Seruan itu membuat perhatian semua orang yang ada di situ teralihkan. Kepala-kepala pun kompak tertoleh, ke arah sumber suara. Seorang pria paruh baya berjas rapi tampak bergegas menghampiri mereka. Marco yang kini tengah terkejut sebab mengetahui bahwa keluarga Graha mengutus ketua mafia Naga Hitam untuk menyelamatkan Susan, melihat siapa yang datang, mendadak tersadar. "Ayah!!!" seru Marco sembari berusaha bangkit berdiri. Tentu saja dengan susah payah. Rasa sakit yang tengah dideritanya akibat keganasan Ivan tadi begitu menyiksa. Entah lah, kedatangan Ayahnya ini akan menyelamatkannya atau tidak. Pasalnya jika sudah menyangkut keluarga Graha, meskipun keluarganya kaya raya, jelas kalah jauh jika dibandingkan dengan keluarga tersebut. Namun, setidaknya Marco bisa berlindung dibalik ketiak Ayahnya. Pria paruh baya itu adalah Darius Sidartha, Ayahnya Marco yang tak lain dan tak bukan adalah pemilik hotel Paradise ini. Setelah mendapat ancaman dari Delon, juga memerint
Darius pun bingung sebab informasi yang ia dengar dari Marco dan Delon berbeda. Yang benar mana? Lalu, Darius menatap Delon yang juga tengah menatapnya dengan dingin. Setelah itu, ia berganti menatap kepala preman. Seakan bertanya : mengapa mereka tidak mau menghabisi Ivan!? "Kenapa tuan Delon menolak menghabisi guru sialan ini? Apa alasannya? Kami akan memberikan bayaran yang tinggi. Apa pun yang anda mau, sebutkan saja," ucap Darius bingung sekaligus heran. Kemudian, ia memicingkan pandangan. "Bukan kah anda mengatakan di telepon tadi bahwa nona Susan milik seseorang yang paling berpengaruh di negara ini? Seharusnya hal itu tak menjadi masalah bukan?" Seketika wajah Delon berubah. Begitu juga dengan kepala preman. Penghinaan Darius terhadap tuan muda Ivan Graha benar-benar membuat mereka berdua marah. Susan sendiri mengernyitkan kening sebab perkataan Darius barusan. Ia adalah milik seseorang yang paling berpengaruh di negara ini? Tuan Delon mengatakan hal demikian
Susan memicingkan pandangan. "Jadi, kalian tiba bersama waktu di hotel tadi?" tanya Susan. Ivan mengangguk. "Dan ketika Tuan Delon hendak masuk ke dalam kamar untuk menyelamatkan Nona aku bilang padanya biar aku saja karena harus aku yang menghajar Marco bajingan itu." "Dan akhirnya Tuan Delon membiarkanku melakukan hal itu." Kata Ivan lagi. Susan hanya membalas dengan anggukan, semakin yakin bahwa Ivan memang serius. Tiba-tiba rahang Susan mengeras, masih memikirkan keluarga Graha yang peduli akan keselamatannya. Melihat Susan bersikap demikian, Ivan pun bertanya. "Ada apa, Nona?" Mendengar suara Ivan, membuat lamunan Susan terbuyar. Ia kembali menatap Ivan seraya menghela napas. "Aku masih tidak menyangka saja sampai sekarang, Van jika keluarga Graha begitu mempedulikan keselamatanku dan sampai mengutus tuan Delon langsung untuk menyelamatkanku," ucap Susan bingung sekaligus heran, "ternyata ada keuntungan lain yang jauh lebih berarti jika berhubungan dengan keluarga it
