Share

BAB 7 Pikiran Kosong

Penulis: Prisma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-13 20:10:31

Varisha dengan penuh profesionalisme menjelaskan dengan rinci agenda pertemuan berikutnya kepada Ganendra. Suaranya tenang dan jelas, dan matanya fokus pada bosnya yang menatapnya dengan serius. Ganendra dikenal sebagai seorang pria yang tajam dan sangat memperhatikan setiap detail, sehingga kemampuan Varisha dalam mengelola jadwal dan informasi sangat dihargai olehnya. 

"Dalam pertemuan besok," Varisha memulai penjelasannya, "Anda akan bertemu dengan tim pengembangan produk untuk mendiskusikan perkembangan terbaru dalam proyek XY-123. Pertemuan ini akan diadakan di ruang konferensi utama pada pukul 10 pagi. Seluruh dokumen dan presentasi yang Anda butuhkan sudah saya siapkan.”

"Saya juga sudah menyiapkan jadwal pertemuan selanjutnya untuk hari ini, Pak," katanya dengan suara yang tenang.

Ganendra selesai meresensi beberapa dokumen dan menatap ke  arah Varisha. “"Terima kasih, Varisha. Kamu sudah bekerja keras hari ini." 

Varisha tersenyum dengan tulus. "Sama-sama, Pak." 

Sebelum Varisha sempat meninggalkan ruangan, Ganendra memberikan instruksi tambahan. "Oh, Varisha, saya lupa memberitahumu. Tolong urus reservasi di restoran yang biasa untuk acara makan malam dengan keluarga saya malam ini.”

Varisha, tanpa ragu mengangguk dengan penuh tanggung jawab. "Baik, Pak. Saya akan mengurus reservasinya dan memastikan semuanya berjalan lancar."

"Terima kasih, Varisha," ucap Ganendra dengan senyuman ramah. 

Setelah mengambil catatan dan instruksi lebih lanjut, Varisha meninggalkan ruangan dengan penuh semangat untuk menyelesaikan tugas tambahan yang baru saja diberikan oleh atasannya. Dia segera kembali ke tempatnya untuk memesan meja di restoran yang dimaksud.

Selanjutnya, setelah melakukan permintaan Ganendran, Varisha terus melakukan pekerjaannya. Ia memilih untuk menyibukkan pikirannya yang sempat kacau karena bertemu dengan Arshaka. Varisha terus bekerja sampai tidak menyadari langit yang sudah gelap dan hanya tersisa beberapa karyawan yang sedang lembur untuk menyelesaikan tugasnya.

Varisha menghela napas sejenak sebelum bangkit dari tempatnya. Ia meninggalkan ruangan dengan langkah yang mantap. Namun, saat dia melangkah keluar, dia merasa ponselnya bergetar di dalam saku blazernya. Dengan cepat, dia mengeluarkan ponselnya dan melihat panggilan masuk dari Ganendra.

Dia menjawab panggilan tersebut dan mendengarkan dengan cermat. "Varisha, bisakah kamu mengantarkan beberapa dokumen yang tertinggal di meja kerja saya ke restoran?"

“Baik, Pak. Saya akan segera ke sana.”

Setelah panggilan itu berakhir, Varisha segera mengumpulkan dokumen yang diminta Ganendra dan melangkah ke lobi kantor. Di sana ia melihat Tio, supir pribadi Ganendra yang sudah menunggunya.

Tio tersenyum ramah ketika Varisha mendekat. "Selamat malam, Mbak Varisha. Tuan meminta saya untuk mengantarkan Mbak ke restoran." 

Varisha tersenyum kembali. "Terima kasih, Pak. Saya siap untuk berangkat."

***

Ketika Varisha tiba di restoran, dia segera masuk dan menemukan Ganendra sedang duduk di meja yang telah dipesan. Adelia, adik Ganendra, duduk di sebelahnya. Wanita muda itu tampak cantik dan anggun, dengan senyuman lembut yang muncul di wajahnya ketika dia melihat Varisha datang.

"Selamat malam, Pak Ganendra, Mbak Adelia," ujar Varisha dengan sopan. 

