Share

4. Buket Bunga

Penulis: pramudining
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-25 08:05:09

Happy Reading

*****

Sesampainya di depan lift, Wening sengaja memutar arah menuju tangga agar tak bersama dengan pasangan itu. Masih belum sanggup untuk melihat kemesraan kekasihnya dengan putri pemilik perusahaan.

Meskipun lebih lama dan melelahkan, Wening bersabar dengan keadaannya. Sesampainya di ruangan, gadis itu melempar tasnya ke sofa dengan kasar. "Astagfirullah. Ada apa sebenarnya denganmu, Mas."

Dering telepon di meja Wening membuat gadis itu membuka mata. Segera dia mengangkat. "Selamat pagi dengan Wening di sini. Ada yang bisa dibantu?"

"Segera ke ruangan saya sekarang!"

"Baik, Pak." Tanpa bertanya siapa yang meneleponnya tadi, Wening sudah tahu jika suara bariton itu milik sang direktur.

Baru menginjakkan kaki di depan pintu ruangan direktur, Wening berpapasan dengan sang kekasih.

"Mas Fahri?" kaget Wening.

Si lelaki cuma menatap sekilas tanpa berkata apa pun, dia mengetuk pintu ruangan direktur terlebih dahulu.

"Masuk," suruh sang pemilik ruangan.

Wening terdiam. Pikirannya masih mengolah sikap Fahri barusan. Harusnya perempuan itu yang marah dan menunjukkan wajah tak bersahabat, tetapi mengapa malah terbalik. Fahri yang terlihat marah saat ini.

Sebelum dipersilakan oleh sang pemilik ruangan untuk duduk, Wening mempertahankan posisinya berdiri.

Sang direktur menatap keduanya bergantian. Lalu, berhenti pada Wening yang masih betah berdiri. "Mau sampai kapan kamu berdiri? Duduklah, Ning," perintah Hartawan, direktur sekaligus pemilik perusahaan garmen.

Setelah sang akuntan duduk, Hartawan mengeluarkan map untuk dibagikan pada dua orang di depannya. "Saya mendapat order besar dari salah satu tamu yang telah lama mempercayakan produk pakaian di tokonya pada garmen kita. Akan tetapi, ada sedikit kendala saat ini." Hartawan menatap pada sang calon menantu. "Sebagai seseorang yang pernah menjabat kepala produksi, Papa minta kamu membuat anggaran serta pemakaian bahan produksi dengan sangat rinci. Setelah itu minta anggarannya pada bagian keuangan."

Fahri membulatkan mata. Sepertinya tugas membuat anggaran bukan wewenangnya, tetapi mengapa Hartawan malah memberikan tanggung jawab itu padanya.

"Kenapa? Apa kamu keberatan?"

"Bukan keberatan, Pa. Fahri merasa ini bukan lagi tugas seorang wakil direktur."

"Papa masih belum percaya dengan penggantimu saat ini. Kamu bisa mengajarinya, sekalian untuk meyakinkan Papa bahwa orang yang kmu rekomendasikan itu tepat."

Wajah Fahri seketika berubah. Entah apa yang sedang dipikirkan. Namun, beberapa saat kemudian, dia menganggukkan kepala.

"Papa harap kamu bisa bekerja sama dengan semua pihak terkait tugas ini. Mengerti?"

"Ngerti, Pa." Mulutnya bisa berkata demikian, tetapi hatinya meragu. Ada hal yang tidak pernah diketahui oleh calon mertuanya tentang semua anggaran serta rincian produksi yang dibuat oleh Fahri.

Di sebelah Fahri, Wening mulai jengah. Untuk apa dia berada di ruangan itu kalau diskusi, hanya didominasi mereka berdua. Dia pun mengumpat dalam hati.

Sementara Wening tengah mengumpat dalam hati, Fahri melirik penampilan gadis yang sudah menjalin hubungan dengannya selama ini. "Cantik," kata itu keluar dengan sendirinya tanpa bisa dikontrol.

