Home / Romansa / Tentang Restu / Hari Kelulusan

Share

Tentang Restu
Tentang Restu
Author: Kaneishia

Hari Kelulusan

Author: Kaneishia
last update Last Updated: 2022-03-08 00:07:23

Hari ini adalah hari kelulusan sarjana gadis cantik bernama Ressa Adha Ayuningtyas. Dia memilih make up artist kenamaan di kotanya. Ia ingin memberikan reward untuk dirinya sendiri dengan menjadi cantik nan elegan di hari wisudanya. 

“Selamat wisuda Ressa sayang,” ucap ayah dan ibu Ressa pada putri bungsunya yang kini telah menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar sarjana dengan predikat cumlaude. 

“Terima kasih, Yah. Tanpa Ayah, dan Ibu, Ressa tidak bisa sejauh ini melangkah,” jawab Ressa dengan perasaan yang bahagia. 

Seikat bunga diberikan tuan Sanjaya pada putrinya. Dipeluknya Ressa oleh kedua orang tuanya, tuan Sanjaya dan nyonya Mira. Ressa membalas rangkulan mereka. Suasana haru dan bahagia menyelimuti gedung mewah yang jadi tempat perayaan wisuda. 

Tidak hanya ayah dan ibunya saja yang datang di hari kelulusan Ressa. Di sana juga terlihat kakak Ressa, kak Nawa dan suaminya, bang Ali. Turut hadir pula kakak pertama Ressa, kak Adnan dan istrinya, kak Novi, serta keponakan-keponakan Ressa. 

Setelah mendapatkan ucapan selamat dari orang-orang terkasihnya, Ressa celingukan. Ia terlihat seperti sedang mencari seseorang. Ya, dia sedang mencari kekasihnya,  Arya Permana. 

“Cari siapa Nak?” tanya ibu Ressa yang menyadari anaknya bertingkah aneh. 

Ressa terkejut, “eh, tidak cari siapa-siapa Bu.” 

Ressa kecewa karena di hari kelulusannya, kekasihnya tidak datang. Di mana Arya? Kenapa tidak datang di hari bahagiaku? Kenapa tidak ada kabar sama sekali? Bahkan kirim pesan pun tidak? Padahal dia sudah berdandan dengan sangat cantik untuk merayakan hari bahagianya. 

Di tengah percakapan batin dirinya, tiba-tiba pundak Ressa ditepuk seseorang. 

Hampir saja Ressa mengira itu Arya, ternyata Vera, sahabatnya. “Eh, kamu Ve.”

“Pasti kamu ngiranya Arya, kan?” tebak Vera langsung. Ressa pun mengangguk. 

Vera menyerahkan dua hadiah kelulusan berupa boneka beruang yang memakai toga dengan memegang beberapa coklat dan satu lagi seikat buket snack coklat. Ia menyelamatkan sahabatnya itu,  “happy graduation ya Ressa.”

“Thanks ya Ve kadonya, banyak banget ih,” ucap Ressa. 

“Heh, ini tuh bukan dari aku semua, aku kasih buket jajanan doang, yang boneka wisuda itu dari Arya,” jawab Vera menjelaskan. 

“Arya kenapa enggak dateng? Enggak ada kabar, enggak kirim pesan atau telepon sama sekali, kalo gini kan aku sedih, dia ga peduli lagi kah?” tanya Ressa. Ada rasa kecewa dan sedih di kalimat yang terucap dari bibirnya. 

“Hus, jangan berburuk sangka dulu. Pagi tadi dia ke rumahku nitipin hadiah itu buat kamu, katanya dia ga bisa dateng soalnya ibunya di rumah sakit, dan dia ga bisa ngubungin kamu soalnya HP dia lagi diservis katanya,” jelas Vera. 

Ressa terkejut, bagaimana bisa ia tidak tahu kalau ibu kekasihnya masuk rumah sakit, “Hah? Hpnya rusak lagi? Pantesan. Terus ibunya Arya dirawat di rumah sakit mana Ve?”

“Yaaah, aku lupa nanya, sorry Ress.” Vera jadi merasa tidak enak. 

