Share

Bab 35 Masalah

Penulis: Nona Enci
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-30 12:27:09

Tiba-tiba seseorang menyahut dari belakang. "Siapa yang selingkuh?"

"M-mama .... " Laura mematung di tempat. Dari sorot matanya tidak bisa disembunyikan kalau ia merasa terkejut sekaligus takut dalam waktu bersamaan.

Sedangkan Laras berusaha bersikap biasa saja. Walau di dalam hatinya ia juga merasa was-was, takut sang Ibu mendengar percakapannya dengan Laura.

"Kalian kenapa langsung kompak diem gini? Mama nggak salah dengarkan tadi, siapa yang selingkuh?" tanyanya kebingungan.

Laras dengan gerakan cepat mengambil jalan pintas. Masa bodo dengan harga dirinya. Yang penting kali ini ia selamat.

"Mas Bian!" panggil Laras. Setelahnya menoleh dan menebarkan senyum paksa kepada sang Ibu seolah mengalihkan isu selingkuh tadi.

Bian pun dengan wajah tegas menghampiri mereka dan berdiri di samping Laras. Sedikit heran dengan wanita itu, bukankah tadi ia sedang marah?

"Kita pamit pulang dulu, ya, Ma." Laras pun menarik tangan Bian agar pria itu ikut pergi dengannya.

Bian menahan. Tidak b
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fa-oel Irawan
sakit nya tak berdarah udh pisah aja ras masih banyak cowok lain yg lbh sayang dan menghargai
goodnovel comment avatar
Diandra Nur
gak jelas banget ini mas bian ...buang buang waktumu Laras udah cari yang lain aza...semoga Laras bahagia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terikat Cinta Setelah Akad   Bab 36 Dibuat Bingung

    Pagi hari di kantor. Saat ini Laras sudah kembali dengan aktivitas ngantornya. Ia sedang berjalan di lorong kantor menuju ruang kerjanya. Melupakan masalah kemarin dengan kesibukan. Bukankah sehancur apa pun kamu, di esok harinya harus tetap melanjutkan hidup seperti biasa kan? "Pagi, Pak," sapa Laras yang tidak sengaja bertemu Hendra, atasannya. Laras hendak melanjutkan langkahnya, kemudian diberhentikan oleh ucapan sang atasan. Membuatnya mau tidak mau menoleh dan membalikan badan. "Ada yang mau saya bicarakan sama kamu." "Ada apa, ya, Pak?" tanya Laras was-was sendiri. "Kita bicara di ruangan saya."Laras pun mengangguk patuh. Menaiki lift yang sama dengan Hendra. Selama di dalam lift ia sudah merasa panas dingin. Menerka-nerka apa salahnya, sebab raut wajah pria itu terlihat sangat serius. Pasalnya Hendra baru pulang dari perjalanan dinas. Kalau tidak salah perjalanan dinas itu berjalan 1 Minggu. Itu adalah project yang ia tangani juga. Apakah ada kendala soal dana?Menginga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Terikat Cinta Setelah Akad   Bab 37 Penjelasan Jelita

    Pukul 5 sore. Di waktu senja ini, Laras menunggu seseorang yang tadi siang mengirimkan surat padanya. Menatap langit yang sudah berganti warna itu dengan perasaan tenang sekaligus khawatir. Ia terlalu menyanggupi kalimat di dalam surat tersebut. Sehingga lokasinya saat ini ada di panti asuhan. "Selamat sore, Bu," sapa Laras kepada pemilik panti asuhan, mungkin? "Oh, sore. Ini pasti Bu Laras, ya?" tanya wanita berhijab itu. Laras pun mengangguk kaku. Meski ia bingung dari mana wanita di depannya bisa tahu namanya. "Masuk, Bu. Mari saya antar," ucapnya mengajak Laras ke dalam panti. "Saya senang sekali Ibu berkunjung ke sini. Waktu itu saya juga hadir di pernikahan Bu Laras dan Pak Bian. Pak Bian ini, salah satu donatur di panti asuhan kami."Meski sedikit terkejut, tetapi Laras tersenyum pada wanita itu dan mengangguk kaku. Bingung harus menjawab apa, terlebih ia baru tahu Bian salah satu donatur di panti asuhan ini. "Anak-anak pasti senang ketemu teman baru," ucap Ibu Panti. L

