Setelah berhasil kabur dari kejaran beberapa mantan kekasihnya, Orion segera masuk ke ruangan Ceo. Ia melepas topi dan juga masker yang sejak tadi menutupi wajahnya.
Keringat bercucuran keluar membasahi leher jenjangnya yang membuatnya semakin terlihat seksi. Jangan lupakan wajahnya yang tampan bak dewa yunani dan juga tubuh kekarnya yang menggoda."Ck! Benar-benar merepotkan! Bahkan sepuluh bodyguard tidak bisa menghalangi mereka," umpatnya kesal melepas kaos yang dipakainya dan melemparnya ke sembarang tempat.Memang benar Orion memiliki banyak mantan kekasih dan sama sekali tidak ada yang membuat hatinya nyaman, berbeda saat ia bersama dengan Alana.Setelah bertekad mengikhlaskan Alana menikah dengan pria lain, Orion memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan mengurus perusahaan Papanya.Siapa sangka saat berada ditangannya dalam waktu kurang lebih tiga tahun, perusahaan berkembang pesat dan bahkan sudah membuka cabang hampir di seluruh dunia.Di usia yang sudah matang, banyak gosip yang berdatangan apalagi mengenai wanita. Orion masih saja belum memutuskan untuk menikah meski sudah bertunangan dengan Livia.Livia yang selalu mengekangnya dan mengaturnya seenak jidat membuatnya muak. Kalau bukan karena putri dari salah satu rekan bisnis Papanya mungkin saja Orion sudah mencampakkan nya.Bahkan Livia berulangkali mengajaknya untuk bermain di atas ranjang. Namun Orion menolaknya. Karena jika itu terjadi dipastikan ia akan menikahi gadis menyebalkan itu.Livia bahkan ia tahu kalau selama ini Orion sering bermain dengan wanita di luar sana, tapi dirinya sama sekali tidak mempermasalahkannya.Sejak dulu ia sudah memendam perasaan pada Orion, saat ada peluang dan tiba-tiba diminta menikah dengan pujaan hatinya kenapa ia harus menolak?"Bagaimana bisa menghalangi, mantan kekasihmu saja ada sepuluh bodoh! Belum lagi yang di Munich," gerutu seorang pria yang baru saja masuk berdiri di depan Orion. "Sebenarnya apa kekurangan Livia sampai kau harus memacari banyak wanita dalam satu malam. Dasar penjahat kela-min." umpat Leon kesal. Karena setiap hari ia harus menyelesaikan urusan percintaan bos nya yang sekaligus adalah sahabatnya itu.Padahal bukan tugasnya sama sekali.Orion tak menghiraukan ucapan Leon. Ia mengambil sebatang rokok dan mulai menghisapnya."Astaga! Apa kau lupa, kau sendiri yang membuat larangan agar jangan merokok di ruang kerja. Kenapa kau sendiri yang melanggarnya!" Leon berkacak pinggang mirip seorang Ibu yang sedang marah pada putranya."Kau ini berisik sekali Leon! Aku tidak meminta pendapatmu tentang rokok yang ku hisap ini," jawab Orion dengan entengnya memandang gedung-gedung yang menjulang tinggi di hadapannya."Tapi aku peduli dengan kesehatanmu! Matikan atau akau tidak akan membawa sekertaris seksi dan cantik itu masuk."Orion menghampiri Leon dan membuang asap rokok itu tepat ke wajahnya. Sehingga membuat pria itu batuk-batuk karena ulahnya.'Shitt! Kalau bukan temanku aku sudah melempar mu ke tengah laut dan membiarkanmu dimakan oleh ikan hiu' umpat Leon dalam hati."Sudah selesai mengumpat ku?""Cih, siapa juga yang mengumpat mu. Kurang kerjaan sekali."Leon meletakkan sebuah berkas di hadapan Orion. "Dia calon sekertaris mu yang baru. Namanya Zoya.""Kau saja yang mewawancarainya karena aku sibuk. Tasya ingin aku menemaninya berbelanja jadi urus sekertaris baru itu. Dan urus meeting hari ini," ucap Orion tegas. Ia meraih kemeja yang baru saja disiapkan oleh Leon dan memakainya."Hari ini ada meeting penting Rion, kau tidak bisa seenaknya pergi!" ucap Leon.Lagi dan lagi, Orion mengabaikannya. Ia terlihat seperti kambing congek sekarang. "Sebenarnya siapa yang bos dan siapa yang asisten disini," gerutu Leon keluar dari sana menyusul Orion namun pria itu sudah menghilang dari pandangannya.