"Bicara apa kamu?" tanya lelaki paruh baya di depan mereka.

"Maaf, Pa."

"Fokus sama pekerjaan dan lakukan yang terbaik. Saya harap kalian berdua bisa bekerja sama dengan baik. Kalian bisa keluar," perintah sang direktur.

Fahri keluar lebih dulu, diikuti Wening yang berusaha mengejarnya. Gadis itu seolah melupakan bahwa dirinya sedang berada di kantor dan tak ada seorang pun yang tahu tentang hubungan mereka.

"Kenapa kamu nggak datang semalam, Mas? Kalau memang nggak niat buat melamar, jangan memberi harapan yang begitu besar. Seluruh keluargaku menunggumu tadi malam." Wening sengaja menyejajarkan langkah dengan Fahri.

"Ini kantor. Jangan bahas apa pun selain pekerjaan." Wajah Fahri berubah tegas dan sedikit sinis.

"Kenapa? Apa kamu takut ketahuan bahwa sebelumnya kita punya hubungan?"

"Berhenti mengatakan apa pun tentang masalah pribadi kita!" Kata-kata Fahri pelan, tetapi sorot matanya menunjukkan kemarahan pada gadis itu.

"Aku akan berhenti setelah kamu menjelaskan semuanya." Wening berkata dengan tegas. Sebagai akuntan yang membawahi empat anak buah. Sikap Wening tidak mudah untuk diintimidasi apalagi diancam seperti perkataan Fahri tadi.

Fahri meninggalkan Wening. Dia berjalan dengan cepat ke ruangannya. Sementara si gadis masih berusaha mengejar. Sampai di depan ruangan baru sang lelaki, Wening menghentikan langkah.

"Hai, Sayang," sapa Tiara dan langsung bergelayut pada lengan kanan tunangannya. Sekilas dia melirik Wening. "Ngapain kamu ngikuti tunangan saya sampai ke ruangannya? Ganjen banget jadi cewek."

"Maaf, saya nggak ganjen. Saya masih ada perlu dengan Pak Fahri terkait order yang baru dibicarakan di ruangan Pak Hartawan."

"Halah alasan. Matamu nggak bisa bohong. Kamu mengejar Mas Fahri karena alasan pribadi. Ngaku saja."

"Kalian berdua bikin aku pusing." Fahri masuk dengan membanting pintu. Kedua perempuan itu terhenyak.

Merasa dipermalukan, Wening berbalik arah. Namun, beberapa karyawan yang melihat kejadian tadi sempat berbisik-bisik. Ruangan Fahri memang melewati beberapa kubikel bagian produksi dan pengontrolan kualitas. Jadi, perbincangan mereka jelas mengundang beberapa pasang mata untuk fokus kepada ketiganya.

"Bu Wening teryata tidak tahu diri juga, ya. Sudah tahu Pak Fahri adalah tunangan Bu Tiara, kenapa masih berusaha mencari simpatinya," bisik salah satu karyawan yang berpapasan dengan Wening.

Wanita itu mengangguk menanggapi bisikan temannya. "Kelihatannya alim, pendiam, tapi kok begitu. Cantik, sih, tapi kenapa jadi pelakor," sahut yang lain.

Ingin rasanya menghilang saja. Tidak tahukah mereka semua bahwa Tiara yang menjadi pelakor dalam hubungannya dengan Fahri. Melirik pada dua wanita yang berbisik tadi, Wening mempercepat jalannya menuju ruangan. Sesampainya di dalam ruangan pribadinya, gadis itu menjatuhkan bobot tubuh sedikit keras pada sofa. Memijat keningnya yang mulai berdenyut.

"Kamu nggak bisa giniin aku, Mas. Harus ada penjelasan, tega kamu menghancurkan semua impian pernikahan kita," kata Wening di tengah pikiran kalut hari ini.

Mengambil ponsel dari dalam saku blazer yang dikenakannya, sang akuntan mengetikkan chat pada wakil direktur yang baru.