Sementara Ivan mengangkat sebelah alisnya. "Ada apa, Nona?" Bukannya menjawab, Susan malah menutup mata seiring menghembuskan napas berat. Untuk apa ia harus merasa gengsi? Toh, ibarat ia adalah boss dan Ivan bawahannya. Tentu segala perintah darinya harus dilakukan oleh pria itu. Akhirnya, setelah terdiam beberapa saat, Susan membuka mata dan menoleh menatap Ivan. "Kau mau meninggalkanku sendirian begitu saja setelah apa yang baru saja aku alami, Ivan!?" ucap Susan dengan nada sengau. Mendengar nada sengau keluar dari mulut Susan, Ivan mengernyitkan kening. "Nona tidak ingin aku pulang? Nona ingin aku menemani Nona?" tanya Ivan hendak memastikan. Jawaban Ivan membuat Susan sedikit kesal. Begitu saja tidak peka! Gumam Susan dalam hati. Kemudian, Susan memalingkan muka seraya melipat tangan di depan dada dengan memasang ekspresi wajah dingin. Tanpa menoleh ke arah Ivan, Susan berkata. "Itu memang sudah seharusnya kamu lakukan, bukan? Aku memintamu untuk tetap di sini
Bagaimana tidak terkejut? Susan adalah wanita yang hendak dijodohkan oleh Graha dan Rosalinda dengan Ivan dulu. Namun Ivan dan Susan belum sempat dipertemukan sebab Ivan langsung menolak perjodohan itu yang membuat keduanya lepas kendali dan membuat Ivan memutuskan pergi dari rumah. Beruntungnya pihak dari keluarganya Susan dengan lapang dada menerima meskipun begitu kecewa dan perjodohan dibatalkan. Setelah kepergian Ivan, keduanya hidup dalam penyesalan, kesedihan, rindu yang menggebu dan semuanya terasa hampa. Keduanya juga sering sakit-sakitan karena selalu kepikiran anak semata wayang mereka. Mendapat kabar jika Ivan telah ditemukan, terang saja Graha dan Rosalinda amat merasa begitu bahagia. Disaat yang sama, terkejut sekaligus heran sebab Ivan malah bertemu dengan Susan! Wanita yang dulu hendak dijodohkan dengannya yang sebelumnya telah ditolak! Kini Graha dan Rosalinda kompak menatap Renata sambil menggeleng tidak percaya. Hal tersebut benar-benar tidak terduga.
Kenapa Susan sampai segitunya membela Ivan? Apa mereka cukup dekat? Hubungan apa yang terjalin diantara keduanya? Pikir Ilyaz. Susan lanjut berkata, "Saya meminta kepada Pak Ilyaz sebagai kepala yayasan untuk bertindak sebagaimana mestinya. Jika kasus ini tidak diselidiki lebih lanjut, kasihan sekali orang yang tidak bersalah, Pak yang harus dirugikan dalam hal ini," "Dan tentu, orang-orang yang benar-benar bersalah di luar sana akan senang. Merasa aman. Menang. Hal yang saya takutkan ke depannya adalah bisa saja orang-orang itu akan melakukan hal yang sama karena tidak adanya tindakan. Tentu sistem di sekolah anda akan bobrok karena adanya orang-orang seperti itu." "Selain itu, saya ingin sekolah tempat saya berdonatur bersih dari orang-orang yang curang dan licik. Jika tidak segera diselesaikan, ke depannya juga akan berdampak buruk bagi sekolah anda, Pak Ilyaz." Kata Susan lagi. Mendengar itu, Ilyaz tersentak, benar juga apa yang dikatakan Susan. Bagaimana jika orang-oran
Sontak saja, Ilyaz terhenyak. Sementara Ivan menatap Susan keheranan sebab wanita itu memutuskan memberitahu Ilyaz. Tentu Susan akan meminimalisir orang-orang supaya tidak mengetahui hubungannya dengan dirinya bukan karena mereka hanya akan menikah kontrak? Semakin sedikit orang yang tahu, maka, akan semakin bagus! "Jadi, Ivan adalah kekasihnya, Nona? Calon suaminya Nona?" ulang Ilyaz terbata seraya menarik tubuh dari sandaran sofa hendak memastikan ia tidak salah dengar yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Susan. Kini Susan tidak peduli sebab menginginkan Ilyaz mau turun tangan dan membuat Ivan kembali mengajar. Selain itu, ia memutuskan memberitahu hal tersebut supaya Ilyaz tidak berpikir yang aneh-aneh. "Saya begitu mengenal sosok Ivan itu seperti apa Pak Ilyaz karena dia adalah kekasih saya, dia tidak sedang memiliki hutang seperti yang dituduhkan oleh Pak Hernomo, juga dia sedang tidak dalam masalah ekonomi. Selama ini, saya selalu membantu dia ketika dia dalam ke
