Baru saja menghidupkan ponselnya, Narumi harus pergi lagi. Karena mendapatkan kabar dari rumah sakit. Sampai di rumah sakit Narumi langsung menemui Dokter yang menangani kedua orang tuanya.
“Biaya 250 juta per pasien dok? Apa tak bisa mendapatkan keringanan?” tanya Narumi pada dokter tersebut. Karena waktu terus bergulir, sedangkan batas waktu yang diberikan oleh pihak rumah sakit hanya sampai jam 7 pagi nanti. Narumi mencoba minta bantuan pinjaman ke beberapa orang yang Narumi kenal. Sayangnya, mereka semua tak dapat memberikan pinjaman uang pada dirinya. Narumi juga menghubungi kakak-kakaknya tapi tidak satu pun yang dapat terhubung. Hingga Narumi merogoh salah satu saku jaketnya. Dia menemukan kartu nama milik Kaisar. Dengan kebimbangan, Narumi menekan deretan angka yang tertera di kartu nama tersebut. Narumi masih memandangi nomor yang sudah tertera di layar ponsel itu. “Apa ini benar-benar jalan keluar?” batin Narumi. Tanpa sengaja dia menekan tombol pemanggil di ponsel itu. Dia panik tapi kepanikan itu dapat di redanya. Sayangnya panggilan keluar itu tidak mendapat respon. Narumi terus menerus mencoba menghubungi Kaiser. Tapi sama saja tidak membuahkan hasil. Tidak ingin membuang waktu, Narumi mencari tahu rumah atau posisi Kaisar. Dari berbagai media sosial yang dapat Narumi jadikan petunjuk posisi Kaisar. “Sepertinya aku harus kesana,” gumam Narumi setelah mendapatkan posisi Kaisar. Sampai di sebuah lokasi syuting, di area pabrik yang terbengkalai. Narumi terkejut ternyata lokasi itu cukup ramai dengan banyak fans fanatik dari Kaisar maupun dari pemain lainnya. Narumi mengamati sekaligus mencari cela agar dapat masuk bertemu dengan Kaisar. Akhirnya dia menemukan cara untuk masuk. “Yes, berhasil!” serunya dalam hati tapi baru berhasil menghindari dari para fans. Narumi harus diusir karena penjagaan lokasi syuting itu sangat lah ketat. “Hei! Penyusupan!” teriak beberapa penjaga lokasi syuting. Sehingga membuat Narumi berlari dari kejaran para penjaga lokasi syuting. Untungnya Narumi dapat tempat persembunyikan yang cukup aman. Segera dia melepaskan penyamaran lalu bersembunyi sementara. Kembali Narumi mencoba menghubungi nomor Kaisar, sayangnya masih belum mendapatkan respon. Bahkan Narumi mengirimkan pesan, tapi belum dibaca oleh Kaisar. Narumi mencoba mendekati kembali kerumunan fans. Lalu Narumi ikut menjadi fans yang berani melewati para penjaga. Dalam pergerakan itu Narumi tetap mengamati pergerakan beberapa orang di dalam lokasi syuting. Senyum terpatri Narumi akhirnya mendapatkan jalan pintu masuk. Dengan berjalan mengendap-endap saat melangkah menuju jalur pintu masuk ilegal. Disaat itu juga Narumi dapat melihat kesibukan orang yang terlibat didalam syuting itu. Dengan mata tajamnya Narumi mencari keberadaan Kaisar dari posisinya berdiri. “Itu dia,” ucap Narumi saat menemukan posisi Kaisar. Narumi mulai berjalan perlahan-lahan menuju tempat berada Kaisar. Awalnya semua terkendali, tidak ada yang tahu dia menyusup ke lokasi itu. Karena dia kurang hati-hati, salah satu penjaga mencurigai kehadiran Narumi di lokasi syuting. Penjaga itu mendekat ke arah Narumi tapi dia mencoba menghindar. “Sial sekali, ini sudah gak ada waktu lagi,” Narumi berlarian menghindari penangkapan dari para penjaga yang bertubuh sangar itu. Narumi berlarian mengelilingi lokasi syuting yang penuh dengan