Paris, Prancis. Morgan membawa Angie ke salah satu penthouse miliknya yang cukup jauh dari pusat kota Paris. Saat ini Morgan dan Angie telah berada di Paris. Morgan sengaja membawa Angie ke Paris menggunakan pesawat pribadinya, demi Bashan Myron tak langsung bisa menemukan keberadaannya dan Angie. Tentunya, di area lobby apartemen, Morgan telah meminta anak buahnya untuk berjaga-jaga. Morgan sangat memperketat keamanan Angie.“Morgan, ini penthouse-mu?” tanya Angie yang kagum akan penthouse milik Morgan. Tatanannya indah dengan nuansa silver dipadukan warna putih. Begitu menenangkan mata.“Ya, ini penthouse-ku.” Morgan mengecup leher Angie.Angie tersenyum. “Lalu di mana kamar kita, Morgan?” tanyanya tak sabar.Morgan menggenggam tangan Angie, membawa Angie menuju ke kamar yang paling ujung sebelah kanan. Morgan tentu tak mungkin membawa Angie ke mansion-nya, karena ada Xena di sana. Itu kenapa Morgan memutuskan membawa Angie ke salah satu penthouse-nya yang terletak cukup jauh dari
Xena melangkah masuk ke dalam kamar bersama dengan Morgan. Gadis itu memeluk pinggang Morgan seraya membenamkan wajahnya di dada bidang Morgan. Xena nampak sangatlah merindukan Morgan.Tampak Morgan bergeming kala Xena memeluknya. Pria memang membalas pelukan Xena. Akan tetapi, perasaan Morgan kini dilingkupi rasa bersalah mendalam. Rasa bersalah pada Xena dan juga rasa bersalah pada Angie. Tak menampik, Morgan memang sangat teramat merindukan Xena. Hanya saja, kondisinya sekarang terlalu rumit.Xena mendongakan kepalanya, menatap Morgan penuh kehangatan. “Kau tahu? Aku tidak betah tidur tanpamu. Biasanya setiap malam kau memelukku.”“Bukankah dulu, sebelum kau tidur denganku, kau sudah terbiasa tidur sendiri? Kenapa sekarang sulit, hm?” Morgan mencubit hidung mancung dan mungil Xena.Xena mencebikan bibirnya seraya memukul lengan kekar Morgan, namun di kala Xena memukul lengan kekar Morgan; Morgan sedikit meringis. Sontak Xena pun terkejut melihat ringisan Morgan. Detik itu juga Xena
“Morgan.” Angie menghamburkan tubuhnya pada Morgan yang baru saja tiba. Raut wajah Angie memancarkan kebahagiaan yang tak terhingga. Sejak tadi malam, Angie sangat menginginkan melihat Morgan. Dan akhirnya, Morgan kini ada di hadapannya.“Maaf membuatmu menunggu.” Morgan mengecupi puncak kepala Angie, dan membalas pelukan wanita itu.Angie mendongakan kepalanya, menatap Morgan. “Apa pekerjaanmu masih sangat banyak?”“Sudah berkurang.” Morgan melumat bibir Angie. Terpaksa Morgan berdusta, karena tak mungkin Morgan menceritakan tentang Xena pada Angie.Angie tersenyum hangat. “Aku senang mendengarnya. Kalau pekerjaanmu sudah berkurang, kau bisa selalu pulang, Kan? Tidak harus menginap seperti tadi malam?”Morgan terdiam sejenak. Angie sudah menuntutnya untuk selalu ada di sisi wanita itu, maka mau tak mau Morgan harus segera menyudahi hubungannya dengan Xena, tak mungkin Morgan terus menerus berbohong pada Angie.“Morgan?” tegur Angie kala Morgan hanya diam.Morgan menatap Angie, dan me
