Suci dapat melihat sorot mata rangga yang begitu terluka.Suci tidak dapat menampik bahwa ucapan yang baru saja keluar dari mulut ibunya itu, telah menyakiti hati suaminya. sebagai seorang istri, suci belum dapat berbuat banyak Ia hanya mampu untuk menghibur Rangga dengan cara menggenggam erat tangan pria yang saat ini sedang tidak baik-baik saja itu. walaupun Rangga mengatakan bahwa dirinya dalam keadaan baik tapi Suci tahu bahwa Rangga tidak dalam keadaan yang baik.terlebih ini menyangkut persoalan ibunya.“Maaf, kalau ibu sudah kelewatan. Tapi, ini bukan waktunya untuk kita santai. Kita harus memikirkan bagaimana caranya, agar Sandi bisa pergi setelah mendapatkan penanganan dari dokter. Rumah Sakit bukan tempat yang aman bagi Sandi. Ibu yakin, Rahayu pasti akan mencari keberadaan Sandi.”Rangga kali ini setuju dengan pendapat ibu mertuanya itu. Ia yakin, pasti ibunya akan mencari keberadaan pria yang saat ini sedang terbaring lemah di ruang ICU.Rangga memilih untuk duduk di deretan
Rangga dan suci berjalan menyusuri koridor Rumah Sakit, mereka hendak pergi menuju ke salah satu ruang perawatan, yaitu tempat dimana sandi beristirahat. Mereka tidak jadi pulang ke rumah, karena Suci bersih keras untuk sementara waktu berada di rumah sakit ini sampai hujan reda.Setibanya di depan pintu ruangan tersebut jemari suci terlulur untuk membuka pintu ruangan secara perlahan-lahan.Saat pintu sudah terbuka, Rangga dan suci dapat melihat seorang pria paruh baya yang saat ini sedang terbaring lemah di atas bed pasien. Suci juga dapat melihat pergelangan tangan kiri pria tersebut terpasang selang infus.“Lebih Baik istirahat dulu di sofa itu sayang, “ucap Rangga pada suci. Suci hanya bisa mengikuti arahan Rangga, ia tidak ingin berdebat pada suaminya itu. Walaupun sebenarnya, ia ingin melihat lebih dekat lagi, wajah pria bernama Sandi itu.Suci dapat melihat Rangga berjalan ke arah bed pasien tempat di mana Sandi sedang terlelap tidur.Rangga dapat melihat dengan jelas raut w
Lestari mengernyit, ia tidak mengira orang di seberang sana mengatakan hal seperti itu. Pandangannya teralihkan pada Rangga dan suci yang masih terlelap dalam alam mimpi .sebagai seorang ibu ia tidak mungkin bersikap egois dengan tidak mengatakan hal ini kepada Rangga. tanpa menunggu lagi, Lestari menepuk pundak Rangga sesaat setelah dia memutuskan sambungan telepon yang baru saja ia jawab.Lestari mencoba untuk menepuk pundak Rangga, berharap agar pria itu dapat bangun dari tidurnya.Rangga yang merasa ada yang menepuk-nepuk pundaknya, mulai membuka kedua matanya perlahan-lahan.Saat menoleh, Rangga mendapati sosok Lestari yang sedang berdiri di hadapannya dengan menyodorkan ponselnya yang ia letakkan di atas meja saat ia dan suci akan tidur.“ Ada apa Ibu? “Tanya Rangga penasaran.“"Maafkan kelancangan ibu yang telah menjawab panggilan teleponmu, tapi sepertinya ibumu dalam masalah. tadi sepertinya orang rumahmu menelepon agar dirimu pulang ke rumah untuk menenangkan ibumu yang sed