"Jelas-jelas, terdapat uang di dalam lokernya Ivan sejumlah 20 juta, yang mana jumlahnya sama dengan uang yang hilang di ruang TU, Pak! Jadi, sudah dipastikan kalau Ivan lah yang telah mengambilnya!" sergah Hernomo mencoba mempengaruhi Ilyaz untuk tidak menindaklanjuti kasus itu. Kemudian, Hernomo menggeleng dengan pandangan memicing dan lanjut berkata. "Kita sudah tidak perlu bukti lagi, Pak Ilyaz. Bukti adanya uang di dalam lokernya Ivan itu sudah sangat kuat!" "Betul sekali, Pak Ilyaz. Kita sudah tidak perlu bukti lagi. Lagi pula, mana ada pencuri mau mengakui perbuatannya?" Ucap Andreaz menambahi Hernomo. Mendengar itu, Ilyaz beralih menatap keduanya tajam seraya mengangkat alisnya dan berkata. "Kenapa kalian berdua seperti tidak setuju jika kasus ini saya tindak lanjuti? Dan kalian tidak perlu sampai ngotot segitu kerasnya bukan jika tidak terlibat?" Seketika keduanya terperanjat, merasa perkataan Ilyaz barusan merupakan sindirian. Terang saja keduanya menjadi gelagapan
Hal tidak terduga kembali terjadi untuk kesekian kali, Ivan berhasil membuat semua bodyguardnya Rasya KO! Satu bodyguard telah Ivan habisi lebih dulu yang kini tergeletak di lantai tidak sadarkan diri ; pingsan. Dua orang lagi ditendang Ivan hingga terpental menabrak ke meja tamu. Ivan mengakhiri pertarungan itu dengan sebuah pukulan tepat di ulu hati dua bodyguard tersisa. Suara keduanya pun seketika menggema di seluruh ruangan. Kini mereka berdua tengah meraung dan berguling-guling di lantai. Satu tangan keduanya sama-sama patah. Setelah itu, segalanya mendadak senyap. Semua orang kompak membuka mulut lebar-lebar ke arah Ivan. Mendapati kekalahan bodyguardnya, Rasya murka bukan main. Namun ia sudah tidak berdaya, tidak tahu harus membalas Ivan dengan cara apa lagi. Bagaimana tidak, keadaan dirinya pun sudah mengenaskan akibat keganasan pria itu tadi. Juga ia yang sudah malu dengan semua orang. Kini harga dirinya benar-benar telah jatuh ke dalam jurang yang paling dal
Namun, tentu saja Ivan akan membalas, balik menyerang Rasya. Kini Ivan tengah menatap Rasya dengan tersenyum miring seraya menyeka sudut bibirnya yang berdarah dengan santai, giliran Ivan yang merangsek maju, melayangkan pukulan di wajah pria tersebut. Dalam sekejab, situasi telah berbalik! Rasya yang tidak menduga Ivan akan balas menyerang tidak mampu melindungi diri. Dan ketika mau membalas, tak sempat sebab pukulan Ivan sangat cepat. Juga tanpa jeda. Melihat hal itu, seruan desakan dari pendukung Ivan dan Susan pun terdengar saling bersahut-sahutan. "Ayo! Hajar Rasya, Van!" "Dia pantas diberi pelajaran!" Susan sendiri menyeringai, bersikap tenang menyaksikan hal tersebut, mendukung apa yang dilakukan Ivan sepenuhnya sebab Rasya memang pantas diberi pelajaran! Sementara pendukung Rasya panik. Menyuruh Rasya untuk melawan Ivan balik. BUGH! BUGH! BUGH! Kini Ivan terus mencecar wajah Rasya dengan pukulan. Gerakan Ivan yang begitu cepat tidak memberikan jeda sedik
