"Rio? ada dirumah Inara, ada apa ini? kenapa dia juga tidak menyapaku padahal dia jelas melihatku, bahkan senyum pun tidak." Hesti berjalan menuju pintu rumah Inara sambil terus berpikir dan penasaran kenapa Rio ada disini. Setelah memencet bel tampak dari dalam pelayan membukakan pintu dan menanyakan Hesti mau menemui siapa. Pelayan menyuruhnya masuk dan menunggu. Tak berapa lama Inara keluar dan menemui Hesti. "Nara, apa kabar kamu sayang? aku telpon kamu tapi nomer kamu gak aktif." Sapa Hesti sambil memeluk sahabatnya. "Maaf Hes aku baru hari ini nyalakan hand phone, dari kemarin aku gak enak badan pengen istirahat aja gak mau diganggu siapa siapa, kamu apa kabar maaf ya aku gak sempat pamit waktu itu." "Gak papa, gak masalah kok." Hesti penasaran dengan keberadaan Rio yang keluar dari rumah Inara , lalu dia bertanya kepada Inara. "Ra aku tadi di gerbang ketemu sama Rio, dia dari sini Ra?" Mendengar pertanyaan itu, Inara tampak kebingungan akan jawab apa, dia sempat terdiam s
Beberapa minggu setelah kejadian itu, Inara memutuskan untuk mulai kembali ke aktivitasnya dia mulai masuk mengajar sebagai dosen setelah cuti lumayan lama. Papa dan mama Inara sempat tidak mengijinkan putrinya itu beraktivitas kembali namun setelah Inara menjelaskan alasannya yang sudah mulai jenuh dan juga mungkin dengan mengajar dia bisa lebih terhibur maka orang tua Inara akhirnya mengijinkannya. Inara sempat ragu, karena dia takut disaat dia masuk Inara mendapat hinaan atas kejadian yang menimpannya, namun ketakutan Inara itu tidak terjadi, keadaan di kampus Inara nampak tenang saja ketika Inara datang, rupanya berita soal kejadian itu cepat di take down oleh papa Inara sehingga tidak sampai terdengar di kampus Inara. Beberapa dosen menanyakan kesehatan Inara yang cuti karena sakit hampir tiga minggu. Jam mengajar telah selesai, kegiatan hari ini membuat Inara kembali bersemangat kembali, dia mulai melupakan kejadian yang dia alami. Keluar dari kelas Inara menuju taman untuk be
"Aku akan tanggung jawab, kamu tenang ya kita berdoa saja dugaan kita salah." "Bukan masalah tanggung jawab saja ini Rio." Panggilan perawat menghentikan ucapan Inara. Mereka memasuki ruang periksa dan bertemu dengan dokter. Setelah mendengar cerita Inara dokter memintanya berbaring untuk melakukan pemeriksaan USG. Dalam keadaan takut tanpa disadarinnya tangannya menggenggam erat tangan Rio selama dokter memeriksanya. Alat USG ditempelkan pada perut Inara, Inara yang merasa ketakutan tidak melepaskan genggaman tangan Rio, melihat Ini Rio hanya tersenyum dia merasa seperti seorang suami yang tengah menemani istrinya periksa kehamilan Dokter memulai memeriksa perut Inara, dan benar yang seperti mereka duga dokter melihat ada setitik benih yang sedang tumbuh di rahim Inara. Dokter terus menjelaskan sambil menempelkan alat USG, dokter menjelaskan bahwa janin itu baru berumur dua minggu. Air mata Inara jatuh dia merasakan hancur untuk kedua kalinya setelah mengetahui kehamilannya. Dokter
