Risa Abdullah akhirnya pasrah, dan tidak mau melawan. Ya, sudah, deh, ikuti saja apa maunya malam ini. Yang penting cepat-cepat selesai dan berpisah darinya! “Ingin protes?” Mata dingin Shouhei mengebor kedua bola matanya yang gemetar, dengan tepat sasaran mengenai niat dalam hatinya. Kepala Risa digelengkan cepat berkali-kali, tersenyum canggung. “Bagus,” pujinya puas, tersenyum lebar dan lepas, membuat wajah tampannya semakin tampan. “Bos?” tegur Risa pelan. Syok! Risa tertegun kaget ketika mata dingin itu meliriknya bagaikan laser. “Tadi aku bilang apa?” ancamnya dengan nada memerintah. “Sho-Shouhei?” “Benar. Ada apa? Mau ke toilet dulu?” Risa berpikir, suasana hati bosnya sudah mulai membaik karena pembawaannya tiba-tiba menjadi lembut luar biasa, maka dia pun mencoba keberuntungannya, tersenyum manis dipaksakan. “Apakah kita harus bergandengan tangan selengket begini? Sho-Shouhei?” “Tidak suka?” Hawa dingin langsung menampar punggung Risa, membuatnya mati kutu. Nada s
Shouhei melirik Risa dalam rangkulannya, mata dingin dan dewasa itu tidak terbaca apa pun. Andres mendengus geli, berkata dengan santai. “Risa, Risa. Aku tahu ini hanya bercanda, kan? Zaman apa sekarang masih saja bersandiwara di depan seorang mantan demi menjaga muka? Apa kamu pikir aku bodoh? Trik kecil begini, tidak akan mempan kepadaku. Seorang pria tiba-tiba mengaku sebagai calon suamimu? Pria yang tidak selevel denganmu? Katakan, siapa dia sebenarnya?” desaknya dengan wajah serius di akhir kalimat, menunjuk Shouhei dengan ujung dagunya. Apa seperti ini pria idaman wanita itu? Tidak mungkin! Berpikir Risa bukanlah wanita yang cocok dengan pria semacam Shouhei. Kepribadian mereka berdua bagaikan bumi dan langit! Cocok di mananya? Andres terlihat tidak senang. Apalagi pria di samping Risa yang tengah memeluknya sangat posesif itu terlihat luar biasa. Tampaknya, dia bukanlah orang sembarangan dari pembawaannya yang sangat dingin dan misterius. Hatinya semakin berpilin, karena R
“Tampaknya benar waktu mengubah seseorang, eh? Kamu menjadi lebih dewasa... dan lebih cantik tentu saja,” puji Andres dingin, melirik Risa yang berkeringat gelisah, senyumnya hilang di wajah tampannya. “Aku sudah tidak mengganggu hidupmu lagi. Jadi, sebaiknya kita jangan saling mengganggu. Masalah di masa lalu itu, aku tidak akan minta maaf. Kamu sendiri yang memulai semuanya! Kamu sangat jahat!” ucap Risa tegas, berusaha menguatkan hatinya, menjaga harga dirinya sebaik mungkin. Sudut-sudut matanya memanas. Shouhei yang melihat Risa sudah tidak tahan menghadapi Andres, langsung cepat mengambil alih, menghentikan percakapan itu. “Permisi, Tuan Andres. Saya rasa, sudah cukup sampai di sini percakapan kita. Kami masih memiliki urusan penting untuk dilakukan. Anda percaya atau tidak mengenai pernikahan kami berdua, bulan depan Anda bisa melihat kebenarannya di berbagai media berita yang ada. Saya adalah pria yang sangat mencintai Risa, menghargai masa lalunya, dan tidak akan bisa mentol
