"Selama pagi Pak, saya Zoya Elisabeth," ucap gadis bertubuh mungil yang tak lain adalah Zoya. Ia masih terus menunduk dan memainkan jari-jari tangan nya karena gugup.
Gadis itu tidak berani mendongak apalagi menatap pria yang sedang duduk di hadapannya saat ini."Wajahku ada di sini nona Zoya. Kenapa kau terus melihat ke arah lantai sejak tadi? Kau harus menatap lawan bicara mu saat sedang berhadapan dengannya!" ucapnya dengan nada tegas.Zoya menghela nafas, lalu mendongak dan memasang senyumnya yang paling manis. "Maafkan saya Pak."Leon terdiam untuk sesaat saat mata mereka saling bertemu. Ia merasa tidak asing dengan gadis yang berada di hadapannya ini. Lalu, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya.Ekhem!Leon berdehem dan kembali fokus pada berkas lamaran yang berada di tangannya. "Kau masih muda kenapa memutuskan untuk bekerja? Bukankah seharusnya kau fokus sekolah? Apa alasanmu melamar kerja disini Nona Zoya?"Leon bertanya tanpa memberi jeda sama sekali, membuat Zoya kalang kabut dan bingung harus menjawab darimana. Untung saja sebelumnya dia sudah mencari tahu apa saja yang akan ditanyakan saat wawancara dan apa yang harus di jawab olehnya."Salah satu alasan saya ingin bekerja karena saya butuh uang Pak," jawabnya polos.Sontak membuat Leon terkekeh mendengar jawaban Zoya yang menurutnya sangat jujur. "Nona Zoya semua pasti membutuhkan uang. Apa tidak ada alasan lain selain itu?" tanya Leon. Ia tidak menyangka gadis seperti Zoya berani bekerja di perusahaan milik keluarga Aladrick.Apa dia tidak tahu seperti apa calon bosnya? Atau memang gadis itu tidak mencari tahu sebelumnya? Ah mana sempat."Ibu, saya ingin membahagiakan beliau. Saya juga butuh uang untuk membiayai operasinya karena dia yang sedang sakit keras dan--"Belum selesai Zoya menyelesaikan kalimatnya, Leon sudah memberi kode pada gadis itu untuk diam. Sepertinya Leon tidak perlu mewawancarainya panjang lebar. Ditambah lagi semua kandidat calon sekertaris Orion mengundurkan diri setelah satu hari bekerja. Karena tidak kuat dengan sikap bosnya yang selalu seenaknya sendiri dan bahkan hampir melecehkannya."Apa kau sudah membaca poin terkahir Nona Zoya?" tanya Leon."Poin terakhir?" Zoya mengernyit bingung. Saat berada di lobby ia baru saja selesai membaca poin nomor tujuh. Saat ingin melanjutkannya, resepsionis menyuruhnya masuk untuk menemui Leon. Jadi mana sempat membaca poin terakhir.Zoya menggeleng cepat. Lalu membuka kembali berkasnya, dengan niat membaca poin terakhir yang dikatakan oleh Leon. "Belum Pak, kalau boleh tahu apa ya poin terkahir," tanya Zoya seraya menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.Leon menghela nafas, ini adalah hal yang paling ia tidak sukai dari Orion. Apalagi dengan persyaratan penerimaan karyawan baru yang baginya menyesatkan. "Kau harus siap melayani bos kita dengan sepenuh hati, bahkan menyerahkan tubuhmu jika di perlukan," ucap Leon seraya menyerahkan selembar kertas pada Zoya."What? Anda yakin ini poin terakhir Pak?" Zoya sedikit mudur ke belakang, tiba-tiba saja tubuhnya lemas. Ini pertama kalinya ia bekerja dan harus mendengar persyaratan yang menurutnya tidak masuk di akal.Apa pak CEO sedang mencari seorang wanita penghibur atau semacamnya?Atau sebenarnya ini bukan perusahaan melainkan tempat dimana para wanita malam singgah?Banyak pikiran buruk berkecamuk di dalam pikiran Zoya. Namun, gadis itu berusaha untuk berpikir positif sebelum melihat buktinya secara langsung."Tanda tangani berkas ini jika kau setuju dan keluarlah jika