Share

2. Siapa Dia?

Author: pramudining
last update Last Updated: 2023-08-22 17:20:31

Happy Reading

*****

Duduk melingkar pada sofa di ruang tamu, seluruh keluarga Wening telah menunggu kedatangan kekasihnya. Hidangan sederhana dan juga beberapa toples makanan ringan sudah tersedia di atas meja.

Wening Tri Rahayu mulai resah, berkali-kali menghubungi kekasihnya. Namun, panggilannya tak juga dijawab. Satu per satu menatap seluruh keluarga yang sedang berkumpul, peluh si gadis mulai turun mengaliri wajah. Sungguh, hatinya tak karuan saat ini. Jika sampai lelaki itu tak datang, maka hancurlah harga dirinya di depan keluarga.

"Dik, Mas keluar dulu saja. Ponakanmu nggak mau diem, bosen mungkin. Coba kamu telpon pacarmu itu. Sudah sampai mana?" Jeda sebentar. "Kayak dia minta naik odong-odong," ujar lelaki yang tak lain saudara tertua dari Wening, Fatur. Menunjuk pada putranya.

"Iya, Mas, nggak papa kok." Wening meremas gamis. Sesekali menatap pada bapaknya. Takut dengan tatapan mengintimidasi dari pria sepuh itu.

"Kamu telpon lagi, Nduk. Kenapa dia belum juga datang. Bapak sudah nunggu cukup lama. Kalau memang nggak jadi datang sekarang, ya, nggak masalah." Meski suara Mahmud tenang, tetapi Wening tahu jika bapaknya tengah kecewa dan marah.

"Sampun, Pak. Kayaknya dia dalam perjalanan, telponnya Adik nggak diangkat dari tadi." Wening semakin menundukkan kepala, meremas lebih keras gamisnya.

Sementara saudara tertuanya sudah keluar rumah bersama dengan istri dan anaknya. Kini, ayahnya juga mulai tak sabar menunggu lelaki yang sudah berjanji akan bertemu dengan seluruh keluarganya saat ini.

"Bapak datang ke undangan Pak RT saja kalau gitu. Kayaknya belum terlambat, daripada menunggu sesuatu yang nggak jelas gini. Nanti kalau temenmu itu datang, panggil saja atau suruh ibumu jemput. Ngerti, Nduk?" Mahmud berdiri dari duduknya.

"Lha, kalau semua pada pergi pas dia datang siapa yang mau nyambut. Masak Mas sendirian, Pak?" Seorang pria dengan tinggi sekitar 170 cm berkata. "Mas nggak punya pengalaman nerima tamu penting kayak gitu. Bingung apa yang mesti ditanyakan dan diomongkan."

"Kamu ini, nggak bisa diandalkan. Lelaki itu datang ke sini mau melamar adikmu. Kalau nggak belajar dari sekarang, kapan lagi? Masak mau nunggu Bapak mati? Lagian kamu itu punya anak cewek."

"Pak, kenapa ngomongnya jelek banget," sahut tiga perempuan di ruang tamu. Salah satunya adalah Ibu Wening dan kakak iparnya.

"Sudahlah!" Mahmud mengibaskan tangan. "Temani dia kalau sudah di sini sampai Bapak datang. Sekalian kamu korek tentang kehidupan agamanya. Jangan cuma tentang gaji dan pekerjaan saja. Menikah nggak melulu tentang ekonomi, tapi yang utama tentang akhirat nantinya. Anggap ini latihan, kelak Mas pasti ngadepi hal kayak gini saat Putri dewasa nanti."

"Sek lama kali, Pak. Putri baru kelas 1 SD kalau bapak lupa," Akbar terkekeh menanggapi perkataan ayahnya.

Baru menyentuh gagang pintu, suara salam terdengar. Mahmud segera membuka dan setelahnya menoleh pada seluruh keluarga terutama Wening. "Panjang umur. Baru mau Bapak tinggal. Eh, ternyata kamu beneran datang."