"Ini dokumen yang Anda minta, Pak," kata Varisha dengan suara yang tegas dan penuh keyakinan, sambil menyerahkan dokumen itu pada bosnya.

Ganendra mengangguk dan mengambil dokumen itu dengan penuh apresiasi. "Terima kasih, Varisha. Kamu selalu bisa diandalkan."

“Sama-sama, Pak. Kalau begitu saya pamit pulang,” balas Varisha sambil tersenyum lembut.

“Kenapa harus buru-buru? Apa kamu sudah makan malam?” tanya Adelia dengan suara lembutnya. 

“Kalau kamu belum makan malam, lebih baik kita makan malam bersama saja,” lanjut Adelia. 

"Terima kasih, Mbak, tapi saya tidak mau mengganggu acara makan malam  ini. Saya lebih baik pulang dan membiarkan kalian menikmati waktu bersama," jawab Varisha dengan sopan.

"Tidak ada masalah, Varisha. Sebenarnya, malam ini bukan acara formal. Kami hanya ingin bersantai dan berbicara sejenak. Jadi, tidak ada salahnya kalau kamu bergabung. Lagipula kamu juga sudah cukup bekerja keras hari ini,” ujar Ganendra sambil menatap ke arah Varisha.

 Varisha melirik ke arah Ganendra dan Adelia secara bergantian, lalu mengangguk dan akhirnya duduk di antara mereka. Dia merasa agak tidak enak hati, tetapi tidak ingin mengecewakan bosnya.

Tak lama kemudian, Arshaka datang ke restoran. Penampilannya yang elegan dan tenang menarik perhatian semua orang di sekitarnya, termasuk Varisha. Detik itu, dunia Varisha terasa berputar cepat. Kehadiran Arshaka membuatnya terkejut, dan tubuhnya mulai gemetar. Namun, kegugupannya tidak bisa hilang begitu saja ketika Arshaka duduk di hadapannya. Pertemuan ini membawa kembali kenangan yang Varisha ingin lupakan.

Arshaka duduk di meja yang sama dengan tatapannya yang tenang, menatap Varisha seperti tidak ada apa-apa. Bagi orang lain yang tidak mengetahui sejarah mereka, mereka hanya tampak seperti dua orang yang berada di meja makan yang sama di restoran mewah itu.

Adelia, dengan senyum cerah di wajahnya, menyambut Arshaka dengan hangat. "Varisha, ini Kak Arshaka, tunanganku," kata Adelia dengan penuh kebanggaan. Tatapannya antara Arshaka, Varisha, dan kemudian kembali ke Arshaka mencerminkan kebahagiaannya.

Varisha mencoba menyusun kalimat-kalimat di benaknya, mencari sesuatu yang tepat untuk diucapkan. Namun, kata-kata sepertinya telah membeku di tenggorokannya. Dia mencoba mengatasi kebingungan yang melandanya dengan memberikan senyuman lembut.

Sementara, Arshaka hanya terdiam, tidak menunjukkan ekspresi emosi apa pun di wajahnya. Dalam keheningan yang mencekam, mereka mulai menjalani makan malam. Suasana yang seharusnya penuh kehangatan dan tawa, terasa sepi dan canggung bagi Varisha.

Ganendra mencoba mengurangi ketegangan dengan memulai percakapan tentang pekerjaan. Dia mulai menceritakan proyek-proyek terbaru di perusahaannya, berbicara dengan semangat tentang visi dan rencananya. Meskipun Varisha tahu dia harus mendengarkan, pikirannya tetap melayang ke Arshaka yang duduk di seberangnya.

Malam itu, suasana di restoran terasa sangat canggung bagi Varisha. Meskipun Adelia berusaha membuat percakapan ringan, Varisha merasa pikirannya kosong setiap kali pandangannya tidak sengaja bertemu dengan tatapan dingin Arshaka. Perasaan tidak nyaman yang ada di dalam dirinya semakin kuat, dan ia meremas ujung roknya dengan ketegangan yang terasa.

Setelah makan malam selesai, Varisha pamit untuk pulang. Namun, Adelia menahannya dengan tangan lembut. "Kenapa tidak tinggal sebentar, Varisha? Kita bisa mengobrol lebih lama," kata Adelia dengan senyuman yang mencoba memberi kenyamanan.