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Terikat Cinta Setelah Akad   Bab 38 Rasa Khawatir Bian

    Sesampainya di rumah sakit tempat di mana Bian dirawat, Laras buru-buru melangkahkan kaki menuju ruangan sang suami. Berharap pria itu baik-baik saja, tidak ada hal yang serius begitupun yang membuatnya makin khawatir. Ia berjalan menghampiri Fahmi—sekretaris Bian yang terlihat sedang mengobrol dengan Dokter rumah sakit. Setelah sampai di hadapan Fahmi, sang dokter pun pergi dengan memberikan senyum kepada Laras. Wanita itu sontak langsung menatap Fahmi dengan tatapan penuh penjelasan. "Gimana ceritanya, Fahmi? Kenapa suami saya bisa masuk rumah sakit?"Begitupun Fahmi, ia kurang paham apa yang terjadi dengan sang atasan. Dirinya dihubungi oleh rumah sakit sendiri karena panggilan terakhir di ponsel Bian, yaitu nama Fahmi. Kemudian matanya melirik ke arah Bian yang tengah terbaring lemah di ranjang putih dengan selang infus di tangannya. Hal itu cukup membuat Fahmi pilu. "Saya nggak tau apa yang terjadi sama Pak Bian, Bu. Pihak rumah sakit hubungi saya bahwa Pak Bian mengalami kece

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Terikat Cinta Setelah Akad   Bab 39 Kehangatan

    Usai kejadian di rumah sakit tadi sore, saat ini Laras dan Bian sudah kembali ke rumah. Bian tidak dirawat inap karena lukanya tergolong ringan, ia diperbolehkan pulang dengan tangan yang mengharuskan di gips. "Saya ke atas dulu, mau ganti baju," ujar Bian tidak biasanya izin. Laras tidak mengangguk juga mengiyakan. Bian sudah lebih dulu berlalu sebelum mendapat jawaban dari si lawan bicara. Yang bisa Laras lakukan hanya diam menatap pria itu menaiki tangga dengan tangan kanan yang cedera. Tersadar, ia pun ikut naik ke atas. Tidak mungkin Bian mampu mengganti pakaiannya sendiri dengan kondisi tangan seperti itu, pasti akan terasa sulit dan juga sakit jika salah pergerakan. Laras pun memasuki kamar. "Biar aku bantu, Mas."Kakinya berjalan menuju lemari putih tersebut, lalu mengambil kaos berwarna hitam di dalam. Hampir, hampir semua isi lemari pria itu berwarna gelap semua. Setelah dapat, ia pun mendekati Bian dengan perasaan gugup. Rasanya seperti adu adrenalin. Tiba-tiba merasa g

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Terikat Cinta Setelah Akad   Bab 40 Mulai Membaik

    "Morning," kecup Bian di kening sang istri. Laras justru menggeliat geli, wanita itu membuka matanya secara perlahan. Di sampingnya sudah ada Bian yang tengah tersenyum hangat dengan posisi dada masih telanjang. Rasa lelah selepas tempur kemarin terasa membekas pagi ini, Laras seakan malas beranjak dari tempat tidur. "Kenapa tidur lagi, kamu nggak kerja?" tanya Bian melihat Laras memejamkan matanya. Wanita itu membalas, "Masih ngantuk, Mas.""Ya udah nggak usah kerja. Kamu di rumah aja istirahat, pasti capek karena semalam, ya?" goda Bian sengaja. Laras mendengus sebal. Pagi-pagi gini masih saja membahas soal semalam. Lagipula, siapa yang tidak capek melayani orang gila macam Bian? Ia bahkan baru bisa tidur di jam 2 pagi. Melelahkan memang. "Mas mandi duluan sana, aku mau tidur 15 menitan lagi," ujar Laras. Bian makin mendekatkan wajahnya. "Mandi bareng aja, gimana?""Mas!" kesal Laras langsung mendorong pria itu menjauh. Ia pun mengganti posisinya menjadi duduk dengan selimut y

