Untuk mengenyahkan rasa malu Alice, Gene melepaskan sisa pakaian istrinya. Dibopongnya Alice, lalu dibawanyake tempat tidur dan dibaringkannya. Alice memejamkan mata sementara suaminya melepaskan pakaian.Lalu Gene menghampirinya, meraihnya ke dalampelukannya, dan mendekapnya erat. Rasa bahagia mengaliri tubuhnya. Alice pun gemetar.“Alice,” bisiknya,“jangan takut. Aku rela hanya memelukmu, selama yang kauinginkan. Aku tahu kau ta-kut dan aku mengerti sebabnya. Tapi aku bersumpah takkan pernah menyakitimu.”“Aku tahu, Gene. Aku tahu. Aku hanya… sudahbegitu lama dan…”“Aku tahu. Kau tidak perlu mengatakannya. Takkan terjadi apaapa sampai kau sendiri menghendakinya.”Dipeluknya Alice dengan protektif, sambil menahan hasratnya sendiri. Ia tahu ia mesti belajar bersabar dengan wanita ini. Alice sungguh layak mendapatkannya.Lambat laun Alice menjadi lebih santai, dan Genemenjadi lebih berani memberikan belaian padanya.Kulit wanita ini sangat lembut. Tubuhnya seperti tubuh wanita yan
Ia masih terus teringat peristiwa pada pagi di puncak gunung itu. Azura memanjat ke sana untuk menawarkan penghiburan, meski sebenarnya perempuan itu bisameninggalkannya begitu saja. Ia ingat ekspresi wajah Azura ketika tubuh mereka menyatu di atas sana.Dan pada saatsaat tertentu, kalau ia sedang ingin merasa benci pada Azura, ia teringat bagaimana wanita itu telah melahirkan anaknya dan betapa sayangnya Azura pada Tony. Selain itu, Azura pun selalu bersikap baik padanya, misalnya menjaga agar kopinya tetap hangat, meski ia sendiri tidak minta cangkirnya diisi lagi. Sesekali Azura suka menunggunya di beranda kalau ia pulang berkuda pada sore hari, setelah lama bekerja. Azura selalu tersenyum menyambutnya, seolah senang melihat kedatangannya.Rodriguez tak mengerti mengapa Azura memperlakukannya dengan sangat baik dan penuh perhatian. Ia tak bisa memahami motif istrinya itu. Azura sangat berhak membencinya. Kalau saja wanita itu menunjukkan sikap benci padanya, bukan sikap penuh peng
Azura melotot marah sambil bertolak pinggang. Tapi kemarahannya tidak sungguhsungguh. Malah belum pernah ia merasakan hatinya begitu penuh oleh cinta,seperti saat ini.beberapa hari setelah berhenti menyusui Tony, Azura merasa tidak nyaman dan anak itu juga rewel. Tapi lambat laun ia belajar menyukai susu kaleng. Sering kali ia menyemburkan isi mulutnya ke mana-mana, tapi semua makanan itu dimakannya juga dengan rakus. Dan Azura melihat anak itu semakin gemuk.Rodriguez mendapat surat lagi dari Mr. Dixon. Sang kepala penjara sudah berkonsultasi dengan seorang hakim dan sedang berusaha membebaskan Rodriguez dari segala tuduhan. Azura sangat senang. Rodriguezsendiri tidak mau memperlihatkan perasaannya.berkat kerja keras Rodriguez, ranch itu semakin berkembang. Dari perbukitan yang mengelilinginya, ia berhasil mengumpulkan kawanan kuda warisan kakeknya yang terceraiberai sejak Joseph meninggal. beberapa kuda betina di antaranya sedang hamil.Yang tidak hamil diberi inseminasi buata