"Mari kita selesaikan masalah pribadi saat jam makan siang. Temui aku di tempat biasa. Aku butuh penjelasannya." Pesan itu dikirim dengan cepat oleh si gadis berjilbab. Chat itu sudah check list dua, tetapi belum dibaca oleh sang pemilik.

"Inikah alasanmu menyembunyikan hubungan kita selama bertahun-tahun? Harusnya aku menaruh rasa curiga." Memejamkan mata dan mengusap kasar wajah, Wening semakin galau serta pusing.

Lima menit, chat yang dikirimkan belum juga terbaca. Pikiran sang gadis mulai ke mana-mana apalagi ada Tiara yang ikut masuk ke ruangan  Fahri. Sisi negatif itu muncul.

"Mungkinkah mereka berdua melakukan hal terlarang di dalam kantor seperti yang sering aku baca di novel-novel? Astagfirullah, Mas Fahri nggak mungkin sebejat itu. Selama ini, dia nggak pernah melakukan hal-hal di luar batas. Menciumku saja, dia nggak pernah melakukannya."

Tengah berperang dengan prasangka buruknya, pintu ruangan Wening diketuk.

"Masuk," suruh si gadis berjilbab.

"Bu, ada paket." Seorang lelaki yang diketahui sebagai OB di kantor tersebut menyerahkan buket bunga mawar merah serta sekantong plastik nasi kotak.

"Dari siapa?"

"Dari cowok ganteng. Katanya, calon suaminya Ibu." OB itu tersenyum. Wening yang dikirimi buket mawar, tetapi lelaki itu yang baper. "Dia juga nitip salam. Bu Wening nggak boleh banyak pikiran.Jangan telat makan supaya magnya nggak kambuh."

"Wah, rupanya sudah ada yang perhatian. Gitu sok minta penjelasan."  Suara seorang lelaki menginterupsi kebingungan Wening akan paket yang diterimanya. Kemarahan jelas terpancar di wajah sang lelaki.

Bab terkait

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   5. Panas

    Happy Reading*****Mengabaikan segala kekesalan pada lelaki yang katanya sudah bertunangan semalam, Wening mengambil buket bunga serta kotak makanan di tangan OB. "Terima kasih, Mas," ucap Wening."Sama-sama, Bu." Merasa pekerjaannya sudah selesai, sang OB memilih pergi dari ruangan akuntan apalagi tanpa sengaja melihat delikan dari sang wakil direktur baru.Cepat, Fahri menutup pintu dan berjalan mendekat pada Wening. Dia merebut buket itu dengan kasar. "Jadi, kamu mengkhianati aku? Ckck, nggak nyangka," katanya."Ada maling teriak maling sepertinya. Mau apa ke ruanganku?" Wening menaruh buket serta kotak makan di meja kerjanya."Bukannya kamu yang chat supaya aku memberikan penjelasan tentang kejadian semalam. Sepertinya sudah nggak diperlukan lagi." Jeda sebentar, lelaki itu memasukkan kedua tangannya di saku celana."Baguslah jika sudah punya calon suami yang bisa menggantikan aku." Fahri menyerahkan sebuah map pada gadis berjilbab di depannya. Dia juga melempar buket mawar ke s

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-25
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   6. Tragedi Di Lobi

    Happy Reading*****Fandra semakin mengeratkan pelukannya pada Wening. Dia bahkan sampai memutar tubuh si perempuan ke arah berlawanan dan sedikit menjauh dari tempat semula. Wening mulai meronta-ronta minta dilepaskan, sementara suara panggilan namanya dari arah belakang membuat semua karyawan mulai berkerumun."Ayo pergi sekarang sebelum makin banyak teman-teman kerjamu memperhatikan kita," bisik Fandra tanpa mau menghiraukan panggilan seseorang pada Wening."Iya, tapi lepaskan dulu." Fandra mengendurkan pelukan, tetapi tangannya dengan cepat menyeret Wening keluar dari kantor garment tempatnya bekerja. Tanpa menoleh pada siapa pun. Mereka berdua jalan lurus hingga sampai di parkiran.Sementara itu, seseorang yang memanggil Wening tadi begitu marah karena merasa di abaikan. "Kenapa kamu terlihat marah begitu, Yang?" tanya perempuan yang selalu menempel pada lelaki itu."Gimana nggak marah. Wening melakukan hal tak senonoh di tempat kerja. Memangnya kantor ini tempat mesum? Seenakn