“Iya udah enggak apa-apa, nanti aku cari tahu sendiri,” jawabnya lesu. 

Vera mengatupkan kedua tangannya meminta maaf, “maaf ya Ress.” 

“Ih, santai aja lagi, by the way, kamu udah nyamperin Adit?” tanya Ressa pada Mira mengalihkan pembicaraan. 

“Belum,” jawabnya santai. 

Ressa malah merasa aneh karena Vera lebih dulu menyelamati kelulusan dirinya dibandingkan Adit yang notabene kekasih Vera. “Eh, buruan ke sana, nanti Adit nyariin, kayak aku nyariin Arya.”

Vera memasang muka panik, “iya ya, gawat kalau sampai dia kecewa dan sedih banget kaya kamu.”

Ressa menampar udara pelan sebagai tanda tidak terima perkataan Vera, “ah, kamu mah Ve, ngeledek melulu.” 

Tapi setelah itu ia tertawa. Gelak tawa Ressa seirama dengan Vera. Lebih tepatnya, menertawakan diri sendiri. 

“Sana buruan samperin si Adit, sebelum dia disamper adik-adik tingkat yang manja-manja nan imut-imut,” perintah Ressa pada Vera dengan memasang muka serius. 

Vera tertawa kemudian mengangguk beberapa kali, “iya iya iya, aku duluan ya, bye.”

Vera berbalik badan berjalan menuju tempat di mana Adit berada. Sementara Ressa berjalan ke arah orang tuanya.

Tuan Sanjaya dan nyonya Mira terlihat sedang bercakap-cakap dengan seseorang. Siapa? Ressa menghampiri mereka. 

“Ini Jeng, Ressa putri bungsuku,” ujar nyonya Mira pada temannya. Sepertinya mereka sedang membicarakannya. Terlihat dari cara nyonya Mira memperkenalkan Ressa. 

“Halo Ibu, Bapak,” sapa Ressa sambil sedikit menundukkan kepala kepada kedua teman ibunya. 

“Ress, ini teman ayah sama ibu, namanya Pak Budiman dan Ibu Nani,” ujar nyonya Mira memperkenalkan temannya pada putrinya. 

Ressa menyalami tangan kedua teman orang tuanya itu. 

“Cantik ya jeng putrinya,” puji ibu Nani

“Ah, putri jeng Nani, juga cantik,” jawab nyonya Mira. 

Pandangan mata Ressa beralih ke gadis yang menghampiri pak Budiman dan ibu Nani, “Hai Winda, selamat ya,”

“Selamat juga Ressa,” jawab Winda. 

“Kalian saling kenal?” tanya nyonya Mira. 

“Iya Bu, Winda ini temen seorganisasi, kami beda jurusan,” jelas Ressa pada ibunya. 

Winda menganggukkan kepala pada kedua orang tua Ressa. 

Terlihat Winda berbisik di telinga bu Nani. Winda membisiki ibunya kalau sudah waktunya menuju studio foto untuk foto keluarga. 

“Jeng, kami mau langsung ke studio foto, kalian sudah mengabadikan momen wisuda?” tanya bu Nani. 

“Oh, kami sudah ke studio foto pagi tadi,” jawab nyonya Mira. 

“Kalau begitu kami duluan, Mari Pak Sanjaya, Bu Mira, Nak Ressa,” pamit pak Budiman. 

“Mari...,” ucap keluarga Sanjaya kompak. 

Setelah keluarga pak Budiman melangkah pergi, tuan Sanjaya mencolek lengan nyonya Mira memberi kode untuk segera pulang. 

“Ressa, kamu ada yang ditunggu lagi? Arya? Atau teman kamu yang lain? Ayah mengajak pulang ini,” ujar nyonya Mira. 

“Tidak, Bu, ayo.” Memang benar tidak ada yang perlu ditunggu. Arya sudah pasti tidak datang. Tapi Ressa mengerti keadaan kekasihnya itu. 

Ressa menggandeng tangan ibunya dan melangkah bersama menjauhi gedung. Sementara tuan Sanjaya sudah berjalan di depan terlebih dahulu menuju tempat parkir. 

