Pelupuk mata Xena mulai terbuka. Rasa sakit di kepalanya perlahan mulai menghilang. Sayup-sayup di kala mata Xena terbuka—dia mengendarkan pandangannya ke sekitar menatap dirinya berada di dalam sebuah kamar asing yang belum pernah didatanginya.Raut wajah Xena berubah. Kesadaran gadis itu mulai pulih. Kepingan memori mulai tersusun di dalam otaknya. Xena ingat dengan jelas dirinya berada di sebuah mall, tapi mall itu kebakaran. Pun dirinya terjebak di dalam mall, di kala berusaha untuk melarikan diri.Xena tak mungkin salah. Ingatannya masih berfungsi sangat baik. Namun, kenapa sekarang malah dirinya ada di sini? Wait! Apa mungkin dirinya diculik? Wajah Xena memucat ketakutan membayangkan sesuatu hal negative di pikirannya.“Nona, Anda sudah bangun?” Seorang pelayan melangkah menghampiri Xena, membawakan jus buah.Xena menatap sang pelayan dengan tatapan bingung dan tak mengerti. “Kenapa aku ada di sini?” tanyanya menuntut jawaban.“Tuan yang membawa Anda ke sini, Nona,” jawab sang p
Morgan memejamkan mata singkat seraya menenggak wine di tangannya. Raut wajah pria itu nampak gelisah. Hingga detik ini, Xena tak pernah mau percaya padanya. Berkali-kali dirinya sudah menjelaskan, tapi tetap Xena tak mau mendengarkan penjelasannya. Saat ini, Morgan masih mengurung Xena di kamar, tak mengizinkan Xena untuk pergi. Dia tahu bahwa tindakan ini salah, namun jika dirinya melepaskan, maka pasti Xena akan mencoba melarikan diri darinya. Hal itu yang membuat Morgan akhirnya memilih untuk tak membiarkan Xena pergi ke mana pun.“Tuan Morgan?” Hemlet melangkah mendekat pada Morgan.Morgan mengalihkan pandangannya, menatap dingin asistennya itu. “Ada apa?”“Tuan, apa Anda masih mengurung Nona Xena?” tanya Hemlet penuh hati-hati.Morgan mengembuskan napas kasar. “Ya, aku masih mengurungnya. Aku takut Xena meninggalkan kota ini setelah bertemu denganku.”Hemlet tersenyum samar. “Tuan, Nona Xena sedang hamil besar. Akan sangat beresiko jika beliau berpergian jauh. Anda jangan dulu
Xena mencari-cari keberadaan tasnya yang disembunyikan oleh Morgan. Gadis itu sama sekali tak menyerah. Xena tak mungkin terus menerus berada di rumah Morgan ini. Entah apa yang dikatakan oleh Hemlet pada asistennya. Yang pasti Xena harus segera pergi agar bisa kembali pulang. Dia tak mau sampai keluarganya tahu kalau dirinya tengah bersama dengan Morgan.Waktu menunjukan pukul enam pagi. Xena sengaja bangun lebih awal daripada Morgan demi mencari keberadaan tasnya. Jika dirinya sudah menemukan tasnya, maka pasti dirinya akan segera menghubungi asistennya untuk menjemputnya.“Ya Tuhan, di mana pria itu menyembunyikan tasku?” Xena nampak sangat kesal. Dia sudah menggeledah ruang kerja Morgan, tapi tak kunjung menemukan keberadaan tasnya. “Awas saja kalau dia membuang tasku. Aku akan mencekiknya. Itu tas keluaran terbaru.” Xena menjadi gelisah. Gadis itu takut kalau Morgan akan membuang tasnya. Membayangkan itu membuat rasa kesal dalam diri Xena semakin bertambah. “Kau mencari ini?” M