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Terikat Cinta Setelah Akad   Bab 41 Tamparan

    "Laras!"Dengan kepanikan yang ada ia terus berjalan menuju lift, menekan tombol tersebut dengan tergesa berharap pintu lift cepat terbuka. Sungguh, ia tidak ingin bertemu dengan Pandu . Pria yang terus mengejarnya itu merupakan suami Jelita. "Laras," cegah Pandu berhasil menarik tangan Laras sehingga wanita itu tidak jadi masuk lift. Sayangnya Laras menepis cekalan itu dengan kasar. Menatap Pandu dengan tatapan tajam. Di dalam sorot matanya terlihat aura kebencian muncul di sana. Apakah benar pria di depannya itu Pandu yang ia kenal? Pandu yang tidak pernah menaikan nada bicara apalagi sampai bermain fisik. Apakah yang berdiri di hadapannya itu sosok Pandu yang berhati lembut? "Tolong jangan ganggu aku," tegas Laras. Kembali Pandu mencekal lengan wanita itu, menghentikan pergerakan Laras. Menatapnya cukup dalam"Ras," lirih Pandu. "Aku nggak mau berurusan lagi sama kamu, Mas," tekan Laras. Pandu menatap tidak percaya atas apa yang barusan wanita itu ucapkan. Bukankah dulu baik-

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Terikat Cinta Setelah Akad   Bab 42 Bian Mode Bucin

    Laras mendatangi Bian dengan langkah tergesa. Pria itu tidak kenal kerja kali, ya? Bahkan di jam harus bergulat dengan komputer pun malah pria itu mengganggunya. "Astaga Mas Bian ... ngapain ke sini?" tanya Laras menghampiri sang suami. Pria itu mengangkat kedua tangannya, menunjukkan plastik yang ia tenteng tersebut. Senyum manisnya justru membuat Laras ingin sekali menghajarnya. "Ngapain bawa makanan sebanyak itu?" ucap Laras dengan nada sedikit tidak suka. Bian menurunkan kedua tangannya dengan lesu. "Kamu kan belum sarapan tadi pagi. Ini saya belikan sekalian sama temen-temen kamu juga.""Tapi ini berlebihan Mas Bian."Pria itu seakan tidak peduli, lalu memindahkan kedua kantong plastik itu hingga beralih tangan kepada Laras. "Kalau nggak habis bisa dimakan lagi nanti siang. Terima, ya? Apa mau saya pesankan yang lain?"Mendengar itu Laras refleks menggeleng kuat. "Cukup. Ini aja udah banyak, Mas.""Ya udah sini," ucapnya cukup ambigu. Sedangkan Laras menatap heran. Sini mak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Terikat Cinta Setelah Akad   43 Honeymoon

    Beberapa hari berlalu. Kini, Laras dan Bian sedang berkunjung ke salah satu pantai yang menyediakan penginapan dengan nuansa pantai pasir putih yang terletak di kota Denpasar, Bali. Kedua pasangan suami istri itu sedang bersiap-siap karena sebentar lagi langit akan berganti warna jingga. "Kamu beneran honeymoon ke Bali, Ras?" tanya Sarah dari balik telepon. Laras pun mengangguk dengan wajah menghadap ke cermin hias. Memoles tipis riasan agar wajahnya tidak terlalu pucat. "Aku kangen pantai, Sar. Kebetulan kita mau berkunjung ke rumah mertua, jadi biar sekalian aja pulang dari Bali ke Bandung," balas Laras. "Astaga, Ras. Kamu istrinya Direktur, loh, minta honeymoon ke Eropa, kek. Jangan nanggung-nanggung, mau keliling dunianya juga Bian duitnya nggak bakalan abis," celetuk Sarah sengaja. "Perjalanan jauh yang bikin capek, Sar. Mending yang deket-deket aja lebih menghemat tenaga," jelas Laras apa adanya. "Padahal kapan lagi jalan-jalan jauh sebelum punya anak, nanti kalo udah ada

