>> “Apakah kau merindukanku, Bibi Peony?”Peony tersentak dari lamunan. Ia berusaha melemparkan senyum pada gadis cilik yang kini sudah duduk di pangkuan Kheil. Ia baru kembali melihat Livy setelah di hari pernikahannya.“A-aku… tentu saja merindukanmu, Cantik! Apakah kau juga merindukan bibi?” tanya Peony berusaha ceria. Padahal hatinya sudah berantakan.Gadis cilik itu mengangguk dengan penuh semangat.>> “Bibi, kenapa kau tidak ikut ke sini?? Tadi aku habis dari taman bermain!”Deg!Peony mengerjap. Jantungnya terhentak-hentak heboh.Apakah Livy pergi bersama Kheil dan Maribel?“T-taman bermain? W-wahh… Pasti menyenangkan, ya?” Peony masih tetap berusaha ceria, meskipun sebenarnya ia ingin mengamuk saat ini juga. Peony tidak bisa melampiaskan kemarahannya pada gadis cilik itu, karena Livy tidak tahu apa-apa.>> “Seru sekali! Kalau saja Bibi ikut, pasti akan lebih seru!”Peony kembali memaksakan sebuah senyuman. “S-sayangnya bibi harus BE-KER-JA!” Peony menekankan kata itu. Seolah-o
Peony pura-pura tak acuh akan keberadaan Kheil yang saat ini dikelilingi pemegang saham SEASON ME lainnya. Setelah kedatangan Kheil yang mengejutkan, pria itu langsung disambut penuh hormat oleh para pemegang saham dan para karyawan yang mengetahui posisi Kheil di SEASON ME. Sementara itu, karyawan lain yang tak tahu menahu, hanya menatap bingung dan kagum secara bersamaan. Mereka bertanya-tanya di dalam hati, mengapa pewaris Leightown Property hadir dalam pesta musim panas yang hanya diperuntukkan bagi karyawan SEASON ME. Apakah pemilik perusahaan mengundang Sang Pewaris? Mereka tidak tahu saja, bahkan pemilik SEASON ME adalah orang yang sama.Peony menarik dan membuang napas panjang. Ia sudah terlalu percaya diri bahwa Kheil datang ke sini untuk menyusulnya. Peony sudah bersiap-siap untuk jual mahal. Sempat ada rasa takut juga jika Kheil nekat mendatanginya, dan akhirnya semua orang akan tahu hubungan mereka.Nyatanya, pemikiran Peony salah. Pria itu justru sibuk berbincang dengan o
"Arrrrggghh!""Bagaimana? Apa kau sudah jera? Mau hukuman yang lebih dari ini?""Euungghhh... Lepaskan tanganku, Sialan—Hhhmmmppp—Kheil!""Sudah aku katakan, jangan bicara kasar saat kita berada di ranjang, Summer!"Ranjang yang sedang ditempati dua orang itu bergoyang dengan heboh. Seorang wanita yang sedang berada di bawah pria tampan bertubuh atletis itu tak dapat melakukan apa pun lagi selain mengerang dan mendesah berkali-kali. Tangannya sudah terikat dengan dasi. Napasnya terengah heboh karena amarah dan hasrat yang bercampur. Gaun merah yang digunakannya tadi sudah terkoyak tak berbentuk dan teronggok di depan pintu.Seharusnya Peony ingat jika ia tidak boleh main-main dengan sang suami. Tapi kan dia sedang marah—Peony kembali melenguh saat puncak balon kembarnya disiksa Kheil bergantian. Nyeri dan nikmat adalah perpaduan yang luar biasa. Menyiksa, tapi juga memabukkan dan membuat candu.Hasrat Peony nyaris tidak terbendung. Ia ingin meledak. Namun sejak tadi Kheil tak membiar