***"Apa kau yang bernama Zoya Elisabeth?" tanya resepsionis yang menghampirinya. "Ya Nyoya nama saya Zoya." gadis itu menunduk dan terlihat malu-malu menjawab pertanyaan Martha.Martha memperhatikan penampilan Zoya dari atas sampai bawah. Ia terlihat seperti gadis kecil yang baru lulus sekolah. Apa tuan Leon yakin merekrut seorang bocah untuk bekerja menjadi sekertaris pribadi tuan Orion?Yang notabennya menyukai wanita seksi dan montok?Martha tidak peduli tentang hal itu dan kembali fokus pada pekerjaannya."Silahkan masuk menuju ke lantai tiga, dan temui tuan Leon Dicaprio. Kau bisa naik lift untuk menuju ke sana." jelasnya pada Zoya lalu kembali ke duduk di kursinya.Zoya mengangguk senang dan segera melakukan apa yang wanita itu suruh. "Terima kasih Nyonya.""Martha, panggil saja seperti itu.""Terima kasih Martha." ujar Zoya segera berlalu dari sana.Tadinya ia berpikir kalau tidak memiliki kesempatan lagi karena datang terlambat, namum ternyata nasib baik masih berpihak padanya.Zoya sudah berada di depan lift dan menekan tombol yang akan menujunya ke lantai tiga.Lift pun terbuka, tapi saat hendak masuk ke dalam tanpa sengaja Zoya menabrak lengan seorang pria yang juga keluar dari sana.Brugh!"Aw...." pekiknya saat tubuh mungil itu terpental dan jatuh ke lantai."Lain kali gunakan matamu saat berjalan bocah!" nada dingin dan datar keluar dari mulut pria tersebut tanpa berniat membantu Zoya untuk berdiri.Zoya mengepalkan tangannya dan hanya menunduk diam. Ia harus menjaga image sekarang agar tidak di cap buruk dihadapan karyawan lain yang baru saja melihatnya namun tidak berani mendekat.Sedangkan pria yang merasa tidak melakukan kesalahan sama sekali pergi begitu saja tanpa mempedulikan Zoya yang terlihat kesakitan.Bahkan lutut tangan nya sedikit memar."Dia yang menabrak ku kenapa dia yang marah," gerutunya kesal.Salah satu karyawan di sana menghampiri Zoya dan membantunya berdiri."Anda tidak apa-apa Nona?"Zoya mengangguk."Lain kali berhati-hatilah apalagi saat bertemu dengannya nanti," ucap pria tersebut.Zoya mengernyit bingung."Maksudnya? Memang siapa pria itu tadi?" tanya Zoya penasaran saat melihat punggung pria yang menabraknya menjauh."Orion Aldrick, dia adalah Ceo sekaligus pemilik perusahaan ini." setelah mengatakan apa yang ia ketahui pada Zoya, pria itu pamit karena harus melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.Sedangkan Zoya masuk ke dalam lift menuju ke lantai tiga tanpa menghiraukan ucapan pria tersebut.Tak berapa lama, Zoya sudah sampai di depan pintu yang bertuliskan Leon Dicaprio, asisten manager.Jantungnya berdetak sangat kencang, dan bahkan keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya. Ini pertama kalinya Zoya bekerja. Jadi wajar jika saat ini ia gugup dan bahkan sangat gugup."Tarik nafas dan hembuskan Zoya! Tetap tenang dan jangan nervous! Semua demi pengobatan Ibu," Zoya menyemangati dirinya sendiri, perlahan ia menempelkan jari tangannya mengetuk pelan pintu