--

Di rumah sakit

Di ruang perawatan rumah sakit kelas tiga yang terdiri dari delapan ranjang, empat ranjang di sebelah kanan dan empat lagi di sebelah kiri, terlihat seorang wanita paruh baya terbaring lemas di ujung kanan ruangan. Beliau sendirian. 

Seorang laki-laki muda mendatanginya. Dialah Arya Permana. Senyum tersungging di bibirnya. Tangannya menenteng tas plastik kresek hitam yang entah apa. Mungkin buah-buahan yang dibelinya dari pasar. Diletakkannya tas plastik hitam itu di nakas samping ranjang tempat ibunya berbaring. Dia menarik kursi ke dekat ranjang dan mendudukinya. 

Ibu yang melihat anak lelakinya tersenyum menjadi ikut senyum, diusapnya kepala anak bungsunya itu. 

“Bu, cepat sembuh ya Bu,” ujar Arya, “ini Arya bawakan buah-buahan untuk ibu, dimakan ya Bu biar cepet sembuh.”

Ibu Kalimah mengangguk, “kamu sudah pulang bekerja Nak?” Tanya bu Kalimah pada Arya, anaknya. 

Arya yang ditanya mengangguk, “sudah, Bu.”

Tiba-tiba seorang wanita datang dengan mimik muka yang ditekuk. Dia kakak dari Arya, kak Tania. Melihat kakaknya datang, Arya otomatis berdiri dan mempersilakan kakaknya untuk duduk di kursinya. 

“Bu, Tania itu sudah capek di sini, Bang Doni bukannya ngurus anak-anak malah jalan sama janda sok kecakepan,” ujar kak Tania tiba-tiba.

Ibu Kalimah mengelus kepala anak sulungnya itu. 

“Kak, jangan bebani ibu dengan curhatan kakak. Setidaknya, tunggulah ibu benar-benar sembuh,” ujar Arya pelan karena tidak tega melihat ibunya terlalu banyak pikiran. Sudah cukup ibunya tertekan gara-gara kelakuan ayahnya. 

“Kamu anak kecil tau apa? Mana pacarmu yang kamu agung-agungkan itu? Tidak seujung jari pun melihat dan menjenguk ibu? Anak tuan tanah dan bos besar kok gak punya akhlak!” jawab kak Tania dengan nada yang lebih tinggi karena tidak terima dinasihati adiknya. Ia malah membahas Ressa kekasih adiknya. 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
ceritanya menarik padahal baru awal2.. pengen aku share ke sosmed trs tag akun author tp akunnya ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tentang Restu   Rencana Menemui Arya

    “Arya, Tania! sudah cukup, jangan bertengkar, ini rumah sakit!” ucap ibu Kalimah dengan nada yang lemah.“Maaf, Bu,” ujar Arya.Kak Tania terlihat bodo amat. Ia berpindah duduknya di karpet dekat jendela. Dengan sandaran tembok rumah sakit ia memainkan ponselnya. Sama sekali tidak terlihat peduli dengan ibunya.“Kak Tania, Arya ada urusan sebentar, tolong jagain ibu,” ujar Arya pada kakaknya.“Ya, ya,” jawab kak Tania ketus, “kamu pasti mau pacaran sama Ressa kan? Ibu sakit bukannya ngerawat malah sibuk pacaran,” tebak kak Tania.“Kakak! bisa enggak sih berhenti berpikir negatif ke aku dan Ressa?” tanya Arya yang mulai kesal dengan kakaknya yang selalu menyinggung Ressa.“Kamu tuh yang cinta buta sama Ressa, mau maunya kamu disuruh ini itu, jadi budaknya, kamu pasti bakal dipermalukan di sana, Ressa tuh anak tuan tanah, juga pemilik pe