“Morgan, kenapa kau berangkat sepagi ini? Apa kau memiliki meeting?” Xena berucap seraya sedikit menguap. Tatapan gadis itu menatap Morgan yang tengah memakai dasi. Xena masih terbaring di ranjang—dengan tubuh telanjangnya yang masih terbalut oleh selimut tebal.Pergulatan panas tadi malam, membuat Xena kelelahan. Itu kenapa Xena masih seperti enggan untuk bangkit dari tempat tidurnya. Tak terhitung berapa kali Morgan menyerang Xena. Yang pasti Xena baru bisa tidur di pagi buta.“Ya, aku memiliki meeting penting dengan para dewan direksi.” Morgan duduk di tepi ranjang, dan mengecup bibir Xena. “Malam ini kemungkinan aku akan pulang sedikit terlambat.”Xena menghela napas dalam. Bibirnya mengerut tak suka. “Tapi jangan tidak pulang. Aku tidak bisa tidur tanpamu, Morgan. Selama ini, aku sudah terbiasa tidur denganmu.” Nada bicara Xena terdengar begitu manja. Xena memang paling tak suka kalau sampai Morgan tak pulang.Morgan terdiam mendengar permintaan Xena. Permintaan Xena sama seperti
Morgan melangkah keluar dari ruang meeting, di kala pria itu sudah selesai meeting dengan para dewan direksi. Pria itu pun kini segera kembali ke ruang kerjanya. Ya, pagi ini Morgan berangkat lebih pagi, karena memiliki jadwal meeting yang padat. Di tengah-tengah masalah yang terjadi, tetap Morgan harus menjaga baik perusahaannya yang susah payah dia besarkan.Morgan duduk di kursi kebesarannya. Pria itu mengambil wine di hadapannya, dan menyesap perlahan. Beberapa kali, Morgan memejamkan mata lelah. Benak Morgan tengah memikirkan cara bagaimana berbicara dengan Xena.Tadi malam, harusnya Morgan menyudahi hubungannya dengan Xena, tapi malah pria itu tak bisa. Sialnya, Morgan kembali mencumbu Xena untuk kesekian kali. Morgan tak bisa menahan gairah dalam dirinya setiap kali melihat gadis itu.“Shit!” Morgan mengumpat dalam hati. Dia tak mungkin bisa terus menjalin hubungan dengan Xena. Pasalnya, Morgan tak mau sampai melukai hati Angie. Jika dulu Morgan sering tidur dengan banyak wanit
Xena memegang ponselnya, hendak mencoba menghubungi nomor telepon Morgan, namun dia mengurungkan niatnya karena takut mengganggu Morgan. Tadi sore, Xena sudah mendapatkan pesan dari Morgan kalau pria itu tak pulang. Xena berusaha mengerti, walau hatinya sangatlah berat.Sebenarnya, malam ini Xena ingin memberi tahu Morgan tentang kehamilannya. Bagaimanapun, Morgan harus segera tahu. Xena tak mau menunda-nunda, karena Xena membutuhkan Morgan menemaninya dalam situasi rumit seperti ini.Tentu, tak pernah terbesit dalam pikiran Xena untuk menggugurkan bayi yang ada di kandungannya. Xena menyadari akan tindakan yang diperbuatnya selama ini adalah kesalahan, dan Xena akan mempertanggungjawabkan dengan membesarkan anak ini.Xena butuh dukungan Morgan. Pun Xena yakin, Morgan tidak mungkin tidak bertanggung jawab. Selama ini, Xena selalu berhubungan seks dengan Morgan tanpa menggunakan pengaman. Jadi kalau sekarang dirinya hamil adalah hal yang normal.Suara dering ponsel terdengar. Xena meng
“Morgan, apa tidak bisa hari ini kau berangkat ke kantor siang saja? Aku masih ingin bersamamu.” Angie melingkarkan tangannya ke pinggang Morgan, bergelayut manja meminta pria itu untuk berangkat ke kantor siang hari saja. Angie enggan melepas Morgan pergi. Hatinya seakan sangatlah berat untuk membiarkan Morgan pergi.“Angie, mengertilah. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.” Morgan membelai pipi Angie, dan memberikan kecupan di sana. Tatapan pria itu menatap dalam Angie, menunjukan meminta wanita itu untuk lebih mengerti.Pagi ini, Morgan beralasan pada Angie berangkat ke kantor. Padahal sebenarnya, Morgan ingin menemui Xena. Morgan sudah berjanji akan menemui Xena di pagi hari. Kemarin, Xena mengatakan ingin berbicara dengan Morgan. Itu kenapa sekarang Morgan sudah bersiap-siap untuk pergi. Lagi dan lagi, Morgan terpaksa membohongi Angie.Morgan tak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Angie. Untuk sementara—entah sampai kapan—Morgan memang harus berbohong. Mungkin sampai