Risa serba salah, tidak paham. Matanya mengerjap bodoh.Dia ini benar-benar aneh!Risa sangat bingung menghadapinya.“Ta-tapi, kita, kan, tidak akan menikah, Pak! Bukankah saya hanya sebagai sekretaris pribadi yang bertugas sebagai pendamping Anda untuk malam ini?”“Kapan aku pernah bilang begitu?” ucapnya tenang, sebelah keningnya naik. Tangan kanannya menyeka sebuah krim di sudut bibir sang wanita, lalu menjilatinya dengan gerakan seksi.Risa mematung kaget, tubuh gemetar dingin.Apa-apaan bosnya ini?Apa maksud perkataannya tadi? Di atas kepala Risa seolah-olah ada sebuah tanda tanya besar kelap-kelip seperti dalam sebuah acara kuis di TV, mata sangat linglung.Baru saja ingin meminta penjelasan, Shouhei memotongnya, “sudahlah. Ini terlalu berat untuk kamu pikirkan. Sekarang, habiskan hidangan penutupmu, dan setelah itu kita lanjutkan ke acara selanjutnya.”Hah? Masih ada acara selanjutnya?Risa mengedipkan matanya lugu, polos bak anak kecil tanpa dosa.Sebagai sekretaris pribadi
Pagi-pagi sekali, Risa menyiapkan barang-barang yang akan dibawanya ke Bali. Wanita itu sibuk menggosok gigi sambil menekan koper peraknya yang mulai menyembul keluar. Dia tidak tahu bagaimana pekerjaan sekretaris pribadi secara langsung. Kalau melihatnya dari TV atau novel yang diamatinya, sepertinya memang pekerjaan sebagai sekretaris pribadi seseorang bisa dibilang semacam superhero untuk bosnya. “Aduh, kenapa Adnan belum juga membalas pesanku?” keluhnya ketika sudah selesai menyikat gigi, mengelap wajahnya dengan handuk kecil. Mata menatap cemas kepada centang pesan yang belum juga berubah warna. Semalam, begitu Risa sudah sampai di depan rumahnya (alias rumah bohongannya), dia langsung tepar di kamar salah satu pelayan keluarganya di sana. Subuh hari baru bangun, dan menyadari isi ponselnya sudah penuh dengan serangan pesan dari sang bos pemaksanya itu. Risa sama sekali tidak menyangka kalau Shouhei akan menyuruhnya membawa beberapa setel pakaian untuk acara 3 hari mereka. A
Sepanjang penerbangan, Risa hanya bisa diam menyesuaikan diri. Mereka bahkan duduk di kelas bisnis dengan layanan prima. Hmmm... bosnya ini sepertinya benar-benar orang kaya, ya? Mata Risa mengamati Shouhei yang tengah bercakap-cakap kental dengan seorang pramugari lokal. “Oh, benarkah? Sungguh luar biasa kalau begitu. Saya harap Anda bisa menikmati suasana di Indonesia selama bertugas di sini,” kata sang pramugari sangat ramah. “Terima kasih. Ini juga bukan kali pertama saya ke Indonesia. Semasa SMA dulu, saya pernah tinggal di sini.” “Benarkah? Sangat mengejutkan! Sama sekali tidak terduga!” Keduanya bercakap-cakap cukup lama, membuat kuping Risa sedikit memanas. Dari percakapan mereka itu, sepertinya dia telah mengenal Shouhei karena keseringan melihatnya naik pesawat pada maskapai di mana dia dulu sempat bekerja. Wanita itu bercakap-cakap begitu senang, entah kenapa membuat Risa tidak nyaman melihatnya detik ke detik. Kenapa dia merasa marah? Aneh sekali. Segera saja pera
Risa menoleh patah-patah menatapnya, pucat keringat dingin. Apa maksudnya ini? Ingin mempermalukannya? Membalasnya dengan cara yang elegan seperti cara dia menghadapi Andres? Suara tawa samar-samar kembali terdengar di sekitar kursi mereka. ‘Tahan, Risa! Tahan! Dia memang menyebalkan, tapi dia telah menyelamatkan mukamu di depan playboy sialan itu! Ini bukan apa-apa! Dia juga telah menolongmu beberapa kali, kan? Anggap saja sedang membayar hutang!’ batinnya menenangkan diri. Dengan wajah cerah sumringah, Risa membalasnya dengan ekspresi gembira dibuat-buat, “terima kasih banyak atas perhatiannya, Pak Shiraishi! Saya sangat senang dengan kentang goreng ini! Anda memang bos yang sangat luar biasa!” Wajah Shouhei terlihat puas. Di mata Risa, itu seperti senyum kepuasan yang sangat jahat, karena berpikir telah membalasnya hingga membuatnya malu tak tertahankan di depan banyak orang. Tapi, lain halnya di sisi Shouhei, sebenarnya dia telah mengetahui semua makanan kesukaan Risa sejak