Sebuah senyuman terlihat dari sosok pria di hadapan Mahmud. Seorang lelaki dengan tinggi 170 cm, kulitnya kuning langsat dengan alis tebal. Namun, pria paruh baya itu yakin bahwa anak muda yang sekarang berdiri ini, umurnya jauh di bawah Wening.

Namun, sangat berbeda dengan Mahmud. Lelaki paruh baya itu menatap tajam sang tamu. Menilai penampilan dari ujung rambut hingga ujung kaki pemuda di hadapannya.

"Kenapa tamunya nggak disuruh masuk, Pak. Kan, sudah ditunggu sejak tadi," sahut Fatimah, ibunya Wening.

Sementara si bungsu, entah mengapa malah khawatir. Jantungnya berdetak sangat cepat dan tangannya mulai terasa dingin. Wajah sang kekasih belum terlihat olehnya karena tertutup oleh punggung Mahmud. Namun, suara salam itu bukanlah milik sang pujaan hati.

"Iya, Bu. Ini juga mau disuruh masuk," jawab Mahmud, "masuk dulu, Nak." Nyaris tanpa keramahan seperti membukakan pintu tadi.

"Bolehkah, Pak?" tanya si pemuda dengan potongan rambut sedikit naik bagian depannya.

Melihat siapa yang datang di malam penentuan hubungan dengan kekasihnya, Wening membulatkan mata. Segala macam pertanyaan mulai bermunculan dalam dirinya. Dari mana lelaki yang kemarin sore menyapanya di depan gang perumahan tahu rumahnya.

Namun, reaksi keluarganya sangatlah di luar dugaan. Kedua orang tuanya sudah menjamu dan mengajak pemuda itu untuk menikmati hidangan. Fatimah bahkan sudah masuk dan berniat membuatkan kopi.

"Jadi, sudah berapa lama kamu mengenal putri Bapak?" tanya Mahmud memulai pertanyaan pada pemuda itu.

Si lelaki menatap Wening, tetapi perempuan itu malah menundukkan pandangan. Pemuda itu malah menikmati wajah gadis di samping Mahmud dengan segala kecantikannya.

"Dik, kamu baik-baik saja, kan? Bapak sedang bertanya. Kenapa malah melamun?" Akbar menyentuh lengan pemuda itu karena duduknya yang berdekatan.

"Eh, iya," jawab lelaki itu gelagapan, "gimana, Pak? Apa pertanyaannya bisa diulang?"

Mahmud dan Akbar terkekeh dengan perkataan pemuda itu. "Santai saja, Nak. Bapak nggak akan galak. Sudah berapa lama kamu kenal sama Wening?"

"Oh itu pertanyaannya tadi. Cukup lama, Pak. Hampir lima tahun lalu," jawab pemuda yang memperkenalkan diri pada Wening dengan panggilan Fandra.

"Lama juga ternyata. Jadi selama ini kalian pacaran secara sembunyi-sembunyi?" Mahmud menaikkan intonasi suaranya membuat Fandra membulatkan mata.

Berkali-kali menatap Wening untuk mendapat dukungan. Namun, bungsu keluarga tersebut malah tertunduk tanpa mau menatapnya sama sekali.

"Pak, Adik nggak pernah pacaran sembunyi-sembunyi," bela Wening, "dia bukan ...."

"So sweet banget, sih, Dik," ucap perempuan yang berada tepat di sebalah Akbar, dialah istri saudara Wening.

"Mbak," panggil Wening. Dia tidak suka iparnya menyela perkataan tadi.

"Bukan maksud kami menyembunyikan hubungan, Pak. Cuma saya merasa kurang percaya diri dan sengaja meminta Mbak Wening untuk menyembunyikan sampai waktunya tiba nanti," ucap Fandra mantap.

"Mbak Wening? Panggilanmu sama adikku kok lucu sekali." Akbar dan keluarga lainnya mengerutkan kening.

"Maksud saya Wening," ralat Fandra.

"Oh," jawab si empunya rumah serempak.