"Aku gak mau dia tumbuh Rio aku gak mau aku gak mau." "Inara tenang, kamu tenang kita tunggu efek obat itu, jangan kamu minum lagi bahaya buat tubuhmu, aku tahu kamu tidak mau tapi bukan seperti itu Inara, itu janin yang tidak berdosa, kamu juga tidak berdosa, ini semua karena kesalahanku, kamu tenang aku kesana sekarang aku mau periksa keadaanmu." "Gak usah Rio biarkan aku sendiri, aku mau menenangkan diri dulu." Rio memikirkan apa yang akan terjadi kepada Inara, dia hanya berharap janin itu akan tetap tumbuh di rahim Inara sehingga dia bisa menikah dengan Inara dan selalu disampingnya. Rio yang masih berada di ruang dokter dia mencoba memejamkan matanya sebentar untuk menghilangkan penatnya pikirannya. Tiba tiba Nasrul datang dan mengagetkan Rio. "Wooii bro, belum pulang juga kamu?" "Belum, masih capek pengen rebahan bentar." "Capek mikirin Inara? cerita mungkin aku bisa bantu.""Ceritanya ya gitu lah Inara sekarang hamil, dan tadi dia coba berusaha menggugurkannya dengan minu
"Ya gitu lah Inara kalo Arga lagi sibuk dia pasti nglupain semua, lupa juga kalo ada yang lagi megkhawatirkan, terima kasih ya Nara kamu udah menkhawatirkan Arga dan juga udah ngertiin dia." Melihat sikap mama Arga yang begitu baik kepada Inara membuat mama Inara mengurungkan niatnya untuk menceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi kepada Inara mama Inara tidak mai merusak hubungan Inara dan Arga yang enam bulan lagi akan menikah. Namun keputusan mama Inara ini diambil karena mama Inara belum mengetahui kalau saat ini di dalam rahim Inara sedang tumbuh janin anak dari Rio yang telah menidurinya dengan paksa satu bulan yang lalu. Inara juga memilih diam untuk tidak menceritakan apapun, walaupun dalam hati dan pikirannya tersembunyi kecemasan dan ketakutan tentang janinn yang ada di dalam kandungannya itu akan terus tumbuh, dan tidak gugur seperti yang dia mau karena hingga saat ini tidak ada tanda tanda efek dari obat itu. "Yuk makan siang, sudah siap semua.""Kok repot repot si
"Inara kamu kenapa?" "Aku mual banget hampir setiap hari aku seperti ini."Melihat Inara dalam keadaan seperti ini Rio tidak tega. Dia mengajak Inara pergi kedokter kandungan untuk memeriksakan kandungannya. Rio sangat menkhawatirkan keadaan Inara dan juga kandungannya yang terus terusan diberikan obat obat berdosis keras. "Kita kedokter, sebelum kedokter kandungan aku akan periksa keadaan kesehatan kamu dulu di tempat praktekku, aku khawatir kesehatanmu juga karena hampir setiap hari kamu mengkonsumsi obat obatan ilegal yang berdosia keras itu Inara." "Gak usah, kenapa kamu pedulikan aku, bukankah ini yang kamu mau dari aku, kamu meniduri aku dengan paksa, kamu menghancurkan aku, dan sekarang kamu peduli sama aku." "Kenapa kamu bicara begitu, jika itu tujuanku aku akan meninggalkanmu dan gak akan muncul dihadapanmu, jika itu tujuanku aku akan mebiarkan keadaanmu yang sedang depresi karena ulahku, dan jika itu tujuanku aku gak akan disini sekarang, kamu perlu tau Inara perasaanku
Semakin berusaha untuk membuang janin itu dari rahimnya, setiap hari dia mengonsumsi apapun yang bisa menggugurkan kandungannya. Mama Inara mulai mencurigai keadaan Inara, apalagi tubuh Inara semakin kurus dan pucat dikarenakan Inara yang tidak pernah mau makan. "Nara kamu sakit? mama lihat kamu agak kurusan dan juga pucat." "Gak Ma, Inara gak papa mungkin karena kecapean ma.""Bener kamu gak papa?" "Iya gak papa, Inara masuk kamar dulu ya ma Inara mau mandi terus istirahat bentar Inara pusing tadi jadwal ngajar aku full banget." Didalam kamar Inara mulai mengeluarkan obat obat yang baru dia beli dan meminumnya semua tanpa dia pedulikan dosisnya. "Keluar kamu, keluar dari perutku, aku tidak menginginkanmu." Tanpa ampun Inara terus menerus mengonsumsi obat obat itu, tapi berhari berhari obat itu tetap tak memberikan reaksi apapun, dia sudah mulai lelah dengan ini semua dan sudah kehabisan akal untuk berusaha membuang anak itu dari rahimnya.Hingga pada suatu hari Inara yang sudah
