Wulan perlahan membuka kelopak matanya. Kesadaran wanita itu rupanya mulai kembali. Wulan kemudian mengedarkan pandangannya kesegala arah. Betapa terkejutnya wanita itu ketika melihat kesekitar ruangan tempatnya berada saat ini.Wulan tertegun saat melihat tanganya yang terpasang selang infus. Sementara luka tembak dibahunya yang sudah dibalut dengan perban. Bajunya pun sudah berganti dengan piyama tidur berwarna peach, yang bersih dan harum.Wulan kembali mengamati sekeliling, ruangan. Ruangan yang didominasi warna hitam dan beberapa sentuhan warna gold, membuat kesan manly yang begitu terasa. Jantung Wulan sontak, berdetak kencang, wanita itu benar-benar takut. Apakah ia kembali tertangkap oleh Tantri dan antek-anteknya. Apakah ia kembali tertangkap dan kali ini Tantri telah menjualnya. Dan mungkinkah saat ini dirinya tengah berada ditempat seseorang yang telah membelinya.Berbagai pertanyaan dan pikiran buruk terus menerus berputar di kepalanya. Tak ingin kembali menjadi tawanan. Wu
Nyonya Laura dan Tuan Prabu terdiam tak percaya. Kedua orang tua paruh baya itu begitu tercengang mendengar kenyataan tentang pernikahan anak-anak mereka. "Apa! Apa maksudnya perkataanmu, Damar apa itu benar?" ujar Nyonya Laura terdiam linglung mendengar pernyataan Elga yang begitu mengejutkan."Jangan pernah bicara omong kosong!" Tuan Prabu membentak Elga seraya melotot marah."Aku tidak sembarangan bicara liat! Liat Damar sekarang! Jika aku sembarangan bicara kenapa dia diam!" Elga menunjuk kearah Damar yang terdiam membeku. Pria itu merasakan lidahnya kelu, tak tahu harus bicara apa."Damar, apa ini Nak?" Panggil Nyonya Laura dengan mata berkaca-kaca. Wanita paruh baya itu memandang penuh tanda tanya pada sang putra. Karena sedari tadi Damar hanya terdiam tanpa kata."I-iya Pah, semua yang dikatakan oleh Elga memang benar, aku dan Wulan sudah menikah tiga bulan lalu, dan kami saling mencintai," ucap Damar lirih seraya menatap wajah kedua orang tuanya."Apa, tidak mungkin!" Nyonya L
"Apa! Dimana Bi!" tanya Rayan bersemangat."Tanda itu Bibi pernah melihatnya di pinggang Nona i-tu Tuan muda." Bi Ambar sedikit ragu seraya menunjuk kearah ranjang tempat dimana Wulan sedang terlelap tidur di atasnya."Hah! Bibi yakin! Bibi tidak salah lihat kan?" ujar Rayan begitu tak bisa mengendalikan diri. Pria itu langsung menghampiri asisten rumah tangganya dengan antusias. Rayan tak bisa mengabaikan begitu saja apa yang asisten rumah tangganya itu katakan."Iya Tuan muda, Bibi pernah melihatnya ketika Bibi mengganti pakaiannya, dengan sangat jelas bibi melihat tanda itu Tuan." Bi Ambar begitu yakin pernah melihat tanda itu di pinggang Wulan."Bi, bisakah kau memfotonya untuk ku, em ... hanya tandanya saja, kau bisa melakukanya sekarang?" pinta Rayan ingin melihat tanda yang kemarin Bi Ambar lihat di pinggang Wulan. "Baik Tuan muda, saya akan memfotonya untuk ada." Bi Ambar langsung menyanggupi permintaan sang majikan. Rayan kemudian keluar dari kamar yang Wulan tempati. Perlaha