Saat itulah Fatimah datang membawakan minuman dan mereka menghentikan percakapan sejenak. Setelah meminum teh hangat buatan Fatimah. Mahmud membuka suara kembali. "Jadi, kapan kamu akan datang bersama dengan keluargamu untuk melamar Wening?"

"Apa!?" tanya Fandra terkejut hampir saja kue nastar yang baru masuk ke mulutnya tersembur keluar.

"Pak, boleh Adik ngomong berdua dengannya?" pinta Wening hati-hati.

"Nggak bisa kalau bicaranya di luar, tapi kalau di dalam rumah, boleh."

"Iya di rumah kok, Pak."

"Ya sudah. Kami akan tinggalkan kalian berdua di sini, tapi jangan lama-lama." Menganggukkan kepala pada anggota keluarga yang lain, Mahmud seolah meminta istri, anak dan juga menantunya untuk pergi dari ruang tamu.

Sepeninggal semua anggota keluarganya, Wening menatap Fandra. "Kenapa kamu mesti datang di saat penting seperti ini. Lagian dari mana kamu tahu rumahku?"

Fandra yakin keluarga Wening tidak sepenuhnya meninggalkan mereka berdua di ruangan itu. Oleh karenanya, si lelaki menggeser posisi duduk lebih dekat pada si gadis. "Memangnya, ada acara penting apa malam ini? Sampai mukanya Mbak tegang banget?"

"Kamu nggak perlu tahu karena kita nggak kenal dekat satu sama lain."

Fandra semakin membulatkan mata dengan jawaban Wening. "Apa malam ini kekasihmu berjanji datang?" bisiknya.

"Iya dan kamu mengacaukan segalanya."

"Mbak harusnya berterima kasih. Melihat gelagat keluargamu tadi, pasti pacarmu itu nggak jadi datang." Fandra mulai berani mengeraskan suara.

"Jaga ucapanmu. Dia pasti datang dan melamarku malam ini," ucap Wening sedikit keras.

"Bagaimana jika semua yang aku katakan benar. Dia nggak akan pernah datang."

Mendengar perkataan Fandra pikiran Wening berputar. Kenyataan membenarkan ucapan pemuda itu.

Related chapters

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   3. Malam Kelabu

    Happy Reading*****"Aku sangat percaya padanya. Dia lelaki yang selalu menepati janji. Nggak mungkin dia mengingkari apa yang sudah dikatakan." Kembang kempis Wening mengatakannya. Antara keyakinan dan kenyataan kini bertarung dalam dada. Sesak sungguh sangat sesak keadaan sekarang. Jika boleh, dia ingin segera masuk kamar dan meluapkan semua perasaan dengan menangis."Mbak mungkin baru mengenalku kemarin, tapi dengan tulus aku akan membantumu malam ini," kata Fandra meyakinkan. Sedikit berani, dia menangkupkan telapak tangannya di atas telapak tangan Wening yang berada di pangkuan."Apa kalian sudah selesai berbicara?" tanya Mahmud membuyarkan adegan yang dilakukan Fandra. "Bapak tunggu kedatangan keluargamu secepatnya, Nak. Wening dan kamu adalah dua manusia yang sama-sama dewasa. Bapak tidak bisa membiarkan kalian terus bermaksiat. Jadi, segera halalkan anak Bapak atau jika nggak mampu. Tinggalkan dia."Tatapan tajam Mahmud membuat Fandra menganggukkan kepala. Inilah konsekuensi

    Last Updated : 2023-08-25
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   4. Buket Bunga