kau menolak," Leon memberikan waktu beberapa menit agar Zoya memikirkan keputusannya."Jika kau setuju kami akan membayar mu tiga kali lipat dari yang seharusnya dengan imbalan kau harus bekerja keras!" imbuh Leon penuh penekanan di setiap kalimatnya. Ia berharap kalau Zoya menolaknya, karena tidak mau gadis kecil yang berada di depannya ini menjadi sasaran empuk Orion selanjutnya.'Ayolah Zoya kapan lagi kau akan mendapatkan uang sebanyak ini. Tiga kali lipat! Pasti akan cukup untuk biaya operasi Ibu dan juga untuk biaya hidupmu. Tapi bagaimana kalau Bos memintaku melayaninya dan memberikan tubuhku padanya?' batin Zoya.Zoya masih bergelut dengan batinnya, memilih antara uang atau harga diri."Aku tau kau akan menolaknya Nona Zoya maka segeralah keluar karena aku tidak mau membuatmu tertahan di sini karena terpaksa!" ucap Leon. Ia beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan ke arah pintu keluar. "Kau bisa keluar sekarang dan--""Saya bersedia Pak. Saya siap bekerja di sini dan menerima semua resikonya!" jawabnya tegas dan penuh percaya diri.Leon tersenyum tipis melihat Zoya yang begitu semangat. Sampai ia berpikir, mungkin saja gadis ini bisa melawan sikap Orion yang suka seenak jidat dan menaklukan pria arogan itu."Baiklah jika itu memang keputusan mu nona Zoya. Aku harap kau tidak akan menyesalinya!" ucap Leon.'Menyesal? Justru aku sangat bahagia karena langsung diterima bekerja. Apalagi dengan umur yang masih muda' gumam Zoya namun hanya dalam hati."Kita temui Bos sekarang!" Leon berjalan terlebih dulu menuju ke ruangan Orion dengan Zoya yang mengekor di belakangnya.Sepanjang perjalanan menuju ke ruangan Orion, Zoya terus berdecak kesal. Bagaimana tidak, kakinya terasa pegal karena harus jalan kaki. Bukankah seharusnya naik lift seperti tadi?Sedangkan Leon, yang mendengar suara rintihan Zoya hanya menggeleng pelan. ''Orion tidak suka ada yang naik lift saat menuju ke ruangan pribadinya. Dia mau semua karyawannya menggunakan cara manual untuk sampai ke sana. Agar mereka tau kalau bekerja tidak semudah apa yang mereka pikirkan. Semua butuh perjuangan. Bahkan untuk sekedar meminta sebuah tanda tangan.""Ck! Meminta tanda tangan saja repot sekali!" gerutu Zoya kesal.Hingga setelah lima belas menit mereka berjalan, keduanya sudah sampai di depan sebuah pintu bertuliskan CEO room."Selamat pagi tuan Leon. Maaf, untuk saat ini tuan sedang ada tamu dan tidak ingin diganggu," ucap bodyguard yang sejak tadi berjaga di sana."Apa dia membawa wanita lagi ke dalam?" tanya Leon.Bodyguard tersebut mengangguk. "Tuan sedang bersama dengan nona Tasya dan sudah hampir satu jam mereka berada di dalam.""Hampir satu jam?!" pekik Leon. "Dia benar-benar tidak waras!" Leon mengepalkan tangannya erat. Karena tidak biasanya Orion membawa wanita dan bersenang-senang di jam kantor begini. Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada sahabatnya itu?Ceklek!Pintu ruangan Orion terbuka. Seorang wanita dengan pakaian acak-acakan keluar dari sana dan langsung pergi begitu saja."Tasya tunggu aku bisa jelaskan sayang," Orion berusaha mengejar wanitanya yang sudah pergi menjauh. "Shiit! Semua karena Livia! Aku baru akan memulainya. Tapi dia malah mengacaukan semuanya!" umpatnya kesal.Hingga tatapan mata tajam milik Orion tertuju pada Leon dan juga seroang wanita yang berada di sampingnya. Orion tidak berkedip sama sekali, mengamati dari atas sampai ke bawah setiap inchi tubuh Zoya. "Tepos!" lirihnya.Zoya masih menunduk, namun samar-samar gadis itu bisa mendengar apa yang Orion