Beberapa saat kemudian... Lagi-lagi, semua orang harus dibuat terkejut. Bagaimana tidak, ketika Manager hotel kembali ke ruangan tempat diadakannya acara reuni itu, dia mengatakan jika pembayaran berhasil. Saldo yang ada di dalam kartunya Ivan cukup untuk membayar total biaya reuni sebesar 295 juta. Seketika ruangan tersebut menjadi riuh oleh orang-orang yang langsung ribut. Susan kaget sejadi-jadinya, bak disambar petir di siang bolong! Kini semua orang menjadi bertanya-tanya. Kenapa Ivan memiliki banyak uang? Dari mana dia mendapatkan uang itu? Di titik ini, mereka menduga bahwa uang itu adalah milik Susan. Alhasil, mereka mencecar Susan dengan pertanyaan. Susan yang merasa itu bukan uangnya langsung buru-buru membantah, "Kalian tidak melihatku yang panik sekali tadi? Aku sendiri saja shock, tidak percaya kalau Ivan akan dapat membayarnya. Aku pikir, dia berbohong tadi!" "Asal kalian tau saja, aku sendiri sedang tidak memiliki cash sebanyak itu! Dan kalau pun aku p
Namun, yang terjadi selanjutnya diluar dugaan! Ivan mematahkan kartu itu! Terang saja hal tersebut membuat semua orang terkejut bukan main. Senyum lebar di wajah Rasya dan para pendukungnya mendadak pudar. Alhasil, mereka berseru-seru marah. "Apa kau sudah gila, Ivan!" "Di dalam kartu itu terdapat uang 500 juta dan kau patahkan begitu saja!?" "Bodoh kau, Ivan! Bodoh sekali! Tidak punya otak kau!" "Kau pikir, kartu itu mainan, yang bisa kau patahkan seenak jidatmu! Di dalam kartu itu berisi uang! Kau benar-benar... " "Bisa-bisanya seorang pria bodoh sepertimu menjadi guru?!" Ivan tidak menghiraukan hardikan mereka yang begitu nyaring di telinga, malah tertawa puas dalam hati. "Aduh, aku tidak sengaja mematahkan kartunya, gimana dong ini?" balas Ivan seraya memasang wajah tertekuk. Mendapati Ivan bersikap demikian, semua orang tahu kalau Ivan sengaja mematahkan kartunya. Bukan tidak sengaja. Demikian, sepertinya Ivan menolak pemberian uang dari Rasya. Namun se
"Kau harus sujud di kakiku sambil meminta maaf dan menggonggong layaknya seekor anjing," ucap Rasya seraya tersenyum penuh kemenangan. Seketika wajah Ivan berubah. Susan sendiri terkejut, begitu pula dengan yang lain. Kasak-kusuk pun terdengar, membicarakan Rasya yang dianggapnya sangat keterlaluan. Setelah sebelumnya Rasya hendak merebut Susan dari Ivan, duel minum, hingga Rasya tidak mau mengakui kekalahan. Dilanjut menjebak Ivan dan sekarang?! Kini mereka benar-benar dibuat jengkel oleh kelakuan Rasya. Sementara itu, Susan mendelik, "Apaan! Sudah jelas-jelas kalau kau yang menjebak Ivan!" bentak Susan menggelegar. Terang saja Rasya geregetan bukan main sebab Susan yang begitu pintar. Puas menghardik Rasya, Susan beralih menatap Manager hotel yang langsung menundukan kepala, merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan kepada Ivan tadi. Apalagi saat tahu jika Susan adalah CEO Malice Inc—yang perusahaannya telah diakuisisi oleh Graha Group! Hal tersebut membuat
Di saat ini, Susan menoleh ke arah Rasya yang kini sudah turun dari panggung yang langsung mengalihkan pandangan. Bersikap acuh tak acuh. Juga sedikit menahan senyuman. Seperti puas menyaksikan kejadian tersebut. Apakah ini ulah Rasya? Pikir Susan. Selagi semua orang ribut, Ivan yang masih membela diri. Susan buru-buru menatap Manager hotel kembali dengan tajam dan berkata, "Pak, kami bisa melaporkan Bapak dan hotel ini atas tindakan penipuan dan pemerasan loh. Termasuk orang-orang yang mungkin saja ikut terlibat. Jelas-jelas suami saya tidak merasa memesan ruangan ini dan tidak pernah mengatakan akan membayar semua biayanya!" Sontak saja, Manager hotel itu mengerjap. Sedikit gelagapan sebelum kemudian mendengus, "Jadi, suami anda tidak mau membayarnya?!" "Baik lah, maka—" "Bapak mempunyai buktinya atau tidak? Bisa tunjukan bukti itu pada kami? Jika benar ada buktinya, kami pasti akan membayarnya. Jika tidak, kami tidak akan! Kami hanya akan membayar biaya per orang saja