"Tanganmu memerah." Peony merasakan pergelangan tangannya diusap Kheil dengan lembut. Pria itu berada di belakangnya. Memeluk dengan erat. Tubuh keduanya masih polos. Sehingga Peony dapat merasakan kehangatan tubuh sang suami terang-terangan."Itu karenamu!""Maafkan aku. Apakah sakit?"Peony hanya membalas dengan gumaman malas. Matanya sudah mulai mengantuk akibat aktivitas panasnya dan Kheil. Jangan kira mereka hanya melakukannya sekali. Setelah detakan jantung keduanya mulai normal, justru choco bar Kheil yang kembali mengacung kokoh. Sudah bisa dipastikan pria itu langsung mengajak Peony kembali mengoperasikan pabrik untuk melakukan proses pengemasan. Entah berapa kali mereka mencapai pelepasan. Kheil membolak-balik tubuhnya dengan mudah, lalu memasukinya berkali-kali. Membuatnya kini nyaris tanpa tulang.Pria itu benar-benar memberikan hukuman yang luar biasa mendebarkan melebihi menyeberangi lautan ( Cieehh, kek pernah nyebrang lautan aja dah si Peo
“Jangan sampai kita ketahuan, Tuan Solomon!”“B-baik, Nyonya Leight.”Peony menggigit bibir. Menatap cemas mobil hitam tak jauh di depannya. Kheil ada di mobil itu, mengendarai sendiri. Sementara Peony meminta—Lebih tepatnya memaksa salah satu bodyguard yang dipekerjakan Kheil yang berjaga di basement untuk mengantarnya membuntuti Kheil. Sempat terjadi perdebatan alot ketika Peony meminta salah satu dari mereka. Namun karena Peony mengancam akan pergi seorang diri, akhirnya mereka mengalah, dan salah satu dari mereka yang mana adalah pria yang sempat terluka karena melindunginya, Seth Solomon, mengendarai mobil untuk Peony. Sebelumnya juga, Peony mengancam mereka semua jangan sampai ada yang buka mulut mengabari Kheil. Peony terang-terangan mengatakan pada mereka ingin memergoki Kheil yang sedang berselingkuh. Peony sampai menangis dan tanpa sadar mencurahkan isi hatinya pada mereka semua. Ia mengatakan hidupnya sangat menyedihkan karena p
“Summer, ayo kita bicara—”“Menolak!” Peony mengangkat sebelah telapak tangan sambil berlalu begitu saja dengan langkah lebar, meninggalkan Kheil yang mencoba mengenggam jemarinya sejak sampai di basement.Sepanjang perjalanan di dalam mobil, mereka hanya saling diam. Lebih tepatnya Peony yang tak memedulikan Kheil saat pria itu mencoba mengajaknya berbicara. Peony bahkan memerintah pria itu untuk diam. Karena kalau tidak, Peony mengancam akan terjun ke luar mobil meskipun kemungkinannya sangat kecil bisa terjadi. Meski demikian, Kheil menuruti keinginan sang istri. Kheil takut kalau Peony nekat memecahkan kaca jendela mobil yang mereka naiki. Istrinya sedang diliputi kemarahan. Tidak menutup kemungkinan Peony akan nekat melakukannya. Ia tidak ingin sang istri terluka. Kheil akan menyesal seumur hidup kalau sampai hal itu benar-benar terjadi.Mereka pulang menaiki mobil yang dikendarai Seth. Sementara mobil yang dibawa Kheil, diting
Ceklek!“Summer—” Kheil langsung mengatupkan bibir saat mendapati Peony bergelung di atas ranjang dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Kheil melangkah perlahan. Setelah sampai di depan ranjang, ia menatap tubuh itu bernapas dengan teratur. Pelan-pelan Kheil membebaskan wajah Peony yang tertutupi selimut. Senyum setipis benang terbit dari bibir Kheil. Sang istri tertidur dengan mulut sedikit terbuka.Kheil berbaring dengan hati-hati di samping Peony. Mereka kini berbaring berhadapan. Bedanya, mata Kheil terbuka sempurna, sementara Peony mungkin sedang menjelajah ke alam mimpi. Kheil menumpukan kepala dengan sebelah tangan. Sementara sebelah tangan lagi mengusap seringan bulu pipi bulat Peony yang tumpah ke samping.Wajah Peony saat ini seperti anak kecil. Membuat Kheil gemas.“Kenapa kau bisa jauh lebih menggemaskan dari saat pertama kali aku melihatmu, Summer?” bisik Kheil lembut. Kheil menatap Peony penuh kerinduan