ucapkan."Aku membawa sekertaris baru untukmu, perkenalkan dia Zoya Elisabeth," ucap Leon.Orion mengamati lebih dalam lagi wanita yang saat ini berada di samping Leon. Hingga kedua manik mata keduanya bertemu."Kau?!" pekik Zoya dan Orion bersamaan."Kau!" pekik Zoya dan Orion bersamaan.Zoya dan Orion saling menunjuk satu sama lain dengan tatapan yang sulit diartikan. Apalagi jika mengingat kejadian pagi tadi di dalam mobil bus..Dimana Orion memanggilnya bocah. Sungguh membuat Zoya semakin kesal dibuatnya."Turunkan tanganmu bocah!""Siapa yang Om panggil bocah? Aku bukan bocah! Aku sudamphh--" belum selesai Zoya bicara, Orion sudah membungkam bibir gadis itu. Suara teriakannya membuat telinga Orion sakit."Berisik! Apa kau bisa mengecilkan suaramu yang cempreng itu?!" ucap Orion.Zoya terdiam, apalagi saat Leon mengedipkan matanya untuk tidak meladeni ucapan Orion. "Sepertinya kalian sudah saling mengenal ya?" tanya Leon menaikan satu alisnya.Tidak mungkin kan selera Orion berubah drastis, yang tadinya menyukai wanita seksi dan mon-tok, sekarang berganti dengan seorang gadis kecil yang notabennya masih 19 tahun."Tidak! Ya!" lagi-lagi mereka berdua menjawab bersamaan. Membuat Leon semakin bertambah curiga kalau di antara mere
"Apa kau masih perawan?""What?!" Bak tersambar petir di siang bolong, pertanyaan Orion membuat Zoya tercengang sekaligus menahan amarah. Bagaimana seorang bos menanyakan hal konyol seperti ini?Zoya memang gadis polos tapi ia tidak bodoh tentang hal yang berbau se-ks. Ia tahu sedikit mengenai hal itu dari sahabatnya. Tapi hanya sebatas ciuman bukan yang lain."Apa pertanyaan anda perlu saya jawab?" tanya Zoya dengan tangan terkepal.Melihat ekspresi wajah Zoya yang terlihat bingung dan juga gugup, Orion yakin kalau gadis yang berada di depannya ini sudah tidak perawan. Bukankah sekarang banyak yang rela menjual dirinya hanya demi uang?"Lupakan saja! Tak masalah jika kau masih perawan atau tidak!" Orion menarik sedikit sudut bibirnya dan terus menatap Zoya tajam. Tatapan yang membuat Zoya ingin sekali mencongkel kedua bola mata bos nya itu.Andai saja Zoya tidak membutuhkan uang, ia lebih memilih mundur daripada harus bekerja dengan orang yang tidak waras. Tapi, uang membuatnya kemba
Dan di sinilah mereka berada, di sebuah pusat perbelanjaan. Zoya mengikuti kemana langkah kaki bosnya itu membawanya.Bahkan ia tidak peduli dengan tatapan mata yang menatap iri padanya. Karena saat ini Orion tengah menggandeng tangannya seakan mereka adalah sepasang kekasih."Bisakah anda melepaskan tangan saya, Pak?" ucap Zoya, membuat Orion menghentikan langkahnya. "Aw!" Zoya meringis saat keningnya menabrak punggung Orion.Zoya mengusap keningnya. Untuk kesekian kalinya Orion berhenti tiba-tiba dan membuat jidatnya membentur punggungnya hingga sedikit memerah."Panggil aku seperti saat pertama kita bertemu dan satu lagi, jangan gunakan bahasa formal. Kita berada di luar jam kantor. Kuping ku panas mendengar mu memanggil namaku dengan sebutan Pak. Kau pikir aku ini Bapakmu!" ketus Orion lalu dengan cepat menarik tangan Zoya masuk ke suatu tempat."Selamat datang Tuan, ada yang bisa saya bantu.""Berikan bocah ini beberapa pakaian yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Jangan terlalu t
