"Kau!" pekik Zoya dan Orion bersamaan.
Zoya dan Orion saling menunjuk satu sama lain dengan tatapan yang sulit diartikan. Apalagi jika mengingat kejadian pagi tadi di dalam mobil bus..Dimana Orion memanggilnya bocah. Sungguh membuat Zoya semakin kesal dibuatnya."Turunkan tanganmu bocah!""Siapa yang Om panggil bocah? Aku bukan bocah! Aku sudamphh--" belum selesai Zoya bicara, Orion sudah membungkam bibir gadis itu. Suara teriakannya membuat telinga Orion sakit."Berisik! Apa kau bisa mengecilkan suaramu yang cempreng itu?!" ucap Orion.Zoya terdiam, apalagi saat Leon mengedipkan matanya untuk tidak meladeni ucapan Orion. "Sepertinya kalian sudah saling mengenal ya?" tanya Leon menaikan satu alisnya.Tidak mungkin kan selera Orion berubah drastis, yang tadinya menyukai wanita seksi dan mon-tok, sekarang berganti dengan seorang gadis kecil yang notabennya masih 19 tahun."Tidak! Ya!" lagi-lagi mereka berdua menjawab bersamaan. Membuat Leon semakin bertambah curiga kalau di antara mereka memang ada hubungan spesial."Om kenapa selalu mengikuti ucapanku!" seru Zoya kesal karena sejak tadi merasa terganggu dengan kehadiran Orion."Om?" gumam Leon. "Sejak kapan Orion punya keponakan perempuan?" Leon semakin bingung, otaknya sudah tidak bisa berfikir keras saat ini. Ditambah lagi Orion kembali membuat ulah dengan membawa seorang wanita asing ke kantor. Di pastikan beritanya akan cepat menyebar luas."Kurang kerjaan sekali, untuk apa aku mengikuti ucapan mu!" jawab Orion seraya berkacak pinggang dan menyentil dahi Zoya. "Dasar pendek," nyinyirnya sebelum masuk ke dalam ruangannya dan meninggalkan mereka berdua.Zoya yang tidak terima di bilang pendek mendengus kesal lalu mengikuti Orion dan dengan berani menjambak rambutnya."Argh lepaskan bocah! Apa yang kau lakukan!" pekik Orion dan juga meringis menahan sakit akibat perbuatan Zoya.Leon membuka mulutnya tak percaya, ia kagum pada keberanian Zoya. Karena baru kali ini ada yang berani melakukan itu pada Orion.Selama ini, Orion selalu bertindak seenaknya sendiri tanpa mempedulikan perasaan sekertaris yang hampir dia lecehkan. Lebih tepatnya wanita itu yang menghampirinya dan termakan bujuk rayuannya.Dugh!Zoya menendang betis Orion dengan kuat. Membuatnya kembali memekik kesakitan. Selain belajar, Zoya juga ikut olahraga bela diri untuk berjaga-jaga. Siapa tahu di luar sana ada manusia sejenis Orion yang berkeliaran dan menghinanya seenak jidat.Zoya juga bukan tipe gadis yang lemah dan mudah menyerah mendapat hinaan begitu saja.'Itu pasti sangat sakit sekali' batin Leon dalam hati."Aku bukan bocah ya Om, jadi jangan asal bicara!" ucap Zoya."Aku juga bukan Om mu, jadi berhenti memanggil ku Om. Karena aku belum setua itu!" Orion membentak Zoya dengan suara lantang yang mengundang beberapa karyawan lain berlari ke sana dan melihat apa yang sedang terjadi."Astaga sayang! Apa yang terjadi padamu? Kenapa berantakan sekali?!" tanya seorang wanita yang tak lain adalah Livia. Ia langsung membawa Orion masuk ke dalam ruangannya lalu memapahnya untuk duduk di sofa.Zoya terdiam mematung. Ia sadar jika sudah melakukan kesalahan fatal dan terbawa emosi. Setelah ini, dipastikan ia pasti akan langsung di pecat!Sedangkan