“Apa tidak bisa satu hari saja, kau tidak menyerangku, Morgan?” Xena merapikan dress-nya serta memoles wajahnya dengan make up. Tujuan Xena awalnya menemui Morgan karena ingin mengajak Morgan makan siang dan membahas Biana yang menghubungi pria itu. Tapi malah Xena sudah dijadikan santapan menu utama oleh Morgan. Sungguh benar-benar menyebalkan. Sialnya, Xena pun tak pernah bisa mengendalikan diri jika Morgan sudah mencumbu dirinya.Morgan memasang dasinya yang sedikit berantakan. Pria itu menatap Xena sambil berkata enteng tanpa beban. “Bukankah tadi saat permainan, aku sudah bertanya padamu, kau ingin berhenti atau tidak? Dan kau sendiri menjawab tidak ingin berhenti. Artinya kau menikmati sentuhanku, Nona Foster.” Xena berdecak kesal. “Mana bisa berhenti! Kau itu menyebalkan sekali.”Morgan tertawa pelan. Pria itu menangkup kedua pipi Xena, dan memberikan lumatan di bibir gadis itu. “Aku tahu kau memang tidak mungkin bisa menghentikan sentuhanku.”Pipi Xena merona malu. “Sudah, a
“Xena, kau duluan saja ke kamar. Aku harus ke ruang kerjaku sebentar.” Morgan berucap kala dirinya dan Xena sudah tiba di mansion. Pria itu melihat ke layar ponsel, di mana dirinya mendapatkan banyak pesan dari sang sekretaris meminta untuk memeriksa email.“Apa kau sibuk?” tanya Xena seraya menatap Morgan.“Tidak, aku tidak sibuk. Aku hanya ingin memeriksa email. Setelah itu, aku akan segera menyusulmu.” Morgan membelai pipi Xena lembut.Xena mendesah pelan, dan mengangguk. “Jangan lama-lama. Segera susul aku jika kau sudah selesai membaca email.”“Ya.” Morgan melumat lembut bibir Xena. Lantas, pria itu melangkah pergi meninggalkan Xena—menuju ruang kerjanya. Tampak raut wajah Xena masih kesal. Entah kenapa hati Xena seperti terganjal di kala tadi Xena bertemu dengan wanita bernama Laina. “Sudahlah, lebih baik aku masuk ke kamar saja.” Xena menepis segala pikiran yang muncul dalam benaknya. Detik selanjutnya, Xena melangkah menuju undakan tangga. Xena enggan naik lift. Meski lelah
Bulir air mata Xena menetes jatuh membasahi pipinya. Mata gadis itu sudah memerah akibat air mata yang terus berlinang. Xena membenci ini. Xena paling membenci menangis hanya karena seorang pria. Akan tetapi, Xena tidak bisa menghentikan air matanya. Seakan air matanya sudah otomatis mengalir hanya karena Morgan Louise.‘Morgan sialan! Berengsek!’ umpat Xena dalam hati. Sungguh, Xena tak mengira Morgan murka hanya karena dirinya masuk ke dalam sebuah kamar. Padahal apa yang dilakukannya, bukanlah tindakan kesalahan.Xena menatap jalanan gelap dengan sorot mata membendung kemarahan. Saat ini, Xena berada di dalam taksi. Gadis itu akan menuju penthouse pribadi miliknya. Bisa saja Xena langsung terbang ke Roma, meninggalkan kota Paris. Akan tetapi, Xena tak mau pulang ke kota di mana orang tuanya tempati dalam keadaan memiliki masalah. Paling tidak Xena harus menenangkan diri lebih dulu.“Nona, boleh tunjukan pada saya alamat apartemenmu lagi? Saya ingin memastikan jalan,” ujar sang sopi
