Share

Terapis Pembawa Petaka
Terapis Pembawa Petaka
Author: Iffat Naura

Bab 1

Author: Iffat Naura
last update Last Updated: 2024-12-19 11:06:11
Ketika suamiku datang ke tempat pemulihan pasca persalinan untuk menemaniku, terapis pasca persalinan yang selalu tidak banyak bicara tiba-tiba menjadi antusias dan bersemangat.

Awalnya, dia memuji suamiku yang tinggi dan tampan. Dia masih muda, tetapi sudah menjadi manajer umum perusahaan.

Kemudian, dia berasumsi bahwa aku bisa menikah dengan orang kaya dengan mengandalkan operasi plastik yang aku lakukan.

Ketika dia melakukan pijat laktasi kepadaku, dia juga menasihatiku bahwa aku tidak bisa memberikan asi kepada anakku karena aku menggunakan implan di payudara, karena itu tidak baik untuk bayi.

Aku terlalu malas untuk meladeninya, jadi berdiskusi dengan suamiku tentang nama anak kami nanti.

Suamiku mengatakan bahwa ini adalah anak pertama kami, jadi dia harus memikirkannya dengan baik.

Namun, terapis pasca persalinan berseru, "Ah, Kak, bukankah sebelum ini kamu sudah pernah melahirkan?"

...

Sahabatku yang bernama Intan membuka tempat pemulihan pasca persalinan dan menghabiskan banyak uang untuk mempekerjakan terapis pasca persalinan. Dia mengatakan bahwa terapis pasca persalinan yang bernama Tiara adalah orang yang baik hati, manis dan sangat terampil.

Untuk meramaikan bisnisnya, aku memesan satu ruangan di tempat pemulihan pasca persalinan yang dikelola oleh Intan.

Awalnya, suamiku berjanji akan menemaniku ketika aku melahirkan anak kami.

Namun, ketika usia kehamilanku memasuki 37 minggu, suamiku pergi ke luar negeri untuk mengurus proyek penting dan tidak bisa meninggalkan pekerjaannya di sana.

Dalam panggilan video, suamiku menangis. "Valeri, aku ingin kembali sekarang juga. Kenapa aku nggak bisa nemenin kamu di saat penting begini?"

Aku tersenyum dan menghiburnya, "Sayang, aku baik-baik saja. Aku hanya melahirkan, apalagi ada orang tuaku yang menemaniku, jangan khawatir."

Pada hari ketiga setelah melahirkan, aku dipindahkan ke tempat pemulihan pasca persalinan milik Intan.

Intan sedang berada di luar kota untuk melakukan riset pasar, jadi salah satu terapis terbaik di tempat pemulihan pasca persalinan yang menyambut kedatanganku.

Saat pertama kali mendengar kalau aku adalah teman bosnya, terapis itu tersenyum cerah, dengan antusias mengatur ruangan untukku dan memperkenalkan layanan yang ada.

Setelah melihat ayahku mengenakan celana panjang pantai dan ibuku mengenakan pakaian linen polos saat menemaniku, senyum terapis itu langsung memudar. Dia bahkan terkesan acuh saat aku menanyakan beberapa masalah yang aku hadapi.

Setelah orang tuaku pergi, aku mencoba untuk mengatur rencana pemulihan setelah melahirkan. Namun, terapis itu menjawab dengan tidak sabar, "Kak, layanan ini sudah penuh untuk hari ini, jadi aku nggak punya waktu untuk melayanimu."

Setelah itu, dia pergi dan meninggalkanku sendirian.

Selama dua hari berturut-turut, aku bertanya kepadanya kapan dia akan mengatur jadwal untukku. Namun, dia begitu acuh dan tidak sabar saat menghadapiku.

Setelah diabaikan selama hampir empat hari, aku mulai kesal. Hari ini, ketika aku ingin mendapatkan jawaban pasti darinya, dia tiba-tiba tersenyum cerah, bahkan nada bicaranya berubah menjadi sedikit manja.