Terlihat sepasang manusia yang sedang tidur dengan begitu lelapnya. Mereka tidak sadar jika posisinya saat ini begitu intim.Entah sejak kapan Orion dan Zoya sudah dalam posisi memeluk satu sama lain.Orion menarik pinggang Zoya agar semakin mendekat lalu mengeratkan pelukannya. Sedangkan Zoya, gadis itu tanpa ragu membenamkan wajahnya di dada bidang Orion.Nyaman, itulah yang mungkin saat ini keduanya rasakan. Sampai-sampai mereka tidak mendengar suara pintu yang terus di ketuk dari luar.Ceklek!Pintu tersebut terbuka, membuat wanita paruh baya yang sejak tadi mengetuknya terkejut dan membelalakan matanya tak percaya.“Astaga Zoya Elisabeth! Apa yang kau lakukan sayang?!” teriak wanita itu yang tak lain adalah Utami, pemilik panti asuhan dimana Zoya di besarkan selama ini.Ia baru saja kembali dari rumah sakit dan langsung menuju ke kamar Zoya karena sangat merindukan gadis itu.Orion maupun Zoya yang kaget me
Mereka berdua sudah berada di ruang tengah, dimana Utami sudah menunggu sejak tadi.“Duduk!” ucap Utami.Orion langsung duduk, sedangkan Zoya masih diam menunduk dan memainkan jari-jari tangannya. Jujur saja gadis itu sangat ketakutan mendengar suara Utami yang penuh amarah.“Kenapa diam, duduklah di sampingku Zoya!” pinta Orion yang langsung menarik pergelangan tangan Zoya agar gadis itu duduk di sampingnya. Ia tahu kalau saat ini Zoya sedang gugup dan khawatir jika di usir dari tempat ini.“Maaf Tuan, anda siapa? Dan kenapa anda bisa berada di kamar putri saya?” tanya Utami.Wanita itu mengamati Orion, terlihat sekali kalau dia adalah pria kaya yang berpendidikan. Namun, kenapa bisa melakukan perbuatan memalukan seperti itu pada Zoya.“Dia bos di tempat kerja ku yang baru Bu. Pak Orion tidak sengaja tertidur semalam. padahal aku sudah berusaha untuk membangunkannya,” bukan Orion yang menjawab melainkan Zoya.“Karena in
Setelah hampir satu jam tidak sadarkan diri, Zoya akhirnya sadar dan memeluk Utami yang saat ini ada di sampingnya.“Kau baik-baik saja 'kan, sayang? Apa kau sakit? Kenapa bisa pingsan seperti ini? Apa semalam dia sudah berbuat kasar padamu? Ayo katakan pada Ibu, biar Ibu hukum dia!” Utami bicara panjang lebar sampai membuat Zoya bingung harus menjawab pertanyaannya yang mana.“Bisakah Ibu bertanya satu-satu? Kasihan Zoya,” sahut Melisa yang sejak tadi berada di antara adik dan ibunya itu.“Sudah kau jangan membela adikmu Melisa. Diam dan tidak usah ikut campur!” ucap Utami.Wanita itu masih marah jika mengingat kejadian semalam dimana dia memergoki Zoya sedang tidur berpelukan bersama seorang pria.“Aku tidak mau menikah Bu, please jangan memaksaku,” pinta Zoya dengan wajah memelas. “Aku juga masih ingin melanjutkan sekolah, Ibu tahu 'kan kalau aku ingin menjadi seorang pengusaha sukses dan membuat Ibu bahagia?”Ya, Zoya mempuny
Seorang gadis tengah berlari menuruni anak tangga dan menuju ke halte bus. Karena hari ini adalah hari pertamanya magang di perusahaan terkenal yang memiliki cabang di seluruh dunia, Greenland Grup."Ini semua salah Kakak, kenapa dia tidak membangunkan aku," gerutunya kesal.Namanya adalah Zoya Elisabeth. Gadis berusia sembilan belas tahun yang baru saja memasuki jenjang perkuliahan. Ia tinggal di sebuah panti asuhan bersama dengan kakak angkatnya.Sejak kecil Zoya di asuh oleh Utami, Ibu panti nya yang sekarang sedang dirawat di rumah sakit karena menderita sakit jantung. Ia terpaksa kuliah sambil bekerja demi membiayai pengobatan sang Ibu.Hidupnya yang sederhana mengajarkan Zoya untuk tidak mengandalkan orang lain. Apapun harus bisa Zoya lakukan sendiri demi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.Dan kenapa Zoya bisa diterima di perusahaan besar tersebut? Tentu saja karena IQ gadis itu yang berada di atas rata-rata. Bahkan ia masuk ke kampus pilihannya karena mengandalkan beasiswa.