“Terima kasih sudah mengantarku pulang. Sekarang lebih baik kau pergi. Aku ingin istirahat.” Xena yang baru saja tiba di rumahnya bersama dengan Morgan, dia langsung meminta Morgan untuk segera pulang. Ya, sepulang dari berbelanja perlengkapan bayi, Morgan menepati janjinya untuk mengantar Xena pulang.“Aku akan tetap di sini.” Morgan menjawab dengan nada tak ingin terbantahkan. Ini memang tujuan Morgan. Meski dia telah memperbolehkan Xena untuk pulang, tapi dia tetap tak akan mau berjauhan dari Xena.Xena mendesah kasar. “Morgan, rumahmu tidak jau dari rumahku. Kenapa kau tidak mau pergi juga? Kalau ayahku tahu, kau ada di sini, kau bisa dibunuh, Morgan!”Morgan melangkah mendekat pada Xena. “Aku memang sengaja membeli rumah tak jauh dari rumahmu, karena aku ingin selalu ada di dekatmu. Dan untuk mengenai ayahmu, aku yakin dia tidak mungkin membunuh ayah dari cucunya sendiri.” Nada bicara Morgan begitu yakin, bahkan tersirat menyebalkan. “Kau—” Tangan Xena mengepal kuat dan melolos
“Ahgggg!” Xena berteriak keras di dalam ruang persalinan. Gadis itu sudah terbaring di ranjang bersalin. Teriakan Xena jauh lebih besar akibat rasa sakit di sekujur tubuhnya. Peluh membanjiri wajah gadis itu yang berjuang menahan sakit.Teriakan Xena telah sukses membuat Morgan panik luar biasa. Morgan sejak tadi mondar-mandir tidak jelas, menunggu dokter tiba. Raut wajah Morgan cemas, takut, khawatir, semuanya melebur menjadi satu.Untuk pertama kalinya, Morgan dibuat bingung harus berbuat apa. Jika biasanya Morgan mampu memikirkan masalah, kali ini pria itu tak mampu untuk memikirkan apa pun. Yang ada hanya rasa takut dan panik.“Morgan, akh! Sakit sekali!” jerit Xena begitu kuat.Morgan memegang tangan Xena. “Xena, bertahanlah.” Raut wajah Morgan semakin panik di kala Xena tak henti menjerit. Morgan tak tega melihat Xena tersiksa sampai seperti ini. Sungguh, Morgan tak tahu kalau orang akan melahirkan, seperti orang yang berada di ambang kematian. Jika sudah seperti ini, rasanya n
Morgan tak pergi ke mana pun. Pria itu terus menemani Xena di rumah sakit. Sekalipun, sudah berkali-kali Xena meminta Morgan untuk pulang, tapi dia tetap menolak. Morgan rela menginap di rumah sakit, demi menjaga Xena dan Bonita. Morgan belum pernah merasakan kebahagiaan seperti sekarang ini. Momen melihat Xena dan Bonita adalah momen paling berharga yang Morgan rasanya ingin menghentikan waktu, agar tetap bersama dengan dua perempuan yang begitu dia cintai.“Morgan, dokter mengatakan lusa aku boleh pulang. Sebentar lagi keluargaku juga sudah akan datang. Lebih baik kau pulang sekarang. Kau butuh istirahat. Ada Linda yang menjagaku,” ucap Xena pelan seraya menatap Morgan.Sebelumnya, Linda memang sudah memberi tahu keluarga Xena bahwa Xena melahirkan lebih dulu dari waktu yang telah dijadwalkan sang dokter. Tentu keluarga Xena pun segera terbang ke New Zealand. Hanya saja, Linda tak sama sekali memberi tahu kalau Morgan ada.“Tidak, aku tidak akan pulang. Selama istri dan anakku mas
Xena pikir dirinya akan melahirkan putrinya dalam keadaan tenang dan damai, karena sudah tidak ada lagi Morgan di sisinya. Namun, ternyata apa yang Xena pikirkan salah besar. Dirinya kembali terjebak dalam kerumitan yang tak berujung.Xena sudah kembali ke rumah. Dokter sudah memperbolehkannya pulang, karena memang kondisi Xena sudah baik-baik saja. Ada beberapa vitamin yang dokter berikan agar ASI Xena lancar.Kedua orang tua Xena, serta kakak dan kakak iparnya, terus menghubungi Xena menanyakan keadaan Xena dan Bonita. Xena merasa beruntung memiliki keluarga yang peduli padanya, namun di sisi lain, Xena pun merasa bersalah, karena terus menerus merespotkan kedua orang tuanya.Xena duduk di kamar seorang diri, menatap Bonita yang terlelap di sampingnya. Morgan sedang tidak ada. Kebetulan, pria itu keluar sebentar karena mendapatkan telepon dari asistennya. Entah kapan Morgan kembali, Xena pun tak peduli.Xena lelah mengusir Morgan, dan berujung pria itu keras kepala tak mau pergi. Je