    Happy Reading*****Sesampainya di depan lift, Wening sengaja memutar arah menuju tangga agar tak bersama dengan pasangan itu. Masih belum sanggup untuk melihat kemesraan kekasihnya dengan putri pemilik perusahaan.Meskipun lebih lama dan melelahkan, Wening bersabar dengan keadaannya. Sesampainya di ruangan, gadis itu melempar tasnya ke sofa dengan kasar. "Astagfirullah. Ada apa sebenarnya denganmu, Mas."Dering telepon di meja Wening membuat gadis itu membuka mata. Segera dia mengangkat. "Selamat pagi dengan Wening di sini. Ada yang bisa dibantu?""Segera ke ruangan saya sekarang!""Baik, Pak." Tanpa bertanya siapa yang meneleponnya tadi, Wening sudah tahu jika suara bariton itu milik sang direktur.Baru menginjakkan kaki di depan pintu ruangan direktur, Wening berpapasan dengan sang kekasih. "Mas Fahri?" kaget Wening. Si lelaki cuma menatap sekilas tanpa berkata apa pun, dia mengetuk pintu ruangan direktur terlebih dahulu. "Masuk," suruh sang pemilik ruangan. Wening terdiam. Pik

    Last Updated : 2023-08-25
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   5. Panas

    Happy Reading*****Mengabaikan segala kekesalan pada lelaki yang katanya sudah bertunangan semalam, Wening mengambil buket bunga serta kotak makanan di tangan OB. "Terima kasih, Mas," ucap Wening."Sama-sama, Bu." Merasa pekerjaannya sudah selesai, sang OB memilih pergi dari ruangan akuntan apalagi tanpa sengaja melihat delikan dari sang wakil direktur baru.Cepat, Fahri menutup pintu dan berjalan mendekat pada Wening. Dia merebut buket itu dengan kasar. "Jadi, kamu mengkhianati aku? Ckck, nggak nyangka," katanya."Ada maling teriak maling sepertinya. Mau apa ke ruanganku?" Wening menaruh buket serta kotak makan di meja kerjanya."Bukannya kamu yang chat supaya aku memberikan penjelasan tentang kejadian semalam. Sepertinya sudah nggak diperlukan lagi." Jeda sebentar, lelaki itu memasukkan kedua tangannya di saku celana."Baguslah jika sudah punya calon suami yang bisa menggantikan aku." Fahri menyerahkan sebuah map pada gadis berjilbab di depannya. Dia juga melempar buket mawar ke s

    Last Updated : 2023-08-25
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   6. Tragedi Di Lobi

    Happy Reading*****Fandra semakin mengeratkan pelukannya pada Wening. Dia bahkan sampai memutar tubuh si perempuan ke arah berlawanan dan sedikit menjauh dari tempat semula. Wening mulai meronta-ronta minta dilepaskan, sementara suara panggilan namanya dari arah belakang membuat semua karyawan mulai berkerumun."Ayo pergi sekarang sebelum makin banyak teman-teman kerjamu memperhatikan kita," bisik Fandra tanpa mau menghiraukan panggilan seseorang pada Wening."Iya, tapi lepaskan dulu." Fandra mengendurkan pelukan, tetapi tangannya dengan cepat menyeret Wening keluar dari kantor garment tempatnya bekerja. Tanpa menoleh pada siapa pun. Mereka berdua jalan lurus hingga sampai di parkiran.Sementara itu, seseorang yang memanggil Wening tadi begitu marah karena merasa di abaikan. "Kenapa kamu terlihat marah begitu, Yang?" tanya perempuan yang selalu menempel pada lelaki itu."Gimana nggak marah. Wening melakukan hal tak senonoh di tempat kerja. Memangnya kantor ini tempat mesum? Seenakn

    Last Updated : 2023-09-07
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   7. Tidak Adil

    Happy Reading*****Wening memperbaiki dirinya sebelum keluar ruangan. Sudah dua kali dalam satu hari ini, dia dipanggil sang atasan. Kali ini, entah hal penting apa yang akan disampaikannya. Naik ke lantai berikutnya, gadis itu berdoa dalam hati semoga bukan tentang kejadian di lobi yang membuatnya di panggil oleh sang direktur.Mengetuk pintu ruangan sang direktur sekaligus sang pemilik usaha. Wening membukanya setelah dipersilakan. "Permisi, Pak," ucap Wening. Sedikit membungkuk mendekati meja sang direktur.Lelaki dengan perut buncit itu menggerakkan kepala menatap akuntan yang sudah bekerja lebih lima tahun di hadapannya. Sejak pertama kali melamar pekerjaan di garmen miliknya, Wening sudah menarik simpati sang atasan. Sosoknya sangat berkarakter, jarang sekali melakukan kesalahan pada pekerjaan. Disiplin tinggi serta tanggung jawab dan loyalitasnya pada garmen tidak perlu diragukan lagi. "Duduklah," suruh lelaki bernama Hartawan.Menggeser kursi di hadapan sang direktur, Wenin