“Rodriguez!”“buka pintu!” teriak Rodriguez.Sambil memeluk Tony, dengan kikuk Azura membukan pintu dengan satu tangannya. begitu pintu terbuka, Rodriguez nyaris terjerembap ke dalam, terdorong oleh angin. Azura menjatuhkan diri ke dadanya sambilmenangis tak terkendali. Untunglah mereka bertiga tidak terempas ke lantai, berkat kekokohan kaki Rodriguez berdiri.Azura menyebutkan nama suaminya kembali sambil memeluknya erat. Kemeja lelaki itu melekat basah di tubuhnya. Sepatu botnya kotor oleh lumpur, topinya, yang terikat erat oleh sebuah tali kulit di bawah dagunya, meneteskan air hujan. belum pernah Azura merasa sesenang ini melihatnya.Lama mereka berpelukan erat, tak peduli akan terpaan hujan yang menghantam masuk lewat pintu yang terbuka. Di antara mereka, Tony bergerak-gerak dan. Rodriguez menempelkan wajah Azura ke lehernya dan membelaibelai punggungnya, sampai tangisnya mereda.“Apa kau terluka?” tanyanya.“Tidak. Aku b…baikbaik saja. Cuma ketakutan.”“Dan Tony?”“Dia tidak
Ditinggalkannya Tony, dan ia berjingkat-jingkat ke ruanganruangan lainnya yang gelap. Cahaya lilin yang dibawanya menari-nari samar saat ia berjalan. Rodriguez ada di dapur, sedang mengaduk sesuatu di panci di atas kompor. Ketika Azura masuk, ia menoleh. Azura tidak menimbulkan suara apa pun, tapi lelaki itu tahu akan kehadirannya.“Ada gunanya juga kompor ini. Padahal kemarin aku baru berharap bisa membelikanmu kompor yang lebih bagus.”“Aku suka kompor itu.”Rodriguez sudah mengenakan jeans bersih, tapi masih bertelanjang dada dan tanpa alas kaki. Rambutnya mulai kering. Azura berharap ia takkan pernah memendekkan rambutnya. Ia senang melihat rambut itu bergerak gemerlap setiap kali Rodriguez menggerakkan kepala.“Sedang masak apa?”“Cokelat panas. Duduklah.”Azura menaruh lilinnya di meja dan menarik kursi.“Tidak kusangka kau bisa masak.”Rodriguez menuang minuman yang masih panas itu ke sebuah mug, lalu mematikan kompor.“Coba dulu sebelum memuji,” katanya sambil memberikan mu
“Kau sangat berani. Aku bangga akan dirimu.”“Sungguh?”“Ya, sangat bangga.”“Aku cinta padamu, Rodriguez. Aku cinta padamu.”Pernyataan itu merupakan awal dari serangkaian pernyataan cinta yang menyusul tanpa dapat dicegah lagi dan telah lama tertahan selama berminggu-minggu di dada Azura. Semuanya keluar kini, tak terkendali, tak terkuasai lagi. Dan di antara luncuran katakata itu, bibir mereka bertemu dalam ciuman-ciuman singkat. Namun, sejenak kemudian itu pun tak cukup lagi. Lengan Rodriguez menyambar tubuh Azura dengan cepat. Dimiringkannya kepalanya ke satu sisi dan diciumnya Azura dengan penuh gairah. Sambil mengerang pelan ia menekankan lidahnya ke dalam mulutAzura, menggesekkannya. Ciumannya sepenuhnya liar.Kedua tangannya berpindah ke bagian depan tubuh Azura. Dibukanya ikatan mantel kamar Azura dan tangannya menyelinap ke baliknya. Tubuh Azura terasa hangat, lembut, dan feminin. Payudaranya memenuhi tangan Rodriguez dan lelaki itu meremasremasnya.Ciumannya kini berp
“Aku senang kau memilih memasuki rumahku padamalam dulu itu.”Rodriguez memiringkan kepala dan menatap istrinya.“Aku juga senang.”Dengan lembut Azura menariknarik bulu dadasuaminya. Sepanjang malam itu mereka berkali-kali bercinta, diselingi tidur sejenak setiap kali. Gairah mereka selalu terbangkit jika disentuh pasangannya. Kini, setelah terpuaskan untuk sementara, keduanya berbaring malas di seprai yang kusut. badai semalam sudah lama berlalu. Cahaya pagi menyoroti kamar itu dengan sinar kemerahan.“Waktu itu aku takut sekali padamu,” kata Azura.“Aku juga takut padamu.”Azura tertawa heran dan bertumpu pada sikunya, supaya bisa menatap wajah Rodriguez.“Takut padaku? Kau takut padaku? Kenapa? Apa kau kira aku bisa mengalahkanmu?”“Ya, tapi bukan dalam cara seperti yang kaukira. Pada waktu itu, kelemahanku adalah terhadap wanita cantik. Kau benarbenar membuatku kebingungan. Menurutmu kenapa aku mengambil pisau itu?”“Apa menurutmu aku cantik?” Azura menatapnya dari balik bul