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-07
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   7. Tidak Adil

    Happy Reading*****Wening memperbaiki dirinya sebelum keluar ruangan. Sudah dua kali dalam satu hari ini, dia dipanggil sang atasan. Kali ini, entah hal penting apa yang akan disampaikannya. Naik ke lantai berikutnya, gadis itu berdoa dalam hati semoga bukan tentang kejadian di lobi yang membuatnya di panggil oleh sang direktur.Mengetuk pintu ruangan sang direktur sekaligus sang pemilik usaha. Wening membukanya setelah dipersilakan. "Permisi, Pak," ucap Wening. Sedikit membungkuk mendekati meja sang direktur.Lelaki dengan perut buncit itu menggerakkan kepala menatap akuntan yang sudah bekerja lebih lima tahun di hadapannya. Sejak pertama kali melamar pekerjaan di garmen miliknya, Wening sudah menarik simpati sang atasan. Sosoknya sangat berkarakter, jarang sekali melakukan kesalahan pada pekerjaan. Disiplin tinggi serta tanggung jawab dan loyalitasnya pada garmen tidak perlu diragukan lagi. "Duduklah," suruh lelaki bernama Hartawan.Menggeser kursi di hadapan sang direktur, Wenin

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-07
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   8. Terungkap

    Happy Reading*****Dalam perjalanan pulang, perkataan Abraham terus saja berputar di dalam otak Wening. Jika sahabat yang paling dekat dengan mantan kekasihnya saja mengatakan demikian. Lalu, kenapa dia masih begitu percaya pada Fahri saat itu."Jadi, apa arti hadirku dalam hidupmu, Mas?" tanya Wening dalam hati. Memarkirkan mobil milik bapaknya. Wening masuk rumah tanpa ada firasat apa pun. Tidak pernah tahu bahwa seluruh anggota keluarganya kini tengah berkumpul di ruang tamu menunggu kepulangannya."Assalamualaikum," salam Wening ketika memutar kenop pintu ke bawah."Waalaikumussalam," jawab semua orang dari dalam rumah.Kepala Wening menyembul di daun pintu. Dia sengaja mengintip terlebih dahulu, mendengar jawaban serempak yang tak biasanya terdengar ketika pulang kerja. Kedua alis si gadis menyatu. Perlahan, dia melangkahkan kaki masuk dan mulai menyapa seluruh keluarga satu per satu dengan menyalami mereka semua.Ketika akan bergerak menuju kamar, suara bariton Mahmud terdenga

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-07
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   9. Sesal

    Happy Reading*****"Katanya ingin adik segera menikah, tapi Ibu menetapkan standard yang begitu tinggi saat mencari calon menantu. Gimana, sih," sahut si tengah, "kalau ingin adik menikah tahun ini, ya, biarkan saja sama Fandra. Dia cukup baik dan ramah. Masalah pekerjaan, kita nggak boleh mengadili seperti itu. Suatu saat, seorang office boy juga pasti akan naik jabatan."Si tengah, Akbar menatap Fatimah dengan wajah keberatan atas kalimat yang dikeluarkannya tadi. Baru akan membuka suara lagi, tangan kanan Mahmud terangkat. Kelima jarinya tegak meminta Akbar diam. Ada sesuatu yang harus dia ketahui dan hal itu sangat penting daripada pekerjaan Fandra. Lalu, Mahmud pun menatap putrinya dan berkata, "berapa umur Fandra, Nduk?""Adik nggak tahu, Pak. Mungkin usianya jauh di bawah Wening." Si bungsu menjawab dengan sangat lirih bahkan kepalanya tertunduk begitu dalam. Sepanjang hidup, baru kali ini Wening disidang oleh keluarganya sendiri gara-gara orang lain.Sekali lagi, helaan panj