alat syuting. Akibat berlarian yang kurang waspada. Salah satu kaki Narumi tersandung kabel lampu lokasi tersebut. Hampir saja Narumi tertimpa lampu besar yang digunakan untuk syuting. Narumi terhindar dari insiden itu, tapi naasnya dia tertangkap dengan kaki terkilir. Bahkan dia juga kehilangan jejak Kaisar. ____ “Ingat wajah ini, jangan lupa blokir diseluruh lokasi syuting. Jangan sampai ada wajah wanita pengganggu ini di lokasi syuting!” sarkas ketua keamanan. Kaki Narumi yang terkilir tidak diobati dulu oleh mereka. Narumi di buang di area belakang, pabrik terbengkalai di pinggir kota ini. Gelap dan sangat sepi, semakin berjalan maju jalanan sangat rimbun dengan pohon yang menjalar. Gelap dan rimbun memperlihatkan lingkungan yang mencekam. Apalagi Narumi seorang wanita yang berjalan sendirian di pagi buta seperti ini. “Hei Pak! Setidaknya turunkan saya di tepi jalan raya agar mudah mendapatkan taksi!” gerutuan dari bibir Narumi ini tak dapat didengar oleh tim keamanan. Karena mereka sudah pergi meninggalkan dirinya di tempat gelap. Narumi berjalan sedikit tertatih, ponselnya berdering. Panggilan dari Rumah Sakit mengabarkan kondisi kedua orang tuanya. Pihak Rumah sakit juga kembali mengingatkan Narumi tentang pembayaran dan surat keterangan tindakan yang harus Narumi tandatangani. Narumi menghela nafasnya sangat dalam setelah menutup panggilan itu. Dalam perjalannya mencari jalan keluar. Narumi juga mencoba menghubungi Kaisar lagi. Masih sama saja belum ada peningkatan. Beberapa dihubungi tapi tidak ada responnya. “Emang susah ya kalo lagi butuh! Kalau tidak dibutuhkan pasti akan selalu saja terlihat!” sepanjang jalan Narumi terus menerus menggerutu. Kakinya tak mau diam, dia menendang bebatuan kecil. Tak hanya itu dia juga menendang sebuah kaleng sisa minuman. Hingga hal yang tidak diinginkan Narumi pun terjadi. “Hei berhenti!” beberapa orang meneriaki Narumi lalu mengejar Narumi. Hingga Narumi terus berlari dengan berhati-hati dan mencari tempat untuk bersembunyi. Narumi berlarian menuju salah satu bangunan yang terbengkalai. Tapi beberapa orang masih mengikutinya. Narumi yang tergopoh-gopoh berhenti didepan sebuah bangunan di area pabrik terbengkalai itu. Sangat jelas jika bangunan itu tak terawat dan seram. Terdengar beberapa suara langkah kaki yang semakin mendekat. Semakin mendekat kearah Narumi dan semakin jelas suara langkah kaki yang terdengar. Narumi berusaha untuk berjongkok. Dia bersembunyi dengan menahan rasa sakitnya. “Tolong, siapapun lindungi aku!” batin Narumi meminta tolong. Narumi memejamkan matanya dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Hingga terdengar langkah yang melalui semak-semak. Srak! Srak! Srak! Para pengejar itu tidak tahu jika mereka berjalan lebih dekat beberapa meter dari jarak Narumi. Tubuh Narumi ketakutan, karena suara-suara langkah kaki mereka semakin mendekat. Sampai tiba-tiba sebuah tangan menutup mulut Narumi lalu menarik tubuh itu masuk ke dalam sebuah ruangan di salah satu bangunan itu. “Kemana ya tadi perginya?” tanya pemuda pada pemuda lainnya. “Sudahlah biarkan sudah hampir waktunya subuh, yuk balik. Biarkan saja, nanti dia keluar sendiri,” Mereka pun meninggalkan Narumi yang masih bersembunyi. _____ Detak jantung Narumi berseru dengan keras. Narumi mendongakkan kepalanya melihat siapa yang menariknya dari persembunyian awal