Tubuh Xena membeku dengan derai air mata yang tak henti berlinang. Mata Xena menatap lirih Morgan penuh luka. Sebuah kalimat yang Morgan ucap, seperti pisau yang telah menembus jantung Xena. Mata Xena memerah akibat air mata yang terus menetes. Tangan gadis itu sudah memucat, karena penolakan dalam dirinya. Xena yakin bahwa yang dia salah mendengar, namun sayang otak Xena bekerja dengan cepat bahwa semua ini adalah nyata. “A-apa maksud ucapanmu, Morgan? Aku mengandung anak kita. Buah cinta kita. Kenapa kau tega mengatakan itu?” seru Xena menahan isak tangisnya. Bahu Xena bergetar, pilu, menyakitkan. Matanya tak lepas menatap Morgan dengan tatapan tersirat penuh tuntutan.Morgan mengusap kasar wajahnya dengan tangannya. Amarah dan emosinya melebur menjadi satu, tak bisa tertahan. “Xena! Apa kau lupa hubungan kita ini hanya sekedar perjanjian semata?!” bentaknya keras. Xena melangkahkan kakinya mendekat pada Morgan. Xena merasa kakinya seperti jelly yang tidak bisa lagi berdiri te
Beberapa minggu kemudian …Suara tangis bayi memecahkan ruang persalinan. Tangis bayi laki-laki itu begitu kencang bercampur dengan tangis haru bahagia dari Xena dan Morgan. Berkali-kali Morgan mengecupi bibir Xena. Dua insan saling mencintai itu tengah berbahagia dengan kelahiran anak kedua mereka. Setelah sekian lama, akhirnya mereka kembali memiliki buah cinta lagi.Sang dokter meminta Xena untuk melakukan proses IMD. Bayi laki-laki Xena lahir dengan sehat dan sempurna, tanpa kekurangan apa pun. Meski baru lahir, tapi bayi laki-laki Xena itu sudah memiliki rambut yang hitam dan tebal. Bibir mungil sedikit belah, dan hidung nan mancung. Jika di lihat, wajah bayi laki-laki itu perpaduan dari wajah Xena dan Morgan.“Sayang … kau tampan sekali,” ucap Xena dengan air mata yang terus berlinang. Hatinya lega sekarang putranya sudah berada di dalam pelukannya. Bahkan sekarang putra kecilnya itu begitu lahap meminum susu. Sepertinya putranya sangat lapar.Morgan tersenyum menatap hangat put
Lampu kamera menyorot di ballroom hotel megah pernikahan Biana berlangsung. Para tamu undangan menyaksikan janji suci pernikahan Biana Faye dan Lake Tate. Tampak semua tamu undangan turut berbahagia atas pernikahan Biana dan pria yang bernama Lake Tate—yang sekarang telah resmi menjadi suaminya. Xena dan Morgan duduk di kursi bagian depan nomor tiga, mereka melihat jelas upacara pernikahan Biana dan Lake yang tengah berlangsung. Keluarga besar Xena duduk di kursi di belakang Xena dan Morgan.Bonita berada di pangkuan Morgan. Tentu gadis kecil itu diajak ke pesta. Xena dan Morgan memang sengaja mengajak Bonita. Lagi pula, Rikkard dan Rachel juga ikut, jadi Bonita tak merasa kesepian sama sekali.Sejak tadi, Xena menjadi sorotan para media. Terutama Bonita yang duduk di pangkuan Morgan. Kilat kamera tak henti terarah pada keluarga kecil Morgan. Bagaimana tidak? Morgan Louise adalah mantan suami dari Biana Faye, wajar kalau kehidupan keluarga pria itu menjadi sorotan para media. Berunt