    Last Updated : 2023-09-07
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   8. Terungkap

    Happy Reading*****Dalam perjalanan pulang, perkataan Abraham terus saja berputar di dalam otak Wening. Jika sahabat yang paling dekat dengan mantan kekasihnya saja mengatakan demikian. Lalu, kenapa dia masih begitu percaya pada Fahri saat itu."Jadi, apa arti hadirku dalam hidupmu, Mas?" tanya Wening dalam hati. Memarkirkan mobil milik bapaknya. Wening masuk rumah tanpa ada firasat apa pun. Tidak pernah tahu bahwa seluruh anggota keluarganya kini tengah berkumpul di ruang tamu menunggu kepulangannya."Assalamualaikum," salam Wening ketika memutar kenop pintu ke bawah."Waalaikumussalam," jawab semua orang dari dalam rumah.Kepala Wening menyembul di daun pintu. Dia sengaja mengintip terlebih dahulu, mendengar jawaban serempak yang tak biasanya terdengar ketika pulang kerja. Kedua alis si gadis menyatu. Perlahan, dia melangkahkan kaki masuk dan mulai menyapa seluruh keluarga satu per satu dengan menyalami mereka semua.Ketika akan bergerak menuju kamar, suara bariton Mahmud terdenga

    Last Updated : 2023-09-07
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   9. Sesal

    Happy Reading*****"Katanya ingin adik segera menikah, tapi Ibu menetapkan standard yang begitu tinggi saat mencari calon menantu. Gimana, sih," sahut si tengah, "kalau ingin adik menikah tahun ini, ya, biarkan saja sama Fandra. Dia cukup baik dan ramah. Masalah pekerjaan, kita nggak boleh mengadili seperti itu. Suatu saat, seorang office boy juga pasti akan naik jabatan."Si tengah, Akbar menatap Fatimah dengan wajah keberatan atas kalimat yang dikeluarkannya tadi. Baru akan membuka suara lagi, tangan kanan Mahmud terangkat. Kelima jarinya tegak meminta Akbar diam. Ada sesuatu yang harus dia ketahui dan hal itu sangat penting daripada pekerjaan Fandra. Lalu, Mahmud pun menatap putrinya dan berkata, "berapa umur Fandra, Nduk?""Adik nggak tahu, Pak. Mungkin usianya jauh di bawah Wening." Si bungsu menjawab dengan sangat lirih bahkan kepalanya tertunduk begitu dalam. Sepanjang hidup, baru kali ini Wening disidang oleh keluarganya sendiri gara-gara orang lain.Sekali lagi, helaan panj

    Last Updated : 2023-09-11
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   10. Permintaan Mahmud

    Happy Reading*****"Mbak," panggil Fandra. Tangannya bergoyang ke kanan kiri, tepat pad wajah Wening. "Mau nggak? Kok, malah bengong. Nggak ada orang lain yang bisa dimintai tolong. Lagian sudah mau magrib, keburu bengkelnya tutup.""Hah?" tanya Wening, seperti orang linglung."Bisa nggak nolongin aku, Mbak?" tanya Fandra memastikan sekali lagi."Hmm. Bisa, tapi aku nggak pernah melakukannya. Tunjukkan caranya, aku akan belajar dengan cepat.""Baiklah. Terima kasih sebelumnya." Fandra bahkan dengan sengaja mengedipkan mata pada si gadis. Wening memalingkan muka.Fandra tertawa cukup keras, tetapi detik selanjutnya, dia mulai menjelaskan pada Wening bagaimana caranya. Menyimak semua instruksi yang dikatakan oleh Fandra, Wening mulai naik pada motor lelaki itu.Perlahan kedua melaju, menuju bengkel yang letaknya cukup jauh dari tempat Fandra menghentikan Wening tadi. Sesampainya di depan bengkel, keduanya berhenti. "Terima kasih, Mbak. Sudah mau membantuku," kata Fandra. Sekali lagi,