tersebut.Hingga terdengar suara seseorang pria yang berada di salam sana."Silahkan masuk Nona Zoya."Deg!'Kenapa suaranya mirip sekali dengannya' batin Zoya dalam hati, ia mendorong pintu itu dan perlahan masuk kedalam."Selama pagi Pak, saya Zoya Elisabeth," ucap gadis bertubuh mungil yang tak lain adalah Zoya. Ia masih terus menunduk dan memainkan jari-jari tangan nya karena gugup.Gadis itu tidak berani mendongak apalagi menatap pria yang sedang duduk di hadapannya saat ini."Wajahku ada di sini nona Zoya. Kenapa kau terus melihat ke arah lantai sejak tadi? Kau harus menatap lawan bicara mu saat sedang berhadapan dengannya!" ucapnya dengan nada tegas.Zoya menghela nafas, lalu mendongak dan memasang senyumnya yang paling manis. "Maafkan saya Pak."Leon terdiam untuk sesaat saat mata mereka saling bertemu. Ia merasa tidak asing dengan gadis yang berada di hadapannya ini. Lalu, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya.Ekhem!Leon berdehem dan kembali fokus pada berkas lamaran yang berada di tangannya. "Kau masih muda kenapa memutuskan untuk bekerja? Bukankah seharusnya kau fokus sekolah? Apa alasanmu melamar kerja disini Nona Zoya?"Leon bertanya tanpa memberi jeda sama sekali, membuat Zoya kalang
"Kau!" pekik Zoya dan Orion bersamaan.Zoya dan Orion saling menunjuk satu sama lain dengan tatapan yang sulit diartikan. Apalagi jika mengingat kejadian pagi tadi di dalam mobil bus..Dimana Orion memanggilnya bocah. Sungguh membuat Zoya semakin kesal dibuatnya."Turunkan tanganmu bocah!""Siapa yang Om panggil bocah? Aku bukan bocah! Aku sudamphh--" belum selesai Zoya bicara, Orion sudah membungkam bibir gadis itu. Suara teriakannya membuat telinga Orion sakit."Berisik! Apa kau bisa mengecilkan suaramu yang cempreng itu?!" ucap Orion.Zoya terdiam, apalagi saat Leon mengedipkan matanya untuk tidak meladeni ucapan Orion. "Sepertinya kalian sudah saling mengenal ya?" tanya Leon menaikan satu alisnya.Tidak mungkin kan selera Orion berubah drastis, yang tadinya menyukai wanita seksi dan mon-tok, sekarang berganti dengan seorang gadis kecil yang notabennya masih 19 tahun."Tidak! Ya!" lagi-lagi mereka berdua menjawab bersamaan. Membuat Leon semakin bertambah curiga kalau di antara mere
"Apa kau masih perawan?""What?!" Bak tersambar petir di siang bolong, pertanyaan Orion membuat Zoya tercengang sekaligus menahan amarah. Bagaimana seorang bos menanyakan hal konyol seperti ini?Zoya memang gadis polos tapi ia tidak bodoh tentang hal yang berbau se-ks. Ia tahu sedikit mengenai hal itu dari sahabatnya. Tapi hanya sebatas ciuman bukan yang lain."Apa pertanyaan anda perlu saya jawab?" tanya Zoya dengan tangan terkepal.Melihat ekspresi wajah Zoya yang terlihat bingung dan juga gugup, Orion yakin kalau gadis yang berada di depannya ini sudah tidak perawan. Bukankah sekarang banyak yang rela menjual dirinya hanya demi uang?"Lupakan saja! Tak masalah jika kau masih perawan atau tidak!" Orion menarik sedikit sudut bibirnya dan terus menatap Zoya tajam. Tatapan yang membuat Zoya ingin sekali mencongkel kedua bola mata bos nya itu.Andai saja Zoya tidak membutuhkan uang, ia lebih memilih mundur daripada harus bekerja dengan orang yang tidak waras. Tapi, uang membuatnya kemba
