"Uwek! Uwek! Uwek!" Jam masih menunjukan pukul setengah lima pagi. Namun, rupanya Wulan sudah terbangun karena desakan perutnya yang terus bergejolak mual."Ya ampun, ini pasti ada yang tidak beres, aku harus mengeceknya sekarang," gumma Wulan terduduk di lantai kamar mandi. Tubuhnya lunglai lemas serasa tak bertulang."Mba Wulan! Mba kenapa Mba? Mba baik-baik aja kan Mba?" Tari dengan panik menggedor pintu kamar mandi. Gadis itu ikut terbangun karena merasakan pergerakan Wulan. Ketika wanita itu bangun dan berlari ke kamar mandi, sambil memegangi mulut dan juga perutnya."I-iya Tari, aku nggak pa-pa ko," jawab Wulan seraya melangkah membuka pintu kamar mandi. Untung saja acara muntahnya sudah berakhir, karena kalo tidak. Tari pasti akan memanggil Damar. Dan sudah dapat dipastikan jika Damar tahu, pria itu pasti akan membawanya ke rumah sakit dan Wulan sangat menghindari itu."Kayaknya tadi Mba Wulan muntah-muntah ya?" Tari terlihat begitu khawatir, gadis itu memegangi kening Wulan me
Damar terdiam menatap ponselnya, ada hal yang berat yang saat ini sedang ia pikirkan. Apalagi kalau bukan tentang keberangkatannya ke Jerman dua hari lagi. Damar rupanya begitu berat meninggalkan Wulan. Namun, mau tak mau pria itu harus melakukannya. Saat ini Damar sedang memikirkan bagaimana caranya untuk mengungkapkan kebenaran tentang hubungannya dengan Wulan . "Lan, kakak janji, kakak akan memperjuangkan cinta kita, rumah tangga kita, apapun yang akan terjadi kita akan selalu bersama, aku janji," gumam Damar seraya menatap bingkai fotonya bersama Wulan. Pria itu tersenyum menatap membayangkan wajah cantik dan senyum Wulan yang selalu berada di pikirannya beberapa bulan ini.Kring!Kring!Kring!Tiba-tiba saja, dering ponsel Damar terdengar begitu nyaring. Sontak saja, memecahkan lamunan pria itu. Damar kemudian meraih ponselnya, nama Riko tertera disana, yang langsung membuat pria itu mengangkat telponnya. Karena, Damar tahu betul apa maksud Riko menelpon dirinya."Hallo, gimana a
Wulan bercerita banyak kepada kedua orang tuanya sepanjang perjalanan. Wulan tentang kegiatan di kampusnya dan juga bercerita tentang pertemuannya dengan Lestari. Hingga bagaimana ia memaksa sang kakak agar mengijinkan gadis itu menjadi sopir pribadinya."Oh iya Pah, Mah, hari ini ulang tahun Kak Damar, bagaimana kalau kita siapkan pesta kejutan untuknya nanti malam?" ujar Wulan yang kini membahas tentang ulang tahun Damar, sang kakak angkat sekaligus suami rahasianya."Boleh sayang, Damar kan hanya tidak mau jika ulang tahunya dirayakan, tapi bukan berarti kita tidak memberikan apapun kan untuknya." Nyonya Laura ikut menimpali, seraya memegang tangan sang suami. "Iya Mah, papah ikut kalian saja," ucap cepat Tuan Adinata menyetujui ide Wulan."Ya sudah kita mampir ke mall dulu ya Pah, Mah." Wulan berujar penuh bersemangat. Wanita berparas cantik itu tak sabar ingin memberikan kejutan pada Damar. Kejutan dimana ia akan memberikan kado berupa tes pack dengan dua garis merah.Lestari pu