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-11
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   10. Permintaan Mahmud

    Happy Reading*****"Mbak," panggil Fandra. Tangannya bergoyang ke kanan kiri, tepat pad wajah Wening. "Mau nggak? Kok, malah bengong. Nggak ada orang lain yang bisa dimintai tolong. Lagian sudah mau magrib, keburu bengkelnya tutup.""Hah?" tanya Wening, seperti orang linglung."Bisa nggak nolongin aku, Mbak?" tanya Fandra memastikan sekali lagi."Hmm. Bisa, tapi aku nggak pernah melakukannya. Tunjukkan caranya, aku akan belajar dengan cepat.""Baiklah. Terima kasih sebelumnya." Fandra bahkan dengan sengaja mengedipkan mata pada si gadis. Wening memalingkan muka.Fandra tertawa cukup keras, tetapi detik selanjutnya, dia mulai menjelaskan pada Wening bagaimana caranya. Menyimak semua instruksi yang dikatakan oleh Fandra, Wening mulai naik pada motor lelaki itu.Perlahan kedua melaju, menuju bengkel yang letaknya cukup jauh dari tempat Fandra menghentikan Wening tadi. Sesampainya di depan bengkel, keduanya berhenti. "Terima kasih, Mbak. Sudah mau membantuku," kata Fandra. Sekali lagi,

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-11
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   11. Mengejutkan

    Happy Reading*****"Mengapa kalian melihat Bapak dengan tatapan aneh begitu," ucap Mahmud menanggapi keterkejutan semua orang. Seluruh anggota keluarga menggeleng. Jika sang kepala keluarga sudah beritahu, tidak akan bisa anggota yang lain protes untuk menolak. Demikianlah yang terjadi sejak bertahun-tahun lalu di keluarga Wening. Mahmud mengarahkan pandangan pada si bungsu. "Nduk, pinjamkan sarung untuk Nak Fandra," titah sang kepala keluarga tanpa ada yang bisa membantah.Wening berbalik arah dan menuju lemari di pintu masuk musala. Sementara Fandra, dia segera mengambil wudu. Tak ingin membuang waktu sama sekali karena waktu magrib sangat singkat. Walau ada rasa gugup yang menyerang jantungnya saat ini, tetapi Fandra tetap menerima permintaan Mahmud. Entah alasan apa yang dimiliki lelaki paruh baya tersebut.Fandra percaya semua akan terlewati dengan mudah. Niatnya datang ke rumah keluarga Wening baik dan insya Allah akan mendapat keridhaan.Menyerahkan sarung tanpa berkata apa

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-11
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   12. Pantang Menyerah

    Happy Reading*****"Nggak perlu berdebat seberapa lama kamu telah mengenal putri Bapak. Semuanya pasti nggak akan ada ujungnya." Mahmud kembali melirik sang istri. Gelagat kekaguman serta cinta yang begitu besar di mata Fandra ketika menatap Wening, tertangkap oleh indera Mahmud. Tidak akan dia biarkan seorang lelaki menatap putri seperti itu. "Nduk, sudah waktunya makan malam. Sebaiknya kalian menyiapkan makan malam. Masalah itu sudah jelas ke mana ujungnya. Bapak harap, Nak Fandra mau menerima dengan lapang. Untuk saat ini, Bapak memang belum bisa menerima lamaranmu."Para wanita beranjak dari duduk dan mulai berjalan ke dapur. Fatimah terdengar mengoceh, seperti memberi nasihat atau sedang marah pada Wening. Fandra masih mengamati perempuan berjilbab yang sudah sangat menarik hatinya itu.Kurang dari lima menit kemudian, kakak ipar kedua Wening yang bernama Reni, kembali ke ruang tamu. "Pak, makanan sudah siap," ucapnya.Menoleh pada menantunya, Mahmud menganggukkan kepala. "Ayo