Leon, ia langsung menarik pergelangan tangan Zoya dan mengajaknya keluar. "Sebaiknya kita pergi sekarang. Sebelum Orion semakin murka padamu," bisik nya lirih."Tunggu, kau mau kemana?! Masih ada urusan yang belum aku selesaikan denganmu! Tetaplah disini dan kalian berdua keluarlah," Orion menunjuk Livia dan Leon bergantian."Tapi sayang aku baru saja datang dari Jerman dan kau malah mengusirku seperti ini. Apa kau tidak merindukanku?" Livia duduk di pangkuan Orion dan memeluknya dengan manja."Livia! Apa kau tuli hah?! Aku bilang keluar dan tinggalkan kami!" sentak nya. Orion tidak suka negoisasi jika sedang serius.Livia terpaksa keluar dengan raut kecewa. Namun sebelum itu, ia sempat melirik Zoya sekilas dan bergumam. "Gadis kampungan! Awas saja kau!""Selamat berjuang nona Zoya, aku yakin kau bisa mengatasi singa kelaparan itu." bisik Leon seraya menepuk pundak Zoya lalu menyusul Livia.Zoya menelan saliva nya dengan susah payah. Tenggorokannya seakan kering. 'Apa dia bilang, singa kelaparan? Apa aku juga akan di mangsa olehnya?' batin Zoya.Pintu ruangan tersebut tertutup rapat.Orion menatap dingin Zoya yang terlihat gugup dan berkeringat. Mungkin saja Leon membisikan sesuatu yang membuatnya ketakutan seperti sekarang. Sebuah kesenangan tersendiri bisa mengerjai seorang gadis kecil.Orion bahkan lupa, jika bukan karena Zoya mungkin sekarang ia belum berada disini dan babak belur di hajar massa karena tidak membayar ongkos saat bus."Mendekat lah kemari!" pinta Orion.Zoya nasih diam di tempat dan tak menghiraukan ucapan Orion. Kakinya terasa berat untuk melangkah maju."Kubilang kemari Zoya Elisabeth!" bentak Orion."I-iya Om.""Om? Kapan aku menikah dengan bibi mu? Cepatlah, kau lelet sekali seperti keong!" ejek Orion.Zoya memejamkan matanya kesal dan melangkah perlahan mendekati Orion.Keberaniannya tadi entah tiba-tiba menghilang kemana saat menatap kedua manik mata milik Orion. Bak mata elang yang siap menangkap mangsa dan mencabik habis dirinya. Hingga...Brugh!Zoya jatuh tersungkur tepat di hadapan Orion yang sejak tadi duduk mengawasi setiap gerak geriknya. Kaki kiri nya tersandung oleh kaki kanan nya sendiri. Sungguh benar-benar memalukan!"Aww!" desis Zoya saat tubuhnya menyatu dengan lantai yang dingin itu.''Kau itu benar-bener ceroboh Zoya!" Orion mengulurkan tangan dan mencoba membantunya untuk berdiri."Tidak perlu Om, aku bisa bangun sendiri," Zoya menepis tangan Orion. lalu bangkit dan merapikan pakaiannya. Meski jauh dalam hatinya, Zoya merutuki kebodohannya sendiri.Orion menelan ludah saat melihat keringat dingin mulai keluar membasahi pelipis dan juga bibir kecil yang sedikit terbuka itu. Ia bahkan tidak berkedip sama sekali menatap gadis yang ada di hadapannya sekarang.Ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang menggerakkan hasrat untuk mengecup leher jenjang milik Zoya. 