tadi. Saat mendongak mata Narumi dengan mata pria itu saling terkunci. Narumi bernafas lega saat melihat orang yang dicarinya ada didepan matanya. Tiba-tiba ada binatang yang merambat di salah satu kaki Narumi. Karena takut dan geli Narumi akan berteriak tapi …. Cup! Kaisar langsung membungkam bibir Narumi yang akan berteriak itu. Sekali lagi mata Narumi terbelalak, tentang yang baru saja terjadi. Tring! Tring! Dalam ciuman yang akan semakin mendalam mereka terhenti. Disaat ponsel Narumi berdering kembali, panggilan dari pihak rumah sakit lagi. Sesuatu yang disampaikan oleh pihak rumah sakit membuat Narumi diam terpaku. Sampai panggilan sudah selesai pun, Narumi masih terdiam. Sehingga Kaisar mencoba membangunkan atau menanyakan sesuatu yang telah terjadi pada Narumi. “Hei, kamu kenapa? Ada apa?” tanya Kaisar yang melihat Narumi berwajah pucat. “Sekarang, Tuan harus ikut saya!” Narumi langsung menarik tangan Kaisar agar keluar dari persembunyian. “Mau kemana?” tanya Kaisar yang menahan pergerakan Narumi menarik dirinya. “Ke KUA, kita harus menikah. Saya nanti boleh minta bayarannya dahulu kan? Setelah resmi menikah?” ucap Narumi dengan berbagai pertanyaan didalamnya. “Tunggu? Untuk apa ke KUA?” tanya Kaisar, tapi saat itu juga Kaisar menyimpulkan sesuatu yaitu …. “Jangan-jangan kamu setuju perjanjian kita semalam?” tanya Kaisar dengan senyuman yang tipis tanpa disadari Narumi. “Ya, saya setuju. Dan saya tidak punya banyak waktu,” ucap Narumi, dengan tangannya menarik tangan Kaisar. “Tunggu tidak semudah itu. Bukan hari ini juga kita menikah,” jelas Kaisar. “Lalu kapan? Tapi saya sangat butuh dengan uang itu sekarang. Saya mohon kalau tidak sekarang kita menikah. Tolonglah Tuan pinjamkan dulu uang untuk saya,” lirih Narumi penuh dengan permohonan. Ponsel Narumi kembali berdering lagi. Itu dari pihak rumah sakit yang meminta dirinya agar segera ke rumah sakit. Untuk menandatangani tindakan selanjutnya. Lalu mengabarkan jika salah satu pasien mengalami kritis. Bahkan pasien mengalami penurunan detak jantung, tekanan darah dan pernapasan juga. “Tuan tolonglah, pinjamkan uang Anda dulu. Setelah ini saya akan menurut apapun yang Tuan mau. Saya mohon bantu saya Tuan,” lirih Narumi yang berlutut dan memohon bantuan pada Kaisar. Kaisar menghela nafas lalu berucap, “Aku akan bantu kamu, tapi dengan syarat.” “Syarat? Syarat apa?”“Sederhana saja, menikah dengan saya. Dan menjalani pernikahan kontrak bersama saya. Bagaimana?” ucap Kaisar menjelaskan kembali syaratnya. “Tapi Uangnya bisa cair sekarang kan?” kata Narumi yang hanya ingin uang untuk pengobatan orang tuanya.Tentang hatinya Narumi tak peduli, dia tak suka dengan pria di depannya. Dia hanya fokus pada upah yang diberikan Kaisar saat dia setuju untuk menjadi istri kontraknya. “Bisa kalau kita menikah sekarang,” saut Kaisar dengan mudahnya. Tanpa tahu kondisi yang dialami Narumi sekarang. “Bisa saja kita menikah sekarang. Tapi apa tidak butuh wali?” kata Narumi masih belum bisa berterus-terang. “Nah, ngomong-ngomong wali. Bagaimana pagi ini kita menemui Wali kamu. Supaya kita cepat menikah,” tantang Kaisar. “Tapi ayah dan ibu saya sedang dirumah sakit,” jelas Narumi. Kaisar yang mendengar kalimat itu langsung menatap Narumi dengan penuh selidik. “Rumah Sakit? Rumah Sakit mana?” tanya Kaisar yang ikut cemas juga. “Rumah sakit WG. Tuan bagaimana?