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07

Bab terbaru

  • Terikat Cinta Setelah Akad   Bab 48 Hari Bahagia (Tamat)

    Jam makan siang."Laras!" panggil Lolita karena masih tidak terima bahwa surat penguduran dirinya tidak kunjung dapat persetujuan.Sarah yang melihat Lolita memanggil sahabatnya itu sontak menatap Laras seakan meminta jawaban."Kenapa, Ras?" tanya Sarah.Yang ditanya malah menggeleng pelan. Ia juga sebenarnya kurang tahu kenapa Lolita memanggilnya dengan nada cukup keras tersebut. "Yang bener aja kamu, Ras. Masa resign nggak ada omongan sama sekali ke aku," ujar Lolita masih tidak terima. Sarah yang mendengar seperti itu langsung menyahut, "Kamu resign, Ras?""Siapa yang resign?" Kali ini suara Bima yang muncul.Lolita menatap Laras dengan kesal. "Laras. Gara-gara dia surat resign saya batal di acc sama Pak Hendra.""Itu si nasib Bu Lolita." Bima memegang kopi dengan laptop di tangannya. "Pak Hendra mana mungkin lepasin sekretaris kesayangannya." "Diam kamu, Bima," balas Lolita tajam.Sebenarnya Lolita tidak marah, hanya saja kesal karena ia sudah menunggu-nunggu hari tersebut. Ia

  • Terikat Cinta Setelah Akad   Bab 47 Resign Bersama

    —Beberapa bulan kemudian. "Mas ... Mas Bian bangun." Laras menepuk-nepuk pipi suaminya pelan.Tidak lama pria itu membuka matanya usai mendapat satu kecupan di pipi. Mungkin itu jimat ketika Bian susah dibangunkan."Mas aku berangkat duluan, ya? Hari ini ada meeting," ujar Laras di jam 8 pagi.Bian yang masih tertidur di atas ranjang pun sontak terbangun. Ini masih pagi, kenapa sang istri sudah mau berangkat kerja?"Cium dulu," balas Bian setengah sadar.Laras memandang malas. Ia sudah mau telat, tetapi Bian malah meminta hal aneh yang pasti berujung memakan waktu lama.Cup! Ciuman itu mendarat di pipi untuk yang kedua kalinya."Udah. Aku berangkat, ya."Namun, baru saja hendak bangkit tangan Laras dicekal oleh Bian sehingga wanita itu kembali jatuh ke ranjang."Mas," gerutu Laras.Sayangnya Bian tidak peduli, pria itu malah menunjuk bibirnya dengan ibu jari. Menyodorkan pada sang istri seolah meminta lebih."Aku udah mau telat, Mas. Nanti aja, ya?"Akhirnya aksi tawar-menawaran Lara

  • Terikat Cinta Setelah Akad   Bab 46 Cinta yang Setara

    "Dari bibir kamu lebih manis," goda Bian.Laras refleks memukul tubuh sang suami. "Mas Bian!"Sayangnya pria itu justru terkekeh geli. Seolah hal yang paling menyenangkan adalah menganggu dan membuat istrinya marah."Muka kamu lucu," celetuk Bian. Laras pun merenggut. "Jangan kaya gitu lagi.""Kenapa?" Bian kembali mengikis jarak dengan sang istri. "Di sini aman. Mau nyoba lagi?"Tiba-tiba kedua orang tua Bian datang membuat keduanya berdiri dengan posisi normal. Laras merasa lega karena merasa diselamatkan."Kalian masih mau di sini atau ikut pulang bareng kami?" tanya Ibu Bian.Laras melirik ke arah Bian. Kemudian memamerkan senyum tipisnya. "Kita juga mau pulang, Bu. Takut hujan."Kedua orang tua Bian mengangguk lirih, berjalan lebih dulu meninggalkan kedua pasutri yang tengah berlibur tersebut. Entah sejak kapan Bian menjadi pria yang hangat dan romantis. Namun yang jelas Laras tidak henti tersenyum. Seperti saat ini, pria itu berjalan seraya menautkan jari-jemarinya dengan mili