Aku sedikit bingung, tiba-tiba suara seksi suamiku terdengar, "Valeri, aku pulang."

Suamiku, Dirga, berdiri di depan pintu dengan setelan jas mewah berwarna abu-abu perak.

Sinar matahari menyinari sosoknya melalui kaca, menambah aura elegan dan misterius dalam dirinya. Dia seperti bunga yang sedang mekar sempurna, menunggu untuk dipetik.

Detik berikutnya, bibir Dirga mendarat di keningku. "Sayang, kamu pasti sangat menderita dalam beberapa hari ini."

Aku baru akan mengomel tentang sikap arogan dan kasar terapis yang bertanggung jawab atas diriku, tiba-tiba terapis itu menghampiriku dengan sikap antusias, memeriksa kondisi tubuhku.

"Kak, aku akan memeriksa kondisimu, baru nanti kita jadwalkan layanan pemulihan pasca persalinan yang akan disesuaikan dengan kebutuhanmu nanti."

"Aku sendiri yang akan melakukan dua kali program laktasi untukmu. Kamu bisa memanggilku Tiara."

Ternyata namanya Tiara, terapis pasca persalinan yang sangat ingin dipekerjakan oleh Intan.

Mengingat penghargaan Intan yang begitu tinggi terhadapnya, aku menganggukkan kepala tanda setuju dan memintanya untuk melakukan pemeriksaan dan pengecekan pada tubuhku.

Ketika memeriksa kondisiku, Tiara juga mengamati Dirga, secara sadar mencari topik pembicaraan dengan Dirga.

Kening Dirga menunjukkan kelelahan, tetapi dia menanggapi dengan sopan.

Melihatku menatapnya dengan penuh curiga, Tiara tersenyum canggung. "Kak, suamimu tampan sekali."

"Kak, buka bajumu. Aku ingin memeriksa kondisimu dengan lebih teliti."

Tanpa memberiku waktu untuk bereaksi, Tiara langsung membuka bajuku, mengabaikan fakta bahwa pintu kamar masih terbuka lebar.

Aku sedikit tidak senang, tetapi masih menahan diri ketika teringat bahwa tempat ini milik Intan.

Tiara mulai meraba-raba tubuhku dan berbincang denganku, "Kak, apa suamimu pimpinan di sebuah perusahaan? Dia tampan dan berwibawa."

"Apa pekerjaannya?"

Aku mengangguk tidak sabar, "Dia manajer umum di sebuah perusahaan."

Tiara berkata dengan penuh semangat, "Kak, kamu beruntung sekali."

Setelah mengatakan itu, Tiara dengan kasar memelintir daging lembut di dadaku. Aku menjerit kesakitan dan langsung duduk, mendorongnya menjauh. "Apa yang kamu lakukan?"

Related chapters

  • Terapis Pembawa Petaka   Bab 2

    Tiara panik dan mengalihkan pandangannya dari Dirga.Aku mengikuti tatapannya di saat yang tepat, kebetulan melihat sosok Dirga yang sempurna dan jam tangan Patek Philippe yang melingkar di pergelangan tangannya.Tiara langsung tersipu malu. "Ah, maaf ya, aku sudah menyakitimu.""Tapi, Kak, biasanya perempuan yang menggunakan implan payudara saja yang merasakan sakit."Aku mengabaikannya karena terlalu jengah.Aku tidak menyangka dia akan memperkeruh suasana. "Sungguh, Kak. Kamu sudah melakukan operasi di seluruh tubuhmu, kamu pasti sudah mengeluarkan biaya yang nggak sedikit, 'kan?""Berapa banyak yang kamu habiskan untuk membuat tubuhmu bisa membuat suamimu tertarik?"Aku sangat marah dan menepis tangannya, lalu bertanya, "Apa maksudmu?"Mendengar itu, Dirga bergegas masuk dan menanyakan apa yang sedang terjadi.Tiara langsung merengek, "Nggak apa-apa, kok. Aku cuma mau bilang kalau Kakak sangat beruntung.""Nggak cuma tampan, suaminya juga kaya raya.""Kakak bertanggung jawab untuk