Di salah satu ruangan VIP, seorang pria paruh baya duduk dengan tatapan tajam. Pak Nusa, dengan raut wajah yang tak bisa ditebak, menatap pemuda gagah di hadapannya—Kaisar.Kaisar, seorang pria dengan wibawa dan kekuasaan besar di dunia entertainment, berdiri tegap. Ia baru saja mengungkapkan niatnya untuk menikahi Narumi, wanita yang telah meminjam uangnya untuk pengobatan. Namun, respon Pak Nusa jauh dari yang ia harapkan.“Pak Nusa, saya datang dengan niat baik. Saya ingin menikahi Narumi karena dia harus membayar hutangnya pada saya,” ucap Kaisar penuh dengan harapan. Pak Nusa menarik napas panjang, lalu menghela pelan. Matanya menatap lurus ke dalam mata Kaisar, seakan menimbang segala kemungkinan yang ada.“Kaisar, aku tahu kau pria yang baik telah menolong Narumi. Tapi ada hal yang harus kau pahami. Dalam Islam, wali nikah yang sah bagi seorang perempuan adalah ayah kandungnya. Aku hanya ayah angkatnya. Aku tidak punya hak untuk menikahkannya,” jujur Pak Nusa mengungkapkan apa
Tono ayah dari kekasihnya Narumi pun mengambil alih mikrofon dari host di pesta ulang tahun Tryan anaknya yang ke dua puluh tahun. "Mari kita sambut tunangan Tryan, yaitu ...." Tono menjeda ucapannya dan tersenyum menatap Narumi yang berada di depan panggung, sementara dirinya berada di atas panggung bersama istri dan juga anaknya. Narumi meremas gaunnya dengan perasaan senang luar biasa, kali ini dia akan dikenalkan pada khalayak ramai di pesta ulang tahun Tryan, kekasihnya. Akhirnya penantian selama 3 tahun, mereka akan melangkah ke tahap yang lebih serius. Senyum Narumi dan juga ayah Tryan masih mengembang, lalu laki-laki paruh baya itu mengambil napas sejenak, "Marilah kita sambut tunangan anak saya, Naila Mawardi." Deg! Jantung Narumi berdetak sangat kencang saat nama yang disebut oleh Tono adalah nama sahabatnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Tono salah mengucapkan namanya? Namun, itu sangat tidak mungkin. Tono tersenyum misterius setelah memanggil nama tunangan a
Narumi berdiri tak bergerak saat Kaisar memintanya mendekat. Kembali Kaisar memberikan kode untuk mendekat padanya. “Mendekatlah!” ucap Kaisar. Kaisar yang hanya menggunakan celana panjang tanpa kemeja yang tadi dipakai. Membuat Narumi berdebar-debar melihat badan Kaisar yang berotot. Narumi menelan salivanya, bahkan mata Narumi langsung beralih ke arah lain selain ke arah Kaisar berada. Melihat penampilan Kaisar, membuat Narumi bertanya tentang audisi apa yang sedang dilakukan. “Sebenarnya ini audisi apa?” tanya Narumi. “Jangan pura-pura polos kamu!” sarkas Kaisar. Kaisar berjalan semakin mendekat pada Narumi. Kaisar juga mengamati setiap inci wajah wanita yang ada di depannya. Sedangkan Narumi perlahan-lahan memutus kontak mata dengan Kaisar. “Sungguh, aku tak tahu ini audisi tentang apa?” jujur Narumi, memang tidak tahu tentang hal ini. “Baiklah, aku akan memberitahumu tentang audisi apa hari ini,” jawab Kaisar dengan senyuman penuh arti. Kaisar dapat memandang jela
Di salah satu ruangan VIP, seorang pria paruh baya duduk dengan tatapan tajam. Pak Nusa, dengan raut wajah yang tak bisa ditebak, menatap pemuda gagah di hadapannya—Kaisar.Kaisar, seorang pria dengan wibawa dan kekuasaan besar di dunia entertainment, berdiri tegap. Ia baru saja mengungkapkan niatnya untuk menikahi Narumi, wanita yang telah meminjam uangnya untuk pengobatan. Namun, respon Pak Nusa jauh dari yang ia harapkan.“Pak Nusa, saya datang dengan niat baik. Saya ingin menikahi Narumi karena dia harus membayar hutangnya pada saya,” ucap Kaisar penuh dengan harapan. Pak Nusa menarik napas panjang, lalu menghela pelan. Matanya menatap lurus ke dalam mata Kaisar, seakan menimbang segala kemungkinan yang ada.“Kaisar, aku tahu kau pria yang baik telah menolong Narumi. Tapi ada hal yang harus kau pahami. Dalam Islam, wali nikah yang sah bagi seorang perempuan adalah ayah kandungnya. Aku hanya ayah angkatnya. Aku tidak punya hak untuk menikahkannya,” jujur Pak Nusa mengungkapkan apa
“Sederhana saja, menikah dengan saya. Dan menjalani pernikahan kontrak bersama saya. Bagaimana?” ucap Kaisar menjelaskan kembali syaratnya. “Tapi Uangnya bisa cair sekarang kan?” kata Narumi yang hanya ingin uang untuk pengobatan orang tuanya.Tentang hatinya Narumi tak peduli, dia tak suka dengan pria di depannya. Dia hanya fokus pada upah yang diberikan Kaisar saat dia setuju untuk menjadi istri kontraknya. “Bisa kalau kita menikah sekarang,” saut Kaisar dengan mudahnya. Tanpa tahu kondisi yang dialami Narumi sekarang. “Bisa saja kita menikah sekarang. Tapi apa tidak butuh wali?” kata Narumi masih belum bisa berterus-terang. “Nah, ngomong-ngomong wali. Bagaimana pagi ini kita menemui Wali kamu. Supaya kita cepat menikah,” tantang Kaisar. “Tapi ayah dan ibu saya sedang dirumah sakit,” jelas Narumi. Kaisar yang mendengar kalimat itu langsung menatap Narumi dengan penuh selidik. “Rumah Sakit? Rumah Sakit mana?” tanya Kaisar yang ikut cemas juga. “Rumah sakit WG. Tuan bagaimana?