Varisha ragu sejenak, kemudian menatap mata Adelia dengan penuh kerendahan hati. "Terima kasih, Mbak, tapi saya merasa cukup lelah. Saya rasa lebih baik kalau saya pulang sekarang."

***

Keheningan malam menyelimuti jalanan sekitar restoran setelah Varisha meninggalkan restoran. Hati dan pikirannya masih terusik oleh pertemuan tiba-tiba dengan Arshaka. Ia merasa campuran emosi yang rumit: canggung, takut, marah, dan sedikit terkejut.

Varisha berdiri di depan restoran, menunggu taksi yang telah dipesannya melalui aplikasi di ponselnya. Malamnya terasa semakin panjang, dan ia ingin segera kembali ke apartemennya untuk merenung dan meredakan perasaannya.

Saat menunggu, dua orang pria yang tampak mabuk melangkah mendekati Varisha. Mereka tertawa keras dan berbisik-bisik sambil melihat ke arahnya. Pikiran Varisha mulai dipenuhi oleh kekhawatiran saat mereka mendekatinya. Dia mencoba untuk tetap tenang dan menghiraukan mereka, berharap mereka akan pergi begitu saja. Namun, pria-pria itu semakin mendekat, dan satu di antara mereka mulai berbicara dengan nada merendahkan. Mereka mulai menggodanya, mencoba membuatnya merasa tidak nyaman. Hatinya berdegup lebih kencang ketika mereka semakin mendekat.

Varisha merasa ketidaknyamanan yang mendalam. Dia mencoba untuk menghindar dan melangkah mundur untuk menjaga jarak dari pria-pria itu, tetapi langkahnya terhenti ketika dia merasakan tangan yang tiba-tiba menangkap lengan bajunya.

Saat dia berbalik untuk menatap siapa yang telah menahannya, pandangannya langsung bertemu dengan Arshaka. Pria itu berdiri tegak di hadapannya, dan dengan cepat, Arshaka memeluknya dengan erat.

"Tenang, Varisha," bisik Arshaka dengan suara pelan yang hanya bisa didengar olehnya. "Jangan lakukan apa pun."

Beberapa saat berlalu, dengan Arshaka yang masih memeluknya erat. Varisha mencoba mendorong dirinya keluar dari pelukan pria itu. Dia tidak ingin menciptakan situasi kesalahpahaman, terutama dengan Adelia dan Ganendra yang mungkin saja melihatnya.

"Tolong, lepaskan saya, Pak" bisik Varisha, wajahnya merona kecemasan.

Arshaka tidak menjawab, dia hanya memandang Varisha dengan tatapan dinginnya. Varisha bisa merasakan denyut jantungnya  yang semakin cepat. Ketegangan semakin meningkat ketika Varisha melihat Adelia dan Ganendra yang mulai keluar dari restoran. Varisha merasa cemas, takut apa yang akan terjadi jika mereka melihat Arshaka memeluknya dengan begitu erat di sini.

Tiba-tiba, tanpa pikir panjang, Varisha menarik diri dari pelukan Arshaka dengan keras dan mengambil langkah cepat ke arah taksi yang telah tiba. Tanpa berpikir panjang, dia menarik tubuh Arshaka dan membawanya dengan cepat ke dalam taksi.

Bab terkait

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 8 Rubah Licik

    Taksi berhenti tepat di depan apartemen Varisha, dan tanpa banyak bicara, dia segera membayar tarifnya. Varisha keluar dari taksi dan melihat Arshaka yang masih duduk di dalam, menatapnya dengan tatapan dingin yang tak terbaca. Tanpa berbicara lebih lanjut, Varisha meninggalkan mobil dan melangkah menuju pintu masuk apartemennya.Pintu lift terbuka begitu dia mencapai lobi apartemen, dan tanpa banyak berpikir, Varisha memasuki lift. Dia ingin secepatnya tiba di lantai apartemennya, menjauh dari situasi yang tidak nyaman ini. Varisha menekan tombol lantai apartemennya.Tapi saat pintu lift hendak menutup, tangan Arshaka tiba-tiba muncul di celah pintu, membuatnya terbuka kembali. Varisha menoleh dan melihat Arshaka telah masuk ke dalam lift dan berdiri di sisinya. Varisha menggigit bibirnya, merasa frustrasi. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Pertemuan yang rumit ini sepertinya tidak akan berakhir begitu saja.Sementara, Arshaka menatapnya dengan ekspresi yang sama di