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-12

Bab terbaru

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   117. Selamanya Bahagia 2

    Happy Reading*****Fandra membawa istrinya ke pelaminan. Sambil menunggu dokter datang, Wening memaksa untuk tetap berada di acara tersebut demi menghormati para tamu. Acara demi acara pun berlangsung walau tak sesuai dengan jadwal dan susunan yang sudah dibuat."Yang, sebaiknya kamu istirahat di kamar saja. Nggak papa, kok," kata Fandra."Nggak papa, Yang. Nggak enak sama tamu-tamu yang sudah kita undang.""Tapi wajahmu pucat sekali."Saat itu juga suara MC yang mengatakan bahwa sudah waktunya mereka berdua untuk berdansa. Membuat Wening berdiri."Yang, kalau nggak kuat jangan dipaksa." Fandra benar-benar cemas dengan keadaan istrinya. Senyum itu ditampilkan Wening demi semua orang. Padahal kondisinya benar-benar buruk saat ini. "Jadi, kamu nggak mau kita berdansa berdua?" "Bukan begitu, tapi kesehatanmu sedang terganggu.""Nggak papa. Ayo," ucap Wening.Bergerak mengikuti alunan musik, Wening tampak bahagia. Seluruh tamu undangan menatap ke arah kedua pasangan itu. Semakin lama,

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   116. Selamanya Bahagia

    Happy Reading*****Fahri mengusap lembut tangan sang istri. "Kita hadapi bersama ujian ini," ujarnya.Tiara mengangguk dan tersenyum ke arah Wening. "Dokter mengatakan aku memiliki kista yang cukup besar sehingga menyebabkan sulit mendapatkan keturunan. Tolong maafkan semua salahku selama ini, Ning. Aku sudah mencurigaimu tanpa alasan. Mungkin dengan kata maafmu, bisa membantu mengurangi sakit yang aku derita."Terenyuh, Wening melepaskan pegangan tangannya dari sang suami. Lalu, menangkupkan tangan kanannya pada telapak tangan Tiara. "Kita manusia biasa. Tempatnya salah dan khilaf. Jauh sebelum Bu Tiara minta maaf, saya sudah memaafkan dan melupakan kejadian nggak mengenakkan di masa lalu." Perempuan di samping Fandra itupun tersenyum."Kalau sudah memaafkan kenapa masih memanggilku Ibu? Kita kan saudara ipar sekarang," jawab Tiara. Senyumnya lebih tampak daripada tadi."Bener kata Mbak Tiara, Yang. Jangan panggil dia ibu, panggil saja Mbak. Sama seperti aku memanggilnya," kata Fand

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   115. Kabar Bahagia sekaligus Sedih

    Happy Reading*****Tak banyak pertanyaan, Wening mengikuti perintah sang suami. Membersihkan diri cuma dengan berwudu. Lalu, keduanya berangkat ke rumah sakit yang katakan oleh Catra. Sesampainya di parkiran rumah sakit, Fandra meminta sang istri turun. "Sayang, aku harap kamu nggak kecewa karena malam pertama kita gagal," kata sang suami. "Ish, jangan bahas itu. Aku malu."Tawa Fandra menggema di lorong rumah sakit. "Sebenarnya, kita mau menjenguk siapa?" "Silvia, dia terpeleset di kamar mandi dan sekarang perutnya terasa sakit. Kata Catra, kemungkinan besar Silvia kontraksi. Entah mengapa, sejak tadi dia mencarimu.""Eh, kenapa mencariku?""Si janin ngidam pengen ditungguin tantenya kali." Fandra menampilkan deretan gigi putihnya. Setelah tadi cukup tegang mendengar kabar dari Catra. "Awas saja kalau ini cma akal-akalannya Silvia sama Catra." Wening menghela napas kesal.Fandra meraih perempuan yang sangat dicintanya itu ke pelukan. "Kita akan menghukum mereka jika sampai ha i