Dan di sinilah mereka berada, di sebuah pusat perbelanjaan. Zoya mengikuti kemana langkah kaki bosnya itu membawanya.Bahkan ia tidak peduli dengan tatapan mata yang menatap iri padanya. Karena saat ini Orion tengah menggandeng tangannya seakan mereka adalah sepasang kekasih."Bisakah anda melepaskan tangan saya, Pak?" ucap Zoya, membuat Orion menghentikan langkahnya. "Aw!" Zoya meringis saat keningnya menabrak punggung Orion.Zoya mengusap keningnya. Untuk kesekian kalinya Orion berhenti tiba-tiba dan membuat jidatnya membentur punggungnya hingga sedikit memerah."Panggil aku seperti saat pertama kita bertemu dan satu lagi, jangan gunakan bahasa formal. Kita berada di luar jam kantor. Kuping ku panas mendengar mu memanggil namaku dengan sebutan Pak. Kau pikir aku ini Bapakmu!" ketus Orion lalu dengan cepat menarik tangan Zoya masuk ke suatu tempat."Selamat datang Tuan, ada yang bisa saya bantu.""Berikan bocah ini beberapa pakaian yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Jangan terlalu t
Terlihat sepasang manusia yang sedang tidur dengan begitu lelapnya. Mereka tidak sadar jika posisinya saat ini begitu intim.Entah sejak kapan Orion dan Zoya sudah dalam posisi memeluk satu sama lain.Orion menarik pinggang Zoya agar semakin mendekat lalu mengeratkan pelukannya. Sedangkan Zoya, gadis itu tanpa ragu membenamkan wajahnya di dada bidang Orion.Nyaman, itulah yang mungkin saat ini keduanya rasakan. Sampai-sampai mereka tidak mendengar suara pintu yang terus di ketuk dari luar.Ceklek!Pintu tersebut terbuka, membuat wanita paruh baya yang sejak tadi mengetuknya terkejut dan membelalakan matanya tak percaya.“Astaga Zoya Elisabeth! Apa yang kau lakukan sayang?!” teriak wanita itu yang tak lain adalah Utami, pemilik panti asuhan dimana Zoya di besarkan selama ini.Ia baru saja kembali dari rumah sakit dan langsung menuju ke kamar Zoya karena sangat merindukan gadis itu.Orion maupun Zoya yang kaget me
Mereka berdua sudah berada di ruang tengah, dimana Utami sudah menunggu sejak tadi.“Duduk!” ucap Utami.Orion langsung duduk, sedangkan Zoya masih diam menunduk dan memainkan jari-jari tangannya. Jujur saja gadis itu sangat ketakutan mendengar suara Utami yang penuh amarah.“Kenapa diam, duduklah di sampingku Zoya!” pinta Orion yang langsung menarik pergelangan tangan Zoya agar gadis itu duduk di sampingnya. Ia tahu kalau saat ini Zoya sedang gugup dan khawatir jika di usir dari tempat ini.“Maaf Tuan, anda siapa? Dan kenapa anda bisa berada di kamar putri saya?” tanya Utami.Wanita itu mengamati Orion, terlihat sekali kalau dia adalah pria kaya yang berpendidikan. Namun, kenapa bisa melakukan perbuatan memalukan seperti itu pada Zoya.“Dia bos di tempat kerja ku yang baru Bu. Pak Orion tidak sengaja tertidur semalam. padahal aku sudah berusaha untuk membangunkannya,” bukan Orion yang menjawab melainkan Zoya.“Karena in
Setelah hampir satu jam tidak sadarkan diri, Zoya akhirnya sadar dan memeluk Utami yang saat ini ada di sampingnya.“Kau baik-baik saja 'kan, sayang? Apa kau sakit? Kenapa bisa pingsan seperti ini? Apa semalam dia sudah berbuat kasar padamu? Ayo katakan pada Ibu, biar Ibu hukum dia!” Utami bicara panjang lebar sampai membuat Zoya bingung harus menjawab pertanyaannya yang mana.“Bisakah Ibu bertanya satu-satu? Kasihan Zoya,” sahut Melisa yang sejak tadi berada di antara adik dan ibunya itu.“Sudah kau jangan membela adikmu Melisa. Diam dan tidak usah ikut campur!” ucap Utami.Wanita itu masih marah jika mengingat kejadian semalam dimana dia memergoki Zoya sedang tidur berpelukan bersama seorang pria.“Aku tidak mau menikah Bu, please jangan memaksaku,” pinta Zoya dengan wajah memelas. “Aku juga masih ingin melanjutkan sekolah, Ibu tahu 'kan kalau aku ingin menjadi seorang pengusaha sukses dan membuat Ibu bahagia?”Ya, Zoya mempuny
