Home / Romansa / Tergoda Rayuan CEO Muda / 6. Tragedi Di Lobi

Share

6. Tragedi Di Lobi

Author: pramudining
last update Last Updated: 2023-09-07 16:47:45

Happy Reading

*****

Fandra semakin mengeratkan pelukannya pada Wening. Dia bahkan sampai memutar tubuh si perempuan ke arah berlawanan dan sedikit menjauh dari tempat semula. Wening mulai meronta-ronta minta dilepaskan, sementara suara panggilan namanya dari arah belakang membuat semua karyawan mulai berkerumun.

"Ayo pergi sekarang sebelum makin banyak teman-teman kerjamu memperhatikan kita," bisik Fandra tanpa mau menghiraukan panggilan seseorang pada Wening.

"Iya, tapi lepaskan dulu."

Fandra mengendurkan pelukan, tetapi tangannya dengan cepat menyeret Wening keluar dari kantor garment tempatnya bekerja. Tanpa menoleh pada siapa pun. Mereka berdua jalan lurus hingga sampai di parkiran.

Sementara itu, seseorang yang memanggil Wening tadi begitu marah karena merasa di abaikan.

"Kenapa kamu terlihat marah begitu, Yang?" tanya perempuan yang selalu menempel pada lelaki itu.

"Gimana nggak marah. Wening melakukan hal tak senonoh di tempat kerja. Memangnya kantor ini tempat mesum? Seenaknya saja berpelukan di depan semua karyawan." Fahri menunjuk beberapa karyawan yang mulai keluar untuk beristirahat karena sudah memasuki jam makan siang. Beberapa orang lainnya menatap aneh pada lelaki itu.

"Sudahlah, Yang. Ayo kita keluar makan siang. Malu dilihat karyawan." Tiara menggandeng tangan tunangannya. Sedikit menyeret agar Fahri segera keluar garment.

Sementara itu, Wening dan Fandra sudah sampai di kafe seberang jalan garment. Si gadis melepas paksa genggaman tangan lelaki yang baru dikenalnya.

"Gila, ya, kamu. Berani-beraninya memelukku," bentak Wening. Wajahnya merah, jelas sekali jika dia marah.

"Aku melakukannya demi kebaikan. Kamu pasti nggak tahu kalau lelaki yang memanggilmu tadi sudah mendelik sejak pintu lift terbuka," jawab Fandra santai, "dia pacarmu, ya, Mbak?"

"Bukan," jawab Wening dan berlalu meninggalkan Fandra di depan pintu kafe. Mencari tempat duduk ternyaman dan segera memesan minuman.

"Kalau bukan, kenapa dia terlihat marah sekali ketika aku memelukmu. Apalagi teriakannya saat memanggil." Fandra bahkan sampai memiringkan wajah. Persis anak kecil yang melakukan ciluk ba, demi melihat dan mengetahui kebenaran di mata Wening.

"Nggak usah sok ikut campur. Aku masih kesal sama kamu." Wening mengerucutkan bibir, kedua tangannya dilipat di depan dada.

"Oke, aku nggak akan ikut campur, tapi berjanjilah."

"Janji apa?" Mata Wening berputar ke kanan dan kiri, sedangkan bibirnya masih mengerucut ke depan.

"Buka hatimu untukku." Fandra berusaha mencolek dagu si gadis, tetapi Wening bisa menepisnya dengan cepat.

"Jaga tanganmu. Kita bukan suami istri. Jadi, jaga batasan."

"Sebentar lagi, kamu akan menjadi istriku, kan?"

"Tau, ah. Ngomong sama kamu itu bikin ku darting dan lapar."

"Maem, dong, Cantik biar nggak laper."

Beberapa detik kemudian, seorang pelayan sudah menyajikan minuman  yang dipesan Wening tadi.