Xena rasanya ingin bersembunyi di kutub utara, atau di mana pun asal tak bertemu dengan Morgan. Sejak kejadian di mana Morgan mengisap payudaranya demi merangsang ASI-nya agar keluar, membuat Xena benar-benar sangat malu.Xena memang bukan gadis polos yang belum pernah melakukan apa pun. Tentu, itu bukanlah dirinya. Hanya saja kali ini berbeda. Kondisi Xena dan Morgan sudah berpisah, meskipun ada anak di antara mereka, tapi tetap tidak akan mengubah apa pun.Sejak kejadian itu, memang Xena memilih menghindar dari Morgan. Well, tapi tetap saja sekalipun dirinya berusaha menghindar, akan tetap terus bertemu dengan Morgan, karena posisinya Bonita sangat dekat dengan Morgan. Pun selain itu, Morgan juga tinggal di rumahnya. Jadi mau tak mau, Xena tetap berhadapan dengan Morgan.Tak memungkiri, Xena membenci keadaan di mana ASI-nya sempat tak mau keluar. Itu adalah hal yang sangat memalukan. Kenapa setelah Morgan merangsang, malah ASI-nya keluar? Kalau diingat-ingat, pasti pipi Xena langsun
Beberapa minggu kemudian …Suara tangis bayi memecahkan ruang persalinan. Tangis bayi laki-laki itu begitu kencang bercampur dengan tangis haru bahagia dari Xena dan Morgan. Berkali-kali Morgan mengecupi bibir Xena. Dua insan saling mencintai itu tengah berbahagia dengan kelahiran anak kedua mereka. Setelah sekian lama, akhirnya mereka kembali memiliki buah cinta lagi.Sang dokter meminta Xena untuk melakukan proses IMD. Bayi laki-laki Xena lahir dengan sehat dan sempurna, tanpa kekurangan apa pun. Meski baru lahir, tapi bayi laki-laki Xena itu sudah memiliki rambut yang hitam dan tebal. Bibir mungil sedikit belah, dan hidung nan mancung. Jika di lihat, wajah bayi laki-laki itu perpaduan dari wajah Xena dan Morgan.“Sayang … kau tampan sekali,” ucap Xena dengan air mata yang terus berlinang. Hatinya lega sekarang putranya sudah berada di dalam pelukannya. Bahkan sekarang putra kecilnya itu begitu lahap meminum susu. Sepertinya putranya sangat lapar.Morgan tersenyum menatap hangat put
Lampu kamera menyorot di ballroom hotel megah pernikahan Biana berlangsung. Para tamu undangan menyaksikan janji suci pernikahan Biana Faye dan Lake Tate. Tampak semua tamu undangan turut berbahagia atas pernikahan Biana dan pria yang bernama Lake Tate—yang sekarang telah resmi menjadi suaminya. Xena dan Morgan duduk di kursi bagian depan nomor tiga, mereka melihat jelas upacara pernikahan Biana dan Lake yang tengah berlangsung. Keluarga besar Xena duduk di kursi di belakang Xena dan Morgan.Bonita berada di pangkuan Morgan. Tentu gadis kecil itu diajak ke pesta. Xena dan Morgan memang sengaja mengajak Bonita. Lagi pula, Rikkard dan Rachel juga ikut, jadi Bonita tak merasa kesepian sama sekali.Sejak tadi, Xena menjadi sorotan para media. Terutama Bonita yang duduk di pangkuan Morgan. Kilat kamera tak henti terarah pada keluarga kecil Morgan. Bagaimana tidak? Morgan Louise adalah mantan suami dari Biana Faye, wajar kalau kehidupan keluarga pria itu menjadi sorotan para media. Berunt