Seorang gadis tengah berlari menuruni anak tangga dan menuju ke halte bus. Karena hari ini adalah hari pertamanya magang di perusahaan terkenal yang memiliki cabang di seluruh dunia, Greenland Grup."Ini semua salah Kakak, kenapa dia tidak membangunkan aku," gerutunya kesal.Namanya adalah Zoya Elisabeth. Gadis berusia sembilan belas tahun yang baru saja memasuki jenjang perkuliahan. Ia tinggal di sebuah panti asuhan bersama dengan kakak angkatnya.Sejak kecil Zoya di asuh oleh Utami, Ibu panti nya yang sekarang sedang dirawat di rumah sakit karena menderita sakit jantung. Ia terpaksa kuliah sambil bekerja demi membiayai pengobatan sang Ibu.Hidupnya yang sederhana mengajarkan Zoya untuk tidak mengandalkan orang lain. Apapun harus bisa Zoya lakukan sendiri demi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.Dan kenapa Zoya bisa diterima di perusahaan besar tersebut? Tentu saja karena IQ gadis itu yang berada di atas rata-rata. Bahkan ia masuk ke kampus pilihannya karena mengandalkan beasiswa.
Setelah hampir satu jam tidak sadarkan diri, Zoya akhirnya sadar dan memeluk Utami yang saat ini ada di sampingnya.“Kau baik-baik saja 'kan, sayang? Apa kau sakit? Kenapa bisa pingsan seperti ini? Apa semalam dia sudah berbuat kasar padamu? Ayo katakan pada Ibu, biar Ibu hukum dia!” Utami bicara panjang lebar sampai membuat Zoya bingung harus menjawab pertanyaannya yang mana.“Bisakah Ibu bertanya satu-satu? Kasihan Zoya,” sahut Melisa yang sejak tadi berada di antara adik dan ibunya itu.“Sudah kau jangan membela adikmu Melisa. Diam dan tidak usah ikut campur!” ucap Utami.Wanita itu masih marah jika mengingat kejadian semalam dimana dia memergoki Zoya sedang tidur berpelukan bersama seorang pria.“Aku tidak mau menikah Bu, please jangan memaksaku,” pinta Zoya dengan wajah memelas. “Aku juga masih ingin melanjutkan sekolah, Ibu tahu 'kan kalau aku ingin menjadi seorang pengusaha sukses dan membuat Ibu bahagia?”Ya, Zoya mempuny
Mereka berdua sudah berada di ruang tengah, dimana Utami sudah menunggu sejak tadi.“Duduk!” ucap Utami.Orion langsung duduk, sedangkan Zoya masih diam menunduk dan memainkan jari-jari tangannya. Jujur saja gadis itu sangat ketakutan mendengar suara Utami yang penuh amarah.“Kenapa diam, duduklah di sampingku Zoya!” pinta Orion yang langsung menarik pergelangan tangan Zoya agar gadis itu duduk di sampingnya. Ia tahu kalau saat ini Zoya sedang gugup dan khawatir jika di usir dari tempat ini.“Maaf Tuan, anda siapa? Dan kenapa anda bisa berada di kamar putri saya?” tanya Utami.Wanita itu mengamati Orion, terlihat sekali kalau dia adalah pria kaya yang berpendidikan. Namun, kenapa bisa melakukan perbuatan memalukan seperti itu pada Zoya.“Dia bos di tempat kerja ku yang baru Bu. Pak Orion tidak sengaja tertidur semalam. padahal aku sudah berusaha untuk membangunkannya,” bukan Orion yang menjawab melainkan Zoya.“Karena in
