“Ahgggg!” Xena berteriak keras di dalam ruang persalinan. Gadis itu sudah terbaring di ranjang bersalin. Teriakan Xena jauh lebih besar akibat rasa sakit di sekujur tubuhnya. Peluh membanjiri wajah gadis itu yang berjuang menahan sakit.Teriakan Xena telah sukses membuat Morgan panik luar biasa. Morgan sejak tadi mondar-mandir tidak jelas, menunggu dokter tiba. Raut wajah Morgan cemas, takut, khawatir, semuanya melebur menjadi satu.Untuk pertama kalinya, Morgan dibuat bingung harus berbuat apa. Jika biasanya Morgan mampu memikirkan masalah, kali ini pria itu tak mampu untuk memikirkan apa pun. Yang ada hanya rasa takut dan panik.“Morgan, akh! Sakit sekali!” jerit Xena begitu kuat.Morgan memegang tangan Xena. “Xena, bertahanlah.” Raut wajah Morgan semakin panik di kala Xena tak henti menjerit. Morgan tak tega melihat Xena tersiksa sampai seperti ini. Sungguh, Morgan tak tahu kalau orang akan melahirkan, seperti orang yang berada di ambang kematian. Jika sudah seperti ini, rasanya n
Morgan tak pergi ke mana pun. Pria itu terus menemani Xena di rumah sakit. Sekalipun, sudah berkali-kali Xena meminta Morgan untuk pulang, tapi dia tetap menolak. Morgan rela menginap di rumah sakit, demi menjaga Xena dan Bonita. Morgan belum pernah merasakan kebahagiaan seperti sekarang ini. Momen melihat Xena dan Bonita adalah momen paling berharga yang Morgan rasanya ingin menghentikan waktu, agar tetap bersama dengan dua perempuan yang begitu dia cintai.“Morgan, dokter mengatakan lusa aku boleh pulang. Sebentar lagi keluargaku juga sudah akan datang. Lebih baik kau pulang sekarang. Kau butuh istirahat. Ada Linda yang menjagaku,” ucap Xena pelan seraya menatap Morgan.Sebelumnya, Linda memang sudah memberi tahu keluarga Xena bahwa Xena melahirkan lebih dulu dari waktu yang telah dijadwalkan sang dokter. Tentu keluarga Xena pun segera terbang ke New Zealand. Hanya saja, Linda tak sama sekali memberi tahu kalau Morgan ada.“Tidak, aku tidak akan pulang. Selama istri dan anakku mas
Xena pikir dirinya akan melahirkan putrinya dalam keadaan tenang dan damai, karena sudah tidak ada lagi Morgan di sisinya. Namun, ternyata apa yang Xena pikirkan salah besar. Dirinya kembali terjebak dalam kerumitan yang tak berujung.Xena sudah kembali ke rumah. Dokter sudah memperbolehkannya pulang, karena memang kondisi Xena sudah baik-baik saja. Ada beberapa vitamin yang dokter berikan agar ASI Xena lancar.Kedua orang tua Xena, serta kakak dan kakak iparnya, terus menghubungi Xena menanyakan keadaan Xena dan Bonita. Xena merasa beruntung memiliki keluarga yang peduli padanya, namun di sisi lain, Xena pun merasa bersalah, karena terus menerus merespotkan kedua orang tuanya.Xena duduk di kamar seorang diri, menatap Bonita yang terlelap di sampingnya. Morgan sedang tidak ada. Kebetulan, pria itu keluar sebentar karena mendapatkan telepon dari asistennya. Entah kapan Morgan kembali, Xena pun tak peduli.Xena lelah mengusir Morgan, dan berujung pria itu keras kepala tak mau pergi. Je
Xena rasanya ingin bersembunyi di kutub utara, atau di mana pun asal tak bertemu dengan Morgan. Sejak kejadian di mana Morgan mengisap payudaranya demi merangsang ASI-nya agar keluar, membuat Xena benar-benar sangat malu.Xena memang bukan gadis polos yang belum pernah melakukan apa pun. Tentu, itu bukanlah dirinya. Hanya saja kali ini berbeda. Kondisi Xena dan Morgan sudah berpisah, meskipun ada anak di antara mereka, tapi tetap tidak akan mengubah apa pun.Sejak kejadian itu, memang Xena memilih menghindar dari Morgan. Well, tapi tetap saja sekalipun dirinya berusaha menghindar, akan tetap terus bertemu dengan Morgan, karena posisinya Bonita sangat dekat dengan Morgan. Pun selain itu, Morgan juga tinggal di rumahnya. Jadi mau tak mau, Xena tetap berhadapan dengan Morgan.Tak memungkiri, Xena membenci keadaan di mana ASI-nya sempat tak mau keluar. Itu adalah hal yang sangat memalukan. Kenapa setelah Morgan merangsang, malah ASI-nya keluar? Kalau diingat-ingat, pasti pipi Xena langsun