BrakkkTubuh Xena dibanting ke ranjang, hingga membuat Xena terkejut dan menjerit. Beruntung, Morgan tak terlalu kasar membantingnya. Jika saja kasar, mungkin tubuh Xena sudah terbanting hingga tergeletak di lantai.Perlahan Xena mulai bangkit berdiri menghampiri Morgan yang ada di hadapannya. Ya, kini Xena dan Morgan berada di sebuah kamar hotel. Hal tergila adalah Morgan membawa Xena bukan ke mansion pria itu, melainkan ke hotel terdekat.“Morgan, kenapa kau membawaku ke sini!” bentak Xena kuat-kuat. Emosinya Xena semakin menjadi. Pria berengsek itu malah membawanya ke hotel.“Bisakah kau tenang, Xena! Jangan memancing amarahku!” seru Morgan dengan tatapan penuh peringatan pada gadis itu.Xena tersenyum sinis. “Memancing amarahmu? Memangnya apa yang sudah aku lakukan, Hah? Aku hanya masuk ke dalam salah satu kamar di mansionmu. Tidak sama sekali melakukan kesalahan besar. Oh, atau jangan-jangan kau marah, karena aku melihat foto gadis remaja di kamarmu? Iya, Morgan?“Xena berhenti i
“Shit! Xena, kau bodoh sekali!” Xena mengumpati dirinya yang terbangun dalam keadaan tubuh telanjang, dan hanya memakai selimut tebal. Bisa-bisanya dia tergoda oleh pria sialan yang telah mengusirnya itu. Berengsek! Xena terus mengumpat kasar.“Tidak baik, gadis sepertimu mengumpat, Xena.” Morgan mendekat, menghampiri Xena yang duduk di ranjang dengan tubuh yang terbalut oleh selimut tebal. Sudut bibir Morgan terangkat melukiskan senyuman samar melihat Xena di pagi hari nampak sangat cantik. Bagi Morgan, gadis itu akan sangat cantik jika telanjang tak memakai apa pun.Xena menatap dingin Morgan penuh rasa kesal. “Bajingan! Kau benar-benar bajingan, Morgan! Bisa-bisanya kau meniduriku setelah kemarin kau mengusirku dari rumahmu!”Morgan duduk di samping Xena dan berkata, “Aku tidak mengusirmu. Kau sendiri yang pergi.”“Terserah apa katamu! Berbicara denganmu tak akan menuaikan hasil apa pun. Kau akan tetap memegang teguh ego-mu. Menyingkirlah, aku ingin pulang!” Xena bangkit berdiri, d
Gaun mewah warna merah membalut tubuh sexy Xena. Rambut cokelat gadis itu terjuntai sempurna dipadukan dengan make-up bold. Jika dilihat dari depan, gaun merah Xena terbilang masih tertutup karena model lengan panjang. Namun, lekuk tubuh sempurna gadis itu menonjolkan keseksiannya. Dada bulat dan padat serta bokong yang kencang. Pun punggung mulus Xena terekspos indah.Xena selalu menjaga penampilannya. Terlebih sekarang dirinya tengah menjalin hubungan dengan Morgan. Tentu, Xena tidak mau sampai Morgan bosan padanya. Xena selalu ingin cantik di depan Morgan.Xena mengatur napasnya dan memasang wajah angkuh seperti biasa. Malam ini Xena menemani Morgan makam malam di pesta yang diadakan oleh keluarga Biana. Ada rasa tak nyaman, karena bagaimanapun Biana adalah mantan istri Morgan.Saat Xena tengah mematut cermin, Morgan melangkah masuk ke dalam walk-in closet. Tampak tatapan Morgan tak lepas menatap penampilan Xena yang nampak memukau. Morgan bergeming dan tersenyum samar akan keindah
Xena berusaha tersenyum di tengah-tengah lautan manusia yang menikmati pesta. Beberapa kali Morgan mengajak Xena untuk berkenalan dengan para tamu undangan. Tentu tak sedikit yang mengenal Xena. Mengingat gadis itu memiliki nama besar dari sang ayah, hingga membuatnnya banyak dikenal. Akan tetapi, Xena masih beruntung karena keluarga Biana tidak mengundang wartawan untuk hadir. Paling tidak, Xena tak akan langsung mendapatkan cercaan pertanyaan dari keluarganya tentang hubungannya dengan Morgan. Bukan tak mau bercerita, tapi Xena sengaja untuk tidak langsung memberi tahu keluarganya, sampai gadis itu merasa sudah waktu yang tepat.Hati Xena sejak tadi memang merasa tak nyaman. Pun pikiran gadis itu juga tak henti memikirkan apa yang dikatakan oleh Biana. Hanya saja, Xena berusaha menutupi segala keresahan hati dan pikirannya.Jamuan makan malam yang diadakan keluarga Faye berakhir. Morgan mengajak Xena untuk meninggalkan ballroom hotel—tempat di mana keluarga Faye mengadakan jamuan m