#WARNING RATE 18 + (MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA!) .............. Satu jam kemudian, Risa Abdullah merasa sedikit bodoh dan terlalu percaya diri ketika diberikan pertanyaan aneh dari James. Dia pikir, pertanyaan itu ada udang di balik batu. Rupanya, mereka ke sini karena memang terkait pekerjaan penting. Di salah satu meja makan besar yang cocok untuk digunakan rapat di kamar mahal itu, telah hadir beberapa orang yang akan terlibat dengan proyek mereka. Kenapa pekerjaan seperti ini bosnya harus ikut turun tangan sendiri? Bukankah cukup mengirim tim biasa saja? “Saya adalah fotografer khusus untuk proyek kali ini. Perkenalkan, nama saya adalah Clara Prisicillia.” Seorang wanita berambut pendek dan pirang gelap penuh gaya sedang memperkenalkan diri di hadapan mereka. Dia mengenakan kemeja hitam lengan panjang dan jeans biru gelap, berdiri sambil berkacak pinggang. Sedangkan di tangan satunya terlihat sebuah kamera yang dipegang dengan pembawaan santai. “Mereka semua adala
Pada Kamis esok paginya, Risa berangkat ke kantor dengan perasaan lesu. Sepertinya, berita mengenai kepala keluarga dari calon mertuanya menyebar dengan sangat cepat dan menghebohkan semua kalangan. Vera yang seketika melihatnya langsung mendekat buru-buru. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya dengan bisik-bisik. Risa hanya bisa menghela napas dan bergegas menuju lift, tidak ingin mendapat tatapan menarik dari banyak orang. Entah apa yang sudah beredar di internet, tetapi sepertinya itu juga terkait dengan dirinya. Vera yang sudah masuk bersama dengan Risa ke dalam lift, segera bersandar dan bertanya sembari memberi tatapan penasaran. "Katanya, rem mobil itu disabotase. Apakah benar?" Risa hanya bisa menggeleng pelan. Wajahnya semakin murung. "Aku tidak tahu. Adnan bilang, ayahnya hanya mengalami kecelakaan. Bahkan, gara-gara itu pernikahan kami harus ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan." Vera tersentak kaget mendengar ucapannya. "Jadi, pernikahan kalian ditu
Rencana lanjutan Shouhei tidak berjalan dengan lancar. Tiba-tiba saja, ada berita mengejutkan dari Ibu Kota."Risa, bangunlah! Kita sudah tiba," ucap Shouhei lembut sambil mengguncang pelan bahunya.Risa membuka mata dengan perasaan lemah. Sepertinya, dia belum sepenuhnya tersadar dari rasa kantuknya."Ada apa? Bolehkah aku tidur sebentar lagi?" ucapnya dengan nada serak.Shouhei langsung mendekatkan wajahnya ke depan wajah Risa. "Bangun. Kita sudah sampai di Ibu Kota."Risa membuka matanya lebar-lebar, terkejut luar biasa. Dia langsung mendorong pria di depannya."Kenapa begitu, sih? Bikin orang kaget saja!" protesnya marah.Shouhei hanya berdiri dengan kedua tangan terlipat di dadanya. "Nona cantik, bukankah kamu yang memaksa kita kembali ke Ibu Kota? Karena tidak sengaja mendengar kabar mengenai kecelakaan yang menimpa calon mertuamu."Risa seperti baru saja dipukul di belakang kepalanya. Seketika dia teringat dengan kejadian beberapa jam lalu."Oh, ya, ampun! Benar juga! Astaga, a