Apa kamu sudah gila Damar!!" Teriak Tuan Aditama geram pada sang putra."Pah, Mah, dengar dulu Elga dan Gery sudah bercerai, Gery meninggalkan Elga, sementara Elga saat ini tengah hamil dan orang tuanya tidak tahu tentang pernikahan mereka. Pah, Mah Tante Siska memiliki penyakit jantung jika beliau tahu Elga hamil tanpa seorang suami, maka penyakitnya pasti akan kambuh dan itu akan berakibat fatal," ujar Damar mengungkap alasannya menikahi Elga."Papah, Mamah ini hanya pernikahan pura-pura hanya untuk menyelamatkan nyawa Tante Siska, bukan kah Tante Siska sahabat Mamah, dan Mamah tentu tak ingin terjadi sesuatu bukan pada Tante Siska, bukan." Damar tak putus asa, pria itu terus saja merayu kedua orang tuanya untuk menyetujui rencananya menikahi Elga.Nyonya Laura seketika terdiam, memikirkan nasib sahabatnya Siska. Iya, mereka memang bersahabat sangat dekat. Maka dari itulah, saat Elga memutuskan pertunangannya dengan Damar, kemudian menikah dengan Gery. Orang tua Elga tidak mengetahu
Pagi harinya Damar bergegas bangun dari tidurnya. Setelah semalam pria itu tertidur sangat larut. Karena harus menyiapkan sendiri segala keperluan yang akan ia bawa ke Jerman. Baik Nyonya Laura maupun Wulan. Mereka berdua kompak tak membantu Damar seperti biasanya, ketika pria itu pergi ke luar negeri. Sekarang pria itu benar-benar harus melakukan nya sendiri.Wajah Damar terlihat masih sangat mengantuk karena semalam pria itu hanya tidur selama empat jam. Rupanya Damar terus menerus memikirkan sikap dan perkataannya pada Wulan semalam. Sungguh pria itu menyesali sikap dan perkataannya semalam. Pertengkaran yang terjadi antara mereka berdua memang sebenarnya adalah kesalahannya dan Damar sadar akan hal itu.Sebenarnya ada niat lain dibalik keinginannya menikahi Elga. Selain untuk membantu wanita itu. Pernikahan pura-pura itu juga bertujuan untuk mengelabui agar pernikahannya dengan Wulan tidak tercium oleh tante Tantri, Yesi dan James. Namun, kini rencana Damar justru berbuntut kesa
"Saya terima nikah dan kawinnya Elga Levran binti alm. David Levran dengan emas kawin seperangkat perhiasan senilai dua puluh gram serta uang tunai senilai sepuluh juta rupiah dibayar tunai." Satu kali tarikan nafas Damar mengikrarkan ijab kabulnya dengan begitu lancar. Dengan wali hakim sebagai wali pengganti karena papah Elga telah meninggal dunia. Tak membuat pernikahan itu terkendala."Bagaimana pada saksi sah?" ujar penghulu pada para saksi."Sah!""Sah!""Sah!" Para saksi mengesahkan pernikahan Damar dan Elga. Lantunan doa yang dipimpin oleh penghulu menutup acara proses ijab kabul tersebut.Deg!Air mata Wulan menetes tak tertahankan. Saat wanita itu mendengar ijab kabul yang baru saja Damar ucapkan. Mendengar sang suami mengikrarkan janji suci pernikahan dengan wanita lain. Wulan merasa lehernya seakan dijerat dengan begitu kencangnya. Wulan merasa teramat sesak. Sungguh, Wulan begitu hancur saat ini, mendapati kenyataan yang begitu pahit menimpa rumah tangganya dengan Bima.