"Rio kenapa kamu bisa menyembunyikan masalah sebesar ini dari saya, kenapa kamu tidak menceritakan kehamilan Inara?""Inara yang meminta agar saya tetap merahasiakan ini, Inara melarang saya bercerita kepada siapapun, Inara tidak memperbolehkan saya mengatakan ini kepada Om dan Tante, saya sudah berulang kali mengatakan jika saya akan bertanggung jawab menikahinnya tapi dia tetap menolak, Inara hanya mau menikah bersama Arga." "Sudah berapa bulan kandungan Inara?" "Sudah memasuki dua bulan, Inara meminta saya untuk diam, dia yang tidak mau dengan kehamilannya berusaha untuk menggugurkan kandungannya om dengan meminum obat obatan ini. Dia tidak mau siapapun tahu kehamilannya terutama oleh Arga." "Ya Alloh Inara apa yang kamu lakukan, itu semua sudah tidak mungkin, tidak mungkin Arga menikah dengan Inara dalam keadaan seperti ini, apa yang harus kita katakan ma kepada Arga dan keluarganya?" Mama Inara hanya terdiam dan meneteskan air matanya, dia sudah tahu lagi apa yang harus dilak
"Aku benci kamu Inara, aku benci kamu." Dalam perjalanan Rio terus meracau, dia tidak hentinya mengungkapkan kekecewaannya kepada Inara. Hesti memanfaatkan keadaan ini dengan baik, dia tak ingin menyia nyiakannya. Mobilnya terus melaju menuju sebuah tempat penginapan. Dia ingin memanfaatkan keadaan Rio yang sedang tidak sadar ini dengan sebaik mungkin. Sesampainya di sebuah hotel, Hesti segera membawa Rio masuk kedalam kamar yang telah dipesannya. Hesti merebahakan tubuh Rio yang sedang tidak sadar diatas ranjang. Dia melepas seluruh baju pengantin yang masih menempel pada tubuh Rio. Disaat itulah Hesti mulai bertindak nekat, dia meraba seluruh badan Rio. "Sayang, lampiaskan seluruh luka hatimu kepadaku. Aku akan mengobatimu dan mulai saat ini aku akan mendapatkanmu seutuhnya."Hesti dengan agresif menyerang tubuh Rio yang masih dalam pengaruh alkohol. Dia mencium seluruh tubuh Rio, melumat habis bibirnya dan tak melewatkan satuapun bagian tubuh Rio. Hesti melepas seluruh bajunya hi
Penghulu dan juga papa Inara segera bersiap untuk melanjutkan akad nikah itu. Dari kejauhan nampak Hesti dan Arga yang tersenyum sengit dan bertatapan seakan tidak sabar menunggu sebuah pertunjukkan drama yang akan segera dimulai. Sementara Rio sudah duduk dihadapan papa Inara yang akan menjadi wali nikah untuk putrinya, Rio tertunduk tak menatap papa Inara yang ada dihadapannya. "Nak Rio bisa kita mulai kan?" Rio memgangkat kepalanya yang tertunduk, dia menoleh kearah Inara dan Rio hanya mengengguk kecil me jawab pertanyaan penghulu yang akan membimbing acara akad nikah itu. Penghulu pun memulai acara akad nikah antara Rio dan Inara, dua membaca sebuah doa sebelum ijab qabul itu diucapkan. Setelah itu penghulupun mempersilahkan papa Inara untuk melantunkan ijab qabul itu. "Saudara Rio, saya nikahkan dan kawinkan kau dengan putri saya Inara Darmawan binti Darmawan dengan mas kawin uang sebesar tiga juta tujuh ratus lima puluh ribu dan seperangkat alat sholat dibayar tunai." Suara l