    Last Updated : 2022-03-09
  • Tentang Restu   Bertemu Arya

    “Mas Arya ada di dalam mbak, sedang menata barang yang baru saja masuk,” jelas wanita itu, “mau saya panggilkan atau mbak mau masuk sendiri?” tanyanya.Tanpa berpikir panjang Ressa memintanya untuk memanggilkan Arya, “minta tolong panggilkan dia ke sini saja ya mbak, saya tunggu di sini.”“Baik mbak, saya panggilkan dulu,” ujar wanita itu.Setelah wanita itu melangkah masuk, Ressa menarik tangan Vera agar ikut duduk di kursi tunggu, “duduk di sini saja Ve!”“Ramah banget ya karyawan ayahmu,” ujar Vera yang sedari tadi hanya diam mematung memperhatikan percakapan Ressa.Beberapa saat kemudian, Arya mendekati Ressa. Keringat di tubuh lelaki si hadapan Ressa membasahi kaos hitamnya. Ia tak bisa menyembunyikan rasa lelahnya. Wajah tampannya tak luput dari peluh tanda kerja kerasnya.Arya diam mematung di samping kursi tempat gadisnya duduk. Ia masih agak se

    Last Updated : 2022-03-09
  • Tentang Restu   Menjenguk Ibunya Arya

    Ibu Kalimah mencoba mencegah kak Tania agar tak berkata lebih lagi. Kak Tania yang ditegur segera beringsut ke pojokan sambil terus bermain ponsel.“Ibu sudah agak mendingan Nak,” jawab ibu Kalimah, “kamu sendiri, bagaimana kabarnya?”“Ressa baik, Bu,” jawab Ressa, “ini ada sedikit buah buat ibu, dimakan ya, Bu.”“Enggak usah repot-repot gini Nak, makasih ya,” ucap bu Kalimah.Ressa tersenyum manis, “Ressa sama sekali enggak repot kok Bu.”“Kamu sudah ketemu Arya? Dia kelihatan sedih karena enggak bisa datang ke acara wisudamu, maafin ibu ya Nak,” ujar bu Kalimah.“Ibu tidak perlu minta maaf, ibu tidak salah. Ressa sudah ketemu mas Arya Bu tadi, buat nanya ibu dirawat di mana,” jawab Ressa lembut, “Ressa do’ain semoga ibu cepat sembuh ya, Bu,” lanjutnya.“Amin, makasih Nak Ressa,” ujar bu Kali

    Last Updated : 2022-03-09
  • Tentang Restu   Menunggu Pesan Ressa

    Arya tak menjawab pertanyaan ibunya. Namun sebagai orang tua yang sudah banyak makan asam garam kehidupan, ibunya paham apa yang terjadi.“Menunggu balasan Ressa?” tanya Bu Kalimah.Arya masih malas bersuara. Ia hanya mengisyaratkan jawaban iya dengan mengangguk. Mungkin dia sedang tidak mood.“Nak, mungkin Ressa sedang membereskan barang-barangnya karena besok Ressa berangkat ke kota,” ujar ibunya.“Iya, Bu, tadi Ressa pun berkata demikian ke Arya.”“Besok kamu temani Ressa saja, mumpung kamu libur kerjanya.”“Besok kan Ibu pulang ke rumah, nanti siapa yang mengurus?”“Ada kakakmu, Tania, nanti ibu yang bicara padanya.”“Arya tidak tega meninggalkan Ibu.”“Ibu sudah baikan Nak.”“Nanti Arya pikirkan.”Sungguh kacau sekali perasaan Arya kali ini. Bagaimana mungkin ia membiarkan

    Last Updated : 2022-03-09
  • Tentang Restu   Perjalanan ke Kota

    Ada begitu banyak pertanyaan di benak Arya. Namun pada akhirnya, ia bisa merasa lega karena ternyata masih punya waktu setengah jam dari waktu janjiannya dengan Ressa.Pukul 10.00, Arya memesan ojek online ke rumah Ressa. Seperempat jam kemudian ia sampai di rumah Ressa.Setelah memberi uang cash pada driver, Arya berjalan mendekati gerbang rumah Ressa. Di sana ada satpam yang menjaganya.“Siang, Pak, saya mau bertemu Ressa,” ujar Arya.Satpam itu segera membukakan gerbang untuk Arya.“Silakan, Mas, Non Ressa nya masih di dalam rumah, lagi siap-siap mau berangkat ke kota.“Terima kasih,” ucap Arya sambil melangkah menuju pintu rumah Ressa.Buset, jalan dari gerbang ke pintu rumah aja lumayan ya buat olahraga raga. Batin Arya.Pintu rumah Ressa terbuka. Arya segera memencet bel rumah yang berada di sebelah kanan pintu. Tidak mungkin ia teriak salam ata