Terlihat sepasang manusia yang sedang tidur dengan begitu lelapnya. Mereka tidak sadar jika posisinya saat ini begitu intim.Entah sejak kapan Orion dan Zoya sudah dalam posisi memeluk satu sama lain.Orion menarik pinggang Zoya agar semakin mendekat lalu mengeratkan pelukannya. Sedangkan Zoya, gadis itu tanpa ragu membenamkan wajahnya di dada bidang Orion.Nyaman, itulah yang mungkin saat ini keduanya rasakan. Sampai-sampai mereka tidak mendengar suara pintu yang terus di ketuk dari luar.Ceklek!Pintu tersebut terbuka, membuat wanita paruh baya yang sejak tadi mengetuknya terkejut dan membelalakan matanya tak percaya.“Astaga Zoya Elisabeth! Apa yang kau lakukan sayang?!” teriak wanita itu yang tak lain adalah Utami, pemilik panti asuhan dimana Zoya di besarkan selama ini.Ia baru saja kembali dari rumah sakit dan langsung menuju ke kamar Zoya karena sangat merindukan gadis itu.Orion maupun Zoya yang kaget me
Dan di sinilah mereka berada, di sebuah pusat perbelanjaan. Zoya mengikuti kemana langkah kaki bosnya itu membawanya.Bahkan ia tidak peduli dengan tatapan mata yang menatap iri padanya. Karena saat ini Orion tengah menggandeng tangannya seakan mereka adalah sepasang kekasih."Bisakah anda melepaskan tangan saya, Pak?" ucap Zoya, membuat Orion menghentikan langkahnya. "Aw!" Zoya meringis saat keningnya menabrak punggung Orion.Zoya mengusap keningnya. Untuk kesekian kalinya Orion berhenti tiba-tiba dan membuat jidatnya membentur punggungnya hingga sedikit memerah."Panggil aku seperti saat pertama kita bertemu dan satu lagi, jangan gunakan bahasa formal. Kita berada di luar jam kantor. Kuping ku panas mendengar mu memanggil namaku dengan sebutan Pak. Kau pikir aku ini Bapakmu!" ketus Orion lalu dengan cepat menarik tangan Zoya masuk ke suatu tempat."Selamat datang Tuan, ada yang bisa saya bantu.""Berikan bocah ini beberapa pakaian yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Jangan terlalu t
"Apa kau masih perawan?""What?!" Bak tersambar petir di siang bolong, pertanyaan Orion membuat Zoya tercengang sekaligus menahan amarah. Bagaimana seorang bos menanyakan hal konyol seperti ini?Zoya memang gadis polos tapi ia tidak bodoh tentang hal yang berbau se-ks. Ia tahu sedikit mengenai hal itu dari sahabatnya. Tapi hanya sebatas ciuman bukan yang lain."Apa pertanyaan anda perlu saya jawab?" tanya Zoya dengan tangan terkepal.Melihat ekspresi wajah Zoya yang terlihat bingung dan juga gugup, Orion yakin kalau gadis yang berada di depannya ini sudah tidak perawan. Bukankah sekarang banyak yang rela menjual dirinya hanya demi uang?"Lupakan saja! Tak masalah jika kau masih perawan atau tidak!" Orion menarik sedikit sudut bibirnya dan terus menatap Zoya tajam. Tatapan yang membuat Zoya ingin sekali mencongkel kedua bola mata bos nya itu.Andai saja Zoya tidak membutuhkan uang, ia lebih memilih mundur daripada harus bekerja dengan orang yang tidak waras. Tapi, uang membuatnya kemba
"Kau!" pekik Zoya dan Orion bersamaan.Zoya dan Orion saling menunjuk satu sama lain dengan tatapan yang sulit diartikan. Apalagi jika mengingat kejadian pagi tadi di dalam mobil bus..Dimana Orion memanggilnya bocah. Sungguh membuat Zoya semakin kesal dibuatnya."Turunkan tanganmu bocah!""Siapa yang Om panggil bocah? Aku bukan bocah! Aku sudamphh--" belum selesai Zoya bicara, Orion sudah membungkam bibir gadis itu. Suara teriakannya membuat telinga Orion sakit."Berisik! Apa kau bisa mengecilkan suaramu yang cempreng itu?!" ucap Orion.Zoya terdiam, apalagi saat Leon mengedipkan matanya untuk tidak meladeni ucapan Orion. "Sepertinya kalian sudah saling mengenal ya?" tanya Leon menaikan satu alisnya.Tidak mungkin kan selera Orion berubah drastis, yang tadinya menyukai wanita seksi dan mon-tok, sekarang berganti dengan seorang gadis kecil yang notabennya masih 19 tahun."Tidak! Ya!" lagi-lagi mereka berdua menjawab bersamaan. Membuat Leon semakin bertambah curiga kalau di antara mere