    Last Updated : 2023-09-11

Latest chapter

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   117. Selamanya Bahagia 2

    Happy Reading*****Fandra membawa istrinya ke pelaminan. Sambil menunggu dokter datang, Wening memaksa untuk tetap berada di acara tersebut demi menghormati para tamu. Acara demi acara pun berlangsung walau tak sesuai dengan jadwal dan susunan yang sudah dibuat."Yang, sebaiknya kamu istirahat di kamar saja. Nggak papa, kok," kata Fandra."Nggak papa, Yang. Nggak enak sama tamu-tamu yang sudah kita undang.""Tapi wajahmu pucat sekali."Saat itu juga suara MC yang mengatakan bahwa sudah waktunya mereka berdua untuk berdansa. Membuat Wening berdiri."Yang, kalau nggak kuat jangan dipaksa." Fandra benar-benar cemas dengan keadaan istrinya. Senyum itu ditampilkan Wening demi semua orang. Padahal kondisinya benar-benar buruk saat ini. "Jadi, kamu nggak mau kita berdansa berdua?" "Bukan begitu, tapi kesehatanmu sedang terganggu.""Nggak papa. Ayo," ucap Wening.Bergerak mengikuti alunan musik, Wening tampak bahagia. Seluruh tamu undangan menatap ke arah kedua pasangan itu. Semakin lama,

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   116. Selamanya Bahagia

    Happy Reading*****Fahri mengusap lembut tangan sang istri. "Kita hadapi bersama ujian ini," ujarnya.Tiara mengangguk dan tersenyum ke arah Wening. "Dokter mengatakan aku memiliki kista yang cukup besar sehingga menyebabkan sulit mendapatkan keturunan. Tolong maafkan semua salahku selama ini, Ning. Aku sudah mencurigaimu tanpa alasan. Mungkin dengan kata maafmu, bisa membantu mengurangi sakit yang aku derita."Terenyuh, Wening melepaskan pegangan tangannya dari sang suami. Lalu, menangkupkan tangan kanannya pada telapak tangan Tiara. "Kita manusia biasa. Tempatnya salah dan khilaf. Jauh sebelum Bu Tiara minta maaf, saya sudah memaafkan dan melupakan kejadian nggak mengenakkan di masa lalu." Perempuan di samping Fandra itupun tersenyum."Kalau sudah memaafkan kenapa masih memanggilku Ibu? Kita kan saudara ipar sekarang," jawab Tiara. Senyumnya lebih tampak daripada tadi."Bener kata Mbak Tiara, Yang. Jangan panggil dia ibu, panggil saja Mbak. Sama seperti aku memanggilnya," kata Fand

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   115. Kabar Bahagia sekaligus Sedih

    Happy Reading*****Tak banyak pertanyaan, Wening mengikuti perintah sang suami. Membersihkan diri cuma dengan berwudu. Lalu, keduanya berangkat ke rumah sakit yang katakan oleh Catra. Sesampainya di parkiran rumah sakit, Fandra meminta sang istri turun. "Sayang, aku harap kamu nggak kecewa karena malam pertama kita gagal," kata sang suami. "Ish, jangan bahas itu. Aku malu."Tawa Fandra menggema di lorong rumah sakit. "Sebenarnya, kita mau menjenguk siapa?" "Silvia, dia terpeleset di kamar mandi dan sekarang perutnya terasa sakit. Kata Catra, kemungkinan besar Silvia kontraksi. Entah mengapa, sejak tadi dia mencarimu.""Eh, kenapa mencariku?""Si janin ngidam pengen ditungguin tantenya kali." Fandra menampilkan deretan gigi putihnya. Setelah tadi cukup tegang mendengar kabar dari Catra. "Awas saja kalau ini cma akal-akalannya Silvia sama Catra." Wening menghela napas kesal.Fandra meraih perempuan yang sangat dicintanya itu ke pelukan. "Kita akan menghukum mereka jika sampai ha i