Baru saja menghidupkan ponselnya, Narumi harus pergi lagi. Karena mendapatkan kabar dari rumah sakit. Sampai di rumah sakit Narumi langsung menemui Dokter yang menangani kedua orang tuanya. “Biaya 250 juta per pasien dok? Apa tak bisa mendapatkan keringanan?” tanya Narumi pada dokter tersebut. Karena waktu terus bergulir, sedangkan batas waktu yang diberikan oleh pihak rumah sakit hanya sampai jam 7 pagi nanti. Narumi mencoba minta bantuan pinjaman ke beberapa orang yang Narumi kenal. Sayangnya, mereka semua tak dapat memberikan pinjaman uang pada dirinya. Narumi juga menghubungi kakak-kakaknya tapi tidak satu pun yang dapat terhubung. Hingga Narumi merogoh salah satu saku jaketnya. Dia menemukan kartu nama milik Kaisar. Dengan kebimbangan, Narumi menekan deretan angka yang tertera di kartu nama tersebut. Narumi masih memandangi nomor yang sudah tertera di layar ponsel itu. “Apa ini benar-benar jalan keluar?” batin Narumi. Tanpa sengaja dia menekan tombol pemanggil di ponsel
Narumi berdiri tak bergerak saat Kaisar memintanya mendekat. Kembali Kaisar memberikan kode untuk mendekat padanya. “Mendekatlah!” ucap Kaisar. Kaisar yang hanya menggunakan celana panjang tanpa kemeja yang tadi dipakai. Membuat Narumi berdebar-debar melihat badan Kaisar yang berotot. Narumi menelan salivanya, bahkan mata Narumi langsung beralih ke arah lain selain ke arah Kaisar berada. Melihat penampilan Kaisar, membuat Narumi bertanya tentang audisi apa yang sedang dilakukan. “Sebenarnya ini audisi apa?” tanya Narumi. “Jangan pura-pura polos kamu!” sarkas Kaisar. Kaisar berjalan semakin mendekat pada Narumi. Kaisar juga mengamati setiap inci wajah wanita yang ada di depannya. Sedangkan Narumi perlahan-lahan memutus kontak mata dengan Kaisar. “Sungguh, aku tak tahu ini audisi tentang apa?” jujur Narumi, memang tidak tahu tentang hal ini. “Baiklah, aku akan memberitahumu tentang audisi apa hari ini,” jawab Kaisar dengan senyuman penuh arti. Kaisar dapat memandang jela
Tono ayah dari kekasihnya Narumi pun mengambil alih mikrofon dari host di pesta ulang tahun Tryan anaknya yang ke dua puluh tahun. "Mari kita sambut tunangan Tryan, yaitu ...." Tono menjeda ucapannya dan tersenyum menatap Narumi yang berada di depan panggung, sementara dirinya berada di atas panggung bersama istri dan juga anaknya. Narumi meremas gaunnya dengan perasaan senang luar biasa, kali ini dia akan dikenalkan pada khalayak ramai di pesta ulang tahun Tryan, kekasihnya. Akhirnya penantian selama 3 tahun, mereka akan melangkah ke tahap yang lebih serius. Senyum Narumi dan juga ayah Tryan masih mengembang, lalu laki-laki paruh baya itu mengambil napas sejenak, "Marilah kita sambut tunangan anak saya, Naila Mawardi." Deg! Jantung Narumi berdetak sangat kencang saat nama yang disebut oleh Tono adalah nama sahabatnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Tono salah mengucapkan namanya? Namun, itu sangat tidak mungkin. Tono tersenyum misterius setelah memanggil nama tunangan a