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   114. Pengalaman Pertama

    Happy Reading*****Jawaban terkejut Wening membuat Fandra sudah mengangkatnya ke ranjang. Lelaki itu kini berada tepat di atas sang istri. "Yang, buka mata, dong."Perlahan, Wening membuka mata. Tangan Fandra menyusuri wajah yang selama satu tahun ini sangat dirindukannya. "Buka jilbabnya, ya. Aku pengen lihat," kata si bos lirih. Lagi-lagi, Wening tidak bisa mengeluarkan suara untuk memprotes permintaan sang suami."Masya Allah, persis seperti yang aku impikan selama ini. Rambut panjang dan berwarna hitam," ucap Fandra. Matanya mulai berkabut dan entah siapa yang memulai, keduanya larut dalam ciuman memabukkan. Wening berusaha melepas himpitan sang suami. Tangannya memberi kode pukulan ringan supaya bibir Fandra segera menjauh karena dia mulai kekurangan pasokan oksigen.Melepas pagutannya, Fandra tersenyum penuh kemenangan. "Manis sekali. Akan jadi tempat favoritku nantinya." Telunjuk kanannya bergerak mengusap bibir sang istri penuh gairah.Napas Wening memburu. Dia hampir tid

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   113. Maaf

    Happy Reading*****"Tapi," ucap Wening. Suaranya bergetar seperti orang ketakutan. "Nggak apa-apa. Mungkin, dia ingin mengucapkan selamat pada kita," bisik Fandra pada sang istri. Lelaki yang tak lain adalah Anshori, berjalan mendekati pasangan yang tengah berbahagia itu. Bersama seorang perempuan dan Widi yang menggendong adik bayinya. Tangan kanan rekan kerja Fandra terulur padanya. "Selamat Pak Fandra. Akhirnya bisa menikah dengan pujaan hatinya," ucap Anshori. Fandra tersenyum. "Terim kasih, Pak. Sudah menjaga jodoh saya dengan sangat baik," balas si pengantin pria. Anshori tak menjawab perkataan rekan kerjanya, dia langsung melepaskan jabatan mereka. Lelaki itu kini beralih akan menyalami Wening, tetapi tangan Fandra bergerak lebih cepat sehingga mereka bersalaman kembali. "Wening sudah menjadi istriku. Jadi, jangan coba-coba untuk menyentuhnya walaupun dengan alsan bersalaman." Fandra menatap Anshori penuh ancaman dan peringatan. Anshori menaikkan sebelah bibirnya, menc

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   112. Suami Istri

    Happy Reading*****Senyum lelaki yang memakai pakaian senada dengan Wening tercetak jelas. Perempuan berjilbab itu menatap sekelilingnya. Catra, Akbar, Fatur, Mahmud dan keluarga lainnya ada di belakang lelaki yang tadi membacakan doa pengantin untuknya."Pak," panggil Wening pada Mahmud. "Kenapa bisa?"Mahmud tersenyum, lalu menganggukkan kepala. "Tanyakan padanya. Bapak nggak bisa cerita apa-apa.""Ngobrol sama suamimu, Dik," kata Fatur, "ayo, Pak. Di bawah banyak tamu yang menunggu."Seluruh keluarga meninggalkan dua orang yang baru saja resmi menjadi pasangan halal. Silvia bahkan sengaja menyenggol tubuh Wening, menyebabkan perempuan itu terhuyung ke depan. Sang suami segera menahan bobot tubuhnya dengan gesit."Nakal," ucap suami Wening. Silvia menjulurkan lidah. Sangat canggung, tubuh Wening menegang ketika sentuhan tangan sang suami menempel di bahunya.Lelaki itu menutup pintu dengan kaki kanannya. Merengkuh sang istri untuk duduk di tepian ranjang. Dia sendiri, kemudian men