    Last Updated : 2022-03-21
  • Tentang Restu   Di Kota bersama Arya

    Ressa bangun dan menarik tangan Arya. Dengan gontai Arya mengikuti Ressa untuk ikut rebahan di kasur dengan setengah badannya berada di lantai.Kepala mereka saling bertaut. Arya sibuk memainkan game online di ponselnya, sedangkan Ressa sibuk klak-klik remote TV mengubah channel berkali-kali untuk mencari tontonan yang menarik versi dirinya.Makanan tak kunjung datang, Arya membetulkan posisi tidurnya menjadi sejajar dengan Ressa. Dan mengubah posisi kepalanya menjadi miring, kali ini Ressa juga ikut miring yang membuat wajah mereka berhadapan.Beberapa detik mereka berpandangan, tubuhnya saling berhadapan. Nafas mereka menjadi tak teratur. Degup jantung masing-masing menjadi sangat cepat. Tangan Arya menyentuh pipi Ressa, dan mendongakkan dagu Ressa hingga bibir mereka saling bertaut. Satu kecup dua kecup, akhirnya dilumatlah bibir ranum Ressa oleh Arya.Tok tok tok.Tiba-tiba pintu kontrakan diketuk seseorang. Arya d

    Last Updated : 2022-03-21
  • Tentang Restu   Perintah untuk Putus

    Sejak mengantar Ressa berangkat ke kontrakannya, Arya tidak pernah ke sana lagi. Dia masih sibuk bekerja di gudang milik ayahnya Ressa, dan mengelola bisnis warung kopi yang kini sudah memiliki bangunan tersendiri. Mereka hanya berkomunikasi lewat pesan tulisan, pesan suara maupun panggilan video.Ressa pun tak merengek minta dijenguk atau diajak jalan-jalan seperti anak kecil yang minta dibelikan es krim. Ia fokus pada kariernya, fokus pada pekerjaannya.Hingga dua bulan berlalu, tiba saatnya libur Natal dan tahun baru. Hari ini Ressa akan pulang. Arya yang dikabari merasa sangat senang. Mereka berdua memendam rindu yang terlalu dalam.Sudah ada banyak adegan yang tertulis dalam angan. Pulang, liburan, jalan bersama Arya, dilamar, dan tentu saja menetapkan tanggal pernikahan. Sempurna.Bukankah itu sangat membahagiakan?--Malam ini Ressa telah sampai di rumahnya. Saat makan malam, ia berniat bicara pada ayahnya pe

    Last Updated : 2022-03-22
  • Tentang Restu   Saran dari Vera

    Sesampainya Ressa di rumah Vera, ia mengetuk pintu rumah sahabatnya itu. Sekali, dua kali, tak ada tanda-tanda orang membukakan pintu. Ia duduk di kursi teras depan sambil memainkan ponselnya. Ia biasa menunggu sang empunya rumah pulang. Lagi pula, Vera sudah membalas pesannya dan bersedia menampungnya sampai sore hari.Benar saja, beberapa menit kemudian terlihat Ressa yang mengendarai motor memasuki halaman rumahnya dan memarkirkan motornya di garasi. Ia menenteng map plastik yang berisi kertas-kertas entah apa, mungkin saja kertas skripsi. Ya, Vera masuk kuliah satu tahun di bawah Ressa, sehingga saat ini Vera sedang disibukkan menyelesaikan tugas akhir tersebut.“Sudah lama Res? Maaf ya membuatmu menunggu,” ucap Vera sambil melepas helmnya. Ia merasa tak enak hati membiarkan temannya duduk menunggu.“Iya, kamu lama banget sih, pasti sama doi kan,” jawab Ressa sambil menekuk muka.Vera yang paham malah te