"Kok, cuma minum." Fandra menatap gadis di depannya dengan heran. Lalu, tanpa persetujuan Wening, dia memesan makanan. "Mas, tambahin mie ayam 2 mangkok sama es jeruk dua."

"Lho, kok?" tanya Wening.

"Jangan protes. Aku nggak mau calon istriku ini maag-nya kambuh, terus jadi kurus. Nggak suka, ih, lihat cewek  kurus, kurang empuk kalau dipeluk. Kalau dicium pasti berada nyium kayu, kan, tulang semua." Fandra mengedipkan mata.

"Gila," jawab Wening sambil membuang muka.

Si pelayan yang sedang mencatat pesanan, terkikik geli mendengar perkataan Fandra. Tak ingin mengganggu pelanggannya, dia pun segera berlalu meninggalkan mereka.

Selesai makan siang, Fandra mengantar Wening ke kantor setelah perdebatan panjang. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan mendekati si gadis. Fandra mengiyakan semua persyaratan yang diajukan.

Mengenakan masker dan juga topi, Fandra sampai di lobi garment tempat Wening bekerja. Entah kebetulan yang disengaja atau tidak, keduanya berpapasan kembali dengan pasangan yang semalam baru meresmikan acara pertunangannya.

"Lain kali kalau mau bermesraan sama pacar jangan di kantor," sindir Fahri ketika Fandra mencium tangan Wening.

Si lelaki yang berperan sebagai kekasih sang akuntan diam saja. Sementara Wening menatap tajam pada pasangan itu.

"Sebaiknya, Pak Fahri berkaca pada diri sendiri. Sudahkah perkataan itu diterapkan pada hubungan kalian berdua." Wening berlalu begitu saja meninggalkan semua orang menuju lif.

"Permisi," kata Fandra setelah beberapa saat kepergian perempuan berjilbab yang bersamanya tadi.

Fahri diam mematung bahkan ketika Tiara mengajaknya untuk segera naik ke ruangan. Lelaki itu tetap diam, seperti sedang memikirkan sesuatu. Sang tunangan terpaksa mencubit pinggangnya.

"Aduh. Sakit, Yang," ucap sang wakil direktur baru. Fahri mengusap pinggangnya yang terkena cubitan sang tunangan.

"Rasain. Lagian lagi melamun apa, sih?" Tiara sudah melepas tangannya dari lengan sang tunangan. Dia meninggalkan Fahri dan berjalan ke arah lif.

Wening mulai jengah ketika Tiara menahan pintu lif yang akan tertutup.  Ketika Fahri memasuki ruangan kotak sempit yang akan membawa mereka ke ruangan, dia memalingkan muka.

Beruntung ada dua karyawan lagi yang berada di lif tersebut sehingga Wening tidak terlihat seperti pengganggu di antara kemesraan yang ditampakkan Tiara.

Satu menit di dalam lif sungguh menyesakkan hati wanita berjilbab tersebut. Bagaimana tidak sesak jika Tiara menempel erat pada Fahri seperti lintah yang menghisap darah inangnya. Dulu, lelaki itu tidak pernah mau jika Wening berbuat seperti Tiara sekarang.

Terkadang, jika Wening dan Fahri bergandengan tangan dan ada karyawan lain yang tak sengaja mereka temui. Fahri dengan kasar menepis tangan perempuan itu bahkan terkadang mendorongnya.

Menelan ludah karena kerongkongannya kian tercekat mengingat kisahnya dengan Fahri. Wening mencoba mengalihkan perhatian pada tempat lain.

Di saat kedua mata Wening mengembun, Fahri malah menatapnya dan berkata. "Untuk kalian semua yang masih single maupun yang memiliki pasangan. Saya akan membuat peraturan baru. Dilarang menunjukkan kemesraan di depan publik terutama saat jam kerja.  Apalagi sampai berpelukan seperti kejadian Bu Wening dan pacarnya. Sungguh tidak etis dilihat karyawan lain."