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   114. Pengalaman Pertama

    Happy Reading*****Jawaban terkejut Wening membuat Fandra sudah mengangkatnya ke ranjang. Lelaki itu kini berada tepat di atas sang istri. "Yang, buka mata, dong."Perlahan, Wening membuka mata. Tangan Fandra menyusuri wajah yang selama satu tahun ini sangat dirindukannya. "Buka jilbabnya, ya. Aku pengen lihat," kata si bos lirih. Lagi-lagi, Wening tidak bisa mengeluarkan suara untuk memprotes permintaan sang suami."Masya Allah, persis seperti yang aku impikan selama ini. Rambut panjang dan berwarna hitam," ucap Fandra. Matanya mulai berkabut dan entah siapa yang memulai, keduanya larut dalam ciuman memabukkan. Wening berusaha melepas himpitan sang suami. Tangannya memberi kode pukulan ringan supaya bibir Fandra segera menjauh karena dia mulai kekurangan pasokan oksigen.Melepas pagutannya, Fandra tersenyum penuh kemenangan. "Manis sekali. Akan jadi tempat favoritku nantinya." Telunjuk kanannya bergerak mengusap bibir sang istri penuh gairah.Napas Wening memburu. Dia hampir tid

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   113. Maaf

    Happy Reading*****"Tapi," ucap Wening. Suaranya bergetar seperti orang ketakutan. "Nggak apa-apa. Mungkin, dia ingin mengucapkan selamat pada kita," bisik Fandra pada sang istri. Lelaki yang tak lain adalah Anshori, berjalan mendekati pasangan yang tengah berbahagia itu. Bersama seorang perempuan dan Widi yang menggendong adik bayinya. Tangan kanan rekan kerja Fandra terulur padanya. "Selamat Pak Fandra. Akhirnya bisa menikah dengan pujaan hatinya," ucap Anshori. Fandra tersenyum. "Terim kasih, Pak. Sudah menjaga jodoh saya dengan sangat baik," balas si pengantin pria. Anshori tak menjawab perkataan rekan kerjanya, dia langsung melepaskan jabatan mereka. Lelaki itu kini beralih akan menyalami Wening, tetapi tangan Fandra bergerak lebih cepat sehingga mereka bersalaman kembali. "Wening sudah menjadi istriku. Jadi, jangan coba-coba untuk menyentuhnya walaupun dengan alsan bersalaman." Fandra menatap Anshori penuh ancaman dan peringatan. Anshori menaikkan sebelah bibirnya, menc

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   112. Suami Istri

    Happy Reading*****Senyum lelaki yang memakai pakaian senada dengan Wening tercetak jelas. Perempuan berjilbab itu menatap sekelilingnya. Catra, Akbar, Fatur, Mahmud dan keluarga lainnya ada di belakang lelaki yang tadi membacakan doa pengantin untuknya."Pak," panggil Wening pada Mahmud. "Kenapa bisa?"Mahmud tersenyum, lalu menganggukkan kepala. "Tanyakan padanya. Bapak nggak bisa cerita apa-apa.""Ngobrol sama suamimu, Dik," kata Fatur, "ayo, Pak. Di bawah banyak tamu yang menunggu."Seluruh keluarga meninggalkan dua orang yang baru saja resmi menjadi pasangan halal. Silvia bahkan sengaja menyenggol tubuh Wening, menyebabkan perempuan itu terhuyung ke depan. Sang suami segera menahan bobot tubuhnya dengan gesit."Nakal," ucap suami Wening. Silvia menjulurkan lidah. Sangat canggung, tubuh Wening menegang ketika sentuhan tangan sang suami menempel di bahunya.Lelaki itu menutup pintu dengan kaki kanannya. Merengkuh sang istri untuk duduk di tepian ranjang. Dia sendiri, kemudian men