  • Terikat Cinta Setelah Akad   Bab 45 Merasa Indah

    Usai berganti pakaian kedua pasangan suami istri tersebut menuruni anak tangga dengan senyum rekah di bibirnya. "Gibran?" panggil Laras saat sampai di bawah."Ibu sama ayah di mana?" tanyanya."Oh ... ibu sama ayah kayanya pergi ke kebun," balas Gibran.Tentu saja Laras kebingungan sendiri. Bukankah kesibukan kedua orang tua Bian adalah mengurus perusahaan mereka? Karena selama tinggal satu komplek yang ia tahu Bian ini dari keluarga berada. Ayahnya saja pemilik perusahaan tempat pria itu bekerja. "Ibu sama ayah saya memang urus perkebunan di sini, lebih tepatnya ibu. Karena hobinya berkebun," jelas Bian.Kemudian Gibran kembali membuka suara. "Kata ibu, Kak Bian disuruh ajak Kak Laras jalan-jalan. Jangan di rumah terus.""Makasih Gibran. Kamu pengertian, deh," celetuk Laras.Bian pun melirik ke samping. "Memangnya kamu nggak capek?""Stamina tubuh aku itu kuat, Mas. Jangan diragukan. Gimana kalau kita susul ibu sama ayah. Aku pengen liat-liat," ucap Laras tampak bersemangat. Gibra

  • Terikat Cinta Setelah Akad   Bab 44 Bertemu Mertua

    Setelah beberapa hari menghabiskan waktu di Bali, kini Laras dan Bian sudah berada di Taxi usai menempuh perjalanan pulang dari Bali—Bandung yang menghabiskan waktu sekitar satu jam lebih. "Mas, udah hubungi Ibu kalau kita udah perjalanan ke rumah?" tanya Laras di dalam mobil. Bian pun mengangguk. "Udah. Kenapa, kamu kok keliatannya seneng banget?""Aku nggak sabar ketemu orang tua Mas Bian. Apalagi ini pertama kalinya aku diajak berkunjung langsung setelah kita nikah," jujur Laras tidak lupa menebarkan senyum.Bian ikut senang karena sang istri terlihat bahagia dengan hal-hal kecil yang akan ia jumpai setelah. Ia tidak hentinya tersenyum. Kemudian tangan lembut itu mengusap rambut Laras dengan sayang. "Laras ...."Laras menoleh lalu membalas, "Kenapa, Mas?""Nggak apa-apa. Saya seneng aja liat kamu senyum lebar kaya gini," ungkapnya."Emang selama ini aku jarang senyum?" tanya Laras kebingungan. Lagi lagi Bian menggeleng lirih. Istrinya itu selalu saja membuat gemas. Tidak ayal

  • Terikat Cinta Setelah Akad   43 Honeymoon

    Beberapa hari berlalu. Kini, Laras dan Bian sedang berkunjung ke salah satu pantai yang menyediakan penginapan dengan nuansa pantai pasir putih yang terletak di kota Denpasar, Bali. Kedua pasangan suami istri itu sedang bersiap-siap karena sebentar lagi langit akan berganti warna jingga. "Kamu beneran honeymoon ke Bali, Ras?" tanya Sarah dari balik telepon. Laras pun mengangguk dengan wajah menghadap ke cermin hias. Memoles tipis riasan agar wajahnya tidak terlalu pucat. "Aku kangen pantai, Sar. Kebetulan kita mau berkunjung ke rumah mertua, jadi biar sekalian aja pulang dari Bali ke Bandung," balas Laras. "Astaga, Ras. Kamu istrinya Direktur, loh, minta honeymoon ke Eropa, kek. Jangan nanggung-nanggung, mau keliling dunianya juga Bian duitnya nggak bakalan abis," celetuk Sarah sengaja. "Perjalanan jauh yang bikin capek, Sar. Mending yang deket-deket aja lebih menghemat tenaga," jelas Laras apa adanya. "Padahal kapan lagi jalan-jalan jauh sebelum punya anak, nanti kalo udah ada