'Shitt! Apa-apaan ini! Orion Aldrick tidak mungkin lebih dulu menginginkan seorang wanita! Apalagi dia masih bocah!' umpatnya pada diri sendiri.Ya, selama ini wanitalah yang selalu mengejar dirinya. Dan selamanya akan tetap seperti itu. Tidak boleh berubah!"Mulai hari ini aku menerima mu sebagai sekertaris pribadiku! Urus semua jadwalku jangan sampai ada yang terlewat atau aku potong separuh gaji mu!" ucap Orion."Aku tidak salah dengar 'kan? Om menerimaku? Om tidak marah karena aku tadi sudah--""Tidak! Hari ini aku sedang bahagia karena tunangan ku sudah kembali. Anggap saja kau sedang beruntung!" Orion tersenyum tipis, sangat tipis bahkan Zoya tidak dapat melihatnya.Entah apa yang ada di dalam pikiran pria licik itu."Kalau begitu apa saya boleh keluar sekarang, Pak?" Zoya hendak pergi. Namun langkah kakinya terhenti saat mendengar pertanyaan Orion."Apa kau masih perawan Zoya?" tanya Orion."What?""Apa kau masih perawan?""What?!" Bak tersambar petir di siang bolong, pertanyaan Orion membuat Zoya tercengang sekaligus menahan amarah. Bagaimana seorang bos menanyakan hal konyol seperti ini?Zoya memang gadis polos tapi ia tidak bodoh tentang hal yang berbau se-ks. Ia tahu sedikit mengenai hal itu dari sahabatnya. Tapi hanya sebatas ciuman bukan yang lain."Apa pertanyaan anda perlu saya jawab?" tanya Zoya dengan tangan terkepal.Melihat ekspresi wajah Zoya yang terlihat bingung dan juga gugup, Orion yakin kalau gadis yang berada di depannya ini sudah tidak perawan. Bukankah sekarang banyak yang rela menjual dirinya hanya demi uang?"Lupakan saja! Tak masalah jika kau masih perawan atau tidak!" Orion menarik sedikit sudut bibirnya dan terus menatap Zoya tajam. Tatapan yang membuat Zoya ingin sekali mencongkel kedua bola mata bos nya itu.Andai saja Zoya tidak membutuhkan uang, ia lebih memilih mundur daripada harus bekerja dengan orang yang tidak waras. Tapi, uang membuatnya kemba
Dan di sinilah mereka berada, di sebuah pusat perbelanjaan. Zoya mengikuti kemana langkah kaki bosnya itu membawanya.Bahkan ia tidak peduli dengan tatapan mata yang menatap iri padanya. Karena saat ini Orion tengah menggandeng tangannya seakan mereka adalah sepasang kekasih."Bisakah anda melepaskan tangan saya, Pak?" ucap Zoya, membuat Orion menghentikan langkahnya. "Aw!" Zoya meringis saat keningnya menabrak punggung Orion.Zoya mengusap keningnya. Untuk kesekian kalinya Orion berhenti tiba-tiba dan membuat jidatnya membentur punggungnya hingga sedikit memerah."Panggil aku seperti saat pertama kita bertemu dan satu lagi, jangan gunakan bahasa formal. Kita berada di luar jam kantor. Kuping ku panas mendengar mu memanggil namaku dengan sebutan Pak. Kau pikir aku ini Bapakmu!" ketus Orion lalu dengan cepat menarik tangan Zoya masuk ke suatu tempat."Selamat datang Tuan, ada yang bisa saya bantu.""Berikan bocah ini beberapa pakaian yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Jangan terlalu t
Terlihat sepasang manusia yang sedang tidur dengan begitu lelapnya. Mereka tidak sadar jika posisinya saat ini begitu intim.Entah sejak kapan Orion dan Zoya sudah dalam posisi memeluk satu sama lain.Orion menarik pinggang Zoya agar semakin mendekat lalu mengeratkan pelukannya. Sedangkan Zoya, gadis itu tanpa ragu membenamkan wajahnya di dada bidang Orion.Nyaman, itulah yang mungkin saat ini keduanya rasakan. Sampai-sampai mereka tidak mendengar suara pintu yang terus di ketuk dari luar.Ceklek!Pintu tersebut terbuka, membuat wanita paruh baya yang sejak tadi mengetuknya terkejut dan membelalakan matanya tak percaya.“Astaga Zoya Elisabeth! Apa yang kau lakukan sayang?!” teriak wanita itu yang tak lain adalah Utami, pemilik panti asuhan dimana Zoya di besarkan selama ini.Ia baru saja kembali dari rumah sakit dan langsung menuju ke kamar Zoya karena sangat merindukan gadis itu.Orion maupun Zoya yang kaget me