    Last Updated : 2024-12-19
  • Terapis Pembawa Petaka   Bab 3

    Tiara menjatuhkan diri ke lantai, terlihat sangat menyedihkan. "Kak, aku bicara jujur. Mereka yang melakukan implan payudara ...."Aku sangat marah, sampai sekarang pun dia masih bicara omong kosong.Aku mengangkat tangan dan menunjuk hidung Tiara, siap untuk memarahinya.Dirga menghampiri dan memelukku, mencoba menenangkanku, "Sayang, tenanglah.""Kenapa kamu marah-marah sama terapis? Sudah, jangan marah-marah."Aku menjadi tenang setelah dipeluk dan ditenangkan Dirga.Aku memelototi Tiara yang terduduk di lantai. Aku memutuskan untuk mengatakan pada Intan bahwa terapis pasca persalinan yang dia pekerjakan ini memiliki masalah karakter.Ketika Tiara melihatku mulai tenang, dia kembali berdiri dan mengatakan akan mengerjakan layanan selanjutnya.Aku langsung melambaikan tangan dan menolak, "Nggak, aku mau ganti orang."Mendengar aku ingin ganti orang, Tiara sedikit cemas. "Kak, jangan. Kalau kamu minta ganti, bonusku bulan ini akan hangus.""Tolong kasihani aku."Aku tetap bersikeras u

    Last Updated : 2024-12-19
  • Terapis Pembawa Petaka   Bab 4

    Mendengar umpatan dari kerumunan orang, aku menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkan ponselku untuk memotret wajah mereka."Kamu bilang aku pernah punya bayi sebelumnya, apa kamu punya buktinya?""Kamu bilang aku pernah melakukan operasi plastik di sekujur tubuhku, apa kamu punya buktinya?""Kamu bilang aku pernah menjadi simpanan dan selingkuhan, apa kamu punya buktinya?""Kalau kamu nggak bisa kasih bukti, bersiaplah mendekam di penjara.""Kamu membuat rumor dan memfitnahku sudah cukup untuk membuatmu mendekam di penjara."Mendengar bahwa dia bisa mendekam di penjara, Tiara langsung panik."Kak, aku ... aku mungkin salah lihat ....""Salah lihat? Nggak bisa, kamu lihat CCTV dan lihat baik-baik.""Kalau kamu nggak bisa jelasin, aku akan lapor polisi sekarang juga."Tiara menggelengkan kepalanya dengan panik.Saat itu, Intan yang sedang berada di luar kota untuk melakukan riset pasar akhirnya kembali.Dengan wajah ironis, dia meminta manajer untuk membubarkan kerumunan, lalu membawak

    Last Updated : 2024-12-19
  • Terapis Pembawa Petaka   Bab 5

    Aku menatap Dirga tidak percaya. "Dirga, kenapa kamu mempekerjakannya sebagai asistenmu?""Kamu tahu kalau dia pernah memfitnah dan menjelek-jelekkanku sebelumnya!"Dirga mengerutkan kening. "Valeri, bisa berhenti jangan buat masalah di perusahaan tidak?""Aku ini manajer umum perusahaan dan aku peduli sama yang namanya harga diri!""Aku nggak seperti kamu yang hanya seorang ibu rumah tangga yang tiap hari hanya minum teh, belanja dan menghabiskan uang yang nggak ada habisnya.""Aku ini manajer umum perusahaan, mempekerjakan seorang asisten hanyalah masalah kecil. Aku nggak perlu sampai melaporkannya kepadamu."Aku menatapnya dengan mata terbelalak, tidak percaya bahwa itu adalah kata-kata dari seorang Dirga yang selalu bersikap lembut dan penuh perhatian.Entah sejak kapan Dirga yang mencintaiku telah berubah.Melihatku terdiam, sedikit ketidaksabaran muncul di mata Dirga."Kamu nggak perlu kaget begitu. Saat itu kamulah yang membuat Tiara kehilangan pekerjaan. Aku melihatnya kebingun