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   111. Hari Pernikahan

    Happy Reading***** Selesai salat Subuh, Wening sudah didandani oleh seorang perias. Nanti, tepat pukul tujuh, pengucapan akad oleh duda dua anak itu akan dilakukan. Widi bahkan sejak semalam sudah menginap di rumahnya. Walau gadis ABG itu tidak setuju dengan keputusan Wening tetap menikah dengan papanya, tetapi dia juga tidak bisa berbuat apa pun juga.Wening diam seribu bahasa ketika wajahnya mulai dipoles oleh sang perias. Sejak semalam, tidurnya tidak tenang sama sekali. Salat subuh pun, bayangan wajah Fandra berseliweran. Istigfar, selawat, zikir-zikir penenang hati sudah dia rapalkan. Namun, hatinya tetap tidak tenang. Si gadis selalu mengingat wajah Fandra. Sekarang pun, saat matanya terpejam, senyum si bos muda hadir begitu saja."Kamu itu kenapa sih, Dek. Kok selalu saja menggangguku," kata Wening."Mbak, ngomong apa?" tanya si perias. Dia terkejut ketika Wening mengeluarkan kalimat-kalimat aneh. Membuka mata, si gadis yang sebentar lagi berganti status tersebut tersenyum.

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   110. Genderang Perang

    Happy Reading*****Catra menghela napas panjang. Setelah berkata supaya Fandra tidak datang ke pernikahannya besok, sng gadis berlalu begitu saja meninggalkan adik iparnya. "Dia siapa, Mas?" tanya pengacara di kantor Fandra."Dia calon istrinya Pak Anshori. Dia juga Mbak tersayangnya Mas Bos. Bapak tahu kan, kenapa mas bos sampai sekarang menjomblo. Ya, semua karena menunggu dan mencari Mbak Ning," jelas Catra.Pengacara yang hampir dua tahun ini bekerja dengan Fandra, manggut-manggut. Sekarang, dia tahu mengapa si bos tampan dan mapan itu tidak pernah mau dekat dengan seorang perempuan sekalipun banyak yang mendekati. Tahu juga, mengapa bosnya itu selalu menyebut nama Mbak tersayang. "Cantik dan terlihat sangat pinter," puji legal hukum yang bekerja di kantor Fandra. "Jangan sampai mengatakan hal demikian di depan Mas Bos, Pak. Bisa kena semprot sama bogeman nanti," peringat Catra. Keduanya lantas menuju ruangan Anshori karena sudah ditunggu oleh Fandra. Tanpa mengetuk pintu Cat

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   109. Patah Kedua Kali

    Happy Reading*****Sejak kejadian itu, Fandra tak pernah mau untuk pulang ke Malang maupun Banyuwangi. Dia ingin menetap di daerah sama yang ditinggali Wening, meski sang pujaan akan bersatus sebagai nyonya Anshori. Catra, terpaksa mengikuti bosnya tinggal di pulau garam, tetapi seminggu sekali lelaki itu akan pulang ke rumahnya menjenguk sang istri. "Mas, hari ini ada jadwal ketemu sama Pak Anshori untuk pembukaan kafe baru bersama anaknya yang cewek itu. Mas bos sendiri yang datang atau aku wakili?" Catra masuk ke ruangan Fandra saat lelaki itu tengah termenung menatap pantai dengan deburan ombaknya.Menoleh, Fandra tersenyum pada sng asisten. "Biarkan aku saja yang ketemu sama dia. Sekalian mau mengucapkan selamat. Bukankah besok, dia akan menikah sama Mbak tersayangku?""Mas," panggil Catra, "bisakah melupakan Mbak Wening dan mulai buka hatimu untuk cewek lain?"Fandra menggeleng, "Nggak bisa, Cat. Hatiku sudah diisi sepenuhnya oleh Wening. Sampai kapan pun, cinta ini tetap unt

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status