Mereka berdua sudah berada di ruang tengah, dimana Utami sudah menunggu sejak tadi.“Duduk!” ucap Utami.Orion langsung duduk, sedangkan Zoya masih diam menunduk dan memainkan jari-jari tangannya. Jujur saja gadis itu sangat ketakutan mendengar suara Utami yang penuh amarah.“Kenapa diam, duduklah di sampingku Zoya!” pinta Orion yang langsung menarik pergelangan tangan Zoya agar gadis itu duduk di sampingnya. Ia tahu kalau saat ini Zoya sedang gugup dan khawatir jika di usir dari tempat ini.“Maaf Tuan, anda siapa? Dan kenapa anda bisa berada di kamar putri saya?” tanya Utami.Wanita itu mengamati Orion, terlihat sekali kalau dia adalah pria kaya yang berpendidikan. Namun, kenapa bisa melakukan perbuatan memalukan seperti itu pada Zoya.“Dia bos di tempat kerja ku yang baru Bu. Pak Orion tidak sengaja tertidur semalam. padahal aku sudah berusaha untuk membangunkannya,” bukan Orion yang menjawab melainkan Zoya.“Karena in
Setelah hampir satu jam tidak sadarkan diri, Zoya akhirnya sadar dan memeluk Utami yang saat ini ada di sampingnya.“Kau baik-baik saja 'kan, sayang? Apa kau sakit? Kenapa bisa pingsan seperti ini? Apa semalam dia sudah berbuat kasar padamu? Ayo katakan pada Ibu, biar Ibu hukum dia!” Utami bicara panjang lebar sampai membuat Zoya bingung harus menjawab pertanyaannya yang mana.“Bisakah Ibu bertanya satu-satu? Kasihan Zoya,” sahut Melisa yang sejak tadi berada di antara adik dan ibunya itu.“Sudah kau jangan membela adikmu Melisa. Diam dan tidak usah ikut campur!” ucap Utami.Wanita itu masih marah jika mengingat kejadian semalam dimana dia memergoki Zoya sedang tidur berpelukan bersama seorang pria.“Aku tidak mau menikah Bu, please jangan memaksaku,” pinta Zoya dengan wajah memelas. “Aku juga masih ingin melanjutkan sekolah, Ibu tahu 'kan kalau aku ingin menjadi seorang pengusaha sukses dan membuat Ibu bahagia?”Ya, Zoya mempuny
Seorang gadis tengah berlari menuruni anak tangga dan menuju ke halte bus. Karena hari ini adalah hari pertamanya magang di perusahaan terkenal yang memiliki cabang di seluruh dunia, Greenland Grup."Ini semua salah Kakak, kenapa dia tidak membangunkan aku," gerutunya kesal.Namanya adalah Zoya Elisabeth. Gadis berusia sembilan belas tahun yang baru saja memasuki jenjang perkuliahan. Ia tinggal di sebuah panti asuhan bersama dengan kakak angkatnya.Sejak kecil Zoya di asuh oleh Utami, Ibu panti nya yang sekarang sedang dirawat di rumah sakit karena menderita sakit jantung. Ia terpaksa kuliah sambil bekerja demi membiayai pengobatan sang Ibu.Hidupnya yang sederhana mengajarkan Zoya untuk tidak mengandalkan orang lain. Apapun harus bisa Zoya lakukan sendiri demi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.Dan kenapa Zoya bisa diterima di perusahaan besar tersebut? Tentu saja karena IQ gadis itu yang berada di atas rata-rata. Bahkan ia masuk ke kampus pilihannya karena mengandalkan beasiswa.