    Last Updated : 2024-12-19
  • Terapis Pembawa Petaka   Bab 6

    Malam besoknya, Dirga pulang ke rumah lebih awal dari biasanya."Sayang, aku kangen sekali.""Aku mau melihat anak kita."Aku mencibir dan mendorongnya pergi. "Kamu masih sadar kalau kamu punya istri dan anak?""Kenapa kamu nggak ingat kami ketika kamu lagi bersenang-senang sama selingkuhanmu?"Raut canggung terpancar di wajah Dirga. Lalu, dia menjawab, "Bukankah ini wajar?""Orang kaya mana yang istrinya cuma satu? Cuma orang yang nggak berpendidikan sepertimu yang akan berpikir kalau seorang pria hanya boleh punya satu perempuan."Ketika aku mendengar kata-kata tidak berperasaan dari mulut Dirga, aku masih bisa bersikap tenang dan tidak merasakan getaran apa pun di hatiku.Mungkin aku sudah terlalu sering dikecewakan, jadi aku tidak punya harapan lagi terhadapnya.Aku berkata dengan dingin, "Dirga, kita cerai saja."Dirga mengejek, "Itu pilihanmu, Valeri."Dirga dan aku akhirnya bercerai.Dirga pergi dengan penuh percaya diri. Dia memberikan rumah ini kepadaku dan memberiku hak asuh

    Last Updated : 2024-12-19
  • Terapis Pembawa Petaka   Bab 7

    Ternyata Dirga lah yang membawa pergi Raka.Aku mencoba menghubungi Dirga.Dirga berkata di telepon dengan nada sombong, "Raka? Aku ingin menghabiskan waktu dua hari bersama anakku dan ini nggak melanggar hukum!"Setelah memastikan bahwa Raka aman, aku memaksakan diri untuk tenang.Tidak lama kemudian, Dirga dan Raka dibawa ke kantor polisi. ke kantor polisi.Setelah diingatkan akan beberapa hal, polisi meminta kami kembali dan menyelesaikan masalah keluarga kami, tidak perlu berlama-lama di kantor polisi.Di depan pintu kantor polisi, aku bertanya, "Dirga, apa yang kamu inginkan?"Dirga tersenyum. "Valeri, aku nggak punya pekerjaan dan nggak punya penghasilan, jadi aku hanya ingin mengasuh anakku setiap hari.""Menurutmu apa yang ingin aku lakukan?"Dirga yakin bahwa aku tidak akan berani bertaruh dengan keselamatan Raka, jadi dia pikir dia sudah memegang kendali atas diriku.Tadinya, aku akan mengeluarkan Dirga dari perusahaan, tetapi sekarang aku berubah pikiran.Aku menulis cek unt

    Last Updated : 2024-12-19

Latest chapter

  • Terapis Pembawa Petaka   Bab 7

    Ternyata Dirga lah yang membawa pergi Raka.Aku mencoba menghubungi Dirga.Dirga berkata di telepon dengan nada sombong, "Raka? Aku ingin menghabiskan waktu dua hari bersama anakku dan ini nggak melanggar hukum!"Setelah memastikan bahwa Raka aman, aku memaksakan diri untuk tenang.Tidak lama kemudian, Dirga dan Raka dibawa ke kantor polisi. ke kantor polisi.Setelah diingatkan akan beberapa hal, polisi meminta kami kembali dan menyelesaikan masalah keluarga kami, tidak perlu berlama-lama di kantor polisi.Di depan pintu kantor polisi, aku bertanya, "Dirga, apa yang kamu inginkan?"Dirga tersenyum. "Valeri, aku nggak punya pekerjaan dan nggak punya penghasilan, jadi aku hanya ingin mengasuh anakku setiap hari.""Menurutmu apa yang ingin aku lakukan?"Dirga yakin bahwa aku tidak akan berani bertaruh dengan keselamatan Raka, jadi dia pikir dia sudah memegang kendali atas diriku.Tadinya, aku akan mengeluarkan Dirga dari perusahaan, tetapi sekarang aku berubah pikiran.Aku menulis cek unt