“Aku mengerti. Kata itu tabu untuk kau dengar, bukan?” Peony menyindir Kheil dengan senyum yang dipaksakan. “Aku tidak akan mengucapkannya lagi. Lepaskan aku…” Peony menjauhkan diri sambil melepas tangan Kheil yang memerangkap tubuhnya. Kheil tak mencegah. Pria itu seakan membeku.Peony tertawa miris di dalam hati. Jika dulu Kheil yang pergi begitu saja, kini Peony yang akan pergi dari hidup Kheil. Ia membalikkan tubuh untuk beranjak dari ranjang. Namun belum sempat kakinya menyentuh lantai, Kheil kembali menarik tubuhnya sampai lagi-lagi masuk ke dalam perangkap pria itu. Kali ini Kheil memeluknya dari belakang.“Berjanjilah setelah aku mengatakan ‘ini’, kau tak akan hilang lagi dari hidupku…” Kheil berbisik berat dan bergetar seakan menahan tangis. Seluruh tubuhnya pun ikut bergetar. Peony merasakannnya dengan nyata.Ada apa dengan pria ini? Dan apa maksud Kheil?Peony menoleh ke belakang. Me
*** Nic… Ab… Aku mulai tidak mengenali siapa kalian jika saja aku tidak membaca buku harian yang aku tulis. Kalian tampan. Aku tidak menyangka pernah memiliki lelaki-lelaki tampan. Kebahagiaan untuk kalian?Jika kata -kata itu adalah kata-kata yang selalu aku tulis di setiap lembar, maka di lembar ini pun aku mengharapkan kebahagiaan untuk kalian. Kalian harus selalu bahagia!Peony mengusap tulisan tangan terakhir Dakota. Tulisan itu terlihat tak rapi dan memiliki jarak yang tidak beraturan di setiap kata. Sepertinya ini adalah lembar terakhir yang ditulis wanita itu sebelum kondisi Dakota semakin parah. Mata Peony berkaca-kaca. Tidak bisa membayangkan jika ia berada di posisi Dakota. Menjalani hari-hari terakhir di hidupnya tanpa didampingi orang-orang yang ia cintai walaupun Dakota tak mengenalinya karena penyakit itu.Alzheimer…Penyakit yang diderit
"Berhentilah menggangguku!"“…”"Kheil! Ya Tuhan! Aku tidak bisa bergerak, Kheil!"Peony melenguh nikmat setengah kesal. Alih-alih membebaskan Peony dari rengkuhannya, sang suami justru menghisap daun telinga Peony dengan sensual. Pria itu merengkuhnya dari belakang, dan itu mengganggu sekaligus menggoda."Kheil—Ouch!"Plak!Peony memukul kencang bahu Kheil yang baru saja menggigit pipinya. Akhir-akhir ini, Kheil semakin sering melakukannya. Setiap kali Peony bertanya dengan marah-marah, Kheil selalu mengatakan Peony semakin menggemaskan. Membuat Peony hanya dapat menghela napas jengkel."Kenapa kau jadi seperti ini?" tanya Peony heran setengah frustrasi."Apa?" tanya Kheil polos."Menempel terus padaku seperti lintah.""Bukankah ini yang sejak dulu aku lakukan padamu? Bahkan setelah kita kembali bertemu."Peony terdiam. Mencerna kata-kata sang suami. Setelah ia mengerti, Peony berd