Rangga menghela nafas mendengar jerit suara hati ibunya, ia mendekati tubuh ibunya yang saat ini sedang terduduk lemah di lantai.“Ibu, tolong jangan seperti ini. Ibu masih bisa kembali ke jalan yang benar ini belum terlambat bu. aku mohon, kembalilah menjadi Ibu yang seperti aku kenal dulu. ““ Apa kau bilang? “Rahayu menatap anak semata wayangnya itu dengan perasaan yang begitu sangat menyakitkan hatinya. Anak yang seharusnya bisa membelanya, membuat hatinya lega karena sebuah pembelaan tapi tidak dengan Rangga,anaknya itu justru malah membela orang yang telah menyakiti hatinya.“Bisa-bisanya kau, mengatakan hal seperti itu. sedangkan kau lihat lihat ini!” Rahayu menunjuk luka pada wajahnya .Ia masih tidak bisa menerima semua hal yang terjadi pada dirinya. rasa sakit hatinya harus terbalaskan dengan cara Suci menderita. dengan Suci menderita, Lestari akan mendapatkan rasa yang sama. Pasti mantan sahabatnya itu akan merasakan hal yang sama, seperti yang dirasakan oleh Suci.Rangga me
Sandi sendiri bingung dengan pertanyaan Lestari. Karena sepengetahuannya, Rahayu begitu mencintai Juwari.“Apa kau mengenal pria bernama Restu?” tanya Lestari. Wanita itu merasa terlalu lama berdiri, sehingga ia memutuskan untuk menarik kursi agar bisa duduk di samping tempat tidur Sandi.“Restu…aku pernah mendengar nama itu disebut oleh Rahayu, tapi aku belum pernah bertemu dengannya.”“Apa kau sudah tau kondisi Siska?”Sandi memiringkan sedikit tubuhnya, ada hawa panas menjalar dari luka yang ia derita. Tapi, ia berusaha untuk bersikap biasa.“Anak itu juga sudah meninggal di tangan Rahayu. Saat itu, aku melihat Siska berada di ruang penyiapan titik dan saat itu, Rahayu dengan gampangnya mencekik leher Siska titik aku, sebagai ayah tirinya hanya bisa dia melihat hal itu. Sepertinya Tuhan sedang menguji semua hal yang berada di dekatku rumah secara tidak langsung Tuhan seperti memperlihatkan dosa-dosa yang telah aku lakukan selama ini. "Jawab sandi. Lestari dapat melihat setetes beni
Suci bernapas lega saat teleponnya dijawab oleh Anton. Setelah mengatakan semua hal yang ada dalam pikirannya, Suci memutuskan sambungan teleponnya dan menunggu kedatangan Anton. Ia berharap Anton, segera cepat sampai ke rumah sakit untuk menjemputnya. Ia tidak ingin sesuatu hal yang buruk terjadi pada suami dan ibu mertuanya itu. bagi Suci, sudah cukup semua ini. Suci berharap tidak ada lagi pertumbuhan darah dan juga perdebatan yang terus-menerus terjadi diantara keluarga mereka.Sandi yang melihat itu merasa bersalah, karena secara tidak langsung ia ikut andil dalam melaksanakan rencana Rahayu untuk menyelamatkan nyawa Nasya saat itu. Tapi, ia sungguh bersyukur Tuhan masih mau memberikan waktu untuknya untuk mengatakan semua kebenaran yang sebenarnya terjadi. bahwa, Rahayu adalah dalang dibalik semua peristiwa yang terjadi pada kehidupan keluarga Lestari.Selang beberapa saat kemudian, saat suci dan juga Lestari menunggu kedatangan Anton di depan rumah sakit, mobil Anton terlihat m
Rahayu Kembali tertegun melihat anak laki-lakinya itu kembali membentaknya. Luka hati yang belum sembuh kini bertambah besar dengan bentakan dari anak satu-satunya yang ia miliki. Bagaimana bisa, anak yang ia lahirkan dan ia sayangi membentaknya di hadapan istri yang sangat Rahayu benci. Harga dirinya sebagai seorang ibu dari Rangga, sudah jatuh di hadapan suci.“Kau, kembali membentak Ibu titik kali ini, di hadapan orang yang sangat aku benci titik Bagaimana bisa Rangga, kau melakukan itu? Apakah sudah mati rasa sayangmu pada ibu yang telah melahirkanmu? “"Jangan terus-menerus memberikan statement sesuatu yang seharusnya tidak dibenarkan. Semua hal yang Ibu lontarkan kepadaku itu benar adanya, tapi aku memiliki alasan kenapa aku berani berkata seperti ini padamu ibu. Saat ini ibu berada di jalan yang salah dan aku berharap Ibu kembali lagi ke jalan yang benar. Dengan cara menyerahkan diri Ibu ke polisi atas semua hal yang ibu lakukan selama ini. “Sahut Rangga dengan raut wajah yang