Setelah berhasil kabur dari kejaran beberapa mantan kekasihnya, Orion segera masuk ke ruangan Ceo. Ia melepas topi dan juga masker yang sejak tadi menutupi wajahnya.Keringat bercucuran keluar membasahi leher jenjangnya yang membuatnya semakin terlihat seksi. Jangan lupakan wajahnya yang tampan bak dewa yunani dan juga tubuh kekarnya yang menggoda."Ck! Benar-benar merepotkan! Bahkan sepuluh bodyguard tidak bisa menghalangi mereka," umpatnya kesal melepas kaos yang dipakainya dan melemparnya ke sembarang tempat.Memang benar Orion memiliki banyak mantan kekasih dan sama sekali tidak ada yang membuat hatinya nyaman, berbeda saat ia bersama dengan Alana.Setelah bertekad mengikhlaskan Alana menikah dengan pria lain, Orion memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan mengurus perusahaan Papanya.Siapa sangka saat berada ditangannya dalam waktu kurang lebih tiga tahun, perusahaan berkembang pesat dan bahkan sudah membuka cabang hampir di seluruh dunia.Di usia yang sudah matang, banyak gosip y
"Selama pagi Pak, saya Zoya Elisabeth," ucap gadis bertubuh mungil yang tak lain adalah Zoya. Ia masih terus menunduk dan memainkan jari-jari tangan nya karena gugup.Gadis itu tidak berani mendongak apalagi menatap pria yang sedang duduk di hadapannya saat ini."Wajahku ada di sini nona Zoya. Kenapa kau terus melihat ke arah lantai sejak tadi? Kau harus menatap lawan bicara mu saat sedang berhadapan dengannya!" ucapnya dengan nada tegas.Zoya menghela nafas, lalu mendongak dan memasang senyumnya yang paling manis. "Maafkan saya Pak."Leon terdiam untuk sesaat saat mata mereka saling bertemu. Ia merasa tidak asing dengan gadis yang berada di hadapannya ini. Lalu, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya.Ekhem!Leon berdehem dan kembali fokus pada berkas lamaran yang berada di tangannya. "Kau masih muda kenapa memutuskan untuk bekerja? Bukankah seharusnya kau fokus sekolah? Apa alasanmu melamar kerja disini Nona Zoya?"Leon bertanya tanpa memberi jeda sama sekali, membuat Zoya kalang
Setelah hampir satu jam tidak sadarkan diri, Zoya akhirnya sadar dan memeluk Utami yang saat ini ada di sampingnya.“Kau baik-baik saja 'kan, sayang? Apa kau sakit? Kenapa bisa pingsan seperti ini? Apa semalam dia sudah berbuat kasar padamu? Ayo katakan pada Ibu, biar Ibu hukum dia!” Utami bicara panjang lebar sampai membuat Zoya bingung harus menjawab pertanyaannya yang mana.“Bisakah Ibu bertanya satu-satu? Kasihan Zoya,” sahut Melisa yang sejak tadi berada di antara adik dan ibunya itu.“Sudah kau jangan membela adikmu Melisa. Diam dan tidak usah ikut campur!” ucap Utami.Wanita itu masih marah jika mengingat kejadian semalam dimana dia memergoki Zoya sedang tidur berpelukan bersama seorang pria.“Aku tidak mau menikah Bu, please jangan memaksaku,” pinta Zoya dengan wajah memelas. “Aku juga masih ingin melanjutkan sekolah, Ibu tahu 'kan kalau aku ingin menjadi seorang pengusaha sukses dan membuat Ibu bahagia?”Ya, Zoya mempuny
Mereka berdua sudah berada di ruang tengah, dimana Utami sudah menunggu sejak tadi.“Duduk!” ucap Utami.Orion langsung duduk, sedangkan Zoya masih diam menunduk dan memainkan jari-jari tangannya. Jujur saja gadis itu sangat ketakutan mendengar suara Utami yang penuh amarah.“Kenapa diam, duduklah di sampingku Zoya!” pinta Orion yang langsung menarik pergelangan tangan Zoya agar gadis itu duduk di sampingnya. Ia tahu kalau saat ini Zoya sedang gugup dan khawatir jika di usir dari tempat ini.“Maaf Tuan, anda siapa? Dan kenapa anda bisa berada di kamar putri saya?” tanya Utami.Wanita itu mengamati Orion, terlihat sekali kalau dia adalah pria kaya yang berpendidikan. Namun, kenapa bisa melakukan perbuatan memalukan seperti itu pada Zoya.“Dia bos di tempat kerja ku yang baru Bu. Pak Orion tidak sengaja tertidur semalam. padahal aku sudah berusaha untuk membangunkannya,” bukan Orion yang menjawab melainkan Zoya.“Karena in