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13
  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 9

    Kembali pada rutinitasnya di kantor, Varisha mencoba fokus pada pekerjaannya. Hari ini, dia merasa sedikit terganggu oleh pertemuan pagi tadi dengan Arshaka. Meskipun mereka terus berpapasan, hubungan mereka yang rumit selalu menghadirkan ketidaknyamanan yang tidak bisa dihindari. Beberapa jam berlalu, dan Varisha sedang sibuk menyelesaikan beberapa tugas ketika telepon kantor di sebelahnya berdering. Dengan sigap, dia menjawab panggilan itu dan memberi salam dengan sopan. "Selamat siang," Varisha akhirnya berkata dengan sabar, mencoba memahami situasi.Namun, hanya ada keheningan di seberang sambungan, dan Varisha mulai merasa curiga. Kemudian, suara yang sangat dikenal membuat hatinya berdebar kencang, "Varisha."Varisha menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk menjaga dirinya tetap tenang. "Apa yang bisa saya bantu, Pak? Apakah Anda ingin berbicara dengan Pak Ganendra?" tanyanya dengan nada yang tetap profesional.Arshaka hanya terdiam sejenak, membuat Varisha merasa tidak nyaman

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-14
  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 10 Menghindar

    Langit sore itu memancarkan warna oranye yang hangat, menciptakan suasana yang tenang ketika Varisha melangkah masuk ke dalam ruangan kantor Cakra Diaksara. Ruangan itu, seperti biasa, penuh dengan nuansa kemewahan dan keanggunan, mencerminkan kepribadian pemiliknya. Cakra duduk di balik meja besar, senyumnya yang ramah menyambut Varisha."Selamat sore, Varisha," sambut Cakra sambil mengangkat sejumput surat kabar yang menutupi meja kerjanya."Selamat sore, Pak," jawab Varisha sambil membalas senyuman. Ia kemudian duduk di kursi yang ditunjuk oleh Cakra. Dalam genggamannya, Varisha membawa sebuah bingkisan kecil berisi suplemen vitamin yang dikhususkan untuk Cakra."Saya membawa beberapa vitamin untuk Anda, Pak. Saya harap kesehatan Anda tetap terjaga."Cakra tersenyum ramah. "Terima kasih, Varisha, saya sangat menghargainya. Kesehatan saya cukup baik, meski tentu saja tak sekuat dulu.” “Jadi, hal apa yang membawa kamu ke sini?” tanya Cakra dengan raut wajah yang cukup serius.Varish

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-16
  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 11 Rintik Hujan

    Hari itu, ketika Varisha datang kembali ke kantor Cakra, hujan turun dengan lebatnya. Rintik hujan menimpa jendela-jendela kantor, dan angin malam membawa aroma basah yang khas. Varisha memarkirkan mobilnya dengan hati-hati, tetapi saat ia keluar dari kendaraannya, hujan lebat langsung membasahi pakaiannya.Varisha melangkah dengan mantap melalui koridor kantor yang sudah hampir kosong karena hampir semua karyawan sudah pulang. Varisha langsung menuju pintu ruangan Cakra. Dia mengetuk pintu dengan lembut.“Masuk.” Varisha melangkah masuk setelah mendengar suara izin dari dalam.Saat Varisha memasuki ruangan, Cakra terkejut. Ia dengan cepat bangkit dari kursinya ketika melihat pakaian Varisha yang sudah basah oleh hujan. Cakra memandangnya dengan khawatir."Kenapa pakaianmu sampai basah begini?" tanya Cakra, khawatir.Varisha tersenyum lembut, mencoba meredakan kekhawatiran Cakra. “Tadi di depan tiba-tiba hujan, Pak.” Cakra yang telah terlalu sibuk dengan urusannya sejak tadi tidak me

