tidak, ini sedikit abu-abu untuknya. Sayang,
Pria dingin di meja mencoba untuk menenangkan diri. Lewat wajahnya yang tidak ada emosi sama sekali, dia berkata lebih lembut, "Risa Abdullah, kemarilah. Ayo duduk. Tidak baik menyisakan makanan seperti itu. Jangan melampiaskan amarahmu kepada hal-hal yang tidak bersalah. Kamu tidak ingin berdosa karena membuang-buang makanan, bukan?"Hati Risa tenggelam berat. Dia menatap muram pria dingin di meja itu, dengan tangannya yang mengepal erat. Bagaimana bisa dia begitu saja berkata seperti itu setelah mengancamnya dengan nyawa orang lain? Terlebih lagi, itu adalah nyawa calon ayah mertuanya!Melihat Risa tidak bergerak dari tempatnya, Shouhei lalu menatapnya lebih dingin. "Duduk," titahnya dengan nada yang tidak bisa dibantah. Seketika saja, Risa merasakan sekujur tubuhnya gemetar oleh rasa takut yang tidak biasa. Tatapan pria itu sangat menakutkan hingga membuat hatinya menciut hebat. Keringat dinginnya sudah turun banyak. Dengan perasaan enggan, dia berjalan kembali ke kursinya da
Pada Kamis esok paginya, Risa berangkat ke kantor dengan perasaan lesu. Sepertinya, berita mengenai kepala keluarga dari calon mertuanya menyebar dengan sangat cepat dan menghebohkan semua kalangan. Vera yang seketika melihatnya langsung mendekat buru-buru. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya dengan bisik-bisik. Risa hanya bisa menghela napas dan bergegas menuju lift, tidak ingin mendapat tatapan menarik dari banyak orang. Entah apa yang sudah beredar di internet, tetapi sepertinya itu juga terkait dengan dirinya. Vera yang sudah masuk bersama dengan Risa ke dalam lift, segera bersandar dan bertanya sembari memberi tatapan penasaran. "Katanya, rem mobil itu disabotase. Apakah benar?" Risa hanya bisa menggeleng pelan. Wajahnya semakin murung. "Aku tidak tahu. Adnan bilang, ayahnya hanya mengalami kecelakaan. Bahkan, gara-gara itu pernikahan kami harus ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan." Vera tersentak kaget mendengar ucapannya. "Jadi, pernikahan kalian ditu
Rencana lanjutan Shouhei tidak berjalan dengan lancar. Tiba-tiba saja, ada berita mengejutkan dari Ibu Kota."Risa, bangunlah! Kita sudah tiba," ucap Shouhei lembut sambil mengguncang pelan bahunya.Risa membuka mata dengan perasaan lemah. Sepertinya, dia belum sepenuhnya tersadar dari rasa kantuknya."Ada apa? Bolehkah aku tidur sebentar lagi?" ucapnya dengan nada serak.Shouhei langsung mendekatkan wajahnya ke depan wajah Risa. "Bangun. Kita sudah sampai di Ibu Kota."Risa membuka matanya lebar-lebar, terkejut luar biasa. Dia langsung mendorong pria di depannya."Kenapa begitu, sih? Bikin orang kaget saja!" protesnya marah.Shouhei hanya berdiri dengan kedua tangan terlipat di dadanya. "Nona cantik, bukankah kamu yang memaksa kita kembali ke Ibu Kota? Karena tidak sengaja mendengar kabar mengenai kecelakaan yang menimpa calon mertuamu."Risa seperti baru saja dipukul di belakang kepalanya. Seketika dia teringat dengan kejadian beberapa jam lalu."Oh, ya, ampun! Benar juga! Astaga, a
Karena tidak tahan dengan rasa lapar yang datang tiba-tiba kepadanya, Risa akhirnya terpaksa menuruti paksaan Shouhei yang terlalu tirani. Setelah makan beberapa suap, Risa baru menyadari sesuatu.Tunggu sebentar!Bukankah di yacht ini tidak ada orang lain selain mereka berdua?Itu artinya yang menyiapkan sarapan ini semua adalah dia, ataukah sudah disiapkan terlebih dahulu? Namun, saat Risa melihat hidangan rumit di depannya, keningnya segera berkerut.Shouhei, yang menyadari raut wajahnya yang berubah, segera menegurnyam, "Ada apa? Kamu tidak suka dengan sarapan yang kubuat?"Alis Risa naik dengan cepat, disertai rasa keterkejutan."Jadi benar, sarapan ini kamu yang membuatnya?"Senyum Shouhei terlihat sangat manis dan tampan. "Tentu saja. Menurutmu siapa lagi? Aku tidak akan sembarangan membiarkan orang lain memasak untukmu."Wajah Risa memerah dengan cepat. Perkataannya terkesan sangat romantis dan manis. Walaupun dia tersipu malu, tapi entah kenapa ada hal aneh yang tersembunyi