Terlihat sepasang manusia yang sedang tidur dengan begitu lelapnya. Mereka tidak sadar jika posisinya saat ini begitu intim.Entah sejak kapan Orion dan Zoya sudah dalam posisi memeluk satu sama lain.Orion menarik pinggang Zoya agar semakin mendekat lalu mengeratkan pelukannya. Sedangkan Zoya, gadis itu tanpa ragu membenamkan wajahnya di dada bidang Orion.Nyaman, itulah yang mungkin saat ini keduanya rasakan. Sampai-sampai mereka tidak mendengar suara pintu yang terus di ketuk dari luar.Ceklek!Pintu tersebut terbuka, membuat wanita paruh baya yang sejak tadi mengetuknya terkejut dan membelalakan matanya tak percaya.“Astaga Zoya Elisabeth! Apa yang kau lakukan sayang?!” teriak wanita itu yang tak lain adalah Utami, pemilik panti asuhan dimana Zoya di besarkan selama ini.Ia baru saja kembali dari rumah sakit dan langsung menuju ke kamar Zoya karena sangat merindukan gadis itu.Orion maupun Zoya yang kaget me
Dan di sinilah mereka berada, di sebuah pusat perbelanjaan. Zoya mengikuti kemana langkah kaki bosnya itu membawanya.Bahkan ia tidak peduli dengan tatapan mata yang menatap iri padanya. Karena saat ini Orion tengah menggandeng tangannya seakan mereka adalah sepasang kekasih."Bisakah anda melepaskan tangan saya, Pak?" ucap Zoya, membuat Orion menghentikan langkahnya. "Aw!" Zoya meringis saat keningnya menabrak punggung Orion.Zoya mengusap keningnya. Untuk kesekian kalinya Orion berhenti tiba-tiba dan membuat jidatnya membentur punggungnya hingga sedikit memerah."Panggil aku seperti saat pertama kita bertemu dan satu lagi, jangan gunakan bahasa formal. Kita berada di luar jam kantor. Kuping ku panas mendengar mu memanggil namaku dengan sebutan Pak. Kau pikir aku ini Bapakmu!" ketus Orion lalu dengan cepat menarik tangan Zoya masuk ke suatu tempat."Selamat datang Tuan, ada yang bisa saya bantu.""Berikan bocah ini beberapa pakaian yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Jangan terlalu t
"Apa kau masih perawan?""What?!" Bak tersambar petir di siang bolong, pertanyaan Orion membuat Zoya tercengang sekaligus menahan amarah. Bagaimana seorang bos menanyakan hal konyol seperti ini?Zoya memang gadis polos tapi ia tidak bodoh tentang hal yang berbau se-ks. Ia tahu sedikit mengenai hal itu dari sahabatnya. Tapi hanya sebatas ciuman bukan yang lain."Apa pertanyaan anda perlu saya jawab?" tanya Zoya dengan tangan terkepal.Melihat ekspresi wajah Zoya yang terlihat bingung dan juga gugup, Orion yakin kalau gadis yang berada di depannya ini sudah tidak perawan. Bukankah sekarang banyak yang rela menjual dirinya hanya demi uang?"Lupakan saja! Tak masalah jika kau masih perawan atau tidak!" Orion menarik sedikit sudut bibirnya dan terus menatap Zoya tajam. Tatapan yang membuat Zoya ingin sekali mencongkel kedua bola mata bos nya itu.Andai saja Zoya tidak membutuhkan uang, ia lebih memilih mundur daripada harus bekerja dengan orang yang tidak waras. Tapi, uang membuatnya kemba