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-17
  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 12 Salah Paham

    Hujan semakin deras, Varisha merasakan dingin malam merasuk ke tubuhnya. Ia masih setia menunggu sambil terus menggosok tangannya yang dingin, mencoba menghangatkan dirinya. Sementara Varisha sibuk dengan pikirannya sendiri, dia tidak menyadari bahwa seseorang berdiri di sampingnya.Baru saat mobil berhenti di depannya dan Aryo, supir pribadi Arshaka keluar dari mobil membuat Varisha tersadar. Ia menoleh dan baru menyadari kehadiran Arshaka. Pria itu berdiri dalam diam dan menatapnya dengan tatapan tajam.Varisha ingin menghindari pandangan Arshaka, tetapi kehadiran pria itu telah membuatnya terjebak. Dia mencoba untuk terlihat acuh tak acuh, menatap hujan yang turun, berharap Arshaka akan pergi dan membiarkannya sendiri.Varisha memutuskan untuk kembali menerobos hujan menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari kantor. Namun, sebelum ia bisa melangkah, Arshaka menahannya. Seolah-olah dunia berhenti berputar sejenak ketika Varisha merasakan sentuhan tangan Arshaka yang menyentuh

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-18
  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 13 Terjebak dalam Labirin

    Keesokan harinya, Varisha tiba di kantor jauh lebih awal dari biasanya, berharap bisa menghindari kemungkinan bertemu Arshaka. Sebelum masuk ke ruangannya, dia membenahi rambutnya dan melilitkan scarf lebih erat di sekitar lehernya untuk menutupi tanda yang Arshaka berikan padanya.Setelah sesi rapat pagi berlangsung, Varisha kembali ke ruangannya dan masuk dalam rutinitas kerjanya. Tumpukan pekerjaan menanti, dan dia berfokus untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut serta mempersiapkan jadwal untuk Ganendra selanjutnya.Ketika Varisha sedang sangat fokus dengan pekerjaannya, Arshaka tiba-tiba muncul di ambang pintu ruangannya, Varisha merasa hatinya berdebar kencang. Dia berusaha menyembunyikan ketidaknyamanannya di balik senyuman ramahnya, bertanya, "Apa ada yang bisa saya bantu, Pak?"Arshaka terdiam di tempatnya, matanya menelusuri wajah Varisha dengan tatapan yang sulit diartikan. Varisha, menyadari tatapan itu, dengan cepat mencoba menutupi lehernya yang tertutup scarf.“Sudah m

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-19
  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 14 Hilang Kesadaran

    Varisha berusaha menjernihkan pikirannya dengan bekerja lembur di kantor yang sepi. Hanya cahaya redup dari lampu meja yang menerangi ruangannya saat dia merampungkan tugas-tugasnya. Ketika dia akhirnya mematikan komputernya, keheningan kantor begitu mengganggu.Langit sudah mulai gelap saat Varisha meninggalkan kantor. Hanya ada sedikit pencahayaan di sekitar jalan, dan keheningan membuat langkah kakinya terdengar berisik di koridor. Ruangan kantornya sepi, hanya berisi perabotan yang menjadikan malam semakin suram.Varisha merasa hatinya berdebar keras di dalam dada saat ia berjalan menuju mobilnya di tempat parkir kantor. Kedua matanya meraba-raba kegelapan yang mulai melanda, membuatnya merasa semakin terkurung dalam rasa ketidakpastian yang terus menghantuinya. Hingga akhirnya, langkahnya terhenti. Rasanya ada yang tidak beres. Seketika itu juga, ia berbalik untuk memastikan, tetapi hanya menemui kegelapan malam yang pekat.Namun, sesaat kemudian, rasa cemasnya terbukti bukanlah

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20
  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 15 Kilatan Amarah