Setelah berhasil kabur dari kejaran beberapa mantan kekasihnya, Orion segera masuk ke ruangan Ceo. Ia melepas topi dan juga masker yang sejak tadi menutupi wajahnya.Keringat bercucuran keluar membasahi leher jenjangnya yang membuatnya semakin terlihat seksi. Jangan lupakan wajahnya yang tampan bak dewa yunani dan juga tubuh kekarnya yang menggoda."Ck! Benar-benar merepotkan! Bahkan sepuluh bodyguard tidak bisa menghalangi mereka," umpatnya kesal melepas kaos yang dipakainya dan melemparnya ke sembarang tempat.Memang benar Orion memiliki banyak mantan kekasih dan sama sekali tidak ada yang membuat hatinya nyaman, berbeda saat ia bersama dengan Alana.Setelah bertekad mengikhlaskan Alana menikah dengan pria lain, Orion memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan mengurus perusahaan Papanya.Siapa sangka saat berada ditangannya dalam waktu kurang lebih tiga tahun, perusahaan berkembang pesat dan bahkan sudah membuka cabang hampir di seluruh dunia.Di usia yang sudah matang, banyak gosip y
Setelah hampir satu jam tidak sadarkan diri, Zoya akhirnya sadar dan memeluk Utami yang saat ini ada di sampingnya.“Kau baik-baik saja 'kan, sayang? Apa kau sakit? Kenapa bisa pingsan seperti ini? Apa semalam dia sudah berbuat kasar padamu? Ayo katakan pada Ibu, biar Ibu hukum dia!” Utami bicara panjang lebar sampai membuat Zoya bingung harus menjawab pertanyaannya yang mana.“Bisakah Ibu bertanya satu-satu? Kasihan Zoya,” sahut Melisa yang sejak tadi berada di antara adik dan ibunya itu.“Sudah kau jangan membela adikmu Melisa. Diam dan tidak usah ikut campur!” ucap Utami.Wanita itu masih marah jika mengingat kejadian semalam dimana dia memergoki Zoya sedang tidur berpelukan bersama seorang pria.“Aku tidak mau menikah Bu, please jangan memaksaku,” pinta Zoya dengan wajah memelas. “Aku juga masih ingin melanjutkan sekolah, Ibu tahu 'kan kalau aku ingin menjadi seorang pengusaha sukses dan membuat Ibu bahagia?”Ya, Zoya mempuny
Mereka berdua sudah berada di ruang tengah, dimana Utami sudah menunggu sejak tadi.“Duduk!” ucap Utami.Orion langsung duduk, sedangkan Zoya masih diam menunduk dan memainkan jari-jari tangannya. Jujur saja gadis itu sangat ketakutan mendengar suara Utami yang penuh amarah.“Kenapa diam, duduklah di sampingku Zoya!” pinta Orion yang langsung menarik pergelangan tangan Zoya agar gadis itu duduk di sampingnya. Ia tahu kalau saat ini Zoya sedang gugup dan khawatir jika di usir dari tempat ini.“Maaf Tuan, anda siapa? Dan kenapa anda bisa berada di kamar putri saya?” tanya Utami.Wanita itu mengamati Orion, terlihat sekali kalau dia adalah pria kaya yang berpendidikan. Namun, kenapa bisa melakukan perbuatan memalukan seperti itu pada Zoya.“Dia bos di tempat kerja ku yang baru Bu. Pak Orion tidak sengaja tertidur semalam. padahal aku sudah berusaha untuk membangunkannya,” bukan Orion yang menjawab melainkan Zoya.“Karena in