“Morgan? Kau dari mana?” Xena menatap Morgan yang baru saja masuk ke dalam kamar. Waktu menunjukan pukul 8 pagi. Awalnya, Xena pikir Morgan berangkat ke kantor, tapi saat Xena bertanya pada pelayan, malah pelayan mengatakan Morgan tak mungkin pergi ke kantor, karena pria itu hanya memakai pakaian biasa, bukan pakaian formal kantor. Terbukti benar. Xena melihat sendiri Morgan hanya memakai celana jeans dan kaus polos berwarna hitam serta jaket kulit hitam yang ada di genggaman tangan pria itu.Morgan melangkah mendekat pada Xena, memeluk pinggang Xena, dan memberikan lumatan di bibir Xena. “Aku bertemu dengan teman lamaku. Dia sedikit memiliki masalah di perusahaan. Jadi aku datang, untuk membantunya.” Morgan menarik tubuh Xena, untuk duduk di sofa terdekat dengan mereka. Ya, Morgan tak mungkin bercerita pada Xena kalau dirinya tadi pergi menemui Biana.Xena mengendus-endus pakaian Morgan. “Kausmu aroma alkohol dan rokok. Apa kau pergi menemui temanmu di klub malam?”Morgan mengangguka
Beberapa minggu kemudian …Suara tangis bayi memecahkan ruang persalinan. Tangis bayi laki-laki itu begitu kencang bercampur dengan tangis haru bahagia dari Xena dan Morgan. Berkali-kali Morgan mengecupi bibir Xena. Dua insan saling mencintai itu tengah berbahagia dengan kelahiran anak kedua mereka. Setelah sekian lama, akhirnya mereka kembali memiliki buah cinta lagi.Sang dokter meminta Xena untuk melakukan proses IMD. Bayi laki-laki Xena lahir dengan sehat dan sempurna, tanpa kekurangan apa pun. Meski baru lahir, tapi bayi laki-laki Xena itu sudah memiliki rambut yang hitam dan tebal. Bibir mungil sedikit belah, dan hidung nan mancung. Jika di lihat, wajah bayi laki-laki itu perpaduan dari wajah Xena dan Morgan.“Sayang … kau tampan sekali,” ucap Xena dengan air mata yang terus berlinang. Hatinya lega sekarang putranya sudah berada di dalam pelukannya. Bahkan sekarang putra kecilnya itu begitu lahap meminum susu. Sepertinya putranya sangat lapar.Morgan tersenyum menatap hangat put
Lampu kamera menyorot di ballroom hotel megah pernikahan Biana berlangsung. Para tamu undangan menyaksikan janji suci pernikahan Biana Faye dan Lake Tate. Tampak semua tamu undangan turut berbahagia atas pernikahan Biana dan pria yang bernama Lake Tate—yang sekarang telah resmi menjadi suaminya. Xena dan Morgan duduk di kursi bagian depan nomor tiga, mereka melihat jelas upacara pernikahan Biana dan Lake yang tengah berlangsung. Keluarga besar Xena duduk di kursi di belakang Xena dan Morgan.Bonita berada di pangkuan Morgan. Tentu gadis kecil itu diajak ke pesta. Xena dan Morgan memang sengaja mengajak Bonita. Lagi pula, Rikkard dan Rachel juga ikut, jadi Bonita tak merasa kesepian sama sekali.Sejak tadi, Xena menjadi sorotan para media. Terutama Bonita yang duduk di pangkuan Morgan. Kilat kamera tak henti terarah pada keluarga kecil Morgan. Bagaimana tidak? Morgan Louise adalah mantan suami dari Biana Faye, wajar kalau kehidupan keluarga pria itu menjadi sorotan para media. Berunt