  • Terikat Cinta Setelah Akad   Bab 42 Bian Mode Bucin

    Laras mendatangi Bian dengan langkah tergesa. Pria itu tidak kenal kerja kali, ya? Bahkan di jam harus bergulat dengan komputer pun malah pria itu mengganggunya. "Astaga Mas Bian ... ngapain ke sini?" tanya Laras menghampiri sang suami. Pria itu mengangkat kedua tangannya, menunjukkan plastik yang ia tenteng tersebut. Senyum manisnya justru membuat Laras ingin sekali menghajarnya. "Ngapain bawa makanan sebanyak itu?" ucap Laras dengan nada sedikit tidak suka. Bian menurunkan kedua tangannya dengan lesu. "Kamu kan belum sarapan tadi pagi. Ini saya belikan sekalian sama temen-temen kamu juga.""Tapi ini berlebihan Mas Bian."Pria itu seakan tidak peduli, lalu memindahkan kedua kantong plastik itu hingga beralih tangan kepada Laras. "Kalau nggak habis bisa dimakan lagi nanti siang. Terima, ya? Apa mau saya pesankan yang lain?"Mendengar itu Laras refleks menggeleng kuat. "Cukup. Ini aja udah banyak, Mas.""Ya udah sini," ucapnya cukup ambigu. Sedangkan Laras menatap heran. Sini mak

  • Terikat Cinta Setelah Akad   Bab 41 Tamparan

    "Laras!"Dengan kepanikan yang ada ia terus berjalan menuju lift, menekan tombol tersebut dengan tergesa berharap pintu lift cepat terbuka. Sungguh, ia tidak ingin bertemu dengan Pandu . Pria yang terus mengejarnya itu merupakan suami Jelita. "Laras," cegah Pandu berhasil menarik tangan Laras sehingga wanita itu tidak jadi masuk lift. Sayangnya Laras menepis cekalan itu dengan kasar. Menatap Pandu dengan tatapan tajam. Di dalam sorot matanya terlihat aura kebencian muncul di sana. Apakah benar pria di depannya itu Pandu yang ia kenal? Pandu yang tidak pernah menaikan nada bicara apalagi sampai bermain fisik. Apakah yang berdiri di hadapannya itu sosok Pandu yang berhati lembut? "Tolong jangan ganggu aku," tegas Laras. Kembali Pandu mencekal lengan wanita itu, menghentikan pergerakan Laras. Menatapnya cukup dalam"Ras," lirih Pandu. "Aku nggak mau berurusan lagi sama kamu, Mas," tekan Laras. Pandu menatap tidak percaya atas apa yang barusan wanita itu ucapkan. Bukankah dulu baik-

  • Terikat Cinta Setelah Akad   Bab 40 Mulai Membaik

    "Morning," kecup Bian di kening sang istri. Laras justru menggeliat geli, wanita itu membuka matanya secara perlahan. Di sampingnya sudah ada Bian yang tengah tersenyum hangat dengan posisi dada masih telanjang. Rasa lelah selepas tempur kemarin terasa membekas pagi ini, Laras seakan malas beranjak dari tempat tidur. "Kenapa tidur lagi, kamu nggak kerja?" tanya Bian melihat Laras memejamkan matanya. Wanita itu membalas, "Masih ngantuk, Mas.""Ya udah nggak usah kerja. Kamu di rumah aja istirahat, pasti capek karena semalam, ya?" goda Bian sengaja. Laras mendengus sebal. Pagi-pagi gini masih saja membahas soal semalam. Lagipula, siapa yang tidak capek melayani orang gila macam Bian? Ia bahkan baru bisa tidur di jam 2 pagi. Melelahkan memang. "Mas mandi duluan sana, aku mau tidur 15 menitan lagi," ujar Laras. Bian makin mendekatkan wajahnya. "Mandi bareng aja, gimana?""Mas!" kesal Laras langsung mendorong pria itu menjauh. Ia pun mengganti posisinya menjadi duduk dengan selimut y

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status