Tuan Fernando bertindak cepat pria paruh baya itu langsung datang ke kediaman putranya untuk melakukan tes DNA. "Dimana dia, Ray?" tanya Tuan Fernando pada putranya. Pria itu begitu tak sabar ingin melihat wanita yang diduga sebagai putranya yang hilang selama 20 tahun."Dia ada di kamarku Dad." Rayan memberitahu seraya mengantar sang daddy ke kamarnya.Rayan kemudian menuntun langkah sang Daddy pergi ke lantai dua dimana kamarnya berada. Sepenjang langkahnya, Tuan Fernando begitu gugup. Jantungnya berdetak kencang. Saat mengetahui kemungkinan putri yang selama dua puluh tahun menghilang kemungkinan akan ia temukan.Pintu kamar Rayan terbuka. Pemandangan pertama yang pria paruh baya itu lihat. Adalah sosok wanita muda tertidur begitu lelap. Namun, dengan keadaan yang tidak begitu baik. Wajahnya pucat, dengan mata yang nampak sembab dan agak membengkak. Belum lagi luka di bahunya yang masih terlihat basah. Sungguh wanita cantik yang tengah tertidur lelap itu begitu memprihatinkan."Da
Dua Minggu sudah berlalu, Wulan kini sudah bisa menerima kehadiran Rayan dan orang-orang di rumah besar itu. Wanita itu pun sempat memberitahu siapa namanya, pada Rayan saat pria itu bertanya. Wulan pun, kini sudah bisa diajak berkomunikasi. Akan tetapi tidak untuk menceritakan hal yang lain. Wulan benar-benar ingin melupakan segalanya, tentang kehidupan sebelumnya. Kepahitan dan penderitaan nya, juga kekecewaan pada Damar sang suami. Wanita berparas cantik itu ingin melupakan segalanya dan memulai kehidupan barunya.Sedikit demi sedikit Wulan mulai mau bicara dengan orang-yang ada dirumah itu. Termasuk pembantu dan juga Ardan dokter tampan yang sudah ditunjuk oleh Rayan sebagai dokter kandungan untuknya. Namun, tetap saja, bumil itu selalu termenung dan ketakutan jika mendengar suara-suara keras disekitarnya. Terutama jika mendengar suara ledakan. Wulan masih sedikit ketakutan saat ia teringat akan hari dimana dia melarikan diri. Hingga berakhir tertembak dan jatuh ke dalam sungai.
"Sayang, aku mommy mu nak, Mommy kandung mu," ucap Nyonya Nesa dengan derai air mata dipipinya. Sikap tak sabarnya membuat dirinya mendapat penolakan dari Wulan. Bagaimana tidak, dalam keadaan seperti ini. Wulan tiba-tiba dikejutkan dengan kemunculan wanita yang langsung memeluknya posesif. Ditambah lagi wanita itu mengaku sebagai ibu kandungnya. Hal itu tentu saja membuat Wulan bertambah shock. Sehingga wanita itu langsung menolak keras peryataan Nyonya Nesa sebagai bentuk keterkejutannya."Mommy?" Sambil menatap Nyonya Nesa, Wulan berujar penuh tanda tanya."Sayang," panggil Tuan Leo yang langsung menghampiri Nyonya Nesa dan Wulan. Mereka semua mau tidak mau akhirnya menghampiri ibu dan anak itu. "Tante tenang Tante harus bersabar ok." Ardan berujar seraya ikut menghampiri Nyonya Nesa dan Wulan. "Tapi—""Mom, dengarkan kita harus bersabar Wulan sedang dalam keadaan yang terguncang, pernyataan Mommy justru membuatnya semakin terkejut Mom, kita harus mendekatinya perlahan," ujar Ra
Waktu terus berlalu, kini tak terasa sudah dua bulan Wulan tinggal bersama keluarga kandungannya. Selama itu pula Nyonya Nesa terus mencoba mendekati Wulan. Berkat saran dari suami dan putranya agar Nyonya Nesa mendekati Wulan dengan perlahan dan tidak terburu-buru. Kini, wanita paruh baya itu berhasil mendekati dan mengobrol bersama putri kandungnya itu.Di taman samping rumah itulah, kini, Wulan dan Nyonya Nesa tengah menikmati teh dan beberapa cemilan. Sambil memandangi bunga-bunga yang terlihat bermekaran."Wulan bagaimana keadaan mu sayang?" Ujar Nyonya Nesa lembut seraya mengelus perut Wulan yang sudah sedikit terlihat membuncit."Baik Tente, kandunganku baik-baik saja, aku juga sudah sehat." Wulan tersenyum menatap teduh wanita paruh baya di depannya itu."Syukurlah kalau begitu, Ardan pasti memberimu vitamin terbaik, iya kan?""Iya Tante, selain memberi vitamin, dokter Ardan juga selalu memantau pola makanku, dia sering menghubungiku lewat chat memastikan aku meminum susu dan