Terlihat sepasang manusia yang sedang tidur dengan begitu lelapnya. Mereka tidak sadar jika posisinya saat ini begitu intim.Entah sejak kapan Orion dan Zoya sudah dalam posisi memeluk satu sama lain.Orion menarik pinggang Zoya agar semakin mendekat lalu mengeratkan pelukannya. Sedangkan Zoya, gadis itu tanpa ragu membenamkan wajahnya di dada bidang Orion.Nyaman, itulah yang mungkin saat ini keduanya rasakan. Sampai-sampai mereka tidak mendengar suara pintu yang terus di ketuk dari luar.Ceklek!Pintu tersebut terbuka, membuat wanita paruh baya yang sejak tadi mengetuknya terkejut dan membelalakan matanya tak percaya.“Astaga Zoya Elisabeth! Apa yang kau lakukan sayang?!” teriak wanita itu yang tak lain adalah Utami, pemilik panti asuhan dimana Zoya di besarkan selama ini.Ia baru saja kembali dari rumah sakit dan langsung menuju ke kamar Zoya karena sangat merindukan gadis itu.Orion maupun Zoya yang kaget me
Dan di sinilah mereka berada, di sebuah pusat perbelanjaan. Zoya mengikuti kemana langkah kaki bosnya itu membawanya.Bahkan ia tidak peduli dengan tatapan mata yang menatap iri padanya. Karena saat ini Orion tengah menggandeng tangannya seakan mereka adalah sepasang kekasih."Bisakah anda melepaskan tangan saya, Pak?" ucap Zoya, membuat Orion menghentikan langkahnya. "Aw!" Zoya meringis saat keningnya menabrak punggung Orion.Zoya mengusap keningnya. Untuk kesekian kalinya Orion berhenti tiba-tiba dan membuat jidatnya membentur punggungnya hingga sedikit memerah."Panggil aku seperti saat pertama kita bertemu dan satu lagi, jangan gunakan bahasa formal. Kita berada di luar jam kantor. Kuping ku panas mendengar mu memanggil namaku dengan sebutan Pak. Kau pikir aku ini Bapakmu!" ketus Orion lalu dengan cepat menarik tangan Zoya masuk ke suatu tempat."Selamat datang Tuan, ada yang bisa saya bantu.""Berikan bocah ini beberapa pakaian yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Jangan terlalu t
"Apa kau masih perawan?""What?!" Bak tersambar petir di siang bolong, pertanyaan Orion membuat Zoya tercengang sekaligus menahan amarah. Bagaimana seorang bos menanyakan hal konyol seperti ini?Zoya memang gadis polos tapi ia tidak bodoh tentang hal yang berbau se-ks. Ia tahu sedikit mengenai hal itu dari sahabatnya. Tapi hanya sebatas ciuman bukan yang lain."Apa pertanyaan anda perlu saya jawab?" tanya Zoya dengan tangan terkepal.Melihat ekspresi wajah Zoya yang terlihat bingung dan juga gugup, Orion yakin kalau gadis yang berada di depannya ini sudah tidak perawan. Bukankah sekarang banyak yang rela menjual dirinya hanya demi uang?"Lupakan saja! Tak masalah jika kau masih perawan atau tidak!" Orion menarik sedikit sudut bibirnya dan terus menatap Zoya tajam. Tatapan yang membuat Zoya ingin sekali mencongkel kedua bola mata bos nya itu.Andai saja Zoya tidak membutuhkan uang, ia lebih memilih mundur daripada harus bekerja dengan orang yang tidak waras. Tapi, uang membuatnya kemba
"Kau!" pekik Zoya dan Orion bersamaan.Zoya dan Orion saling menunjuk satu sama lain dengan tatapan yang sulit diartikan. Apalagi jika mengingat kejadian pagi tadi di dalam mobil bus..Dimana Orion memanggilnya bocah. Sungguh membuat Zoya semakin kesal dibuatnya."Turunkan tanganmu bocah!""Siapa yang Om panggil bocah? Aku bukan bocah! Aku sudamphh--" belum selesai Zoya bicara, Orion sudah membungkam bibir gadis itu. Suara teriakannya membuat telinga Orion sakit."Berisik! Apa kau bisa mengecilkan suaramu yang cempreng itu?!" ucap Orion.Zoya terdiam, apalagi saat Leon mengedipkan matanya untuk tidak meladeni ucapan Orion. "Sepertinya kalian sudah saling mengenal ya?" tanya Leon menaikan satu alisnya.Tidak mungkin kan selera Orion berubah drastis, yang tadinya menyukai wanita seksi dan mon-tok, sekarang berganti dengan seorang gadis kecil yang notabennya masih 19 tahun."Tidak! Ya!" lagi-lagi mereka berdua menjawab bersamaan. Membuat Leon semakin bertambah curiga kalau di antara mere