    Arshaka duduk di dalam mobilnya dengan pandangan tajam mengarah ke pintu masuk gedung perkantoran. Sejak pertemuan terakhirnya dengan Varisha, bayangan gadis itu merajalela di benaknya. Tidak ada yang bisa menjelaskan ketertarikan ini, tetapi ia merasa seakan dunianya terbelah menjadi dua bagian: satu yang berkaitan dengan dunia bisnis dingin dan tanpa belas kasihan, dan yang lainnya penuh warna dengan sosok gadis yang tak pernah bisa dia lepaskan dari pikirannya.Arshaka duduk di dalam mobil mewahnya, matanya terpaku pada pintu masuk gedung perkantoran yang tampak dari jendela. Waktu terasa berjalan sangat lambat, dan Arshaka merasa gelisah. Biasanya, ia hanya menunggu sebentar dalam pertemuan bisnisnya, tetapi hari ini adalah pengecualian.Saat akhirnya ia melihat Varisha, hatinya berdebar kencang. Gadis itu berlari, sepatu hak tinggi menyentuh tanah dengan cepat. Arshaka ingin keluar dari mobil, tetapi sesuatu menghentikannya. Ia melihat ekspresi ketakutan di wajah Varisha, seolah-

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-21

Bab terbaru

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 108 Kembali Ke tempat Semula (Tamat)

    Matahari pagi bersinar lembut memasuki ruangan, memberikan sentuhan hangat pada wajah Arshaka yang baru saja terbangun. Saat matanya terbuka perlahan, ia mencoba mengumpulkan ingatan tentang malam sebelumnya. Ruangan masih terasa hangat dan akrab, sementara aroma malam yang terakhir kali ia rasakan masih melayang di udara.Arshaka merasakan sesuatu yang tidak biasa di sekelilingnya. Pandangannya melesat ke lantai, di mana pakaiannya tergeletak dengan keadaan asal-asalan. Ia menyadari bahwa ia masih berada di sofa, terbalut selimut. Serpihan ingatan mulai menyusun diri dalam benaknya, dan tiba-tiba, semuanya menjadi jelas. Malam yang penuh gairah bersama Sophia, ciuman yang membara, dan sentuhan-sentuhan yang melibatkan jiwa dan raga mereka.Arshaka segera mengenakan pakaiannya dengan cepat, seolah-olah ingin melepaskan diri dari kenangan yang begitu intens. Tatapan matanya mengedarkan pandangannya di sekitar ruangan, mencari keberadaan Sophia. Namun, yang ditemukannya hanyalah selemba

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 107 Malam Perpisahan

    Arshaka merasa begitu lelah, hampir seperti semua energinya telah dihisap oleh rutinitas harian yang tak kunjung berakhir. Dengan langkah berat, ia melangkah menuju ruang tamu, melempar tubuhnya di atas sofa dengan begitu lepas. Langit Spanyol sudah menggelap, menciptakan suasana kesunyian sejenak sebelum malam tiba.Dia menutup mata, mencoba untuk melepaskan diri dari segala beban pikiran yang menyertainya sepanjang hari. Namun, ketika ketukan pintu mulai mengejutkan kedamaiannya, Arshaka menggeram kesal. Dia paling tidak suka diganggu ketika sedang lelah seperti ini. Beberapa detik berlalu, dan ketukan itu masih berlanjut tanpa henti, mengganggu istirahatnya yang begitu dia nantikan.Dengan perlahan, Arshaka membuka mata dan menarik napas panjang. Dia berusaha mengabaikan ketukan pintu itu, mengharapkan bahwa orang di luar akan menyadari bahwa dia membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri. Namun, semakin lama dia mencoba untuk mengesampingkan suara ketukan, semakin tak tertahankan men

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 106 Akhir dari Segalanya?

    Sudah satu bulan sejak Marissa menghilang bersama Sophia. Arshaka masih belum bisa menemukan mereka. Entah di mana Sophia membawa putrinya itu pergi. Rasanya sudah tidak ada lagi ketenangan dalam keluarga mereka. Setiap kali ia melihat Varisha menangis saat masuk ke kamar Marissa, perasaannya pun ikut tersiksa. Apa lagi ketika menemukan secarik kertas yang berisi tulisan tangan Marissa, rasa penyesalan dan bersalah selalu berkecamuk di hati mereka.“Rissa akan baik-baik saja, Ma. Rissa yang meminta Tante Sophia membawa Rissa. Mama dan Daddy harus bahagia. Oh ya, tolong jaga Mama dan adik-adik Rissa ya, Dad. Dan Mama jangan menangis terus. Rissa sayang kalian.”Varisha membaca tulisan itu setiap hari sambil berdoa dalam hatinya agar Tuhan mengembalikan Marissa padanya. “Kenapa akhirnya jadi seperti ini, Mas?” tanya Varisha dengan lirih sambil menyandarkan kepalanya di bahu suaminya. “Ini akan menjadi urusan saya, Sha. Saya akan mencari Rissa sampai ketemu. Sampai ke ujung dunia pun