Damar menatap tajam layar ponselnya. Rahangnya mengeras, tanganya mengepal keras. Sungguh pria itu kini dalam mode emosi yang sangat tinggi.Bagaimana tidak, Damar baru saja melihat berita yang kini tengah menjadi tranding topik. Di aplikasi berlogo burung, kini tengah ramai memberitakan tentang pernikahannya dengan Elga. Sialnya berita itu dilengkapi dengan bukti-bukti foto dan Vidio ijab kabul yang mereka lakukan dua bulan lalu. Damar sungguh tidak menyangka, jika Elga memiliki keberanian yang cukup besar. Apalagi untuk mengungkap tentang pernikahan yang mereka lakukan atas dasar kesepakatan. Elga benar-benar tidak bisa dianggap remeh."Ada apa Mar?" Tuan Prabu bertanya pada putranya dengan wajah khawatir. Saat melihat perubahan wajah sang putra."Papah lihat sendiri saja," ucap pria itu seraya menyerahkan ponselnya pada sang Papah."Apa! Berani-beraninya wanita itu mengungkap pernikahan koyol kalian!" Tuan Prabu ikut kesal kemudian memaki Elga. Setelah pria itu melihat berita yang
"Mommy...." Kejora mengigau terbangun dari tidurnya. Mendengar panggilan Kejora. Sontak saja membuat keduanya tersentak kaget. Wulan dan Damar yang tengah diselimuti hasrat yang menggebu. Langsung berhambur mencari sesuatu yang bisa menutupi tubuh polos mereka. Untung saja di meja dekat sofa ada dua handuk kimono yang disiapkan oleh pihak hotel. "Mommy sama Daddy, abis mandi ya? Kok pakai kimono?" tanya Kejora polos menatap kedua orang tuanya yang sama-sama hanya memakai handuk kimono. Belum lagi pandangan aneh gadis kecil itu yang menatap Ke arah pakaian yang berserakan dilantai. "Em, i-iya sayang Daddy dan Mommy tadi—" Wulan yang hendak menjelaskan langsung dipotong oleh Damar. "Mommy sudah selesai mandi, sekarang gantian Daddy yang mandi" jawab Damar memotong perkataan Wulan seraya memungut pakaian mereka yang tercecer. "Say-ang, Kejora kenapa bangun nak?" Kini Wulan bertanya seraya mendekat pada sang putri. "Tidur lagi ya sayang. Em ... Daddy ke kamar mandi dulu ya Nak," ujar
Jam 14.30 Tuan Leo dan Nyonya Nesa akhirnya tiba di bandara internasional Soekarno Hatta. Kedua orang tua itu langsung bergegas ke rumah sakit tempat sang putra di rawat. Diantar sopir kantor yang sudah disiapkan oleh Livi. Kedua orang tua paruh baya itu akhirnya sampai setelah menempuh perjalanan selama satu setengah jam. Dengan tergesa-gesa kedua orang tua itu langsung bergegas menuju ruangan tempat sang putra dirawat. "Rayan!" Panggil Nyonya Nesa begitu wanita paruh baya itu membuka pintu kamar rawat putranya. "Mommy?" Rayan berujar lirih melihat sang mommy yang baru saja masuk. "Bagaimana keadaan mu Nak?" tanya Nyonya Nesa dengan wajah penuh kekhawatiran. "Bagaimana luka mu Ray?" Tuan Leo berkata dengan wajah yang terlihat lebih tenang dari sang istri. "Aku baik Mom, Dad," jawab Rayan pada kedua orang tuanya. "Bagaimana bisa kau sampai dikeroyok oleh begal hem?" Tuan Leo langsung bertanya kronologi, bagaimana sang putra bisa bertemu dan dikeroyok oleh para begal. "B