"Selama pagi Pak, saya Zoya Elisabeth," ucap gadis bertubuh mungil yang tak lain adalah Zoya. Ia masih terus menunduk dan memainkan jari-jari tangan nya karena gugup.Gadis itu tidak berani mendongak apalagi menatap pria yang sedang duduk di hadapannya saat ini."Wajahku ada di sini nona Zoya. Kenapa kau terus melihat ke arah lantai sejak tadi? Kau harus menatap lawan bicara mu saat sedang berhadapan dengannya!" ucapnya dengan nada tegas.Zoya menghela nafas, lalu mendongak dan memasang senyumnya yang paling manis. "Maafkan saya Pak."Leon terdiam untuk sesaat saat mata mereka saling bertemu. Ia merasa tidak asing dengan gadis yang berada di hadapannya ini. Lalu, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya.Ekhem!Leon berdehem dan kembali fokus pada berkas lamaran yang berada di tangannya. "Kau masih muda kenapa memutuskan untuk bekerja? Bukankah seharusnya kau fokus sekolah? Apa alasanmu melamar kerja disini Nona Zoya?"Leon bertanya tanpa memberi jeda sama sekali, membuat Zoya kalang
Setelah berhasil kabur dari kejaran beberapa mantan kekasihnya, Orion segera masuk ke ruangan Ceo. Ia melepas topi dan juga masker yang sejak tadi menutupi wajahnya.Keringat bercucuran keluar membasahi leher jenjangnya yang membuatnya semakin terlihat seksi. Jangan lupakan wajahnya yang tampan bak dewa yunani dan juga tubuh kekarnya yang menggoda."Ck! Benar-benar merepotkan! Bahkan sepuluh bodyguard tidak bisa menghalangi mereka," umpatnya kesal melepas kaos yang dipakainya dan melemparnya ke sembarang tempat.Memang benar Orion memiliki banyak mantan kekasih dan sama sekali tidak ada yang membuat hatinya nyaman, berbeda saat ia bersama dengan Alana.Setelah bertekad mengikhlaskan Alana menikah dengan pria lain, Orion memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan mengurus perusahaan Papanya.Siapa sangka saat berada ditangannya dalam waktu kurang lebih tiga tahun, perusahaan berkembang pesat dan bahkan sudah membuka cabang hampir di seluruh dunia.Di usia yang sudah matang, banyak gosip y
Seorang gadis tengah berlari menuruni anak tangga dan menuju ke halte bus. Karena hari ini adalah hari pertamanya magang di perusahaan terkenal yang memiliki cabang di seluruh dunia, Greenland Grup."Ini semua salah Kakak, kenapa dia tidak membangunkan aku," gerutunya kesal.Namanya adalah Zoya Elisabeth. Gadis berusia sembilan belas tahun yang baru saja memasuki jenjang perkuliahan. Ia tinggal di sebuah panti asuhan bersama dengan kakak angkatnya.Sejak kecil Zoya di asuh oleh Utami, Ibu panti nya yang sekarang sedang dirawat di rumah sakit karena menderita sakit jantung. Ia terpaksa kuliah sambil bekerja demi membiayai pengobatan sang Ibu.Hidupnya yang sederhana mengajarkan Zoya untuk tidak mengandalkan orang lain. Apapun harus bisa Zoya lakukan sendiri demi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.Dan kenapa Zoya bisa diterima di perusahaan besar tersebut? Tentu saja karena IQ gadis itu yang berada di atas rata-rata. Bahkan ia masuk ke kampus pilihannya karena mengandalkan beasiswa.