Suara desahan dari kamar Karin membaut langkah Wulan terhenti. Wanita itu kini berjalan mundur kemudian berbalik dan langsung berlari, pergi dari rumah sahabatnya itu. Sebenarnya, ingin sekali Wulan menemui Karin dan berkata bahwa Riko sudah memiliki istri. Namun, keadaan yang tak memungkinkan membuatnya memilih untuk pergi.Wulan kembali bingung, wanita itu tak tahu harus pergi kemana lagi. Karen selama ini, dirinya hanya memiliki Karin, sahabat yang selalu ada untuknya. Ditambah lagi Wulan tak pernah menginap selain di rumah Karin.Sementara, hari sudah semakin gelap karena cuaca yang berubah mendung. Wulan, wanita berparas cantik yang tengah kebingungan itu, tak sadar jika dirinya sedari tadi sudah berjalan cukup jauh. Wulan benar-benar tak ingin pulang saat ini. Dirinya tidak ingin bertemu dengan Damar. Paling tidak sampai pria itu berangkat keluar negeri. Namun, disisi lain Wulan benar-benar tidak memiliki arah dan tujuan saat ini.Sementara, dikediaman keluarga Aditama. Suasana
"Akh! Eummm!" Teriakan Wulan tertahan saat mulutnya dibekap oleh seorang laki-laki bertubuh tegap. Dengan menggunakan saputangan mengandung obat bius. Seketika kesadaran Wulan perlahan menghilang. Wanita berparas cantik itu pingsan, dan langsung dibawa menggunakan sebuah mobil berwarna hitam.Iya, ketika Wulan yang hendak menyebrang jalan. Tiba-tiba saja dihadang oleh sebuah mobil berwarna hitam. Mobil itu menghadang tepat di sampingnya. Kemudian salah satu orang laki-laki bertubuh tegap keluar dari mobil tersebut dan langsung membekap mulut Wulan. Mereka kemudian membawa Wulan kesebuah tempat yang cukup jauh hingga keluar kota."Bagaimana sudah kau bawa wanita itu?" tanya seorang wanita paruh baya pada orang tuanya yang membawa Wulan."Sudah Bos, aman kita sekarang dalam perjalanan, Bos tenang saja semua aman sesuai rencana." Salah satu pria bertubuh tegap itu menjawab dengan seringai di wajahnya."Bagus aku akan segera menyusul kalian sekarang," ucap wanita paruh baya itu seraya menu
"Mommy...." Kejora mengigau terbangun dari tidurnya. Mendengar panggilan Kejora. Sontak saja membuat keduanya tersentak kaget. Wulan dan Damar yang tengah diselimuti hasrat yang menggebu. Langsung berhambur mencari sesuatu yang bisa menutupi tubuh polos mereka. Untung saja di meja dekat sofa ada dua handuk kimono yang disiapkan oleh pihak hotel. "Mommy sama Daddy, abis mandi ya? Kok pakai kimono?" tanya Kejora polos menatap kedua orang tuanya yang sama-sama hanya memakai handuk kimono. Belum lagi pandangan aneh gadis kecil itu yang menatap Ke arah pakaian yang berserakan dilantai. "Em, i-iya sayang Daddy dan Mommy tadi—" Wulan yang hendak menjelaskan langsung dipotong oleh Damar. "Mommy sudah selesai mandi, sekarang gantian Daddy yang mandi" jawab Damar memotong perkataan Wulan seraya memungut pakaian mereka yang tercecer. "Say-ang, Kejora kenapa bangun nak?" Kini Wulan bertanya seraya mendekat pada sang putri. "Tidur lagi ya sayang. Em ... Daddy ke kamar mandi dulu ya Nak," ujar
Jam 14.30 Tuan Leo dan Nyonya Nesa akhirnya tiba di bandara internasional Soekarno Hatta. Kedua orang tua itu langsung bergegas ke rumah sakit tempat sang putra di rawat. Diantar sopir kantor yang sudah disiapkan oleh Livi. Kedua orang tua paruh baya itu akhirnya sampai setelah menempuh perjalanan selama satu setengah jam. Dengan tergesa-gesa kedua orang tua itu langsung bergegas menuju ruangan tempat sang putra dirawat. "Rayan!" Panggil Nyonya Nesa begitu wanita paruh baya itu membuka pintu kamar rawat putranya. "Mommy?" Rayan berujar lirih melihat sang mommy yang baru saja masuk. "Bagaimana keadaan mu Nak?" tanya Nyonya Nesa dengan wajah penuh kekhawatiran. "Bagaimana luka mu Ray?" Tuan Leo berkata dengan wajah yang terlihat lebih tenang dari sang istri. "Aku baik Mom, Dad," jawab Rayan pada kedua orang tuanya. "Bagaimana bisa kau sampai dikeroyok oleh begal hem?" Tuan Leo langsung bertanya kronologi, bagaimana sang putra bisa bertemu dan dikeroyok oleh para begal. "B