"Kau!" pekik Zoya dan Orion bersamaan.Zoya dan Orion saling menunjuk satu sama lain dengan tatapan yang sulit diartikan. Apalagi jika mengingat kejadian pagi tadi di dalam mobil bus..Dimana Orion memanggilnya bocah. Sungguh membuat Zoya semakin kesal dibuatnya."Turunkan tanganmu bocah!""Siapa yang Om panggil bocah? Aku bukan bocah! Aku sudamphh--" belum selesai Zoya bicara, Orion sudah membungkam bibir gadis itu. Suara teriakannya membuat telinga Orion sakit."Berisik! Apa kau bisa mengecilkan suaramu yang cempreng itu?!" ucap Orion.Zoya terdiam, apalagi saat Leon mengedipkan matanya untuk tidak meladeni ucapan Orion. "Sepertinya kalian sudah saling mengenal ya?" tanya Leon menaikan satu alisnya.Tidak mungkin kan selera Orion berubah drastis, yang tadinya menyukai wanita seksi dan mon-tok, sekarang berganti dengan seorang gadis kecil yang notabennya masih 19 tahun."Tidak! Ya!" lagi-lagi mereka berdua menjawab bersamaan. Membuat Leon semakin bertambah curiga kalau di antara mere
"Selama pagi Pak, saya Zoya Elisabeth," ucap gadis bertubuh mungil yang tak lain adalah Zoya. Ia masih terus menunduk dan memainkan jari-jari tangan nya karena gugup.Gadis itu tidak berani mendongak apalagi menatap pria yang sedang duduk di hadapannya saat ini."Wajahku ada di sini nona Zoya. Kenapa kau terus melihat ke arah lantai sejak tadi? Kau harus menatap lawan bicara mu saat sedang berhadapan dengannya!" ucapnya dengan nada tegas.Zoya menghela nafas, lalu mendongak dan memasang senyumnya yang paling manis. "Maafkan saya Pak."Leon terdiam untuk sesaat saat mata mereka saling bertemu. Ia merasa tidak asing dengan gadis yang berada di hadapannya ini. Lalu, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya.Ekhem!Leon berdehem dan kembali fokus pada berkas lamaran yang berada di tangannya. "Kau masih muda kenapa memutuskan untuk bekerja? Bukankah seharusnya kau fokus sekolah? Apa alasanmu melamar kerja disini Nona Zoya?"Leon bertanya tanpa memberi jeda sama sekali, membuat Zoya kalang
Setelah berhasil kabur dari kejaran beberapa mantan kekasihnya, Orion segera masuk ke ruangan Ceo. Ia melepas topi dan juga masker yang sejak tadi menutupi wajahnya.Keringat bercucuran keluar membasahi leher jenjangnya yang membuatnya semakin terlihat seksi. Jangan lupakan wajahnya yang tampan bak dewa yunani dan juga tubuh kekarnya yang menggoda."Ck! Benar-benar merepotkan! Bahkan sepuluh bodyguard tidak bisa menghalangi mereka," umpatnya kesal melepas kaos yang dipakainya dan melemparnya ke sembarang tempat.Memang benar Orion memiliki banyak mantan kekasih dan sama sekali tidak ada yang membuat hatinya nyaman, berbeda saat ia bersama dengan Alana.Setelah bertekad mengikhlaskan Alana menikah dengan pria lain, Orion memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan mengurus perusahaan Papanya.Siapa sangka saat berada ditangannya dalam waktu kurang lebih tiga tahun, perusahaan berkembang pesat dan bahkan sudah membuka cabang hampir di seluruh dunia.Di usia yang sudah matang, banyak gosip y
Seorang gadis tengah berlari menuruni anak tangga dan menuju ke halte bus. Karena hari ini adalah hari pertamanya magang di perusahaan terkenal yang memiliki cabang di seluruh dunia, Greenland Grup."Ini semua salah Kakak, kenapa dia tidak membangunkan aku," gerutunya kesal.Namanya adalah Zoya Elisabeth. Gadis berusia sembilan belas tahun yang baru saja memasuki jenjang perkuliahan. Ia tinggal di sebuah panti asuhan bersama dengan kakak angkatnya.Sejak kecil Zoya di asuh oleh Utami, Ibu panti nya yang sekarang sedang dirawat di rumah sakit karena menderita sakit jantung. Ia terpaksa kuliah sambil bekerja demi membiayai pengobatan sang Ibu.Hidupnya yang sederhana mengajarkan Zoya untuk tidak mengandalkan orang lain. Apapun harus bisa Zoya lakukan sendiri demi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.Dan kenapa Zoya bisa diterima di perusahaan besar tersebut? Tentu saja karena IQ gadis itu yang berada di atas rata-rata. Bahkan ia masuk ke kampus pilihannya karena mengandalkan beasiswa.