Karena tidak tahan dengan rasa lapar yang datang tiba-tiba kepadanya, Risa akhirnya terpaksa menuruti paksaan Shouhei yang terlalu tirani. Setelah makan beberapa suap, Risa baru menyadari sesuatu.Tunggu sebentar!Bukankah di yacht ini tidak ada orang lain selain mereka berdua?Itu artinya yang menyiapkan sarapan ini semua adalah dia, ataukah sudah disiapkan terlebih dahulu? Namun, saat Risa melihat hidangan rumit di depannya, keningnya segera berkerut.Shouhei, yang menyadari raut wajahnya yang berubah, segera menegurnyam, "Ada apa? Kamu tidak suka dengan sarapan yang kubuat?"Alis Risa naik dengan cepat, disertai rasa keterkejutan."Jadi benar, sarapan ini kamu yang membuatnya?"Senyum Shouhei terlihat sangat manis dan tampan. "Tentu saja. Menurutmu siapa lagi? Aku tidak akan sembarangan membiarkan orang lain memasak untukmu."Wajah Risa memerah dengan cepat. Perkataannya terkesan sangat romantis dan manis. Walaupun dia tersipu malu, tapi entah kenapa ada hal aneh yang tersembunyi
Matahari bersinar sangat lembut ketika Risa Abdullah terbangun keesokan harinya. Dia menatap linglung langit-langit yang asing baginya.Tunggu! Dia tidur di mana sekarang? Kenapa dia tidak ingat apa pun?Selama beberapa detik, dia mencoba memproses semuanya dengan pikiran kacau balau. Lalu setelah memejamkan mata sebentar, dia langsung panik mengingat kejadian semalam!Tidak!Risa tidak ingat tentang mimpi es krim rasa pandannya, tapi teringat kalau dia sedang berduaan hanya dengan Shouhei entah di mana di tengah laut saat ini.Takut terjadi hal yang tidak diinginkan sebelum hari pernikahannya, dia segera memeriksa tubuhnya dan lega mendapati pakaiannya masih utuh.“Ke mana dia? Kenapa tidak ada di mana pun?” tanyanya kepada diri sendiri begitu keluar kamar sambil mengenakan sandal tidur yang lucu.Risa mencari-cari keberadaan bos galaknya di semua lantai yacht mewah tersebut, tapi tidak menemukan siapa pun.“Kenapa rasanya sangat menakutkan begini?” gumamnya kepada diri sendiri, mengu
Meskipun Risa tidak begitu senang dengan apa yang telah disiapkan oleh Shouhei, tapi dia akhirnya bisa menikmatinya juga di bawah taburan bintang-bintang yang sangat banyak.Kembang api dinyalakan dalam berbagai macam jenis, membuat suasana di tepi pantai itu terlihat sangat meriah meski hanya ada mereka berdua.Tidak jauh dari sana, tempat untuk mengadakan makan malam dengan lilin romantis telah dipersiapkan sedemikian rupa.Pantai yang mereka datangi adalah salah satu pulai kecil yang berada tidak jauh dari pulau utama. Itu juga termasuk dari pulau yang telah dibeli oleh Shouhei.Tawa Risa sangat keras dan lepas. Dia menari dengan kedua tangan memegang kembang api yang memancarkan bunga api yang sangat indah. Keringatnya bahkan sampai menghiasi wajahnya.Walaupun dia terlihat senang, sebenarnya dia sangat merasa bersalah kepada Adnan. Tentu saja karena pernikahannya dengan pria itu hanya tinggal menghitung hari. Namun, karena dia berpikir mustahil bisa bersama cintanya yang sangat an
Keesokan paginya, di tempat lain, Adnan Budiraharja menatap kesal layar ponselnya dengan perasaan kacau.Dia telah mencoba mencari tahu keberadaan Risa sejak pesan aneh datang kepadanya. Sebenarnya, dia tahu siapa yang membalasnya, tapi dia masih mencoba memikirkannya.“Kamu yakin?” tanya Adnan kepada sekretaris pribadinya.Pria muda yang berdiri menghadapnya dengan gugup tampak tersenyum canggung. “Maaf, Pak. Tapi, sejauh yang bisa saya cari tahu kalau mereka katanya sedang dalam perjalanan bisnis.” Adnan mengerutkan kening dalam. “Perjalanan bisnis apa yang memakan waktu sangat lama dan tidak ada kabar terbaru sama sekali?”Sebentar lagi pernikahannya dengan Risa akan diadakan, tapi tiba-tiba saja dia menghilang bagaikan ditelan bumi. Kedua orang tua wanita itu telah menenangkannya kalau tidak ada masalah sama sekali. Tapi, kenapa dia merasa tidak nyaman.Seburuk apapun seorang pria, Adnan tahu dengan jelas.“Selidik lebih jauh pergerakan Shouhei Shiraishi dua minggu ini, aku yakin