Xena menatap undangan pernikahan Biana yang baru saja diantar oleh kurir. Sebuah undangan dengan design kombinasi gold dan putih, membuat undangan itu nampak sangat indah dan elegan. Hanya melihat undangan pernikahan saja, Xena sudah yakin bahwa konsep pernikahan Biana akan sangat cantik.Hal itu tidak perlu diragukan. Mengingat Biana adalah anak dari seorang Presiden Prancis. Pasti pernikahannya dibuat dengan konsep sedemikian indah dan cantik. Iri? Jelas saja Xena tidak iri. Malah, Xena sangat bahagia mendengar kabar tentang Biana telah menemukan belahan jiwanya.Xena ingat dulu Biana mengatakan tak pernah bisa melupakan Morgan. Padahal Morgan hanya menjadikan Biana sebagai alat agar Morgan memiliki chanel demi bisa menemukan Angie. Jika saja Xena berada di posisi Biana, sudah pasti Xena akan sangat hancur dan terpuruk.Bagi Xena, sosok Biana adalah sosok wanita yang kuat, hebat, dan tegar. Bahkan di detik-detik terakhir dirinya memilih menyerah dengan Morgan, Biana datang memberika
Jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam. Xena masuk ke dalam kamar, setelah tadi dia membacakan dongeng untuk Bonita. Tentu Xena tak hanya sendiri, Morgan pun turut menemani Bonita. Namun, setelah Bonita terlelap, Morgan ke luar sebentar karena ingin menjawab telepon.Xena mengusap-usap perutnya yang begitu buncit. Perutnya sudah terasa begitu begah. Makan sedikit ataupun makan banyak tetap saja Xena merasakan perutnya terasa begah. Sampai membuatnya kesulitan untuk bergerak.Xena ingin membaringkan tubuh di ranjang, namun Morgan dengan sigap membantu sang istri untuk berbaring di ranjang. Ya, Morgan tahu kalau Xena pasti kesulitan untuk berbaring karena posisinya perut Xena semakin hari semakin bertumbuh besar.Xena tersenyum sambil menatap Morgan yang membantunya. “Terima kasih, Sayang.”Morgan ikut berbaring di samping Xena, menarik tubuh Xena masuk ke dalam pelukannya. “Jangan berterima kasih. Kau seperti ini kan karena mengandung anakku.” Tangan Morgan mengusap-usap perut bu
“Paman Zack, ice cream ini enak sekali. Aku boleh nambah tidak?” Bonita begitu lahap memakan ice cream cokelat yang dibelikan oleh Zack. Gadis kecil itu nampak begitu riang gembira. Layaknya gadis kecil kebanyakan. Memang ice cream memang makanan favorite anak kecil. Zack tersenyum sambil mencubit pelan pipi bulat Bonita. “Memangnya kau tidak sakit gigi kalau makan ice cream terlalu banyak, hm?”“Tidak, Paman. Aku tidak pernah sakit gigi. Aku selalu rajin menggosok gigiku. Lihat saja gigiku bagus.” Bonita menunjukan gigi putih bersih dan rata di hadapan Zack. Ya, memang gigi gadis kecil itu sangat rapi dan putih. Itu menunjukkan bahwa memang gadis kecil itu diurusi dengan benar-benar. Zack kembali tersenyum. “Nanti bisa-bisa Paman dimarahi Mommy dan Daddy-mu kalau kau terlalu banyak makan ice cream, Little Girl.” Bonita mendesah panjang. “Paman, kau tenang saja. Mommy dan Daddy tidak akan tahu kalau aku makan banyak ice cream. Ayolah Paman, belikan aku ice cream lagi. Aku masih in
“Iya, Kak. Kau tidak usah mencemaskanku. Aku dan kandunganku sehat-sehat. Bonita juga sehat, Kak.”“Jangan lupa minum vitaminmu, Xena. Jangan kelelahan. Jangan berpikir negative. Ingat kandunganmu sudah besar. Sebentar lagi kau akan melahirkan.” “Iya, Kak. Aku pasti mendengar semua perintahmu.”“Ya sudah, aku tutup dulu. Sebentar lagi pesawatku akan take off.” “Take care, Kak. Salamkan untuk Dad, Mom, Kak Audrey, dan dua keponakanku tersayang.”“Ya, aku akan menyampaikan.” Panggilan tertutup. Xena meletakan ponselnya ke tempat semula, dan menatap ke cermin melanjutkan memoles wajahnya dengan pelembab. Meski hamil, tapi Xena wajib merawat kulitnya. Tentunya dalam pengawasan dokter kandungan.Walau sebenarnya, terkadang Xena malas sekali merawat kulitnya. Apalagi sejak hamil anak laki-laki. Namun, yang memicu Xena tetap wajib menjaga kecantikannya adalah karena dirinya memiliki suami yang sangat tampan. Xena tak mau sampai sang suami melirik wanita lain. Sekalipun sang suami setia, t