"Baik, Pak," jawab karyawan selain Wening.

Gadis berjilbab itu memilih diam bukan berarti dia setuju dengan kata-kata Fahri. Akan tetapi, Wening menghindari perdebatan yang akan memicu emosi dan kemarahannya pada lelaki itu.

Pintu lift terbuka dan Wening mendahului dua pasangan yang baru bertunangan itu begitu saja. Tidak ada lagi sopan santun dalam dirinya. Setengah berlari, gadis berkulit kuning langsat itu menuju ruangannya.

Membuka pintu dengan kasar dan menutupnya keras hingga menimbulkan bunyi debum. Wening menjatuhkan tubuhnya ke sofa dan kembali terisak.

"Kejam ... kejam. Mengapa kamu tega memperlakukan aku begini, Mas. Apa hubungan kita selama ini nggak berarti apa pun? Mengapa ... mengapa kamu mengkhianatiku di saat impian kita hampir saja terwujud."

Di saat tangis Wening pecah, interkom di mejanya berdering cukup nyaring. Wening segera mengusap air mata dan meraih gagang telepon.

"Halo, di sini Wening. Ada yang bisa dibantu?"

"Ke ruangan saya sekarang juga. Ada hal penting yang harus saya putuskan untukmu," kata sang penelepon.

"Apalagi ini?" kata Wening dalam hati.

Related chapters

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   7. Tidak Adil

    Happy Reading*****Wening memperbaiki dirinya sebelum keluar ruangan. Sudah dua kali dalam satu hari ini, dia dipanggil sang atasan. Kali ini, entah hal penting apa yang akan disampaikannya. Naik ke lantai berikutnya, gadis itu berdoa dalam hati semoga bukan tentang kejadian di lobi yang membuatnya di panggil oleh sang direktur.Mengetuk pintu ruangan sang direktur sekaligus sang pemilik usaha. Wening membukanya setelah dipersilakan. "Permisi, Pak," ucap Wening. Sedikit membungkuk mendekati meja sang direktur.Lelaki dengan perut buncit itu menggerakkan kepala menatap akuntan yang sudah bekerja lebih lima tahun di hadapannya. Sejak pertama kali melamar pekerjaan di garmen miliknya, Wening sudah menarik simpati sang atasan. Sosoknya sangat berkarakter, jarang sekali melakukan kesalahan pada pekerjaan. Disiplin tinggi serta tanggung jawab dan loyalitasnya pada garmen tidak perlu diragukan lagi. "Duduklah," suruh lelaki bernama Hartawan.Menggeser kursi di hadapan sang direktur, Wenin

    Last Updated : 2023-09-07
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   8. Terungkap

    Happy Reading*****Dalam perjalanan pulang, perkataan Abraham terus saja berputar di dalam otak Wening. Jika sahabat yang paling dekat dengan mantan kekasihnya saja mengatakan demikian. Lalu, kenapa dia masih begitu percaya pada Fahri saat itu."Jadi, apa arti hadirku dalam hidupmu, Mas?" tanya Wening dalam hati. Memarkirkan mobil milik bapaknya. Wening masuk rumah tanpa ada firasat apa pun. Tidak pernah tahu bahwa seluruh anggota keluarganya kini tengah berkumpul di ruang tamu menunggu kepulangannya."Assalamualaikum," salam Wening ketika memutar kenop pintu ke bawah."Waalaikumussalam," jawab semua orang dari dalam rumah.Kepala Wening menyembul di daun pintu. Dia sengaja mengintip terlebih dahulu, mendengar jawaban serempak yang tak biasanya terdengar ketika pulang kerja. Kedua alis si gadis menyatu. Perlahan, dia melangkahkan kaki masuk dan mulai menyapa seluruh keluarga satu per satu dengan menyalami mereka semua.Ketika akan bergerak menuju kamar, suara bariton Mahmud terdenga