Seperti biasa, Shouhei tidak memikirkan pendapat Risa sama sekali. Dia langsung menggerakkan tangan ke arah seorang pelayan pria tua, lalu berkata kepada para tim desainer, “Silakan mengukur pakaian yang sedikit longgar untuknya. Aku tidak mau dia memakai pakaian yang ketat dan menonjol. Untuk masalah desainnya, berikan saja setelah kalian mengukur tubuhnya dan pastikan berikan yang terbaik.”Risa melotot hebat mendengar perintahnya yang sangat tirani.“Shouhei! Apa kamu mendengarku?! Aku bilang aku tidak akan melakukannya! Aku tidak akan menerima apa pun yang kamu berikan kepadaku lagi. Apa otakmu ada masalah?”Shouhei diam melihatnya, menatapnya berlama-lama. Dia lalu tersenyum paling lembut hingga membuat sang wanita merasa salah tingkah dan canggung.Kenapa dia malah tersenyum seperti itu?Apakah dia tidak marah?“Kamu mengerti, kan? Aku tidak mau diberikan pakaian mewah! Aku bisa membelinya sendiri! Lagi pula, untuk apa memiliki banyak pakaian yang tidak bisa dipakai setiap hari?
Perjalanan menggunakan helikopter itu sangat menyenangkan di luar dugaaan Risa. Walaupun pada mulanya dia sangat marah kepada pilot dadakan yang ada di dekatnya, ternyata pemandangan di sekitar pulau pribadi begitu menakjubkan!Sudut bibir Shouhei tertarik melirik Risa yang terkesima melihat hamparan pemandangan indah di bawah mereka. Pasir putih yang menakjubkan dan masih alami, lautan jernih yang seperti kristal biru, dan juga luas pulau pribadi yang cukup memukau dengan daratan yang memiliki banyak variasi daratan, membuat Risa tidak sadar terlalu menikmatinya.Sebagai putri dari keluarga kaya yang sudah lama menjadi rakyat biasa, berlibur adalah hal yang jarang dilakukan olehnya. Jadi, ketika dihadapkan dengan situasi seperti sekarang, dia menjadi lebih antusias.Siapa bilang kalau menjadi kaya raya itu suka berlibur ke tempat-tempat indah? Risa tidak punya waktu sama sekali gara-gara kesibukan kerjaan yang selalu menghampirinya. Kalaupun libur, dia pasti hanya akan mengikuti libu
“Bisakah kamu memberi ponselku sekarang?” kata Risa tidak sabaran saat mereka berdua sedang berjalan ke sebuah helipad yang ada di sekitar mansion super besar itu. Tatapan Risa tampak sangat kesal ke arah punggung pria dingin di depannya. Shouhei tidak menanggapinya serius. “Jangan khawatir. Aku sudah bilang kepada keluargamu kalau kamu sedang melakukan tugas yang sangat penting denganku. Sejak tadi kamu melihat ponselmu setelah aku begitu sabar melihatmu tersenyum sendirian. Tidak baik seperti itu, Sayang. Nanti orang-orang mengira ada yang tidak beres dengan dirimu.” Risa menghentakkan kakinya kesal! Kedua tangan mengepal erat, wajahnya tampak cemberut penuh protes. “Kamu tidak berhak menahan ponselku, Shouhei Shiraishi! Cepat kembalikan kepadaku! Kamu tidak bisa bersikap begini! Kamu hanya tidak mau aku berhubungan dengan Adnan, kan?” Shouhei masih mengabaikan protesnya. Dia sudah berbicara dengan dua pria berseragam ala petugas bandara, lalu melirik sekilas ke arah wanita yang