"Batal? apa yang batal maksudnya ma?" Celetuk Ayah Rio yang baru saja mendengar percakapan terakhir antara Rio dan mamanya. "Rio ingin membatalkan pernikahannya dengan Inara." "Apa apaan kamu Rio, kamu ini kenapa semalam kamu sudah menghilang tiba tiba dari acara malam midodaren sekarang kamu mau mebatalkan pernikahanmu dengan Inara, kamu ini kenapa Rio? sekarang juga kamu siap siap dan kita pergi kerumah Inara!" "Gak yah aku gak akan melanjutkan pernikahan ini sampai Inara memberikan bukti bahwa anak yang ada dalam kandungannya benar benar anak Rio." Pernyataan Rio membuat ayahnya semakin marah. Ayah Rio tak menerima alasan apapun yang disampaikan oleh putranya, dia tetap memaksa Rio untuk bersiap melanjutkan acara pernikahannya di pagi ini. "Kamu tau Rio sebagai lelaki yang bertanggung jawab apapun itu kami harus tetap melanjutkan pernikahanmu, tepati janjimu kepada Inara. Bagaimanapun kamu yang telah menodainya dan sekarang kamu malah berkelit mencari alasan untuk membatalkan
"Arga..bisa bisanya kamu menjatuhkan tuduhan seperti itu sama aku tega sekali Arga kamu setelah sekian tahun aku menjaga kesetiaanku hanya buat kamu, aku hamil bukan karena selingkuh tapi karena pelecehan yang dilakukan Rio asal kamu tahu itu. Papa percaya aku pa semua yang dikatakan Arga iti tidak benar dan fitnah." "Tapi kamu menikmatinya kan Inara sampai sampai kamu hamil, halah mengaku saja kamu Inara, aku sudah lama tau kelakuanmu yang gampang sekali terjerat rayuan laki laki, sudahlah mungkin karena Rio tahu tingkah aslimu makanya dia ragu kan karena bukan hanya dia yang menanamlan bibitnya dirahimu." Hujatan dan hinaan Arga tak kunjung henti hentinya, hingga amarah dan emosi Inara terpancing, dan,,Plaaaaaak!! "Tutup mulutmu, aku tidak mengira laki laki yang aku kenal selama ini bermulut busuk sepertimu Arga." Inara meluapkan amarahnya yang sudah tidak bisa dia tahan karena mendengar kata kata Arga yang semakin menjadi jadi. Bukannya berhenti namun Arga semakin semangat mengu
Dia terus mengulang ulang rekaman itu. Disaat dia memutar rekaman itu papa Inara yang mendengar keributan dari kamar putrinya dan segera.menuju kamar Inara. "Ada apa ini?" Tanya papa Inara dengan nada tinggi. "Kebetulan sekali papamu juga ada disini, aku akan putar sekali lagi perlngakuan dosamu ini." Rio segera.mengulang kembali memutar rekaman itu dengan wajah yang memerah karena terbakar api amarah. "Hentikan Rio cukup Rio, semua yang kamu dengar itu tidak benar Rio. Aku bersumpah ini anakmu Rio, hentikan Rio. Fitnah Rio itu semua fitnah aku tidak pernah berbicara seperti itu Rio." Tangisan Inara pecah memenuhi ruang kamarnya. Mama dan papa Inara hanya terdiam setelah mendengar rekaman yang diputar oleh Rio. Mereka tak tau lagi apa yang harua mereka katakan. "Saya memutuskan untuk membatalkan pernikahan ini. Kamu minta Arga menikahimu Inara, seperti yang kamu katakan Arga adalah ayah dari anakmu, aku sudah memintamu jujur tapi kamu, kamu malah marah dan masih berkelit. Bapak ib
Melihat Inara yang sudah mulai menunjukkan bahwa dirinya telah menerima Rio dan juga kehamilannya membuat kemarahan Hesti semakin memuncak. Hesti dengan licik merekam semua cerita Inara, dia mebawa rekaman itu kepada seorang teman. Meminta temannya untuk mengedit rekaman itu dan menjadikan sebuah cerita baru yang akan siap menghancurkan pernikahan Inara dan juga Rio. Rekaman baru telah Hesti dapatkan, dia menghubungi Arga dan menceritakan semua rencananya yang telah dia siapkan dengan rapi. Keesokan harinya tepat dua hari sebelum pernikahan Rio berlangsung, Hesti menelpon Rio dengan berpura pura mengucapkan selamat kepadanya dan mengatakan ingin menemuinnya. "Halo Rio, selamat ya akhirnya temenku yang satu ini menemukan pelabuhan hatinya. Oh iya bisa gak kita ketemh sebentar aja, aku pengen ngobrol bentar." "Ok Hes, kebetulan aku juga lagi diluar, kita ketemu dicafe biasanya ya." "Ok Rio sampai ketemu nanti, hati hati ya calon pengantin." Hesti sudah tidak sabar ingin menunjukka