    Last Updated : 2023-09-07
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   9. Sesal

    Happy Reading*****"Katanya ingin adik segera menikah, tapi Ibu menetapkan standard yang begitu tinggi saat mencari calon menantu. Gimana, sih," sahut si tengah, "kalau ingin adik menikah tahun ini, ya, biarkan saja sama Fandra. Dia cukup baik dan ramah. Masalah pekerjaan, kita nggak boleh mengadili seperti itu. Suatu saat, seorang office boy juga pasti akan naik jabatan."Si tengah, Akbar menatap Fatimah dengan wajah keberatan atas kalimat yang dikeluarkannya tadi. Baru akan membuka suara lagi, tangan kanan Mahmud terangkat. Kelima jarinya tegak meminta Akbar diam. Ada sesuatu yang harus dia ketahui dan hal itu sangat penting daripada pekerjaan Fandra. Lalu, Mahmud pun menatap putrinya dan berkata, "berapa umur Fandra, Nduk?""Adik nggak tahu, Pak. Mungkin usianya jauh di bawah Wening." Si bungsu menjawab dengan sangat lirih bahkan kepalanya tertunduk begitu dalam. Sepanjang hidup, baru kali ini Wening disidang oleh keluarganya sendiri gara-gara orang lain.Sekali lagi, helaan panj

    Last Updated : 2023-09-11
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   10. Permintaan Mahmud

    Happy Reading*****"Mbak," panggil Fandra. Tangannya bergoyang ke kanan kiri, tepat pad wajah Wening. "Mau nggak? Kok, malah bengong. Nggak ada orang lain yang bisa dimintai tolong. Lagian sudah mau magrib, keburu bengkelnya tutup.""Hah?" tanya Wening, seperti orang linglung."Bisa nggak nolongin aku, Mbak?" tanya Fandra memastikan sekali lagi."Hmm. Bisa, tapi aku nggak pernah melakukannya. Tunjukkan caranya, aku akan belajar dengan cepat.""Baiklah. Terima kasih sebelumnya." Fandra bahkan dengan sengaja mengedipkan mata pada si gadis. Wening memalingkan muka.Fandra tertawa cukup keras, tetapi detik selanjutnya, dia mulai menjelaskan pada Wening bagaimana caranya. Menyimak semua instruksi yang dikatakan oleh Fandra, Wening mulai naik pada motor lelaki itu.Perlahan kedua melaju, menuju bengkel yang letaknya cukup jauh dari tempat Fandra menghentikan Wening tadi. Sesampainya di depan bengkel, keduanya berhenti. "Terima kasih, Mbak. Sudah mau membantuku," kata Fandra. Sekali lagi,

    Last Updated : 2023-09-11
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   11. Mengejutkan

    Happy Reading*****"Mengapa kalian melihat Bapak dengan tatapan aneh begitu," ucap Mahmud menanggapi keterkejutan semua orang. Seluruh anggota keluarga menggeleng. Jika sang kepala keluarga sudah beritahu, tidak akan bisa anggota yang lain protes untuk menolak. Demikianlah yang terjadi sejak bertahun-tahun lalu di keluarga Wening. Mahmud mengarahkan pandangan pada si bungsu. "Nduk, pinjamkan sarung untuk Nak Fandra," titah sang kepala keluarga tanpa ada yang bisa membantah.Wening berbalik arah dan menuju lemari di pintu masuk musala. Sementara Fandra, dia segera mengambil wudu. Tak ingin membuang waktu sama sekali karena waktu magrib sangat singkat. Walau ada rasa gugup yang menyerang jantungnya saat ini, tetapi Fandra tetap menerima permintaan Mahmud. Entah alasan apa yang dimiliki lelaki paruh baya tersebut.Fandra percaya semua akan terlewati dengan mudah. Niatnya datang ke rumah keluarga Wening baik dan insya Allah akan mendapat keridhaan.Menyerahkan sarung tanpa berkata apa