    Last Updated : 2022-03-22

Latest chapter

  • Tentang Restu   Penjelasan Erik

    Erik.Ternyata laki-laki yang baru saja mengaburkan pandangan Ressa tentang laki-laki manis yang dengan tiba-tiba mengajaknya menikah kini menelepon dirinya. Deg.“Haruskah diangkat?” Gumam Ressa memutar ponselnya dengan jari-jari lentiknya sembari menimbang-nimbang keputusannya.Jika boleh jujur, sebenarnya Ressa merasa malas jika harus memencet tombol terima di teleponnya. Tetapi jika teleponnya tidak diangkat, pasti dikira cemburu karena kejadian siang tadi yang sangat mencengangkan dan di luar dugaannya. Karena alasan itulah Ressa akhirnya mengangkatnya.“Halo,” sapa Ressa mendahului.“Halo Ress, aku sudah ada di depan. Bisakah kamu turun ke bawah menemuiku?”Mendengar Erik sudah berada di depan rumahnya, Ressa langsung terbangun dari posisi telentangnya.“Hah? Serius?”“Iya, Ressa.”“Oke, tunggu sebentar.”Ressa berpikir mungkin saja Erik mau menjelaskan soal tadi. Jika ia menghindar, bukankah Erik akan semakin yakin jika Ressa benar-benar telah jatuh cinta padanya dan memiliki s

  • Tentang Restu   Rahasia Erik dengan Heni

    Sepulang bekerja dan beberapa kali bertemu dengan klien yang berbeda-beda sikapnya, Ressa merasa sangat lelah dan letih. Berhubungan dengan banyak orang itu sungguh melelahkan. Tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya tentang bekerja kantoran.“Akhirnya bisa masuk kamarku. Pegel banget rasanya,” gumam Ressa.Seluruh tubuhnya terasa pegal. Begitu juga dengan kakinya yang seharian menggunakan high hills terasa sangat letih.“Mana minyak urutnya ya?” tanyanya pada diri sendiri, “oh, iya itu dia.”Diliriknya minyak urut yang berdiri tegak di samping lampu tidur. di dalam benaknya, tubuhnya jelas akan terasa hangat jika mengaplikasikan minyak itu ke tubuh yang otot-ototnya mengencang. Ressa berjalan menuju nakas di samping ranjangnya. Tapi tiba-tiba langkahnya berhenti. Ia pikir akan sia-sia karena beberapa menit lagi akan mandi. Akhirnya ia urungkan niat itu.“Nanti saja lah setelah mandi,” gumamnya.Matanya menangkap ranjangnya. Ia merasa ranjang miliknya terlihat sangat adem. Sejurus k

  • Tentang Restu   Pesta Ulang Tahun Tante Rita

    “Gimana? Sudah siap?” tanya Erik pada Ressa yang melangkah keluar rumah.“Sudah sih, tapi ….” Ressa terlihat ragu-ragu untuk melanjutkan kalimatnya.Seolah tahu apa yang dirasakan Ressa, Erik mencobaa meyakinkan Ressa, “jangan ragu, aku akan selalu ada di smapingmu. Lagi pula ini pesta ulang tahun kecil yang diadakan di rumah sendiri, jadi aku pikir kamu tidak perlu merasa khawatir yang berlebihan.”Erik langsung menggandeng tangan Ressa dan masuk ke mobil. Masih ada waktu lima belas menit dari dimulainya pesta. Ressa nurut saja ikut ke mobil, pikirnya, ini hanya pesta ulang tahun orang tua. Tapi kemudian pikirannya kembali berontak.“Pasti di sana banyak juga ibu-ibu yang seumuran dan keluarga besarnya. Jika mereka tahu dirinya datang bersama Erik, apa yang akan ada di pikiran mereka semua?” pikirnya.“Ress, kamu mikirin apa? Kok bengong?” tanya Erik sembari tetap terus menyetir.“Rik, kenapa kamu bawa aku sejauh ini, sih? Kamu tahu kan aku bahkan belum pernah menerima cintamu?” tany