Dalam kebahagiaan yang sama. Semua kengerian kemarin sirna oleh cinta Rodriguez padanya. Sinar matahari cerah memancar masuk dari jendelajendela. Masa depannya tampak cerah karena ia mencintai Rodriguez, dan karena akhirnya ia berhasil membuat lelaki itu menerima cintanya. Rodriguez belum menyatakan mencintainya, tapi Azura cukup puas dengan apa yang ada saat ini. Le laki itu mendambakannya, senang memiliki Azura dalam hidupnya dan di tempat tidurnya. Mungkin lambat laun cinta itu akan tumbuh juga di hatinya. Untuk sementara, Azura mesti puas dengan apa yang diperolehnya saat ini. Kehidupan telah sangat berbaik hati padanya.“Selamat pagi, Tony,” serunya ceria ketika masuk ke kamar bayi.Anak itu menangis terus.“Apa kau lapar? Hmm? Atau mau ganti popok? Supaya lebih enak, ya?”Tapi begitu membungkuk di atas ranjang anaknya, Azura menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Dengan naluri keibuannya, ia langsung tahu ada yang tidak beres. Suara napas bayi itu membuatnya cemas seketika. Da
Pembicaraan, disela sejenak (topik, Politik dan Olahraga dan kemudian, ketika diperlukan perubahan, Olahraga dan Politik), dilanjutkan kembali sepanjang tahun meja. Di bawah kedok percakapan, dan di sela-sela penerimaan perhatian tuan-tuan, Alucia berbisik kepada Sir Martin, “Jangan mulai, paman. Shane ada di perpustakaan.” (Tuan Smith yang sopan menawarkan ham. Dengan penuh rasa terima kasih ditolak.) “Berdoa, berdoa, berdoa pergilah kepadanya; dia menunggu untuk bertemu denganmu dia ada di dalam masalah yang mengerikan.” (Tuan Jones yang gagah berani mengusulkan kue tart buah dan krim. Diterima dengan ucapan terima kasih.) “Bawa dia ke rumah musim panas: Aku akan mengikutimu saat aku mendapatkannya peluang. Dan segera kelola, paman, jika kamu mencintaiku, atau kamu akan terlambat.” Sebelum Sir Martin sempat membalas sepatah kata pun, Nyonya Lylia memotong kue komposisi Skotlandia terkaya, di ujung lain meja, di depan umum menyatakan bahwa itu adalah “kuenya sendiri,”
"Ya. Apa itu?" “Siapakah tuan-tuan yang tinggal di rumah ini?” Alucia melihat sekelilingnya lagi, tiba-tiba merasa heran dan khawatir. rasa takut yang samar-samar menguasainya hingga pikiran Shane melemah karena beban yang berat masalah ada di atasnya. Shane tetap memaksakan permintaan anehnya. “Cari nama mereka, Alucia. Aku punya alasan untuk ingin tahu siapa orangnya tuan-tuan adalah yang tinggal di rumah.” Alucia mengulangi nama-nama tamu Nyonya Lylia, dan melanjutkan hingga akhir tamu yang datang terakhir. “Dua lagi kembali pagi ini,” dia melanjutkan. “Arnold Brinkworth dan temannya yang penuh kebencian itu, Tuan Figo.” Kepala Shane kembali bersandar di kursi. Dia telah menemukan jalannya tanpa menimbulkan kecurigaan akan kebenaran, terhadap satu-satunya penemuan yang telah dia dapatkan ke Windygates untuk dibuat. Dia berada di Skotlandia lagi, dan dia baru saja tiba dari sana London pagi itu. Hampir tidak ada waktu baginya untuk berkomunikasi Craig Fernie se