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 105 Kembali Hilang

    Langkah Sophia tercekat di depan pintu ruang perawatan Varisha. Wanita itu menggigit bibir bawahnya dengan kuat agar air mampu menahan air matanya yang sudah berada di pelupuk mata. Pemandangan di hadapannya terasa sangat menyesakkan hatinya. Sophia memang tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Tetapi dirinya bisa tahu jika cinta mereka lah yang sedang berbicara. Ia melihat sendiri bagaimana sorot mata penuh cinta yang Varisha berikan pada Arshaka. Meskipun dirinya tidak bisa melihat sosok Arshaka dengan jelas, namun dirinya juga tahu jika pria itu merasakan yang sama.Air mata Sophia sudah tidak mampu terbendung lagi. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan, mencoba menahan isak tangisnya agar tidak terdengar. Rasanya begitu sakit ketika melihat pria yang dicintainya mendekap tubuh perempuan lain yang sebenarnya lebih berhak atas pria itu. Sophia berbalik dan melangkah dengan berat, ia hanya ingin menjauh dari tempat itu. Namun, melarikan diri dari sana tidak semudah itu keti

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 104 Tak Sanggup Berpisah

    Bulir-bulir bening di mata Arshaka kembali menetes ketika masuk ke dalam ruang perawatan Varisha. Wanita itu terbaring lemah di ranjangnya, wajahnya sedikit pucat, namun senyumnya yang hangat masih terukir setia di bibir indahnya. “Hey,” sapa Varisha dengan lemah. Binar-binar kerinduan terlihat jelas di matanya ketika melihat wajah pria yang dicintainya mendekat ke arahnya.“Saya ingin memeluk dan menciummu,” ujar Arshaka secara jujur. Tetapi yang dilakukannya hanyalah memegang tangan Varisha dan meremasnya lembut.Varisha tersenyum lembut, dibelainya wajah suaminya dengan segala kerinduannya. Diusapnya sisa-sisa air mata di pipinya. “Bagaimana keadaanmu, Mas?” “Tidak lebih baik tanpa kamu, Sayang. Setiap hari saya selalu menunggu hari ini, hari di mana kita bisa bertemu lagi. Hari dimana saya bisa melihat wajahmu lagi,” lirih Arshaka lalu mencium tangan Varisha dengan penuh kasih sayang.Sebisa mungkin Varisha menahan air matanya agar tidak jatuh. Rasanya tidak ada hukuman yang leb

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 103 Pertanyaan Rissa

    Varisha menoleh ke arah pintu kamarnya saat Marissa masuk dengan raut wajah murung. Raut wajah yang seringkali Varisha lihat ketika Marissa baru saja bertemu dengan Arshaka dan Sophia. Sakit sekali rasanya melihat kesedihan yang terpancar dalam wajah putrinya itu. Namun, tidak ada yang bisa Varisha lakukan selain menabahkan hatinya dan terus memberi perhatian. Meskipun awalnya sulit karena Marissa tidak bisa menerima begitu saja penjelasan Varisha saat itu. Ketika sebulan setelah Marissa sembuh, Arshaka sudah tidak tinggal bersama mereka dan beberapa hari kemudian datang bersama wanita lain.“Kenapa Daddy tidak tinggal lagi bersama kita, Ma? Kenapa Daddy pergi?” tanya Marissa dengan lirih dan kecewa. “Daddy tidak pergi, Rissa. Daddy hanya tidak tinggal lagi bersama kita.” “Tapi kenapa, Ma? Kenapa Daddy tidak mau tinggal di sini?” tuntut Marissa dengan suara meninggi. “Daddy mau tinggal di sini, Rissa. Tapi dia tidak bisa,” teriak Varisha dalam hatinya. “Daddy tidak tinggal di sin