Xena menatap undangan pernikahan Biana yang baru saja diantar oleh kurir. Sebuah undangan dengan design kombinasi gold dan putih, membuat undangan itu nampak sangat indah dan elegan. Hanya melihat undangan pernikahan saja, Xena sudah yakin bahwa konsep pernikahan Biana akan sangat cantik.Hal itu tidak perlu diragukan. Mengingat Biana adalah anak dari seorang Presiden Prancis. Pasti pernikahannya dibuat dengan konsep sedemikian indah dan cantik. Iri? Jelas saja Xena tidak iri. Malah, Xena sangat bahagia mendengar kabar tentang Biana telah menemukan belahan jiwanya.Xena ingat dulu Biana mengatakan tak pernah bisa melupakan Morgan. Padahal Morgan hanya menjadikan Biana sebagai alat agar Morgan memiliki chanel demi bisa menemukan Angie. Jika saja Xena berada di posisi Biana, sudah pasti Xena akan sangat hancur dan terpuruk.Bagi Xena, sosok Biana adalah sosok wanita yang kuat, hebat, dan tegar. Bahkan di detik-detik terakhir dirinya memilih menyerah dengan Morgan, Biana datang memberika
Jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam. Xena masuk ke dalam kamar, setelah tadi dia membacakan dongeng untuk Bonita. Tentu Xena tak hanya sendiri, Morgan pun turut menemani Bonita. Namun, setelah Bonita terlelap, Morgan ke luar sebentar karena ingin menjawab telepon.Xena mengusap-usap perutnya yang begitu buncit. Perutnya sudah terasa begitu begah. Makan sedikit ataupun makan banyak tetap saja Xena merasakan perutnya terasa begah. Sampai membuatnya kesulitan untuk bergerak.Xena ingin membaringkan tubuh di ranjang, namun Morgan dengan sigap membantu sang istri untuk berbaring di ranjang. Ya, Morgan tahu kalau Xena pasti kesulitan untuk berbaring karena posisinya perut Xena semakin hari semakin bertumbuh besar.Xena tersenyum sambil menatap Morgan yang membantunya. “Terima kasih, Sayang.”Morgan ikut berbaring di samping Xena, menarik tubuh Xena masuk ke dalam pelukannya. “Jangan berterima kasih. Kau seperti ini kan karena mengandung anakku.” Tangan Morgan mengusap-usap perut bu
“Paman Zack, ice cream ini enak sekali. Aku boleh nambah tidak?” Bonita begitu lahap memakan ice cream cokelat yang dibelikan oleh Zack. Gadis kecil itu nampak begitu riang gembira. Layaknya gadis kecil kebanyakan. Memang ice cream memang makanan favorite anak kecil. Zack tersenyum sambil mencubit pelan pipi bulat Bonita. “Memangnya kau tidak sakit gigi kalau makan ice cream terlalu banyak, hm?”“Tidak, Paman. Aku tidak pernah sakit gigi. Aku selalu rajin menggosok gigiku. Lihat saja gigiku bagus.” Bonita menunjukan gigi putih bersih dan rata di hadapan Zack. Ya, memang gigi gadis kecil itu sangat rapi dan putih. Itu menunjukkan bahwa memang gadis kecil itu diurusi dengan benar-benar. Zack kembali tersenyum. “Nanti bisa-bisa Paman dimarahi Mommy dan Daddy-mu kalau kau terlalu banyak makan ice cream, Little Girl.” Bonita mendesah panjang. “Paman, kau tenang saja. Mommy dan Daddy tidak akan tahu kalau aku makan banyak ice cream. Ayolah Paman, belikan aku ice cream lagi. Aku masih in
“Iya, Kak. Kau tidak usah mencemaskanku. Aku dan kandunganku sehat-sehat. Bonita juga sehat, Kak.”“Jangan lupa minum vitaminmu, Xena. Jangan kelelahan. Jangan berpikir negative. Ingat kandunganmu sudah besar. Sebentar lagi kau akan melahirkan.” “Iya, Kak. Aku pasti mendengar semua perintahmu.”“Ya sudah, aku tutup dulu. Sebentar lagi pesawatku akan take off.” “Take care, Kak. Salamkan untuk Dad, Mom, Kak Audrey, dan dua keponakanku tersayang.”“Ya, aku akan menyampaikan.” Panggilan tertutup. Xena meletakan ponselnya ke tempat semula, dan menatap ke cermin melanjutkan memoles wajahnya dengan pelembab. Meski hamil, tapi Xena wajib merawat kulitnya. Tentunya dalam pengawasan dokter kandungan.Walau sebenarnya, terkadang Xena malas sekali merawat kulitnya. Apalagi sejak hamil anak laki-laki. Namun, yang memicu Xena tetap wajib menjaga kecantikannya adalah karena dirinya memiliki suami yang sangat tampan. Xena tak mau sampai sang suami melirik wanita lain. Sekalipun sang suami setia, t