    Last Updated : 2023-09-11
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   12. Pantang Menyerah

    Happy Reading*****"Nggak perlu berdebat seberapa lama kamu telah mengenal putri Bapak. Semuanya pasti nggak akan ada ujungnya." Mahmud kembali melirik sang istri. Gelagat kekaguman serta cinta yang begitu besar di mata Fandra ketika menatap Wening, tertangkap oleh indera Mahmud. Tidak akan dia biarkan seorang lelaki menatap putri seperti itu. "Nduk, sudah waktunya makan malam. Sebaiknya kalian menyiapkan makan malam. Masalah itu sudah jelas ke mana ujungnya. Bapak harap, Nak Fandra mau menerima dengan lapang. Untuk saat ini, Bapak memang belum bisa menerima lamaranmu."Para wanita beranjak dari duduk dan mulai berjalan ke dapur. Fatimah terdengar mengoceh, seperti memberi nasihat atau sedang marah pada Wening. Fandra masih mengamati perempuan berjilbab yang sudah sangat menarik hatinya itu.Kurang dari lima menit kemudian, kakak ipar kedua Wening yang bernama Reni, kembali ke ruang tamu. "Pak, makanan sudah siap," ucapnya.Menoleh pada menantunya, Mahmud menganggukkan kepala. "Ayo

    Last Updated : 2023-09-12
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   13. Ambil Sikap

    Happy Reading*****Membuka mata karena mendengar suara orang mengaji dari speaker musala. Wening menegakkan tubuh dan menyandarkan kepala sebelum turun dari ranjang. "Alhamdulillah. Engkau masih memberi hamba kesempatan terbangun pagi ini, Ya Allah." Mengusap kedua tangan pada wajah. Gadis itu tersenyum. Mengambil ponsel karena mendengar dering notifikasi masuk. Wening mendapat sapaan pagi dari Fandra."Pagi cantik. Sudah bangun? Jangan sedih, ya. Aku akan berjuang untuk mendapatkan restu Bapak. Nggak masalah jika Mbak belum mencintaiku. Asal aku masih bisa mengirimkan chat dan melihat Mbak Ning setiap hari walau cuma foto. Jangan sampai telat salat subuh, ya." Di akhir chat yang dikirimkan si lelaki, dia membiarkan emotikon berbentuk hati dengan warna hitam.Antara ingin tersenyum dan mengisi, Wening menatap layar ponselnya. "Kamu begitu manis sekali padahal orang yang bertahun-tahun menjalin hubungan dekat denganku nggak pernah melakukannya. Maafkan aku, Fan. Semoga, kamu segera d

    Last Updated : 2023-09-12
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   14. Panas

    Happy Reading*****"Aku cuma bertanya, tidak bermaksud apa pun," ucap Fahri."Tapi nada bicaramu seperti membela dan tidak terima jika aku berkata sedikit ketus pada Wening. Kamu punya perasaan suka sama dia, ya?" Perkataan Tiara makin ngaco. Fahri bahkan menatap calon kakak iparnya dengan perasaan sungkan. "Ngomong apa kamu, Yang," sahut Fahri.Panggilan yang disematkan lelaki berkulit sawo matang itu membuat jantung Wening makin merasakan nyeri yang cukup hebat. Tak ingin mendengar perdebatan kedua lebih lama lagi, si gadis berjilbab menatap Tiara dan Fahri."Maaf, saya nggak keluyuran atau menggosip di saat jam kerja. Anda bisa mengecek catatan kinerja saya pada HRD. Jika bukan Pak Hartawan yang memanggil, saya juga nggak akan ninggalin ruangan," jawab Wening, "ada masalah apa kalian mencari saya."Walau suara sedikit bergetar dan tercekat sehingga terdengar seperti orang yang akan menangis. Namun, raut wajah sang akuntan tak gentar sama sekali. Dia berusa tegar menghadapi semua