Malam itu juga, Damar beserta seluruh keluarga kecilnya akhirnya pergi menyusul Nyonya Nesa dan Tuan Leo ke Indonesia. Damar tersenyum semringah manakala rencananya kini berhasil dengan sempurna. Saat ini mereka sedang berada di dalam pesawat. Jika Damar dan kedua putra putri begitu bahagia. Lain halnya dengan Wulan, wanita itu sejak tadi hanya diam. Bukan karena tidak ingin ke Indonesia dalam lubuk hati Wulan sebenarnya ingin sekali pulang dan menjenguk papah dah mamahnya. 'Rencana pertama berjalan mulus semoga rencana berikutnya akan berjalan mulus juga," gumam Damar dalam hati. Pria itu begitu itu yakin dengan rencana keduanya yang telah ia susun sedemikian rupa. Sementara di lain tempat, "Zetta cukup! Aku harap kau sadar posisi mu saat ini!" ujar Steven menarik pergelangan tangan Zetta seraya menatap tajam gadis berambut indah itu. "Kak Steve, tapi kita tidak bisa meninggalkan Om ini sendiri, kita tunggu keluarga Om ini datang dulu ya." Zetta menolak pelan keinginan Stev
Damar memarkirkan mobilnya di halaman rumah sakit. Senyum cerah masih awet menghiasi wajahnya. Pria itu begitu yakin jika kali ini dirinya bisa membawa Wulan pulang ke Indonesia. "Daddy apa kita akan pergi menyusul Oma dan Opa ke Indonesia bersama Mommy?" tanya Kejora polos ketika mereka berjalan menuju ruang Wulan. "Of course sayang, kita akan ke Indonesia bersama Mommy menyusul Oma dan Opa dan bertemu Nenek dan Kakek." Damar tersenyum membuat kedua buah hatinya pun ikut tersenyum. Kini mereka telah sampai di depan ruangan Wulan. "Hi suster Catlin apa kabar?" sapa Wulan pada suster Catlin suster yang biasa menjadi pendamping sang mommy. "Hai, Kejora cantik, kabar ku baik, em ... hai Bintang." Suster Catlin membalas seraya menyapa Bintang. Namun pandangan suster Catlin juga tak luput memandang Damar yang berdiri menggendong Kejora. Suster Catlin masih ingat betul dengan sosok Damar yang kala itu membuat Wulan bereaksi keras terhadapnya saat dirinya tengah merawat Damar. 'Siapa s
Damar akhirnya membawa putra putrinya pulang terlebih dahulu kerumah keluarga Fernando. Bagaimana pun, pria itu tak bisa serta merta membawa si kembar ke Indonesia tanpa berbicara terlebih dahulu pada mommy dan Daddy mertuanya. Damar masih memiliki akal sehat dan sopan satun. Pria itu akan mendiskusikan terlebih dahulu pada mertuanya dan meminta pendapat kedua mertuanya itu. "Assalamualaikum Oma!" "Assalamualaikum!" ucap si kembar dan Damar yang baru saja tiba di rumah keluarga Fernando. "Waalaikumsalam sayang cucu Oma, sayang kalian ganti baju dulu ya, ada hal penting yang mau Oma bicarakan sama Daddy kalian." Nyonya Nesa memberi titah pada si kembar yang langsung diiyakan oleh keduanya. "Damar nak, kebetulan mommy mau bicara," ujar Nyonya Nesa kemudian membawa menantunya ke halaman samping rumah. Seketika, Damar pun mengangguk seraya mengikuti mommy mertuanya. "Ada apa Mom? Apa ada hal yang penting?" Damar bertanya dengan raut wajah penuh kebingungan. "Begini Mar, mommy dan Da