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 102 Tak Dapat Diingkari

    Operasi pencangkokan ginjal itu berlangsung dengan sukses dan lancar. Satu ginjal Sophia sudah berada di dalam tubuh Marissa.Sementara itu keadaan Sophia sudah berangsur membaik pascabedah. Kondisi tubuhnya cepat pulih. Begitu Sophia memperoleh kembali kesadarannya, Arshaka sudah berada di samping wanita itu. Varisha sendiri lah yang memintanya menemani Sophia kalau wanita itu sudah sadar. “Terima kasih, Soph. Terima kasih karena kau telah membantu anakku. Satu ginjalmu sudah berada di tubuhnya.”Sophia tersenyum dengan lemah. Ia sangat senang karena Arshaka lah orang yang pertama kali ia lihat setelah bangun. “Bagaimana keadaannya sekarang?”“Dia belum sadar. Tapi dokter mengatakan kalau dia akan segera pulih.”“Semoga ginjalku diterima baik oleh tubuhnya,” ujar Sophia dengan lemah.“Pengorbananmu tidak akan sia-sia, Soph,” balas Arshaka dengan tenang. Namun tetap saja pria itu tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Pilihan sulit yang Sophia berikan membuatnya tersiksa. Tetapi i

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 101 Pelukan Terakhir?

    Varisha kembali ke rumah setelah seharian menemani Marissa di rumah sakit. Besok adalah hari yang sangat-sangat ditunggu olehnya. Hari tercerah di mana Marissa akan menjalani tahapan baru dalam kehidupannya. Jadi, dirinya memutuskan untuk istirahat karena mertuanya dan Arini yang memaksanya. Awalnya Varisha menolak, tetapi sejak tahu dirinya hamil, Varisha berusaha untuk tidak memaksakan diri dan menjaga kondisinya. Tetapi entah mengapa, hari itu rasanya ia begitu gelisah. Apa lagi saat Arshaka masih juga belum pulang. Pria itu belum memberi kabar, ponselnya tidak aktif, dan Arshaka sama sekali tidak muncul di rumah sakit. Alhasil, Varisha kembali ke rumah dengan taxi. Varisha mencoba memejamkan matanya. Namun, semuanya terasa sia-sia. Pikirannya terlalu berisik, perasaannya tak karuan. Semuanya menjadi serba salah. Pandangannya beralih ke sampingnya, kosong dan dingin. Arshaka sama sekali belum pulang dan tidak dapat dihubungi. Rasa cemas mulai menghampirinya. Varisha langsung me

  • Terbelenggu Cinta CEO Kaya   BAB 100 Di Antara Pilihan Sulit

    Varisha terus memikirkan kata-kata Sophia yang sangat mengusik benaknya. Tidurnya menjadi tak nyenyak dan gelisah. “Ada apa, Sayang? Susah tidur?” tanya Arshaka yang langsung berbalik ke arahnya. Varisha tidak menjawab dan hanya mengangguk. Arshaka mendekatkan tubuhnya dan membawa tubuh istrinya ke dalam pelukan hangatnya. Kalau biasanya Varisha merasa nyaman dan mungkin langsung tertidur. Kali ini, pelukan itu seakan tidak mempan untuknya. “Kenapa? Masih mikir tentang pendonor Marissa?” tuntut Arshaka seolah menyadari kegelisahan istrinya.Pertanyaan Arshaka membuat Varisha semakin gelisah. “Kamu… kamu sudah tahu siapa yang mendonorkan ginjalnya untuk Marissa?” tanya Varisha sambil menahan suaranya yang gemetar.Arshaka menggeleng pelan. “Masih belum. Rey masih belum kasih kabar.” “Mas…” panggil Varisha lembut. “Iya, Sayang,” balas Arshaka.“Kalau misal suatu saat aku ninggalin kamu… apa yang akan kamu lakukan?” “Jujur dulu saya marah sekali saat kamu meninggalkan saya begitu s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status