Matahari bersinar sangat lembut ketika Risa Abdullah terbangun keesokan harinya. Dia menatap linglung langit-langit yang asing baginya.Tunggu! Dia tidur di mana sekarang? Kenapa dia tidak ingat apa pun?Selama beberapa detik, dia mencoba memproses semuanya dengan pikiran kacau balau. Lalu setelah memejamkan mata sebentar, dia langsung panik mengingat kejadian semalam!Tidak!Risa tidak ingat tentang mimpi es krim rasa pandannya, tapi teringat kalau dia sedang berduaan hanya dengan Shouhei entah di mana di tengah laut saat ini.Takut terjadi hal yang tidak diinginkan sebelum hari pernikahannya, dia segera memeriksa tubuhnya dan lega mendapati pakaiannya masih utuh.“Ke mana dia? Kenapa tidak ada di mana pun?” tanyanya kepada diri sendiri begitu keluar kamar sambil mengenakan sandal tidur yang lucu.Risa mencari-cari keberadaan bos galaknya di semua lantai yacht mewah tersebut, tapi tidak menemukan siapa pun.“Kenapa rasanya sangat menakutkan begini?” gumamnya kepada diri sendiri, mengu
Meskipun Risa tidak begitu senang dengan apa yang telah disiapkan oleh Shouhei, tapi dia akhirnya bisa menikmatinya juga di bawah taburan bintang-bintang yang sangat banyak.Kembang api dinyalakan dalam berbagai macam jenis, membuat suasana di tepi pantai itu terlihat sangat meriah meski hanya ada mereka berdua.Tidak jauh dari sana, tempat untuk mengadakan makan malam dengan lilin romantis telah dipersiapkan sedemikian rupa.Pantai yang mereka datangi adalah salah satu pulai kecil yang berada tidak jauh dari pulau utama. Itu juga termasuk dari pulau yang telah dibeli oleh Shouhei.Tawa Risa sangat keras dan lepas. Dia menari dengan kedua tangan memegang kembang api yang memancarkan bunga api yang sangat indah. Keringatnya bahkan sampai menghiasi wajahnya.Walaupun dia terlihat senang, sebenarnya dia sangat merasa bersalah kepada Adnan. Tentu saja karena pernikahannya dengan pria itu hanya tinggal menghitung hari. Namun, karena dia berpikir mustahil bisa bersama cintanya yang sangat an
Keesokan paginya, di tempat lain, Adnan Budiraharja menatap kesal layar ponselnya dengan perasaan kacau.Dia telah mencoba mencari tahu keberadaan Risa sejak pesan aneh datang kepadanya. Sebenarnya, dia tahu siapa yang membalasnya, tapi dia masih mencoba memikirkannya.“Kamu yakin?” tanya Adnan kepada sekretaris pribadinya.Pria muda yang berdiri menghadapnya dengan gugup tampak tersenyum canggung. “Maaf, Pak. Tapi, sejauh yang bisa saya cari tahu kalau mereka katanya sedang dalam perjalanan bisnis.” Adnan mengerutkan kening dalam. “Perjalanan bisnis apa yang memakan waktu sangat lama dan tidak ada kabar terbaru sama sekali?”Sebentar lagi pernikahannya dengan Risa akan diadakan, tapi tiba-tiba saja dia menghilang bagaikan ditelan bumi. Kedua orang tua wanita itu telah menenangkannya kalau tidak ada masalah sama sekali. Tapi, kenapa dia merasa tidak nyaman.Seburuk apapun seorang pria, Adnan tahu dengan jelas.“Selidik lebih jauh pergerakan Shouhei Shiraishi dua minggu ini, aku yakin
Seperti biasa, Shouhei tidak memikirkan pendapat Risa sama sekali. Dia langsung menggerakkan tangan ke arah seorang pelayan pria tua, lalu berkata kepada para tim desainer, “Silakan mengukur pakaian yang sedikit longgar untuknya. Aku tidak mau dia memakai pakaian yang ketat dan menonjol. Untuk masalah desainnya, berikan saja setelah kalian mengukur tubuhnya dan pastikan berikan yang terbaik.”Risa melotot hebat mendengar perintahnya yang sangat tirani.“Shouhei! Apa kamu mendengarku?! Aku bilang aku tidak akan melakukannya! Aku tidak akan menerima apa pun yang kamu berikan kepadaku lagi. Apa otakmu ada masalah?”Shouhei diam melihatnya, menatapnya berlama-lama. Dia lalu tersenyum paling lembut hingga membuat sang wanita merasa salah tingkah dan canggung.Kenapa dia malah tersenyum seperti itu?Apakah dia tidak marah?“Kamu mengerti, kan? Aku tidak mau diberikan pakaian mewah! Aku bisa membelinya sendiri! Lagi pula, untuk apa memiliki banyak pakaian yang tidak bisa dipakai setiap hari?
Perjalanan menggunakan helikopter itu sangat menyenangkan di luar dugaaan Risa. Walaupun pada mulanya dia sangat marah kepada pilot dadakan yang ada di dekatnya, ternyata pemandangan di sekitar pulau pribadi begitu menakjubkan!Sudut bibir Shouhei tertarik melirik Risa yang terkesima melihat hamparan pemandangan indah di bawah mereka. Pasir putih yang menakjubkan dan masih alami, lautan jernih yang seperti kristal biru, dan juga luas pulau pribadi yang cukup memukau dengan daratan yang memiliki banyak variasi daratan, membuat Risa tidak sadar terlalu menikmatinya.Sebagai putri dari keluarga kaya yang sudah lama menjadi rakyat biasa, berlibur adalah hal yang jarang dilakukan olehnya. Jadi, ketika dihadapkan dengan situasi seperti sekarang, dia menjadi lebih antusias.Siapa bilang kalau menjadi kaya raya itu suka berlibur ke tempat-tempat indah? Risa tidak punya waktu sama sekali gara-gara kesibukan kerjaan yang selalu menghampirinya. Kalaupun libur, dia pasti hanya akan mengikuti libu