Demian melangkah di trotoar, entah kemana kakinya akan membawa dia melangkah. Saat ini hatinya masih sangat kacau.Ujung pandangannya melihat seorang anak kecil yang sedang bermain bola dengan sanga Ayah di tepi jalan. Sepasang anak dan Ayah itu saling tertawa bahagia.Demian melewati mereka dan tersenyum kecut. Ingatannya kembali saat dirinya dan Rey sering bermain bersama. Hampir tiap weekend mereka bermain di pantai.Lalu Key, gadis cantik yang terus menganggapnya sebagai pahlawan dalam hidupnya, tapi tanpa dia sadari, dia pula yang menghancurkan hidup sang putri.Demian tidak bisa memaafkan dirinya sendiri, dia terlalu bodoh. Selama ini dia menuangkan semua kasih sayang pada anak yang bukan darah dagingnya sendiri.Kaki Demian terasa lemas. Bahkan pagi ini dia belum melahap sebutir nasi, semua kenyataan yang di ungkapk Rebecca membuatnya tidak nafsu makan."Key, Rey, Apakah kalian akan memaafkan Dady?" ksak Demian.Karena sudah tidak sanggup melanjutkan langkahnya, Demian duduk di
Demian terbaring di kasur, matanya masih mengatup rapat. Terlihat jelas kalau kalung matanya sebab. Entah apa yang terjadi padanya, yang jelas ini pertama kalinya dia melihat Demian sehancur ini.Tidak mau terjadi kesalahpahaman, Flora segera melangkah pergi. Tapi tangannya di genggam oleh orang yang terbaring tersebut."Flo, maafkan aku," ucap Demian lirih.Flora membatu, perlahan dia memutar tubuhnya dan menatap pria yang sudah membuka matanya. Wanita itu melangkah mendekat."Demian, apa yang terjadi padamu?" tanya Flora menatap lekat wajah tampan yang tampak kusam itu."Katakan kalau kau telah memaafkan ku," ucap Demian.Flora melepaskan tangannya dari genggaman pria tersebut. Kisah mereka sudah berakhir saat dia lebih memilih pergi bersama wanita lain dan meninggalkannya."Aku sudah memaafkanmu, bukankah kau sudah mengetahuinya," ucap Flora melangkah mundur satu langkah, memberi jarak antar keduanya."Aku tidak tau apa yang terjadi padamu. Tapi aku tegaskan sekali lagi, kita sudah
Revan melempar berkas ke lantai. Pria itu beranjak dari kursinya dan melangkah pergi. Sayangnya dia tidak dapat lolos begitu saja."Aku tidak akan pernah melepaskan apa yang aku inginkan," ucap Risa menghentikan langkah putranya.Revan berbalik dan duduk dengan kasar di kursi. Dia memasang wajah suram. Jemarinya berulang kali mengusap kasar wajah dengan kasar."Bagus sekali," ucap Risa penuh kemenangan."Mama, aku dan Flora sudah menikah secara resmi. Kami hanya menunggu surat, kenapa Mama mempersulit semuanya!?" ucap Revan dengan suara lantang.Risa melempar pada ke empat orang yang masih berdiri di belakang Revan. Lirikan mata Risa memberi kode agar mereka keluar dari ruangan tersebut.Tidak menunggu lama, empat orang itu melangkah pergi. Hanya tinggal Ibu dan Anak di ruangan tersebut."Kamu tau alasannya Revan, Mama yakin kau hanya ingin bermain-main dengannya. Bukankah dia adalah kisah cintamu dulu yang belum selesai?" ucap Risa menerka-nerka."Mama salah, Flora lebih dari yang Ma
Flora memungut bajunya yang berserakan di lantai. Air matanya terus mengali di pipi. Dia tidak menyangka pria yang dinikahi kemarin memiliki sifat kasar seperti ini.Wanita itu memakai bajunya satu persatu dan mulai merapikan riasan makeup nya. Sementara di sofa, Revan masih berbaring dengan tubuh polosnya itu.Pria itu menatap sang istri yang masih sesenggukan, perlahan Revan bangkit dan memeluk Flora dari belakang."Maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti ini. Kau bisa pergi dariku bila hatimu masih belum bisa menerimaku," ucap Revan lembut."Aku tidak ingin mendengarkan apapun saat ini, cepat pakai bajumu," ucap Flora melepas tangan Revan.Untung saja di dalam ruangan terdapat kamar mandi, jadi dia tidak perlu repot-repot keluar ruangan untuk membersihkan diri. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi para karyawan saat melihatnya seperti ini. Revan segera meraih baju dan masuk ke kamar mandi. Sementara Flora segera membersihkan tisu yang berserakan dan beberapa benda yang te