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   111. Hari Pernikahan

    Happy Reading***** Selesai salat Subuh, Wening sudah didandani oleh seorang perias. Nanti, tepat pukul tujuh, pengucapan akad oleh duda dua anak itu akan dilakukan. Widi bahkan sejak semalam sudah menginap di rumahnya. Walau gadis ABG itu tidak setuju dengan keputusan Wening tetap menikah dengan papanya, tetapi dia juga tidak bisa berbuat apa pun juga.Wening diam seribu bahasa ketika wajahnya mulai dipoles oleh sang perias. Sejak semalam, tidurnya tidak tenang sama sekali. Salat subuh pun, bayangan wajah Fandra berseliweran. Istigfar, selawat, zikir-zikir penenang hati sudah dia rapalkan. Namun, hatinya tetap tidak tenang. Si gadis selalu mengingat wajah Fandra. Sekarang pun, saat matanya terpejam, senyum si bos muda hadir begitu saja."Kamu itu kenapa sih, Dek. Kok selalu saja menggangguku," kata Wening."Mbak, ngomong apa?" tanya si perias. Dia terkejut ketika Wening mengeluarkan kalimat-kalimat aneh. Membuka mata, si gadis yang sebentar lagi berganti status tersebut tersenyum.

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   110. Genderang Perang

    Happy Reading*****Catra menghela napas panjang. Setelah berkata supaya Fandra tidak datang ke pernikahannya besok, sng gadis berlalu begitu saja meninggalkan adik iparnya. "Dia siapa, Mas?" tanya pengacara di kantor Fandra."Dia calon istrinya Pak Anshori. Dia juga Mbak tersayangnya Mas Bos. Bapak tahu kan, kenapa mas bos sampai sekarang menjomblo. Ya, semua karena menunggu dan mencari Mbak Ning," jelas Catra.Pengacara yang hampir dua tahun ini bekerja dengan Fandra, manggut-manggut. Sekarang, dia tahu mengapa si bos tampan dan mapan itu tidak pernah mau dekat dengan seorang perempuan sekalipun banyak yang mendekati. Tahu juga, mengapa bosnya itu selalu menyebut nama Mbak tersayang. "Cantik dan terlihat sangat pinter," puji legal hukum yang bekerja di kantor Fandra. "Jangan sampai mengatakan hal demikian di depan Mas Bos, Pak. Bisa kena semprot sama bogeman nanti," peringat Catra. Keduanya lantas menuju ruangan Anshori karena sudah ditunggu oleh Fandra. Tanpa mengetuk pintu Cat

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   109. Patah Kedua Kali

    Happy Reading*****Sejak kejadian itu, Fandra tak pernah mau untuk pulang ke Malang maupun Banyuwangi. Dia ingin menetap di daerah sama yang ditinggali Wening, meski sang pujaan akan bersatus sebagai nyonya Anshori. Catra, terpaksa mengikuti bosnya tinggal di pulau garam, tetapi seminggu sekali lelaki itu akan pulang ke rumahnya menjenguk sang istri. "Mas, hari ini ada jadwal ketemu sama Pak Anshori untuk pembukaan kafe baru bersama anaknya yang cewek itu. Mas bos sendiri yang datang atau aku wakili?" Catra masuk ke ruangan Fandra saat lelaki itu tengah termenung menatap pantai dengan deburan ombaknya.Menoleh, Fandra tersenyum pada sng asisten. "Biarkan aku saja yang ketemu sama dia. Sekalian mau mengucapkan selamat. Bukankah besok, dia akan menikah sama Mbak tersayangku?""Mas," panggil Catra, "bisakah melupakan Mbak Wening dan mulai buka hatimu untuk cewek lain?"Fandra menggeleng, "Nggak bisa, Cat. Hatiku sudah diisi sepenuhnya oleh Wening. Sampai kapan pun, cinta ini tetap unt

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status