“Jangan pedulikan para wanita! Persamaan subjek apa yang bisa Kamu dan Tn. Figo mungkin harus dibicarakan? Dan kenapa aku melihat kerutan di antara kamu alis, sekarang kamu sudah selesai dengannya? sebuah kerutan yang tentu saja tidak di sana sebelum kamu mengadakan konferensi pribadi bersama?” Sebelum menjawab, Sir Martin mempertimbangkan apakah dia harus mengajak Alucia masuk kepercayaan dirinya atau tidak. Upaya untuk mengidentifikasi “wanita” Mark yang tidak disebutkan namanya dia bertekad untuk melakukannya, akan membawanya ke Craig Fernie, dan pasti akan melakukannya akhirnya mewajibkan dia untuk menyapa Shane. Pengetahuan mendalam Alucia temannya pasti bisa berguna baginya dalam hal ini keadaan; dan kebijaksanaan Alucia harus dipercaya dalam segala hal Kepentingan Miss Amanda sangat memprihatinkan. Di sisi lain, ada kehati-hatian sangat diperlukan, dalam kondisi informasinya yang tidak sempurna saat ini dan kehati-hatian, dalam benak Sir Martin, membawa dampaknya. Dia m
Dia mengeluarkan kantong tembakaunya; dan tiba-tiba menghentikan operasi di saat membukanya. Objek apa yang dilihatnya, di balik deretan pohon pir kerdil, menjauh ke kanan? Seorang wanita tampaknya seorang pelayan dari balik pakaiannya membungkuk dengan membelakangi dia, mengumpulkan sesuatu: tumbuhan yang terlihat seperti itu, begitu juga dia bisa melihat mereka dari kejauhan. Benda apa yang tergantung pada tali di sisi wanita itu? Sebuah batu tulis? Ya. Apa yang dia inginkan dengan batu tulis di sisinya? Dia sedang mencari sesuatu untuk mengalihkan pikirannya dan di sinilah hal itu ditemukan. “Apa pun bisa dilakukan aku,” pikirnya. “Bagaimana kalau aku 'mengolok-olok' dia sedikit tentang batu tulisnya?” Dia memanggil wanita di seberang pohon pir. “Halo!” Wanita itu bangkit, dan maju ke arahnya perlahan menatapnya, saat dia datang, dengan mata cekung, wajah sedih, batu ketenangan Hester Dethridge. Mark terhuyung. Dia tidak menawar untuk menukar barang yang paling membos
"Kamu disana!" katanya, dan menyerahkan catatannya kepada pria itu. “Baiklah, Mark?” tanya suara ramah di belakangnya. Dia berbalik dan melihat Arnold, sangat ingin mendengar kabar konsultasi dengan Sir Martin. “Ya,” katanya. "Baiklah." Arnold sedikit terkejut dengan sikap singkat Mark jawab dia. “Apakah Sir Martin pernah mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan?” Dia bertanya. “Sir Martin telah mengatakan apa yang saya ingin dia katakan.” “Tidak ada kesulitan dalam pernikahan?” "Tidak ada." “Jangan takut pada Alucia ” “Dia tidak akan memintamu menemui Craig Fernie aku akan menjawabnya!” Dia mengatakan kata-kata yang sangat ditekankan, mengambil surat saudaranya dari meja, mengambil topinya, dan keluar. Teman-temannya, yang sedang bermalas-malasan di halaman, memujinya. Dia melewati mereka dengan cepat tanpa menjawab, tanpa melirik mereka dari balik bahunya. Sesampainya di taman mawar, ia berhenti dan mengeluarkan pipanya; kemudian tiba-tiba berubah pikiran, da
Mark mengangguk. "Itu dia!" katanya dengan penuh semangat. “Menurut pengalaman saya, Tuan Figo, pria lajang mana pun di Skotlandia bisa melakukannya nikahi wanita lajang mana pun, kapan pun, dan dalam keadaan apa pun. Pendeknya, setelah tiga puluh tahun berpraktik sebagai pengacara, saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan pernikahan Skotlandia." “Dalam bahasa Inggris yang sederhana,” kata Mark.“maksudmu dia istrinya?” Terlepas dari kelicikannya; meskipun dia bisa memerintah dirinya sendiri, matanya bersinar-sinar mengucapkan kata-kata itu. Dan nada bicaranya walaupun dijaga dengan sangat hati-hati menjadi nada kemenangan di telinga yang baik, jelas merupakan nada lega. Baik tatapan maupun nada bicara Sir Martin tidak hilang. Kecurigaannya yang pertama, ketika dia duduk di konferensi, sudah jelas terlihat kecurigaan bahwa, ketika berbicara tentang “temannya”, Mark sedang berbicara tentang dirinya sendiri. Namun, seperti semua pengacara, dia biasanya tidak mempercayai kesan