Malam itu juga, Damar beserta seluruh keluarga kecilnya akhirnya pergi menyusul Nyonya Nesa dan Tuan Leo ke Indonesia. Damar tersenyum semringah manakala rencananya kini berhasil dengan sempurna. Saat ini mereka sedang berada di dalam pesawat. Jika Damar dan kedua putra putri begitu bahagia. Lain halnya dengan Wulan, wanita itu sejak tadi hanya diam. Bukan karena tidak ingin ke Indonesia dalam lubuk hati Wulan sebenarnya ingin sekali pulang dan menjenguk papah dah mamahnya. 'Rencana pertama berjalan mulus semoga rencana berikutnya akan berjalan mulus juga," gumam Damar dalam hati. Pria itu begitu itu yakin dengan rencana keduanya yang telah ia susun sedemikian rupa. Sementara di lain tempat, "Zetta cukup! Aku harap kau sadar posisi mu saat ini!" ujar Steven menarik pergelangan tangan Zetta seraya menatap tajam gadis berambut indah itu. "Kak Steve, tapi kita tidak bisa meninggalkan Om ini sendiri, kita tunggu keluarga Om ini datang dulu ya." Zetta menolak pelan keinginan Stev
Damar memarkirkan mobilnya di halaman rumah sakit. Senyum cerah masih awet menghiasi wajahnya. Pria itu begitu yakin jika kali ini dirinya bisa membawa Wulan pulang ke Indonesia. "Daddy apa kita akan pergi menyusul Oma dan Opa ke Indonesia bersama Mommy?" tanya Kejora polos ketika mereka berjalan menuju ruang Wulan. "Of course sayang, kita akan ke Indonesia bersama Mommy menyusul Oma dan Opa dan bertemu Nenek dan Kakek." Damar tersenyum membuat kedua buah hatinya pun ikut tersenyum. Kini mereka telah sampai di depan ruangan Wulan. "Hi suster Catlin apa kabar?" sapa Wulan pada suster Catlin suster yang biasa menjadi pendamping sang mommy. "Hai, Kejora cantik, kabar ku baik, em ... hai Bintang." Suster Catlin membalas seraya menyapa Bintang. Namun pandangan suster Catlin juga tak luput memandang Damar yang berdiri menggendong Kejora. Suster Catlin masih ingat betul dengan sosok Damar yang kala itu membuat Wulan bereaksi keras terhadapnya saat dirinya tengah merawat Damar. 'Siapa s
Damar akhirnya membawa putra putrinya pulang terlebih dahulu kerumah keluarga Fernando. Bagaimana pun, pria itu tak bisa serta merta membawa si kembar ke Indonesia tanpa berbicara terlebih dahulu pada mommy dan Daddy mertuanya. Damar masih memiliki akal sehat dan sopan satun. Pria itu akan mendiskusikan terlebih dahulu pada mertuanya dan meminta pendapat kedua mertuanya itu. "Assalamualaikum Oma!" "Assalamualaikum!" ucap si kembar dan Damar yang baru saja tiba di rumah keluarga Fernando. "Waalaikumsalam sayang cucu Oma, sayang kalian ganti baju dulu ya, ada hal penting yang mau Oma bicarakan sama Daddy kalian." Nyonya Nesa memberi titah pada si kembar yang langsung diiyakan oleh keduanya. "Damar nak, kebetulan mommy mau bicara," ujar Nyonya Nesa kemudian membawa menantunya ke halaman samping rumah. Seketika, Damar pun mengangguk seraya mengikuti mommy mertuanya. "Ada apa Mom? Apa ada hal yang penting?" Damar bertanya dengan raut wajah penuh kebingungan. "Begini Mar, mommy dan Da
Nyonya Nesa begitu terkejut. Saat mendapati telpon yang mengabarkan jika putranya mengalami insiden yang mengakibatkan sang putra dirawat. Dengan panik Nyonya Nesa kemudian menghubungi sang suami. "Dad, Rayan mengalami insiden pengeroyokan begal Dad, dan sekarang dia di rawat di rumah sakit! Dad kita harus ke Indonesia sekrang Dad, Mommy akan berangkat malam ini Daddy susul saja ya kalau Daddy masih ada urusan disini," cecar Nyonya Nesa dengan paniknya. Sementara itu Tuan Leo hanya bisa terdiam mendengarkan perkataan sang istri. "Sayang, tolong tenang ok, coba ceritakan dengan perlahan, hem." Tuan Leo berkata pada sang istri agar lebih tenang menceritakan apa yang terjadi pada putra mereka. "Daddy, tadi mommy telpon Rayan, panggilan mommy sedari tadi siang tidak diangkat dan baru saja mommy telpon lagi, ternyata yang angkat itu wanita, dia memberitahu jika putrinya menemukan Rayan sedang dikeroyok oleh sekelompok begal Dad. Rayan terluka dan dia sedang dirawat di rumah sakit sek