    Last Updated : 2023-09-12

Latest chapter

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   117. Selamanya Bahagia 2

    Happy Reading*****Fandra membawa istrinya ke pelaminan. Sambil menunggu dokter datang, Wening memaksa untuk tetap berada di acara tersebut demi menghormati para tamu. Acara demi acara pun berlangsung walau tak sesuai dengan jadwal dan susunan yang sudah dibuat."Yang, sebaiknya kamu istirahat di kamar saja. Nggak papa, kok," kata Fandra."Nggak papa, Yang. Nggak enak sama tamu-tamu yang sudah kita undang.""Tapi wajahmu pucat sekali."Saat itu juga suara MC yang mengatakan bahwa sudah waktunya mereka berdua untuk berdansa. Membuat Wening berdiri."Yang, kalau nggak kuat jangan dipaksa." Fandra benar-benar cemas dengan keadaan istrinya. Senyum itu ditampilkan Wening demi semua orang. Padahal kondisinya benar-benar buruk saat ini. "Jadi, kamu nggak mau kita berdansa berdua?" "Bukan begitu, tapi kesehatanmu sedang terganggu.""Nggak papa. Ayo," ucap Wening.Bergerak mengikuti alunan musik, Wening tampak bahagia. Seluruh tamu undangan menatap ke arah kedua pasangan itu. Semakin lama,

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   116. Selamanya Bahagia

    Happy Reading*****Fahri mengusap lembut tangan sang istri. "Kita hadapi bersama ujian ini," ujarnya.Tiara mengangguk dan tersenyum ke arah Wening. "Dokter mengatakan aku memiliki kista yang cukup besar sehingga menyebabkan sulit mendapatkan keturunan. Tolong maafkan semua salahku selama ini, Ning. Aku sudah mencurigaimu tanpa alasan. Mungkin dengan kata maafmu, bisa membantu mengurangi sakit yang aku derita."Terenyuh, Wening melepaskan pegangan tangannya dari sang suami. Lalu, menangkupkan tangan kanannya pada telapak tangan Tiara. "Kita manusia biasa. Tempatnya salah dan khilaf. Jauh sebelum Bu Tiara minta maaf, saya sudah memaafkan dan melupakan kejadian nggak mengenakkan di masa lalu." Perempuan di samping Fandra itupun tersenyum."Kalau sudah memaafkan kenapa masih memanggilku Ibu? Kita kan saudara ipar sekarang," jawab Tiara. Senyumnya lebih tampak daripada tadi."Bener kata Mbak Tiara, Yang. Jangan panggil dia ibu, panggil saja Mbak. Sama seperti aku memanggilnya," kata Fand

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   115. Kabar Bahagia sekaligus Sedih

    Happy Reading*****Tak banyak pertanyaan, Wening mengikuti perintah sang suami. Membersihkan diri cuma dengan berwudu. Lalu, keduanya berangkat ke rumah sakit yang katakan oleh Catra. Sesampainya di parkiran rumah sakit, Fandra meminta sang istri turun. "Sayang, aku harap kamu nggak kecewa karena malam pertama kita gagal," kata sang suami. "Ish, jangan bahas itu. Aku malu."Tawa Fandra menggema di lorong rumah sakit. "Sebenarnya, kita mau menjenguk siapa?" "Silvia, dia terpeleset di kamar mandi dan sekarang perutnya terasa sakit. Kata Catra, kemungkinan besar Silvia kontraksi. Entah mengapa, sejak tadi dia mencarimu.""Eh, kenapa mencariku?""Si janin ngidam pengen ditungguin tantenya kali." Fandra menampilkan deretan gigi putihnya. Setelah tadi cukup tegang mendengar kabar dari Catra. "Awas saja kalau ini cma akal-akalannya Silvia sama Catra." Wening menghela napas kesal.Fandra meraih perempuan yang sangat dicintanya itu ke pelukan. "Kita akan menghukum mereka jika sampai ha i