Begitu dia berbicara, hati nurani Arnold menegurnya: "bukan karena taruhan (siapa yang malu dengan bentuk perjudian di Inggris?) tapi untuk dukungan dokter." Dengan niat terbaik terhadap temannya, dia berspekulasi tentang hal itu kegagalan kesehatan temannya. Dia dengan cemas meyakinkan Mark bahwa tidak ada seorang pun di dalam ruangan bisa lebih yakin bahwa ahli bedah itu salah daripada dirinya sendiri. “ Aku tidak menangis karena taruhan itu,” katanya. “Tetapi, kawan, mohon pahamilah hal itu Aku hanya mengambilnya untuk menyenangkanmu.” “Ganggu semua itu!” jawab Mark, dengan fokus pada bisnis, yang mana adalah salah satu kebajikan pilihan dalam karakternya. “Taruhan tetaplah taruhan dan gantunglah sentimen!" Dia menarik lengan Arnold agar tidak terdengar oleh orang lain. “ Aku katakan!” Dia bertanya dengan cemas. “Apakah menurutmu aku sudah menyiapkan kembali kabut lama itu?” Maksud Kamu, Tuan Martin? Mark mengangguk, dan melanjutkan. “Aku belum menanyakan hal
“Saya berkata,” Sir Martin mengakui.“bahwa seseorang akan melakukan yang terbaik dalam halpembukuannya latihan fisiknya yang sehat. Dan saya mengatakannya lagi asalkan fisiknya latihan dibatasi dalam batas fit. Namun ketika perasaan masyarakat masuk ke dalam pertanyaan, dan secara langsung mengagungkan latihan tubuh di atas buku lalu saya katakan perasaan masyarakat berada pada titik ekstrim yang berbahaya. Latihan tubuh, dalam hal ini, akan berhasil menjadi yang terdepan dalam pemikiran remaja, akan mempunyai pengaruh yang paling kuat terhadap minatnya, akan menyita sebagian besar waktunya, dan dengan cara itu kecuali beberapa kejadian yang benar-benar luar biasa perlahan-lahan dan pasti akan berakhir dengan meninggalkannya, demi kebaikan semua orang. tujuan moral dan mental, tentu saja tidak digarap, dan, mungkin, berbahaya pria." Seruan dari kubu musuh: “Akhirnya dia berhasil! Seorang pria yang menjalani kehidupan di luar rumah, dan menggunakan kekuatan yang diberikan Tuha
kamu benar lagi kami tidak bisa. Kamu bilang kamu tidak tahu mengapa pria menyukai Aku, dan orang-orang seperti Mereka, tidak boleh memulai dengan mendayung dan berlari dan sejenisnya, dan berakhir dengan melakukan semua kejahatan dalam kalender: termasuk pembunuhan. Dengan baik! kamu mungkin ada lagi di sana. Siapa yang tahu apa yang mungkin terjadi padanya? atau apa dia mungkin tidak akan berakhir dalam perbuatannya sebelum dia meninggal? Mungkin Orang Lain, atau mungkin Aku. Bagaimana Apakah saya tahu? dan bagaimana kabarmu?” Dia tiba-tiba menghadap utusan itu, berdiri disambar petir di belakangnya. “Jika kamu ingin tahu apa yang saya pikirkan, ini dia untuk kamu, dengan kata-kata sederhana.” Ada sesuatu, bukan hanya pada sikap tidak tahu malu dari deklarasi itu sendiri, tetapi dalam kenikmatan luar biasa yang tampaknya dirasakan oleh pembicara dalam membuatnya, yang mana menghantam lingkaran pendengar, termasuk Sir Martin, dengan rasa merinding sesaat. Di tengah kes