Sesampainya di rumah sakit, Rangga, Suci dan Anton berjalan di koridor rumah sakit menuju ke ruang perawatan tempat di mana sandi dirawat.Saat membuka pintu rawat tersebut, Rangga terlebih dahulu masuk ke dalam disusul oleh Suci dan Anton di belakangnya. Lestari yang melihat kedatangan anak dan menantunya itu bangkit dari tempat duduknya dan segera memeluk tubuh Suci. entah mengapa sebagai seorang ibu, ia merasa bahwa saat Suci menyusul Rangga tadi ada sesuatu yang tidak beres. pasti Rahayu telah mengatakan hal-hal buruk tentang dirinya atau mengatakan sesuatu yang membuat hati Suci kembali sakit.“Aku baik-baik saja, Bu, "ucap suci sambil mengurai pelukan pada ibunya. Mendapatkan respon seperti itu, Lestari segera mengajak Suci untuk duduk di sofa.Rangga menatap seorang pria paruh baya yang saat ini sedang terbaring lemah di atas bed pasien. pria itu terlihat sedang menatapnya ada rasa canggung di antara keduanya. Lestari yang memperhatikan hal itu, segera mendekat ke arah Rangga.
"Sepertinya, kita salah kamar."Rangga dan Joni saling tatap, lalu mengalihkan pandangannya pada Suci."Apa maksudmu, sayang?" tanya Rangga."Wanita itu, dia tidak mungkin Siska. wajahnya...sama sekali, tidak mirip dengan Siska. aku yak-""Maaf, tapi itulah Siska. wanita yang wajahnya rusak dan bertubuh kurus itu Siska." Potong Joni. Saat Suci akan mematahkan perkataan Joni, seorang dokter dan perawat datang menghampiri mereka."Siapa diantara kalian, yang bernama Rangga?" tanya dokter itu sambil tersenyum."Saya, dok. " Rangga maju selangkah, agar bisa lebih dekat dengan sang dokter bertubuh gempal itu."Saya harap, kedatangan anda bisa sedikit membantu kesembuhan Siska," Mendengar nama Siska disebut, Suci kembali menolehkan kepalanya pada kaca jendela ruangan itu.Suci kembali mendekatkan wajahnya pada kaca jendela ruangan itu. Berkali-kali ia menggelengkan kepalanya, air matanya menetes begitu saja tanpa dapat ia cegah. Siska yang dulu terlihat begitu cantik dengan wajah yang semp
Sandi yang telah sepenuhnya pulih dari luka yang dideritanya, telah kembali ke rumah. Lebih tepatnya, rumah yang disediakan oleh Lestari. Ia begitu menjaga keamanan mantan sahabatnya itu, dari orang-orang yang bisa saja kembali akan melukainya."Bagaimana, sudah kau urus semuanya?"Joni mengangguk mengiyakan.Lestari mendesah lega, karena semua rencana yang telah ia rancang sudah mulai menemui titik terang."Baguslah, kalau begitu tugasmu kali ini adalah mengantarkan anak menantuku ke Rumah Sakit-""Anda serius?"potong Joni. Pria itu nampak menatap wajah majikannya itu begitu serius."Maaf, apabila tindakan saya tidak sopan. tapi, terlalu berisiko jika harus kembali mempertemukan Rangga dengan mantan kekasihnya itu. saya hanya kasihan pada Suci." Lanjutnya tanpa berani memandang wajah Lestari.wanita itu sempat ingin memprotes, namun hal itu urung ia ucapkan karena paham bahwa Joni sudah mengetahui seluk beluk tentang keluarganya.Joni bukan sekedar anak buah Lestari. Namun, pria itu