Nyonya Nesa begitu terkejut. Saat mendapati telpon yang mengabarkan jika putranya mengalami insiden yang mengakibatkan sang putra dirawat. Dengan panik Nyonya Nesa kemudian menghubungi sang suami. "Dad, Rayan mengalami insiden pengeroyokan begal Dad, dan sekarang dia di rawat di rumah sakit! Dad kita harus ke Indonesia sekrang Dad, Mommy akan berangkat malam ini Daddy susul saja ya kalau Daddy masih ada urusan disini," cecar Nyonya Nesa dengan paniknya. Sementara itu Tuan Leo hanya bisa terdiam mendengarkan perkataan sang istri. "Sayang, tolong tenang ok, coba ceritakan dengan perlahan, hem." Tuan Leo berkata pada sang istri agar lebih tenang menceritakan apa yang terjadi pada putra mereka. "Daddy, tadi mommy telpon Rayan, panggilan mommy sedari tadi siang tidak diangkat dan baru saja mommy telpon lagi, ternyata yang angkat itu wanita, dia memberitahu jika putrinya menemukan Rayan sedang dikeroyok oleh sekelompok begal Dad. Rayan terluka dan dia sedang dirawat di rumah sakit sek
Rayan tengah mendapat penanganan insentif. Sebab luka di kepala terus mengeluarkan darah. Rupanya ada luka robek pada kepala bagian belakangnya membuat darah segar terus keluar. Sementara gadis yang mengantar Rayan juga masih setia menunggu pria itu. Gadis berambut indah itu, bahkan belum mengganti seragam sekolahnya yang kini terlihat kotor karena noda darah Rayan yang menempel disana. "Keluarga pasien! teriak dokter yang baru saja keluar dari ruang tindakan. "Em ... saya Dok, saya yang membawa Om itu kesini," ujar gadis berambut indah itu menjawab panggilan sang dokter. "Nona, pasien membutuhkan transfusi darah kebetulan stok darah sedang habis jadi kami mencari keluarga pasien agar bisa mendonorkan darah mereka untuk pasien." Dokter itu berkata pada gadis berambut indah itu, jika Rayan sedang membutuhkan transfusi darah. "Em ... Golongan darahnya apa Dok? Mungkin saya bisa menyumbangkan darah saya untuk Om itu?" ujar sang gadis menawarkan diri. "Golongan darahnya AB."
Ardan mengepalkan tangannya. Amarahnya membuncah kala melihat Wulan yang pergi bersama Damar dan anak-anaknya. Sungguh tadinya Ardan sudah merasa menang namun, ternyata pria itu justru semakin menelan kekalahan. Bagaimana tidak, Ardan berpikir ketika ia mempublikasikan hubungannya dengan Wulan. Itu akan membuat Damar menyingkir perlahan. Alih-alih membuat Damar menyingkir. Rupanya pria itu justru malah semakin menunjukan kepemilikannya atas Wulan. Alhasil kini Ardan begitu kecewa. Karena nyatanya statusnya sebagai kekasih Wulan tidak bermakna apa-apa semua tidak ada artinya. Sementara di dalam mobil Wulan, Damar dan si kembar sedang menempuh perjalanan ke sekolah. Damar mengantarkan si kembar terlebih dahulu setelah itu barulah ia akan mengantar Wulan kerumah sakit. "Mommy, Mommy leher Mommy kenapa? Kok merah-merah? Apa Mommy sedang alergi?" tanya Kejora polos ketika melihat tanda merah di leher sang mommy. "Humm ...." Senyum Damar tertahan mendengar pertanyaan polos dari san
Malam ini adalah malam yang begitu indah bagi Dokter Ardan. Karena malam ini rencanaya menyatakan cinta pada Wulan wanita pujaannya berakhir bahagia. Enam tahun yang ia tunggu akhirnya mengalami kemajuan. Karena Wulan, kini sudah menjadi kekasihnya. Itu semua tak luput dari campur tangan Rayan, sahabat sekaligus kakak Wulan. Iya, Rayan yang tidak menyukai Damar merencanakan semua skenario drama penyakit Ardan. Karena Rayan yakin Wulan akan percaya dan menerima Ardan. Benar saja rencana mereka akhirnya berhasil. Wulan akhirnya mau menerima dokter Ardan. "Thanks Bro, kalau nggak gara-gara lu pasti nggak akan terwujud," ujar Ardan pada Rayan. Kini mereka tengah mengobrol lewat panggilan telepon. "Ya Dan, aku harap kau bisa menjaga Wulan dan membahagiakannya." Rayan meminta pada Ardan dengan tulus. "Itu sudah pasti Vi, kau jangan khawatir," jawab dokter Ardan bersungguh-sungguh. Sementara di kamar Wulan, Damar yang tengah emosi begitu bringas. Damar tidak peduli lagi jika Wulan akan