“Daddy!” Bonita berlari menghamburkan tubuhnya di kala melihat Morgan berada di ruang makan. Refleks, Morgan menggendong putri kecilnya itu, dan menghujani putri kecilnya dengan kecupan lembut penuh dengan kasih sayang mendalam.“Little girl, satu minggu tidak melihatmu, kau semakin cantik dan tinggi.” Morgan memeluk erat Bonita. Pun dia sangat merindukan putri kecilnya. Tak bertemu satu minggu, membuatnya sangatlah tersiksa. Bonita memeluk leher Morgan. “Daddy aku kesal pada Daddy. Daddy pulang lama sekali. Tadi saja Mommy menelepon tapi Daddy tidak jawab. Apa Daddy tidak merindukanku?” Bibir Bonita tertekuk kala mengatakan itu.Xena tersenyum samar melihat Bonita begitu manja pada Morgan. Ya, saat ini Xena bersama dengan suami dan putrinya berada di ruang makan. Bonita belum tahu kepulangan Morgan. Itu yang membuat gadis kecil itu bahagia dan riang di kala melihat keberadaan Morgan.Morgan menyapukan hidungnya ke hidung Bonita. “Little Girl, tentu saja Daddy merindukanmu. Daddy cep
Morgan menurunkan tubuh Xena tepat di kala tiba di kamar. Pria itu menangkup kedua pipi sang istri, memberikan ciuman yang tersirat sedikit agresif. Tampak Xena sedikit kewalahan mendapatkan ciuman dari suamunya itu.Xena meremas pelan kemeja sang suami, dan mulai membalas ciuman suaminya, meski sedikit kesulitan mengimbangi ciuman liar dari suaminya itu. Ciuman yang menunjukkan jelas kerinduan yang mendalam.“Morgan.” Xena menepuk lengan kekar Morgan. “Kau membuat napasku hampir putus. Apa kau berniat membunuh istrimu yang sedang hamil, lalu kau bisa menikah lagi?” tukasnya menuduh. Morgan menyentil pelan kening Xena yang berbicara konyol. “Aku sangat merindukanmu. Seminggu tidak melihatmu membuatku tersiksa.”Bibir Xena tertekuk. “Kau bilang merindukanku, tapi tadi ponselmu saja tidak aktif. Apa kau sedang bersama dengan seorang wanita?!” serunya jengkel.Morgan tersenyum samar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar tuduhan sang istri. Sejak hamil anak kedua memang istrin
Note: Karena banyak yang request, extra part jadi muncul di sini juga ya. Follow IG: abigail_kusuma95Tiga tahun berlalu … “Bonita, jangan berlari-lari. Nanti kau jatuh, Sayang.” Xena berseru sambil bertolak pinggang, menatap Bonita yang sejak tadi terus berlari. Tampak raut wajah Xena sedikit kesal, karena sudah sejak tadi Bonita bermain tapi tak juga merasa lelah.“Mommy, aku masih ingin bermain.” Bonita berlari mengelilingi taman, dengan raut wajah riang. Gadis kecil itu memegang bola kecil. Seiring berjalannya waktu, Bonita tumbuh menjadi sosok gadis yang lincah. Terkadang, Xena sampai kewalahan menghadapi Bonita yang terlalu lincah.Well, bisa jadi sifat lincah Bonita ini menurun dari Xena yang memang sejak dulu terkenal lincah. Sewaktu Xena kecil, dia selalu terkenal dengan gadis pembuat masalah. Kedua orang tuanya sekaligus kakaknya sampai dibuat sakit kepala dengan ulah Xena yang kerap kabur-kaburan sekaligus berfoya-foya.Xena mengusap-usap perutnya yang buncit. “Bonita, per