Lestari menatap wajah Suci, sebenarnya ia tidak ingin menyakiti buah hatinya itu. Tapi, sebagai seorang wanita, Lestari tidak cukup kuat untuk menahan beban pikiran saat melihat penderitaan Siska.“Maafkan, ibu sayang. Ibu kasihan melihat keadaan Siska. Dia benar-benar membutuhkan bantuan kita. Ibu tahu, kau akan kembali terluka saat suamimu menolongnya. Tapi, ibu yakin kau akan merasa kasihan jika melihat keadaannya.”Suci mengalihkan pandangannya pada suaminya. Ia ingin melihat dan mendengar, apa yang akan diucapkan oleh Rangga. Suci ingin mendengar, jawaban yang akan keluar dari bibir pria itu.Rangga yang ditatap seperti itu, mengalihkan pandangannya. Ia tidak dapat langsung memberikan jawaban atas apa yang diinginkan oleh ibu mertuanya itu. Jujur saja, banyak hal yang dulu pernah ia alami bersama dengan Siska. Ia tidak menampik, bahwa kehadiran Siska dulu pernah mengisi ruang dalam hatinya.“Apa jawabanmu, mas?” Suci tidak dapat bersabar lagi. Ia tidak ingin menunggu lebih lama l
Rangga hanya diam menatap isi karung yang telah dibuang oleh seseorang di depan pagar rumahnya.“Apa kita laporkan ke polisi saja, mas?” tanya Suci saat melihat isi karung yang membuat perutnya bergejolak ingin muntah.“Tega sekali mereka,”“Hubungi Polisi, kita akan lihat apa yang sebenarnya mereka inginkan. Jangan-jangan ini perbuatan Anton.” Pikir Rangga dengan mata yang masih menatap tubuh anjing yang telah mati. Bukan hanya satu, melainkan tiga ekor anjing yang sudah tidak bernyawa.***Pemberitaan tentang Karung berisi anjing yang telah mati menjadi topik hangat untuk, dibicarakan diberbagai macam platform media elektronik. Keluarga Rangga kembali menjadi bulan-bulanan pembicaraan media sosial manapun. Hal itu, membuat pria itu kembali harus ekstra berhati-hati saat pergi ke suatu tempat, terutama untuk keselamatan Suci, istrinya.“Ini adalah hasil petisi tanda tangan para karyawan yang tidak menginginkan kehadiran mu, di kantor ini.” Anton membuka rapat koordinasi dengan para p
"Apa kau mau aku pecat, hah! mengganggu saja!" ucap Rangga pada seorang wanita yang terlihat menundukkan kepalanya saat pintu kamar telah terbuka."Ma-maaf pak, tapi tadi ada mobil berhenti di depan gerbang. terus melemparkan sesuatu di dalam karung. penjaga di depan gerbang, tidak berani membukanya tanpa persetujuan anda." Jawab wanita itu.Rangga menggeleng, otaknya terasa ingin pecah. namun, ia berusaha untuk tetap tegar menghadapi kenyataan bahwa ada saja manusia yang mencoba untuk mengganggu waktunya."Baiklah, dengarkan aku baik-baik. biarkan karung itu ditempatnya, tunggu sampai aku turun ke bawah, yang terpenting. kamera pengawas sudah merekam aksi orang tersebut. mengerti?""Baik, pak. saya akan memberikan informasi ini pada para penjaga." wanita itu bergegas untuk pergi meninggalkan Rangga."Ada apa mas?" tanya Suci, saat Rangga kembali masuk.ke dalam kamar dan menutup pintu."Hanya masalah kecil, tapi mereka membesarkan semuanya."Rangga menatap tubuh Suci yang sudah terbal
Rangga masih belum beranjak dari tempat duduknya. pria itu terlihat kesal karena sudah mendapatkan penolakan mentah-mentah oleh Suci. wanita itu nampak lebih segar setelah keluar dari kamar mandi.Suci memang menolak berhubungan dengan Rangga. hal itu karena bagian bawah tubuhnya masih merasa sakit karena ulah Rangga saat di kantor tadi."Masih marah?" Rangga menatap dingin wanita cantik yang saat ini sedang menatapnya."Sayang..." Suci mendekat, duduk di samping pria yang masih menampilkan wajah enggannya.Rangga mendesah pasrah, ia tidak mungkin bisa terus-terusan marah pada istrinya itu."Aku kesal, tidak dapat menikmati makananku." Jawab Rangga dengan senyum liciknya."Jadi, kau pikir aku ini makanan?"Rangga tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Istrinya itu.Suci terlihat sedikit terkejut, dengan respon yang diberikan oleh suaminya itu. setelah beberapa lama tidak melihat wajah Rangga yang tertawa lepas Seperti ini, rasanya hal ini begitu menakjubkan.Suci merengkuh tubuh