“Sayang…” lirih Kheil putus asa. “Bicaralah—”“Kenapa sih kau harus minum-minum?! Memang semua masalah bisa hilang dengan menenggak alkohol?!” sinis Peony yang akhirnya tak tahan melihat keberadaan gelas anggur putih itu. Peony bukannya anti pada teman-teman yang minum minuman beralkohol. Ia juga sebenarnya tak masalah kalau Kheil mengkonsumsi minuman itu asal dalam batas wajar. Tetapi kalau meminumnya saat sedang ada masalah, itu yang Peony tak suka. Ia takut suaminya akan kecanduan.Atau… memang Kheil selama ini gemar meminum minuman itu? Sekian lama berpisah, ia masih belum tahu kebiasaan baru Kheil.“Apakah kau sering mengkonsumsi minuman—""Minumlah." Kheil menyodorkan gelas anggur putih itu pada Peony.Peony mengerjap, lalu menatap Kheil yang menatapnya datar. "Ini... minuman beralkohol kan? Aku tidak bisa meminumnya." Peony menggeleng kencang.Kheil menaikkan se
Tok Tok!"Suamiku yang tampan tapi datar, bolehkah aku masuk?"Kheil mendengus geli mendengar suara sang istri yang berdiri di depan pintu ruang kerjanya. Ia meletakkan gelas anggur putih berisi cairan berwarna cokelat pekat ke atas meja kerja. Matanya melirik diam-diam keberadaan Peony yang mengintip dari balik pintu ruang kerja yang memang sejak awal terbuka sedikit.“Apakah kau akan membiarkan aku berdiri di sini sampai letih?” Suara Peony kembali terdengar. Kali ini nadanya memelas. Membuat Kheil lagi-lagi mendengus dan dia yakin mungkin sebentar lagi akan kalah dari acara merajuknya.Sudah lebih dari satu jam ia mengabaikan—Lebih tepatnya pura-pura mengabaikan— sang istri karena rasa cemburu yang menguasai jiwa.Kheil kembali mengingat hal apa yang membuatnya kesal. Belum selesai rasa kesalnya menghilang pada Nicholas, kesabaran Kheil sudah harus diuji karena kedatangan Cleve Malik. Bocah ingusan itu mendatangi Peony di
Kheil sesekali melirik sang istri di sela perbincangannya dengan para rekan bisnis yang hadir ke acara resepsi yang ia dan Peony adakan. Akhirnya, setelah satu bulan lebih menikah secara hukum dan agama, Kheil bisa mewujudkan impian membuat resepsi super mewah untuk mereka berdua. Mereka mengadakannya di aula mansion keluarga Leight. Alih-alih Peony yang bersemangat mengadakan resepsi, justru Kheil lah pihak yang merasakan itu.Kheil ingin seluruh dunia tahu kalau Peony adalah istrinya. Kheil ingin menunjukkan kepada para pria yang mengincar sang istri, jika mereka tidak punya kesempatan lagi mendapatkan Peony. Kheil ingin menunjukkan kekuasaannya dan ingin memberitahu mereka semua kalau mereka tidak bisa bersaing dengan seorang Leight. Level mereka terlalu jauh.Sialan!Kheil jadi kesal sendiri mengingat Peony justru semakin diincar banyak pria belakangan ini. Mendadak akun sosial media Peony mendapat banyak pengikut. Tidak masalah jika semua pengikut sang istr
“Ouch! Summer…” geram Kheil. Ia membuka mata kesal setelah merasakan satu alisnya kembali dicabut Peony. Entah sudah berapa kali sang istri melakukannya. Wanita itu mengatakan gemas dengan alis tegas Kheil yang menjadi salah satu bagian tubuh yang membuat orang takut dan tak bisa berlama-lama menatap pria tampan ini.“Sakit, Sayang… Kau ingin aku tak punya alis ya?” omel Kheil yang justru dibalas sang istri kekehan tak peduli.Wanita-nya itu kini malah membelai alis-alis tegas itu, lalu memberikan kecupan di bibir Kheil. Membuat Kheil yang tadinya kesal jadi menyunggingkan senyum. Pria ini merengkuh tubuh sang istri yang berbaring tengkurap di sampingnya. Lalu menyerang dengan kecupan-kecupan liar.“Hahaha… Hentikan, Kheil! Banyak orang!” Peony memberontak, tapi Kheil tak peduli. Ia terus menyerang Peony sampai posisi sang istri sudah berada di bawah kungkungannya.Napas keduanya saling bersahutan.