Xena menatap undangan pernikahan Biana yang baru saja diantar oleh kurir. Sebuah undangan dengan design kombinasi gold dan putih, membuat undangan itu nampak sangat indah dan elegan. Hanya melihat undangan pernikahan saja, Xena sudah yakin bahwa konsep pernikahan Biana akan sangat cantik.Hal itu tidak perlu diragukan. Mengingat Biana adalah anak dari seorang Presiden Prancis. Pasti pernikahannya dibuat dengan konsep sedemikian indah dan cantik. Iri? Jelas saja Xena tidak iri. Malah, Xena sangat bahagia mendengar kabar tentang Biana telah menemukan belahan jiwanya.Xena ingat dulu Biana mengatakan tak pernah bisa melupakan Morgan. Padahal Morgan hanya menjadikan Biana sebagai alat agar Morgan memiliki chanel demi bisa menemukan Angie. Jika saja Xena berada di posisi Biana, sudah pasti Xena akan sangat hancur dan terpuruk.Bagi Xena, sosok Biana adalah sosok wanita yang kuat, hebat, dan tegar. Bahkan di detik-detik terakhir dirinya memilih menyerah dengan Morgan, Biana datang memberika
Jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam. Xena masuk ke dalam kamar, setelah tadi dia membacakan dongeng untuk Bonita. Tentu Xena tak hanya sendiri, Morgan pun turut menemani Bonita. Namun, setelah Bonita terlelap, Morgan ke luar sebentar karena ingin menjawab telepon.Xena mengusap-usap perutnya yang begitu buncit. Perutnya sudah terasa begitu begah. Makan sedikit ataupun makan banyak tetap saja Xena merasakan perutnya terasa begah. Sampai membuatnya kesulitan untuk bergerak.Xena ingin membaringkan tubuh di ranjang, namun Morgan dengan sigap membantu sang istri untuk berbaring di ranjang. Ya, Morgan tahu kalau Xena pasti kesulitan untuk berbaring karena posisinya perut Xena semakin hari semakin bertumbuh besar.Xena tersenyum sambil menatap Morgan yang membantunya. “Terima kasih, Sayang.”Morgan ikut berbaring di samping Xena, menarik tubuh Xena masuk ke dalam pelukannya. “Jangan berterima kasih. Kau seperti ini kan karena mengandung anakku.” Tangan Morgan mengusap-usap perut bu
“Paman Zack, ice cream ini enak sekali. Aku boleh nambah tidak?” Bonita begitu lahap memakan ice cream cokelat yang dibelikan oleh Zack. Gadis kecil itu nampak begitu riang gembira. Layaknya gadis kecil kebanyakan. Memang ice cream memang makanan favorite anak kecil. Zack tersenyum sambil mencubit pelan pipi bulat Bonita. “Memangnya kau tidak sakit gigi kalau makan ice cream terlalu banyak, hm?”“Tidak, Paman. Aku tidak pernah sakit gigi. Aku selalu rajin menggosok gigiku. Lihat saja gigiku bagus.” Bonita menunjukan gigi putih bersih dan rata di hadapan Zack. Ya, memang gigi gadis kecil itu sangat rapi dan putih. Itu menunjukkan bahwa memang gadis kecil itu diurusi dengan benar-benar. Zack kembali tersenyum. “Nanti bisa-bisa Paman dimarahi Mommy dan Daddy-mu kalau kau terlalu banyak makan ice cream, Little Girl.” Bonita mendesah panjang. “Paman, kau tenang saja. Mommy dan Daddy tidak akan tahu kalau aku makan banyak ice cream. Ayolah Paman, belikan aku ice cream lagi. Aku masih in
“Iya, Kak. Kau tidak usah mencemaskanku. Aku dan kandunganku sehat-sehat. Bonita juga sehat, Kak.”“Jangan lupa minum vitaminmu, Xena. Jangan kelelahan. Jangan berpikir negative. Ingat kandunganmu sudah besar. Sebentar lagi kau akan melahirkan.” “Iya, Kak. Aku pasti mendengar semua perintahmu.”“Ya sudah, aku tutup dulu. Sebentar lagi pesawatku akan take off.” “Take care, Kak. Salamkan untuk Dad, Mom, Kak Audrey, dan dua keponakanku tersayang.”“Ya, aku akan menyampaikan.” Panggilan tertutup. Xena meletakan ponselnya ke tempat semula, dan menatap ke cermin melanjutkan memoles wajahnya dengan pelembab. Meski hamil, tapi Xena wajib merawat kulitnya. Tentunya dalam pengawasan dokter kandungan.Walau sebenarnya, terkadang Xena malas sekali merawat kulitnya. Apalagi sejak hamil anak laki-laki. Namun, yang memicu Xena tetap wajib menjaga kecantikannya adalah karena dirinya memiliki suami yang sangat tampan. Xena tak mau sampai sang suami melirik wanita lain. Sekalipun sang suami setia, t