Rangga mendekatkan wajahnya pada Suci, membuat wanita itu seketika mundur dan tidak dapat berbuat apa-apa karena kepalanya telah terpojok ke kaca jendela mobil."Mas, berhenti!"Rangga menghentikan gerakannya, alisnya terangkat satu. raut wajahnya terlihat agak kesal karena ucapan Suci."Mas, tolonglah. ini di jalanan, masa mau ciuman di dalam mobil?""Tidak ada yang salah, kita adalah suami istri yang sah!" Rangga terlihat kesal, pria itu kembali memperbaiki posisi duduknya pada kursi yang diduduki."Mas, jangan marah. dengarkan aku, setelah itu... terserah dirimu mau melakukan apa pun yang mas mau."Rangga menoleh, menatap wajah sang istri dengan senyum liciknya."Aku sempat menatap sorot mata Anton yang begitu kosong. apa mungkin selama ini Anton berpura-pura saja menjadi jahat?"Rangga semakin mengerutkan keningnya . ia masih merasa aneh dengan cara berpikir Suci. bagaimana bisa, apa motifnya?Rangga menggeleng, bentuk dari tidak setujunya ucapan yang baru saja Suci ucapkan."Tapi
Suci sedang bersandar pada mobil, menunggu Rangga yang sedang mengambil kunci mobilnya yang tertinggal di ruangannya.“Suci?”Mendengar namanya dipanggil, Suci sedikit terkejut. Terlebih, ia mengenali suara itu. Walaupun ragu, Suci akhirnya menoleh . Karena tidak mungkin dirinya berpura-pura tidak mendengar sapaan itu. “Anton?”Pria itu menyunggingkan senyumnya. Seperti tidak terjadi apa-apa.“Pertemuan ini terasa canggung,” ujar Anton. Langkah kakinya semakin mendekat pada tubuh Suci.Suci berdehem beberapa kali, untuk menghilangkan rasa gugupnya.“Sebenarnya…hal ini tidak perlu terjadi. Aku, masih berharap agar kau tetap jadi asisten, mas Rangga.” Anton menghentikan langkahnya, tepat dihadapan Suci.Pria itu terlihat masih tersenyum menanggapi perkataan Suci. Namun, senyumannya justru membuat wanita cantik itu terlihat tidak suka. Lebih tepatnya, rasa takut yang terlihat jelas pada wajah Suci.“Kenapa ekspresi mu seperti itu? bukankah kita teman?”“Teman?”Anton mengangguk, mengiy
Setelah puas menikmati permainan singkat yang telah Rangga lakukan, Suci segera membasuh tubuhnya di toilet ruangan Rangga. Ia tidak ingin jika bertemu dengan karyawan di kantor ini, mereka dapat mencium aroma tubuh Rangga yang masih menempel pada tubuhnya.“Sudah?” tanya Rangga yang melihat tubuh istrinya itu baru keluar dari toilet.Suci mengangguk, lalu memilih untuk duduk di Sofa.Rangga dapat melihat bagaimana lelahnya sang istri setelah mendapatkan hukuman atas kesalahannya karena main kabur dari rumah. Namun, siapa sangka jika Suci tidak menyadari hal itu. Rangga memang sengaja akan mengerjai Suci di kantor, itulah sebabnya mengapa ia memilih untuk berangkat pagi-pagi sekali.“Mas, apa hari ini kau ada rapat?”Rangga mencoba untuk mengingat.“Hari ini tidak, tapi besok jam sebelas akan ada Rapat yang membahas soal petisi tanda tangan untuk aku dikeluarkan dari kantor ini, dan di pindahkan ke kantor cabang.” Jawab Rangga, wajahnya sama sekali tidak mengisyaratkan kesedihan. Pri