“Bagaimana? Enak???”Kheil menatap gadis yang tadi menghanyutkan topi baseballnya.Gadis di depannya ini, adalah gadis yang membuatnya penasaran akhir-akhir ini. Siapa yang menyangka kalau takdir membuat mereka berinteraksi dengan cara yang antimainstream tanpa harus Kheil yang lebih dulu mendekatinya. Kheil bersyukur, karena sesungguhnya tak tahu bagaimana cara mendekati gadis itu kecuali hanya memperhatikan dari jauh. Melihat tingkah-tingkah menggemaskan sang gadis yang terkadang berinteraksi hangat dengan orang asing yang baru dikenal gadis itu di taman. Kheil sampai berpikir, apakah gadis itu tak takut terlibat dengan orang jahat?Kheil kembali mengingat kejadian saat tadi topi baseballnya hanyut. Tahu begitu, sejak kemarin saja ia mengorbankan topi baseball kesayangannya itu kalau imbalannya adalah berkomunikasi dengan sang gadis. Meskipun nyatanya, sejak tadi hanya sang gadis yang tak bosan bertanya pendapat Kheil tentang es krim yang sedang Kh
Bruk!"Ouch!"Kheil terbangun dari tidur saat mendengar benda terjatuh dan tawa riuh anak-anak.Ia mengambil topi baseball yang menutupi wajah, lalu mendudukkan diri pada kursi panjang taman yang baru ditidurinya.Matanya memicing melihat seorang gadis sedang terduduk di atas rumput tak jauh dari tempatnya berada. Rambut gadis itu berwarna merah tembaga yang indah. Pipinya bulat kemerahan. Di depan gadis itu ada enam orang anak kira-kira berusia tujuh sampai sepuluh tahun. Menertawakan sang gadis yang sedang mengusap lutut serta sikunya untuk membersihkan rerumputan yang menempel di sana."Apakah kau bodoh?""Tali sepatumu terlepas, dan kau malah menginjaknya. Hahahha...""Sudah besar tapi seperti anak bayi. Hahahaha.""Hehehe... Bukankah wajahku memang seperti bayi?"“Ugh! Percaya diri sekali!”Anak-anak itu
Peony menggigit bibir. “Apakah dia akan dihukum berat?”“Dia telah melakukan percobaan pembunuhan dan terbukti merencanakan hal itu sebelumnya. Belum lagi, dia berhasil menganiayamu. Tentu saja akan dapat hukuman berat.” Rahang Kheil mengeras saat mengatakan itu. Mengingat kejadian satu minggu lalu saat melihat Ella mencekik belahan jiwanya. Sang istri bahkan sempat pingsan setelah mengetahui apa yang direncanakan Ella Hardi, wanita yang menurut Peony bahkan mereka tidak pernah terlibat urusan berat selain masalah rancangan. Dan ternyata, punya obsesi terhadap Dallas. Wanita gila!“Apakah… aku keterlaluan kalau… aku tidak mau berdamai?” tanya Peony ragu. Di satu sisi, jiwa kemanusiaannya ingin berdamai, tapi di sisi lain, Peony mengingat apa yang dilakukan Ella Hardi sudah di luar batas. Bukan hanya karena percobaan pembunuhan padanya, tapi juga atas penyekapan yang dilakukan Ella Hardi pada Zora di apartemen wanita som