"Selama pagi Pak, saya Zoya Elisabeth," ucap gadis bertubuh mungil yang tak lain adalah Zoya. Ia masih terus menunduk dan memainkan jari-jari tangan nya karena gugup.Gadis itu tidak berani mendongak apalagi menatap pria yang sedang duduk di hadapannya saat ini."Wajahku ada di sini nona Zoya. Kenapa kau terus melihat ke arah lantai sejak tadi? Kau harus menatap lawan bicara mu saat sedang berhadapan dengannya!" ucapnya dengan nada tegas.Zoya menghela nafas, lalu mendongak dan memasang senyumnya yang paling manis. "Maafkan saya Pak."Leon terdiam untuk sesaat saat mata mereka saling bertemu. Ia merasa tidak asing dengan gadis yang berada di hadapannya ini. Lalu, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya.Ekhem!Leon berdehem dan kembali fokus pada berkas lamaran yang berada di tangannya. "Kau masih muda kenapa memutuskan untuk bekerja? Bukankah seharusnya kau fokus sekolah? Apa alasanmu melamar kerja disini Nona Zoya?"Leon bertanya tanpa memberi jeda sama sekali, membuat Zoya kalang
Setelah berhasil kabur dari kejaran beberapa mantan kekasihnya, Orion segera masuk ke ruangan Ceo. Ia melepas topi dan juga masker yang sejak tadi menutupi wajahnya.Keringat bercucuran keluar membasahi leher jenjangnya yang membuatnya semakin terlihat seksi. Jangan lupakan wajahnya yang tampan bak dewa yunani dan juga tubuh kekarnya yang menggoda."Ck! Benar-benar merepotkan! Bahkan sepuluh bodyguard tidak bisa menghalangi mereka," umpatnya kesal melepas kaos yang dipakainya dan melemparnya ke sembarang tempat.Memang benar Orion memiliki banyak mantan kekasih dan sama sekali tidak ada yang membuat hatinya nyaman, berbeda saat ia bersama dengan Alana.Setelah bertekad mengikhlaskan Alana menikah dengan pria lain, Orion memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan mengurus perusahaan Papanya.Siapa sangka saat berada ditangannya dalam waktu kurang lebih tiga tahun, perusahaan berkembang pesat dan bahkan sudah membuka cabang hampir di seluruh dunia.Di usia yang sudah matang, banyak gosip y
Seorang gadis tengah berlari menuruni anak tangga dan menuju ke halte bus. Karena hari ini adalah hari pertamanya magang di perusahaan terkenal yang memiliki cabang di seluruh dunia, Greenland Grup."Ini semua salah Kakak, kenapa dia tidak membangunkan aku," gerutunya kesal.Namanya adalah Zoya Elisabeth. Gadis berusia sembilan belas tahun yang baru saja memasuki jenjang perkuliahan. Ia tinggal di sebuah panti asuhan bersama dengan kakak angkatnya.Sejak kecil Zoya di asuh oleh Utami, Ibu panti nya yang sekarang sedang dirawat di rumah sakit karena menderita sakit jantung. Ia terpaksa kuliah sambil bekerja demi membiayai pengobatan sang Ibu.Hidupnya yang sederhana mengajarkan Zoya untuk tidak mengandalkan orang lain. Apapun harus bisa Zoya lakukan sendiri demi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.Dan kenapa Zoya bisa diterima di perusahaan besar tersebut? Tentu saja karena IQ gadis itu yang berada di atas rata-rata. Bahkan ia masuk ke kampus pilihannya karena mengandalkan beasiswa.