Dengan senyum penuh arti, mulut Rasya kembali bicara, "Tenang saja, Pak. Orang itu tidak akan bisa kabur!" Sementara itu, Ivan dan Susan berbalik diikuti yang lain, tampak seorang pria paruh baya berpakaian jas rapi bersama dua karyawan hotel tampak berjalan menghampiri mereka berdua. Ternyata orang yang baru memanggil Ivan adalah manager hotel tersebut. Tertambat pin manager di dadanya. "Ada apa, Pak?" tanya Susan diikuti tatapan penasaran Ivan begitu manager hotel itu tiba di hadapan keduanya. "Anda istrinya Pak Ivan?" tanya Manager itu hendak memastikan yang langsung diiyakan oleh Susan. Menghembuskan napas berat, Manager itu beralih menatap Ivan tajam, "Bagaimana mungkin anda mau main pergi begitu saja tanpa membayar terlebih dahulu!" Mendengar itu, Susan mengernyitkan kening. Hanya perkara belum membayar saja mereka berdua harus didatangi Manager! Sebagai seorang CEO, tentu, hal tersebut merupakan penghinaan terbesar! Menurut mereka, ia tidak sanggup membayar? A
Ivan berdiri di hadapan Rasya sambil menatapnya tajam, "Kau tetap tidak mau mengakui kekalahanmu? Kau pikir, semua orang akan mengangung-agungkan dirimu hanya karena kaya? Dan dengan bertindak curang, seenak jidat seperti ini, kau berharap semua orang akan memihakmu?" Kemudian, Ivan berdecih, "Tidak. Semua orang juga tahu kalau apa yang tengah kau lakukan ini adalah tindakan pengecut! Berkilah untuk menutupi kekalahanmu!" Seketika wajah Rasya berubah. "Kau pasti iri dengan diriku, kan, guru miskin berandalan? Ah, kau pasti merasa insecure, bukan? Karena tidak bisa memiliki banyak uang, jadi merasa putus asa," balas Rasya sambil tergelak. Kemudian, pria itu memicingkan mata! "Orang-orang berduit dan berkuasa sepertiku itu bebas melakukan apa saja dan dirimu yang miskin ini tidak akan pernah bisa menang melawanku! Mengerti?!" Ivan balas tegelak, "Aku? Iri denganmu? Cuih! Tidak sudi! Untuk apa aku iri denganmu. Toh, dengan keadaanku yang seperti ini, Susan menerima dan mencint
Bukan kah seharusnya Wakil Presdir muda itu menenggak minuman lagi kalau masih kuat? Tapi apa yang malah dia lakukan? Ivan yang mendapati Rasya malah mempermasalahkan skill minumnya di depan semua orang cukup geram. Tapi dia masih menahan diri, bergeming di tempat duduk, menunggu respon dari mereka. Ia cukup tenang sebab ada orang-orang yang berpihak padanya. Ia tahu betul bahwa Rasya tengah berkilah sebab sudah tidak kuat menenggak minuman lagi. Benar saja, para pendukung Ivan langsung protes. Mengatai Rasya pengecut! Namun, Rasya tidak peduli. Pokoknya ia tidak mau menenggak minuman lagi, tapi ia juga tidak mau dianggap kalah dari Ivan. "Rasya... apa-apaan kau itu! Jelas-jelas Ivan itu jago minum. Cara minum Ivan itu sangat lah keren. Kami mengakui kehebatannya. Bahkan, dia bagaikan dewa minum. Tidak banyak orang yang bisa minum sebanyak itu dan masih dalam keadaan baik-baik saja setelahnya!" "Dan seharusnya kau itu minum lagi jika masih kuat!" "Apa kau sudah tidak ku