Hesti menyeret keluar tubuh Rio dan mengajaknya pergi meninggalkan Arga yang sedang kalap. Rio dan Hesti masuk kedalam mobil, melihat Rio yang penuh luka di wajahnya Hesti membersihkan wajah Rio. "Ya Alloh Rio apa yang sebenarnya terjadi sampai seperti ini?" "Aku tadi sudah menceritakkan jujur kepada Arga apa yang sebenarnya terjadi Hes, dan Arga langsung memukulku seperti ini." "Gila kamu Rio, sudah tau mereka masih belum putus posisinya kamu bicara seperti itu pantas saja Arga langsung kalap. Ya Alloh Rio Rio kamu ini." "Cepat atau lambat Arga juga harus tau Hes. Aw Hes pelan pelan sakit. Udah hes udah nanti saja ini sekarang ayo kita pergi dari sini aku gak mau sampai Arga menyusul kita kesini dan malah membuat masalah baru." Melajukan mobilnya meninggalkan cafe itu dan menuju sebuah tempat yang biasa dia kunjungi. Sepanjang perjalanan mereka menghabiskan dengan cerita antara Rio dan Inara yang berhasil membuat Hesti semakin memanas. Sesuai dengan rencanannya kini Hesti akan m
Setelah Arga dan Hesti bertemu, mereka melakukan strategi mereka untuk mengelabui Rio. Arga menghubungi Rio untuk mengabari Rio jika dia siap untuk bertemu. Saat telpon terhubung dan Arga berbicara dengan Rio, saat itulah Hesti melakukan perannya. Hesti mendekat kepada Arga dan berbicara dengan nada manja. "Sayang telpon siapa sich?" Hesti dengan sengaja memanggil Arga untuk mengelabui Rio. Benar saja Rio ketika mendengar suara itu langsung bertanya kepada Arga. "Siapa itu Ga?" Tanya Rio. "Inara, biasa dia lagi kambuh manjanya kalau habis lama tidak ketemu." Jawab Arga dan diikuti dengan suara Hesti yang kembali memanggil manja kepada Arga. "Sayang telpon siapa kok lama sekali, siapa sich sayang. Ayo keburi mama sama papa datang tutup dulu telponnya sayang kita lanjutkan lagi. Ayo sayang!" Hesti kembali memainkan perannya sebagai Inara yang sedang merayu Arga. "Aduh Rio maaf ya, kita lanjut nanti ya ngobrol nya kita langsung ketemuan di cafe aja ya aku kirim alamatnya. Ini Inara
"Menghabiskan dua malam bersama Inara di puncak." Kata kata itu terngiang ngiang di benak Rio setelah dia berbicara dengan Arga. Benar seperti yang telah direncanakan oleh Arga, dia membuat Rio akan berpikir negatif soal kehamilan Inara saat ini setelah mendengar kata katanya. Rio mencoba mengira ngira apa yang sebenarnya terjadi, namun dia masih tetap berusaha untuk berpikir positif soal Inara. "Tidak mungkin, Inara bukan perempuan seperti itu pasti Arga sedang mengada ada, Inara hanya melakukan itu bersamaku saat malam itu dan dia sedang hamil anakku bukan anak Arga." Runtuk dalam hati Rio disaat dia masih kepikiran soal kata kata Arga. Tapi semua tidak semudah itu, tanpa dia sadar perasaan ragu itu muncul dalam benaknya ketika kata kata Arga terngiang ngiang datang kembali dalam benaknya. Tak ingin berpikiran buruk soal Inara, dia mencoba menghubungi Inara, namun beberapa kali dia mencoba memghubungi Inara tak juga dijawab. Pikiran Rio semakin kacau, dia memutuskan untuk pergi ke