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   114. Pengalaman Pertama

    Happy Reading*****Jawaban terkejut Wening membuat Fandra sudah mengangkatnya ke ranjang. Lelaki itu kini berada tepat di atas sang istri. "Yang, buka mata, dong."Perlahan, Wening membuka mata. Tangan Fandra menyusuri wajah yang selama satu tahun ini sangat dirindukannya. "Buka jilbabnya, ya. Aku pengen lihat," kata si bos lirih. Lagi-lagi, Wening tidak bisa mengeluarkan suara untuk memprotes permintaan sang suami."Masya Allah, persis seperti yang aku impikan selama ini. Rambut panjang dan berwarna hitam," ucap Fandra. Matanya mulai berkabut dan entah siapa yang memulai, keduanya larut dalam ciuman memabukkan. Wening berusaha melepas himpitan sang suami. Tangannya memberi kode pukulan ringan supaya bibir Fandra segera menjauh karena dia mulai kekurangan pasokan oksigen.Melepas pagutannya, Fandra tersenyum penuh kemenangan. "Manis sekali. Akan jadi tempat favoritku nantinya." Telunjuk kanannya bergerak mengusap bibir sang istri penuh gairah.Napas Wening memburu. Dia hampir tid

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   113. Maaf

    Happy Reading*****"Tapi," ucap Wening. Suaranya bergetar seperti orang ketakutan. "Nggak apa-apa. Mungkin, dia ingin mengucapkan selamat pada kita," bisik Fandra pada sang istri. Lelaki yang tak lain adalah Anshori, berjalan mendekati pasangan yang tengah berbahagia itu. Bersama seorang perempuan dan Widi yang menggendong adik bayinya. Tangan kanan rekan kerja Fandra terulur padanya. "Selamat Pak Fandra. Akhirnya bisa menikah dengan pujaan hatinya," ucap Anshori. Fandra tersenyum. "Terim kasih, Pak. Sudah menjaga jodoh saya dengan sangat baik," balas si pengantin pria. Anshori tak menjawab perkataan rekan kerjanya, dia langsung melepaskan jabatan mereka. Lelaki itu kini beralih akan menyalami Wening, tetapi tangan Fandra bergerak lebih cepat sehingga mereka bersalaman kembali. "Wening sudah menjadi istriku. Jadi, jangan coba-coba untuk menyentuhnya walaupun dengan alsan bersalaman." Fandra menatap Anshori penuh ancaman dan peringatan. Anshori menaikkan sebelah bibirnya, menc

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   112. Suami Istri

    Happy Reading*****Senyum lelaki yang memakai pakaian senada dengan Wening tercetak jelas. Perempuan berjilbab itu menatap sekelilingnya. Catra, Akbar, Fatur, Mahmud dan keluarga lainnya ada di belakang lelaki yang tadi membacakan doa pengantin untuknya."Pak," panggil Wening pada Mahmud. "Kenapa bisa?"Mahmud tersenyum, lalu menganggukkan kepala. "Tanyakan padanya. Bapak nggak bisa cerita apa-apa.""Ngobrol sama suamimu, Dik," kata Fatur, "ayo, Pak. Di bawah banyak tamu yang menunggu."Seluruh keluarga meninggalkan dua orang yang baru saja resmi menjadi pasangan halal. Silvia bahkan sengaja menyenggol tubuh Wening, menyebabkan perempuan itu terhuyung ke depan. Sang suami segera menahan bobot tubuhnya dengan gesit."Nakal," ucap suami Wening. Silvia menjulurkan lidah. Sangat canggung, tubuh Wening menegang ketika sentuhan tangan sang suami menempel di bahunya.Lelaki itu menutup pintu dengan kaki kanannya. Merengkuh sang istri untuk duduk di tepian ranjang. Dia sendiri, kemudian men