  • Terapis Pembawa Petaka   Bab 6

    Malam besoknya, Dirga pulang ke rumah lebih awal dari biasanya."Sayang, aku kangen sekali.""Aku mau melihat anak kita."Aku mencibir dan mendorongnya pergi. "Kamu masih sadar kalau kamu punya istri dan anak?""Kenapa kamu nggak ingat kami ketika kamu lagi bersenang-senang sama selingkuhanmu?"Raut canggung terpancar di wajah Dirga. Lalu, dia menjawab, "Bukankah ini wajar?""Orang kaya mana yang istrinya cuma satu? Cuma orang yang nggak berpendidikan sepertimu yang akan berpikir kalau seorang pria hanya boleh punya satu perempuan."Ketika aku mendengar kata-kata tidak berperasaan dari mulut Dirga, aku masih bisa bersikap tenang dan tidak merasakan getaran apa pun di hatiku.Mungkin aku sudah terlalu sering dikecewakan, jadi aku tidak punya harapan lagi terhadapnya.Aku berkata dengan dingin, "Dirga, kita cerai saja."Dirga mengejek, "Itu pilihanmu, Valeri."Dirga dan aku akhirnya bercerai.Dirga pergi dengan penuh percaya diri. Dia memberikan rumah ini kepadaku dan memberiku hak asuh

  • Terapis Pembawa Petaka   Bab 5

    Aku menatap Dirga tidak percaya. "Dirga, kenapa kamu mempekerjakannya sebagai asistenmu?""Kamu tahu kalau dia pernah memfitnah dan menjelek-jelekkanku sebelumnya!"Dirga mengerutkan kening. "Valeri, bisa berhenti jangan buat masalah di perusahaan tidak?""Aku ini manajer umum perusahaan dan aku peduli sama yang namanya harga diri!""Aku nggak seperti kamu yang hanya seorang ibu rumah tangga yang tiap hari hanya minum teh, belanja dan menghabiskan uang yang nggak ada habisnya.""Aku ini manajer umum perusahaan, mempekerjakan seorang asisten hanyalah masalah kecil. Aku nggak perlu sampai melaporkannya kepadamu."Aku menatapnya dengan mata terbelalak, tidak percaya bahwa itu adalah kata-kata dari seorang Dirga yang selalu bersikap lembut dan penuh perhatian.Entah sejak kapan Dirga yang mencintaiku telah berubah.Melihatku terdiam, sedikit ketidaksabaran muncul di mata Dirga."Kamu nggak perlu kaget begitu. Saat itu kamulah yang membuat Tiara kehilangan pekerjaan. Aku melihatnya kebingun

  • Terapis Pembawa Petaka   Bab 4

    Mendengar umpatan dari kerumunan orang, aku menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkan ponselku untuk memotret wajah mereka."Kamu bilang aku pernah punya bayi sebelumnya, apa kamu punya buktinya?""Kamu bilang aku pernah melakukan operasi plastik di sekujur tubuhku, apa kamu punya buktinya?""Kamu bilang aku pernah menjadi simpanan dan selingkuhan, apa kamu punya buktinya?""Kalau kamu nggak bisa kasih bukti, bersiaplah mendekam di penjara.""Kamu membuat rumor dan memfitnahku sudah cukup untuk membuatmu mendekam di penjara."Mendengar bahwa dia bisa mendekam di penjara, Tiara langsung panik."Kak, aku ... aku mungkin salah lihat ....""Salah lihat? Nggak bisa, kamu lihat CCTV dan lihat baik-baik.""Kalau kamu nggak bisa jelasin, aku akan lapor polisi sekarang juga."Tiara menggelengkan kepalanya dengan panik.Saat itu, Intan yang sedang berada di luar kota untuk melakukan riset pasar akhirnya kembali.Dengan wajah ironis, dia meminta manajer untuk membubarkan kerumunan, lalu membawak