“Daddy!” Bonita berlari menghamburkan tubuhnya di kala melihat Morgan berada di ruang makan. Refleks, Morgan menggendong putri kecilnya itu, dan menghujani putri kecilnya dengan kecupan lembut penuh dengan kasih sayang mendalam.“Little girl, satu minggu tidak melihatmu, kau semakin cantik dan tinggi.” Morgan memeluk erat Bonita. Pun dia sangat merindukan putri kecilnya. Tak bertemu satu minggu, membuatnya sangatlah tersiksa. Bonita memeluk leher Morgan. “Daddy aku kesal pada Daddy. Daddy pulang lama sekali. Tadi saja Mommy menelepon tapi Daddy tidak jawab. Apa Daddy tidak merindukanku?” Bibir Bonita tertekuk kala mengatakan itu.Xena tersenyum samar melihat Bonita begitu manja pada Morgan. Ya, saat ini Xena bersama dengan suami dan putrinya berada di ruang makan. Bonita belum tahu kepulangan Morgan. Itu yang membuat gadis kecil itu bahagia dan riang di kala melihat keberadaan Morgan.Morgan menyapukan hidungnya ke hidung Bonita. “Little Girl, tentu saja Daddy merindukanmu. Daddy cep
Morgan menurunkan tubuh Xena tepat di kala tiba di kamar. Pria itu menangkup kedua pipi sang istri, memberikan ciuman yang tersirat sedikit agresif. Tampak Xena sedikit kewalahan mendapatkan ciuman dari suamunya itu.Xena meremas pelan kemeja sang suami, dan mulai membalas ciuman suaminya, meski sedikit kesulitan mengimbangi ciuman liar dari suaminya itu. Ciuman yang menunjukkan jelas kerinduan yang mendalam.“Morgan.” Xena menepuk lengan kekar Morgan. “Kau membuat napasku hampir putus. Apa kau berniat membunuh istrimu yang sedang hamil, lalu kau bisa menikah lagi?” tukasnya menuduh. Morgan menyentil pelan kening Xena yang berbicara konyol. “Aku sangat merindukanmu. Seminggu tidak melihatmu membuatku tersiksa.”Bibir Xena tertekuk. “Kau bilang merindukanku, tapi tadi ponselmu saja tidak aktif. Apa kau sedang bersama dengan seorang wanita?!” serunya jengkel.Morgan tersenyum samar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar tuduhan sang istri. Sejak hamil anak kedua memang istrin
Note: Karena banyak yang request, extra part jadi muncul di sini juga ya. Follow IG: abigail_kusuma95Tiga tahun berlalu … “Bonita, jangan berlari-lari. Nanti kau jatuh, Sayang.” Xena berseru sambil bertolak pinggang, menatap Bonita yang sejak tadi terus berlari. Tampak raut wajah Xena sedikit kesal, karena sudah sejak tadi Bonita bermain tapi tak juga merasa lelah.“Mommy, aku masih ingin bermain.” Bonita berlari mengelilingi taman, dengan raut wajah riang. Gadis kecil itu memegang bola kecil. Seiring berjalannya waktu, Bonita tumbuh menjadi sosok gadis yang lincah. Terkadang, Xena sampai kewalahan menghadapi Bonita yang terlalu lincah.Well, bisa jadi sifat lincah Bonita ini menurun dari Xena yang memang sejak dulu terkenal lincah. Sewaktu Xena kecil, dia selalu terkenal dengan gadis pembuat masalah. Kedua orang tuanya sekaligus kakaknya sampai dibuat sakit kepala dengan ulah Xena yang kerap kabur-kaburan sekaligus berfoya-foya.Xena mengusap-usap perutnya yang buncit. “Bonita, per