Seorang wanita berjalan di trotoar, dia menggendong seorang bayi yang di tutup oleh selimut tebal. Bayi itu sudah tidak pucat lagi. Butuh perawatan khusus karena dia memaksa untuk menyelesaikan rawat inap bayi tersebut."Nak, Bunda janji akan merawat mu dengan baik. Kita pasti bisa tanpa Dady Demian dan Ayah Dion." Rebecca mendekap erat putrinya.Wanita itu merogoh posnelnya dan membuka satu chat dengan seseorang. Dia sana terdapat alamat tempat dimana dirinya membeli sebuah rumah.Dia ingin memulai kehidupan baru tanpa Bebena hidup dan fokus untuk membesarkan Putrinya. Kenangan Demian dan Dion akan dia tutup rapat.Rebecca melambaikan tangan saat melihat taxi yang melintas. Tanpa membuang waktu dia segera naik saat taxi berhenti tepat di hadapannya.Mobil warna biru itu melaju ketempat tujuan. Hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit merek sampai di depan rumah yang cukup sederhana.Rebecca membayar taxi dan melangkah memasuki halaman rumah tersebut. Rumah itu adalah rumah asri denga
Flora dan Revan berdiri di ambang pintu, mereka melangkah mendekat saat melihat Demian menangis sesenggukan. Flora melempar pandangan ke arah Revan, menunggu persetujuan untuk membantu pria tersebut. Melihat Pria yang berdiri di sampingnya mengangguk membuat Flora memberanikan diri untuk mendekat."Kita duduk dulu yuk," ucap Flora membantu Demian bangun dan menuntunnya duduk di sofa diikuti oleh kedua anaknya."Adek Lydora sedang pergi ke rumah neneknya, Dady sedih karena tinggal sendirian di rumah ini. Kalian mau menemani Dady di rumah?" ucap Demian menatap Rey dan Key bergantian.Flora duduk di samping Key di susul oleh Revan yang duduk di sebelahnya. Pria itu menggenggam erat tangan Flora, seolah menunjukkan kalau sang mantan suami tidak bisa mengganggu hubungan mereka.Flora mengelus pucuk kepala Key, ingin sekali dia menolak permintaan Demian. Tapi wajah Rey dan Key bertolak belakang."Key dan Rey mau tinggal di sini?" tanya Revan menatap kedua anaknya.Rey dan Key mengangguk se
Sampai di rumah, Flora menghempaskan tubuhnya di sofa. Sementara Revan melangkah menuju dapur untuk mengambil dua gelas air putih."Minum, kau sudah banyak mengeluarkan air. Kau bisa dehidrasi," ucap Revan mengulurkan segelas air putih."Itu semua karena mu, kenapa kau mengizinkan mereka tinggal. Kita tidak tau apa yang akan di lakukan Demian. Kalau sampai dia di hasut bagaimana?" ucap Flora khawatir.Dari ujung tangga, Lidya menyambut kedatangan Flora dan Revan. Kepalanya celingukan mencari dia sosok mungil yang menggemaskan."Dimana cucu-cucu ku?" tanya Lidya menatap pintu.Flora menghela napas panjang, dia menghentakkan kakinya menaiki tangga dan melangkah menuju kamar. Di sana Flora segera membuka baju dan berendam air hangat di bathtub.Sementara Revan di lantai bawah, dia sedang membujuk Mama mertuanya. Dia tau betapa Lidya membenci Demian, kalau dia tau saat ini cucunya ada di sana. Tanpa menunggu lama, wanita paruh baya itu akan menjemput mereka."Mama mau cucu baru nggak?" ta
Mentari pagi bersinar terang, Key dan Rey baru saja membuka mata. Di sampingnya mereka ada seorang pria yang tertidur dengan damai.Keduanya menatap lekat sosok tampan yang masih terlelap itu. Mereka sangat merindukannya. Tapi apalah daya, perasaan Momy mereka jauh lebih penting untuk di jaga.Mereka ingin sekali bertemu Dadynya, sayangnya peristiwa kemarin membuat mereka mendewasa sebelum usia.Apapun yang mereka inginkan harus melihat situasi mood sang Momy. Mereka kerap kali melihat sang Momy menangis, jadi tidak mau melukainya lagi.Demian mengucek matanya, pria itu mulai membuka mata. Tanpa seutas senyum tipis menghiasi wajah tampannya.Luka yang tadinya menganga kini sembuh seketika, kehadiran dua malaikat kecil ini telah merubah segalanya."Sudah bangun?" tanya Demian mengelus wajah imut Key dan Rey.Dua anak yang sedang menatap Demian mengangguk pelan. Mereka tersenyum kecil ketika melihat Dadynya bangun."Bagaimana tidurnya Dad, apakah nyenyak?" tanya Key melempar senyum."Se