Xena melangkah masuk ke dalam kamar bersama dengan Morgan. Gadis itu memeluk pinggang Morgan seraya membenamkan wajahnya di dada bidang Morgan. Xena nampak sangatlah merindukan Morgan.Tampak Morgan bergeming kala Xena memeluknya. Pria memang membalas pelukan Xena. Akan tetapi, perasaan Morgan kini dilingkupi rasa bersalah mendalam. Rasa bersalah pada Xena dan juga rasa bersalah pada Angie. Tak menampik, Morgan memang sangat teramat merindukan Xena. Hanya saja, kondisinya sekarang terlalu rumit.Xena mendongakan kepalanya, menatap Morgan penuh kehangatan. “Kau tahu? Aku tidak betah tidur tanpamu. Biasanya setiap malam kau memelukku.”“Bukankah dulu, sebelum kau tidur denganku, kau sudah terbiasa tidur sendiri? Kenapa sekarang sulit, hm?” Morgan mencubit hidung mancung dan mungil Xena.Xena mencebikan bibirnya seraya memukul lengan kekar Morgan, namun di kala Xena memukul lengan kekar Morgan; Morgan sedikit meringis. Sontak Xena pun terkejut melihat ringisan Morgan. Detik itu juga Xena
“Morgan.” Angie menghamburkan tubuhnya pada Morgan yang baru saja tiba. Raut wajah Angie memancarkan kebahagiaan yang tak terhingga. Sejak tadi malam, Angie sangat menginginkan melihat Morgan. Dan akhirnya, Morgan kini ada di hadapannya.“Maaf membuatmu menunggu.” Morgan mengecupi puncak kepala Angie, dan membalas pelukan wanita itu.Angie mendongakan kepalanya, menatap Morgan. “Apa pekerjaanmu masih sangat banyak?”“Sudah berkurang.” Morgan melumat bibir Angie. Terpaksa Morgan berdusta, karena tak mungkin Morgan menceritakan tentang Xena pada Angie.Angie tersenyum hangat. “Aku senang mendengarnya. Kalau pekerjaanmu sudah berkurang, kau bisa selalu pulang, Kan? Tidak harus menginap seperti tadi malam?”Morgan terdiam sejenak. Angie sudah menuntutnya untuk selalu ada di sisi wanita itu, maka mau tak mau Morgan harus segera menyudahi hubungannya dengan Xena, tak mungkin Morgan terus menerus berbohong pada Angie.“Morgan?” tegur Angie kala Morgan hanya diam.Morgan menatap Angie, dan me
“Morgan, kenapa kau berangkat sepagi ini? Apa kau memiliki meeting?” Xena berucap seraya sedikit menguap. Tatapan gadis itu menatap Morgan yang tengah memakai dasi. Xena masih terbaring di ranjang—dengan tubuh telanjangnya yang masih terbalut oleh selimut tebal.Pergulatan panas tadi malam, membuat Xena kelelahan. Itu kenapa Xena masih seperti enggan untuk bangkit dari tempat tidurnya. Tak terhitung berapa kali Morgan menyerang Xena. Yang pasti Xena baru bisa tidur di pagi buta.“Ya, aku memiliki meeting penting dengan para dewan direksi.” Morgan duduk di tepi ranjang, dan mengecup bibir Xena. “Malam ini kemungkinan aku akan pulang sedikit terlambat.”Xena menghela napas dalam. Bibirnya mengerut tak suka. “Tapi jangan tidak pulang. Aku tidak bisa tidur tanpamu, Morgan. Selama ini, aku sudah terbiasa tidur denganmu.” Nada bicara Xena terdengar begitu manja. Xena memang paling tak suka kalau sampai Morgan tak pulang.Morgan terdiam mendengar permintaan Xena. Permintaan Xena sama seperti
Morgan melangkah keluar dari ruang meeting, di kala pria itu sudah selesai meeting dengan para dewan direksi. Pria itu pun kini segera kembali ke ruang kerjanya. Ya, pagi ini Morgan berangkat lebih pagi, karena memiliki jadwal meeting yang padat. Di tengah-tengah masalah yang terjadi, tetap Morgan harus menjaga baik perusahaannya yang susah payah dia besarkan.Morgan duduk di kursi kebesarannya. Pria itu mengambil wine di hadapannya, dan menyesap perlahan. Beberapa kali, Morgan memejamkan mata lelah. Benak Morgan tengah memikirkan cara bagaimana berbicara dengan Xena.Tadi malam, harusnya Morgan menyudahi hubungannya dengan Xena, tapi malah pria itu tak bisa. Sialnya, Morgan kembali mencumbu Xena untuk kesekian kali. Morgan tak bisa menahan gairah dalam dirinya setiap kali melihat gadis itu.“Shit!” Morgan mengumpat dalam hati. Dia tak mungkin bisa terus menjalin hubungan dengan Xena. Pasalnya, Morgan tak mau sampai melukai hati Angie. Jika dulu Morgan sering tidur dengan banyak wanit