Xena meremas pelan kedua tangannya, dan berusaha untuk tenang di kala Morgan, ayahnya, dan kakaknya belum juga muncul. Di balik rasa cemas, Xena tetap menunjukan senyuman di hadapan ibu dan kakak iparnya yang kini tengah menimang Bonita.“Kau cantik sekali, Sayang.” Audrey membelai pipi bulat Bonita. Dia begitu gemas pada bayi perempuan yang gemuk itu. Pipi Bonita persis seperti pipi bakpau.Angela mencium gemas pipi Bonita. “Iya, dia sangat cantik. Mirip sekali seperti Xena waktu bayi.”“Tapi hidung dan raut wajahnya mirip Morgan, Mom,” kata Audrey menambahkan.Angela mengangguk. “Kau benar. Hidung dan raut wajahnya mirip sekali dengan Morgan.”“Angela, Audrey, kita pulang sekarang.” Marco melangkah menghampiri Angela dan Audrey, bersama dengan Xander.Angela segera memberikan Bonita pada Xena. Kemudian, dia dan Audrey bangkit berdiri mendekat pada Marco dan Xander.Morgan muncul, dan mendekat pada Xena. Pria itu hanya diam, dan tak mengatakan apa pun.“Xena, kami pulang dulu. Jaga d
*Aku di Auckland. Sekarang, aku di jalan menuju ke rumahm. Aku akan datang bersama dengan Rikkard dan Rachel.*Xena membaca pesan masuk dari Zack. Senyuman di wajah Xena pun terlukis. Ya, tentu saja gadis itu senang Zack datang. Terlebih Zack datang dengan kedua keponakannya yang lucu. “Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” Morgan melangkah keluar dari kamar mandi, hanya memakai handuk putih yang melilit pinggangnya. Pria itu memergoki Xena yang senyum-senyum sendiri, dan nampak mencurigakan. Xena mengalihkan pandangannya pada Morgan yang hanya memakai handuk. Buru-buru, gadis itu membuang pandangannya jauh. Tubuh kekar Morgan dipenuhi dengan air dan terlihat sangat seksi. Sialnya, pikiran Xena malah berpikir yang tidak-tidak. “Morgan, kenapa kau tidak memakai bajumu dulu? Apa kau tidak malu dilihat Bonita?!” seru Xena jengkel. Morgan mengulum senyumannya mendengar ucapan konyol Xena. Padahal Bonita saja sedang tidur. “Putri kita sedang tidur, Xena.” Morgan mendekat pada Xena, lal
Dua hari sudah Xena memilih untuk lebih banyak diam. Tepatnya setelah kejadian di mana Morgan membayar seorang wanita untuk berpura-pura menjadi kekasih pria itu. Sungguh, Xena sangat malu, karena ketahuan masih menyimpan perasaan pada Morgan.Xena sudah berjuang keras untuk melupakan Morgan, namun semakin dirinya berusaha menyingkirkan Morgan, malah yang ada seperti magnet kuat menempel ke tubuhnya. Seolah memberikan signal bahwa tidak mungkin terpisah.Dua hari ini, Xena hanya berbicara dengan Morgan seperlunya. Tentu Xena akan menyingkirkan ego dalam dirinya, jika menyangkut tentang Bonita. Pun kedekatan di antara Bonita dan Morgan membuat Xena sadar bahwa memang Bonita membutuhkan ayahnya.Xena bangun pagi-pagi lebih awal, mengajak Bonita untuk berjemur. Gadis itu ingin duduk di taman menikmati pagi cerah bersama putri kecilnya. Hal itu yang membuat Xena ingin sendiri menemani putrinya berjemur.Tubuh Bonita semakin gemuk dan sehat. Kulitnya putih bersih layaknya porselen. Rambutn
“Kakak!” teriak Xena keras seraya memasuki rumah pribadi milik keluarganya yang ada di Auckland. Kakaknya itu bersama dengan orang tuanya belum ada yang kembali ke Roma. Ya, hari ini Xena langsung menemui kakaknya ingin membahas sesuatu.“Nona Xena?” Pelayan sedikit terkejut melihat Xena datang dengan raut wajah yang nampak begitu marah. “N-Nona, Tuan Marco dan Nyonya Angela sedang tidak ada. Mereka mengunjungi teman lama mereka.”“Aku tidak mencari orang tuaku. Di mana kakakku??” Xena menatap dingin dan tajam sang pelayan.Sang pelayan gelagapan mendapatkan tatapan tajam dari Xena. “T-Tuan Xander berada di ruang kerjanya bersama dengan Nyonya Audrey, Nona. A-apa Anda—” Perkataan sang pelayan terpotong di kala Xena melangkah pergi meninggalkannya.Xena langsung menuju ke dalam ruang kerja Xander, menemui kakaknya itu.“Kakak!” Xena masuk ke dalam ruang kerja Xander, berteriak keras dan menggelegar. Refleks, Xander dan Audrey yang duduk langsung bangkit berdiri, menatap terkejut Xena y