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   111. Hari Pernikahan

    Happy Reading***** Selesai salat Subuh, Wening sudah didandani oleh seorang perias. Nanti, tepat pukul tujuh, pengucapan akad oleh duda dua anak itu akan dilakukan. Widi bahkan sejak semalam sudah menginap di rumahnya. Walau gadis ABG itu tidak setuju dengan keputusan Wening tetap menikah dengan papanya, tetapi dia juga tidak bisa berbuat apa pun juga.Wening diam seribu bahasa ketika wajahnya mulai dipoles oleh sang perias. Sejak semalam, tidurnya tidak tenang sama sekali. Salat subuh pun, bayangan wajah Fandra berseliweran. Istigfar, selawat, zikir-zikir penenang hati sudah dia rapalkan. Namun, hatinya tetap tidak tenang. Si gadis selalu mengingat wajah Fandra. Sekarang pun, saat matanya terpejam, senyum si bos muda hadir begitu saja."Kamu itu kenapa sih, Dek. Kok selalu saja menggangguku," kata Wening."Mbak, ngomong apa?" tanya si perias. Dia terkejut ketika Wening mengeluarkan kalimat-kalimat aneh. Membuka mata, si gadis yang sebentar lagi berganti status tersebut tersenyum.

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   110. Genderang Perang

    Happy Reading*****Catra menghela napas panjang. Setelah berkata supaya Fandra tidak datang ke pernikahannya besok, sng gadis berlalu begitu saja meninggalkan adik iparnya. "Dia siapa, Mas?" tanya pengacara di kantor Fandra."Dia calon istrinya Pak Anshori. Dia juga Mbak tersayangnya Mas Bos. Bapak tahu kan, kenapa mas bos sampai sekarang menjomblo. Ya, semua karena menunggu dan mencari Mbak Ning," jelas Catra.Pengacara yang hampir dua tahun ini bekerja dengan Fandra, manggut-manggut. Sekarang, dia tahu mengapa si bos tampan dan mapan itu tidak pernah mau dekat dengan seorang perempuan sekalipun banyak yang mendekati. Tahu juga, mengapa bosnya itu selalu menyebut nama Mbak tersayang. "Cantik dan terlihat sangat pinter," puji legal hukum yang bekerja di kantor Fandra. "Jangan sampai mengatakan hal demikian di depan Mas Bos, Pak. Bisa kena semprot sama bogeman nanti," peringat Catra. Keduanya lantas menuju ruangan Anshori karena sudah ditunggu oleh Fandra. Tanpa mengetuk pintu Cat

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   109. Patah Kedua Kali

    Happy Reading*****Sejak kejadian itu, Fandra tak pernah mau untuk pulang ke Malang maupun Banyuwangi. Dia ingin menetap di daerah sama yang ditinggali Wening, meski sang pujaan akan bersatus sebagai nyonya Anshori. Catra, terpaksa mengikuti bosnya tinggal di pulau garam, tetapi seminggu sekali lelaki itu akan pulang ke rumahnya menjenguk sang istri. "Mas, hari ini ada jadwal ketemu sama Pak Anshori untuk pembukaan kafe baru bersama anaknya yang cewek itu. Mas bos sendiri yang datang atau aku wakili?" Catra masuk ke ruangan Fandra saat lelaki itu tengah termenung menatap pantai dengan deburan ombaknya.Menoleh, Fandra tersenyum pada sng asisten. "Biarkan aku saja yang ketemu sama dia. Sekalian mau mengucapkan selamat. Bukankah besok, dia akan menikah sama Mbak tersayangku?""Mas," panggil Catra, "bisakah melupakan Mbak Wening dan mulai buka hatimu untuk cewek lain?"Fandra menggeleng, "Nggak bisa, Cat. Hatiku sudah diisi sepenuhnya oleh Wening. Sampai kapan pun, cinta ini tetap unt

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status