  • Terapis Pembawa Petaka   Bab 3

    Tiara menjatuhkan diri ke lantai, terlihat sangat menyedihkan. "Kak, aku bicara jujur. Mereka yang melakukan implan payudara ...."Aku sangat marah, sampai sekarang pun dia masih bicara omong kosong.Aku mengangkat tangan dan menunjuk hidung Tiara, siap untuk memarahinya.Dirga menghampiri dan memelukku, mencoba menenangkanku, "Sayang, tenanglah.""Kenapa kamu marah-marah sama terapis? Sudah, jangan marah-marah."Aku menjadi tenang setelah dipeluk dan ditenangkan Dirga.Aku memelototi Tiara yang terduduk di lantai. Aku memutuskan untuk mengatakan pada Intan bahwa terapis pasca persalinan yang dia pekerjakan ini memiliki masalah karakter.Ketika Tiara melihatku mulai tenang, dia kembali berdiri dan mengatakan akan mengerjakan layanan selanjutnya.Aku langsung melambaikan tangan dan menolak, "Nggak, aku mau ganti orang."Mendengar aku ingin ganti orang, Tiara sedikit cemas. "Kak, jangan. Kalau kamu minta ganti, bonusku bulan ini akan hangus.""Tolong kasihani aku."Aku tetap bersikeras u

  • Terapis Pembawa Petaka   Bab 2

    Tiara panik dan mengalihkan pandangannya dari Dirga.Aku mengikuti tatapannya di saat yang tepat, kebetulan melihat sosok Dirga yang sempurna dan jam tangan Patek Philippe yang melingkar di pergelangan tangannya.Tiara langsung tersipu malu. "Ah, maaf ya, aku sudah menyakitimu.""Tapi, Kak, biasanya perempuan yang menggunakan implan payudara saja yang merasakan sakit."Aku mengabaikannya karena terlalu jengah.Aku tidak menyangka dia akan memperkeruh suasana. "Sungguh, Kak. Kamu sudah melakukan operasi di seluruh tubuhmu, kamu pasti sudah mengeluarkan biaya yang nggak sedikit, 'kan?""Berapa banyak yang kamu habiskan untuk membuat tubuhmu bisa membuat suamimu tertarik?"Aku sangat marah dan menepis tangannya, lalu bertanya, "Apa maksudmu?"Mendengar itu, Dirga bergegas masuk dan menanyakan apa yang sedang terjadi.Tiara langsung merengek, "Nggak apa-apa, kok. Aku cuma mau bilang kalau Kakak sangat beruntung.""Nggak cuma tampan, suaminya juga kaya raya.""Kakak bertanggung jawab untuk

  • Terapis Pembawa Petaka   Bab 1

    Ketika suamiku datang ke tempat pemulihan pasca persalinan untuk menemaniku, terapis pasca persalinan yang selalu tidak banyak bicara tiba-tiba menjadi antusias dan bersemangat.Awalnya, dia memuji suamiku yang tinggi dan tampan. Dia masih muda, tetapi sudah menjadi manajer umum perusahaan.Kemudian, dia berasumsi bahwa aku bisa menikah dengan orang kaya dengan mengandalkan operasi plastik yang aku lakukan.Ketika dia melakukan pijat laktasi kepadaku, dia juga menasihatiku bahwa aku tidak bisa memberikan asi kepada anakku karena aku menggunakan implan di payudara, karena itu tidak baik untuk bayi.Aku terlalu malas untuk meladeninya, jadi berdiskusi dengan suamiku tentang nama anak kami nanti.Suamiku mengatakan bahwa ini adalah anak pertama kami, jadi dia harus memikirkannya dengan baik.Namun, terapis pasca persalinan berseru, "Ah, Kak, bukankah sebelum ini kamu sudah pernah melahirkan?"...Sahabatku yang bernama Intan membuka tempat pemulihan pasca persalinan dan menghabiskan banya

DMCA.com Protection Status