Rayan tengah mendapat penanganan insentif. Sebab luka di kepala terus mengeluarkan darah. Rupanya ada luka robek pada kepala bagian belakangnya membuat darah segar terus keluar. Sementara gadis yang mengantar Rayan juga masih setia menunggu pria itu. Gadis berambut indah itu, bahkan belum mengganti seragam sekolahnya yang kini terlihat kotor karena noda darah Rayan yang menempel disana. "Keluarga pasien! teriak dokter yang baru saja keluar dari ruang tindakan. "Em ... saya Dok, saya yang membawa Om itu kesini," ujar gadis berambut indah itu menjawab panggilan sang dokter. "Nona, pasien membutuhkan transfusi darah kebetulan stok darah sedang habis jadi kami mencari keluarga pasien agar bisa mendonorkan darah mereka untuk pasien." Dokter itu berkata pada gadis berambut indah itu, jika Rayan sedang membutuhkan transfusi darah. "Em ... Golongan darahnya apa Dok? Mungkin saya bisa menyumbangkan darah saya untuk Om itu?" ujar sang gadis menawarkan diri. "Golongan darahnya AB."
Ardan mengepalkan tangannya. Amarahnya membuncah kala melihat Wulan yang pergi bersama Damar dan anak-anaknya. Sungguh tadinya Ardan sudah merasa menang namun, ternyata pria itu justru semakin menelan kekalahan. Bagaimana tidak, Ardan berpikir ketika ia mempublikasikan hubungannya dengan Wulan. Itu akan membuat Damar menyingkir perlahan. Alih-alih membuat Damar menyingkir. Rupanya pria itu justru malah semakin menunjukan kepemilikannya atas Wulan. Alhasil kini Ardan begitu kecewa. Karena nyatanya statusnya sebagai kekasih Wulan tidak bermakna apa-apa semua tidak ada artinya. Sementara di dalam mobil Wulan, Damar dan si kembar sedang menempuh perjalanan ke sekolah. Damar mengantarkan si kembar terlebih dahulu setelah itu barulah ia akan mengantar Wulan kerumah sakit. "Mommy, Mommy leher Mommy kenapa? Kok merah-merah? Apa Mommy sedang alergi?" tanya Kejora polos ketika melihat tanda merah di leher sang mommy. "Humm ...." Senyum Damar tertahan mendengar pertanyaan polos dari san
Malam ini adalah malam yang begitu indah bagi Dokter Ardan. Karena malam ini rencanaya menyatakan cinta pada Wulan wanita pujaannya berakhir bahagia. Enam tahun yang ia tunggu akhirnya mengalami kemajuan. Karena Wulan, kini sudah menjadi kekasihnya. Itu semua tak luput dari campur tangan Rayan, sahabat sekaligus kakak Wulan. Iya, Rayan yang tidak menyukai Damar merencanakan semua skenario drama penyakit Ardan. Karena Rayan yakin Wulan akan percaya dan menerima Ardan. Benar saja rencana mereka akhirnya berhasil. Wulan akhirnya mau menerima dokter Ardan. "Thanks Bro, kalau nggak gara-gara lu pasti nggak akan terwujud," ujar Ardan pada Rayan. Kini mereka tengah mengobrol lewat panggilan telepon. "Ya Dan, aku harap kau bisa menjaga Wulan dan membahagiakannya." Rayan meminta pada Ardan dengan tulus. "Itu sudah pasti Vi, kau jangan khawatir," jawab dokter Ardan bersungguh-sungguh. Sementara di kamar Wulan, Damar yang tengah emosi begitu bringas. Damar tidak peduli lagi jika Wulan akan