Xena memegang ponselnya, hendak mencoba menghubungi nomor telepon Morgan, namun dia mengurungkan niatnya karena takut mengganggu Morgan. Tadi sore, Xena sudah mendapatkan pesan dari Morgan kalau pria itu tak pulang. Xena berusaha mengerti, walau hatinya sangatlah berat.Sebenarnya, malam ini Xena ingin memberi tahu Morgan tentang kehamilannya. Bagaimanapun, Morgan harus segera tahu. Xena tak mau menunda-nunda, karena Xena membutuhkan Morgan menemaninya dalam situasi rumit seperti ini.Tentu, tak pernah terbesit dalam pikiran Xena untuk menggugurkan bayi yang ada di kandungannya. Xena menyadari akan tindakan yang diperbuatnya selama ini adalah kesalahan, dan Xena akan mempertanggungjawabkan dengan membesarkan anak ini.Xena butuh dukungan Morgan. Pun Xena yakin, Morgan tidak mungkin tidak bertanggung jawab. Selama ini, Xena selalu berhubungan seks dengan Morgan tanpa menggunakan pengaman. Jadi kalau sekarang dirinya hamil adalah hal yang normal.Suara dering ponsel terdengar. Xena meng
“Morgan, apa tidak bisa hari ini kau berangkat ke kantor siang saja? Aku masih ingin bersamamu.” Angie melingkarkan tangannya ke pinggang Morgan, bergelayut manja meminta pria itu untuk berangkat ke kantor siang hari saja. Angie enggan melepas Morgan pergi. Hatinya seakan sangatlah berat untuk membiarkan Morgan pergi.“Angie, mengertilah. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.” Morgan membelai pipi Angie, dan memberikan kecupan di sana. Tatapan pria itu menatap dalam Angie, menunjukan meminta wanita itu untuk lebih mengerti.Pagi ini, Morgan beralasan pada Angie berangkat ke kantor. Padahal sebenarnya, Morgan ingin menemui Xena. Morgan sudah berjanji akan menemui Xena di pagi hari. Kemarin, Xena mengatakan ingin berbicara dengan Morgan. Itu kenapa sekarang Morgan sudah bersiap-siap untuk pergi. Lagi dan lagi, Morgan terpaksa membohongi Angie.Morgan tak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Angie. Untuk sementara—entah sampai kapan—Morgan memang harus berbohong. Mungkin sampai
Tubuh Xena membeku dengan derai air mata yang tak henti berlinang. Mata Xena menatap lirih Morgan penuh luka. Sebuah kalimat yang Morgan ucap, seperti pisau yang telah menembus jantung Xena. Mata Xena memerah akibat air mata yang terus menetes. Tangan gadis itu sudah memucat, karena penolakan dalam dirinya. Xena yakin bahwa yang dia salah mendengar, namun sayang otak Xena bekerja dengan cepat bahwa semua ini adalah nyata. “A-apa maksud ucapanmu, Morgan? Aku mengandung anak kita. Buah cinta kita. Kenapa kau tega mengatakan itu?” seru Xena menahan isak tangisnya. Bahu Xena bergetar, pilu, menyakitkan. Matanya tak lepas menatap Morgan dengan tatapan tersirat penuh tuntutan.Morgan mengusap kasar wajahnya dengan tangannya. Amarah dan emosinya melebur menjadi satu, tak bisa tertahan. “Xena! Apa kau lupa hubungan kita ini hanya sekedar perjanjian semata?!” bentaknya keras. Xena melangkahkan kakinya mendekat pada Morgan. Xena merasa kakinya seperti jelly yang tidak bisa lagi berdiri te
Xena melangkahkan kaki menelusuri lorong-lorong kecil di kota Paris. Pandangan Xena lurus ke depan dengan wajah yang menyimpan kemuraman dan kerapuhan. Langit cerah di kota Paris mulai tertutupi oleh awan gelap. Sepertinya hujan sebentar lagi akan turun.Xena tak peduli akan cuaca yang ada. Gadis itu tetap melangkah tidak peduli dengan sekitar. Dia ingin sekali kembali ke Roma, melajutkan lagi kehidupannya di sana, namun Xena belum siap bertemu dengan keluarganya dalam kondisi seperti ini.Xena tahu kelak keluarganya pasti akan mengetahui tentang kehamilannya, tapi Xena tidak bisa membiarkan keluarganya tahu sekarang. Cercaan pertanyaan akan dia dapatkan dari keluarga besarnya. Itu kenapa Xena memilih untuk berpikir ulang jika ingin kembali ke Roma sekarang. Xena butuh untuk menyendiri, menjauh dari semua orang. Ketenangan dan pikiran yang damai adalah yang sangat dibutuhkan oleh Xena saat ini. Xena bukan lari dari masalah, tapi Xena hanya tahu diri bahwa dirinya tidak lagi dibutuh