“Daddy!” Bonita berlari menghamburkan tubuhnya di kala melihat Morgan berada di ruang makan. Refleks, Morgan menggendong putri kecilnya itu, dan menghujani putri kecilnya dengan kecupan lembut penuh dengan kasih sayang mendalam.“Little girl, satu minggu tidak melihatmu, kau semakin cantik dan tinggi.” Morgan memeluk erat Bonita. Pun dia sangat merindukan putri kecilnya. Tak bertemu satu minggu, membuatnya sangatlah tersiksa. Bonita memeluk leher Morgan. “Daddy aku kesal pada Daddy. Daddy pulang lama sekali. Tadi saja Mommy menelepon tapi Daddy tidak jawab. Apa Daddy tidak merindukanku?” Bibir Bonita tertekuk kala mengatakan itu.Xena tersenyum samar melihat Bonita begitu manja pada Morgan. Ya, saat ini Xena bersama dengan suami dan putrinya berada di ruang makan. Bonita belum tahu kepulangan Morgan. Itu yang membuat gadis kecil itu bahagia dan riang di kala melihat keberadaan Morgan.Morgan menyapukan hidungnya ke hidung Bonita. “Little Girl, tentu saja Daddy merindukanmu. Daddy cep
Morgan menurunkan tubuh Xena tepat di kala tiba di kamar. Pria itu menangkup kedua pipi sang istri, memberikan ciuman yang tersirat sedikit agresif. Tampak Xena sedikit kewalahan mendapatkan ciuman dari suamunya itu.Xena meremas pelan kemeja sang suami, dan mulai membalas ciuman suaminya, meski sedikit kesulitan mengimbangi ciuman liar dari suaminya itu. Ciuman yang menunjukkan jelas kerinduan yang mendalam.“Morgan.” Xena menepuk lengan kekar Morgan. “Kau membuat napasku hampir putus. Apa kau berniat membunuh istrimu yang sedang hamil, lalu kau bisa menikah lagi?” tukasnya menuduh. Morgan menyentil pelan kening Xena yang berbicara konyol. “Aku sangat merindukanmu. Seminggu tidak melihatmu membuatku tersiksa.”Bibir Xena tertekuk. “Kau bilang merindukanku, tapi tadi ponselmu saja tidak aktif. Apa kau sedang bersama dengan seorang wanita?!” serunya jengkel.Morgan tersenyum samar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar tuduhan sang istri. Sejak hamil anak kedua memang istrin
Note: Karena banyak yang request, extra part jadi muncul di sini juga ya. Follow IG: abigail_kusuma95Tiga tahun berlalu … “Bonita, jangan berlari-lari. Nanti kau jatuh, Sayang.” Xena berseru sambil bertolak pinggang, menatap Bonita yang sejak tadi terus berlari. Tampak raut wajah Xena sedikit kesal, karena sudah sejak tadi Bonita bermain tapi tak juga merasa lelah.“Mommy, aku masih ingin bermain.” Bonita berlari mengelilingi taman, dengan raut wajah riang. Gadis kecil itu memegang bola kecil. Seiring berjalannya waktu, Bonita tumbuh menjadi sosok gadis yang lincah. Terkadang, Xena sampai kewalahan menghadapi Bonita yang terlalu lincah.Well, bisa jadi sifat lincah Bonita ini menurun dari Xena yang memang sejak dulu terkenal lincah. Sewaktu Xena kecil, dia selalu terkenal dengan gadis pembuat masalah. Kedua orang tuanya sekaligus kakaknya sampai dibuat sakit kepala dengan ulah Xena yang kerap kabur-kaburan sekaligus berfoya-foya.Xena mengusap-usap perutnya yang buncit. “Bonita, per