  • Tentang Restu   Ressa, Calon Istri Erik

    Sehari setelah mendatangi pesta pernikahan Vera dan Adit, Ressa sudah mulai bekerja di kantor ayahnya. Kali ini, ia langsung mendapatkan tugas untuk meeting bersama Erik. Entah ini suatu kebetulan, atau tuan Sanjaya sengaja untuk mendekatkan mereka berdua. Atau bahkan ini merupakan tanda bahwa keduanya berjodoh? “Kamu mau langsung pulang?” tanya Erik setelah seluruh staff meninggalkan tempat meeting dan menyisakan dirinya serta Ressa yang sedang mengemasi berkas-berkasnya. Ressa mengangguk, “iya Rik.” “Setelah ini ada acara lagi nggak?” tanya Erik yang terlihat sangat antusias. Ressa menggelengkan kepalanya beberapa kali, “tidak ada sih, memangnya kenapa?” Pandangannya beralih dari berkas-berkasnya ke wajah laki-laki yang tanpa henti mengejarnya meski Ressa tidak pernah mengatakan kata iya pada ungkapan cinta Erik. “Ikut aku!” “Kemana?” “Sudah, ikut saja, yuk!” Erik menggandeng tangan Ressa keluar dari ruang meeting yang kebetulan berada di kantornya sendiri. Ressa berusaha me

  • Tentang Restu   Pertemuan Setelah Tiga Tahun

    Tiga Tahun Kemudian“Hei, Ar, kamu kesini sama siapa?” tanya Dika yang menggandeng wanita cantik disampingnya.Arya terlihat seorang diri berdiri sembari menatap pelaminan megah yang di sana berdiri sahabatnya, Adit, dan seorang wanita yang baru saja pagi tadi sah menjadi istrinya, Vera. Ya, hari ini adalah hari pernikahan Vera dan Adit.Otaknya tiba-tiba saja berjalan-jalan. Khayalan demi khayalan melintas bolak-balik di dalam kepalanya. Seandainya dan seandainya, terus saja mengisi otak Arya hingga rasanya hampir meledak. Untung saja ia sanggup mengendalikannya.“Eh, kamu Dik, aku sama satu keluarga. Ternyata diundang semua. Jadi deh rame-rame,” jawab Arya cengengesan.“Kamu nggak makan dulu?” tanya Dika pada Arya sembari menunjuk meja prasmanan dan stand-stand makanan tradisional yang berjejer rapi siap melayani para tamu undangan, “atau jajan gitu?”“Eh, nanti saja. Masih lama juga pestanya. Kamu kalau duluan nggak apa-apa. Kasian itu Winda,” jawabnya santia bergurau.Sejak pertik

  • Tentang Restu   Sadarnya Winda

    “Gilang, stop!” teraik Bu Nani.Bagaimanapun juga, ia tidak ingin putranya melakukan kesalahan terus menerus. Ia tidak ingin Gilang mengucapkan kata cerai dalam keadaan marah.“Berhenti mengatakan apapun. Tolong ini permintaan ibumu,” lirik bu Nani.“Satu kata cerai yang keluar dari bibirmu, adalah dihitung talak satu. Seharusnya kamu tahu itu Gilang,” jelas Pak Budiman.“Pikirkanlah anak kalian. Kalian bisa memperbaiki semuanya. Gilang, perlakuakn Siska dengan baik. Kamu sendiri yang telah memilih Siska. Jadikan dia istrimu yang kamu cintai seperti kamu mencintainya dulu. Perceraian adalah hal yang sangat dibenci Tuhan,” ujar Bu Nani mencoba menyadarkan anaknya.Gilang masih diam bergeming. Ia memikirkan perkataan ibunya.“Aku udah nggak tahan dengan sikap Mas Gilang yang acuh tak acuh denganku dan anaknya sendiri, Bu. Aku yang menyerah,” aku Siska dengan deraian air mata.“Siska, ibu mengerti bagaimana sakitnya kamu. Tapi, pikirkanlah tentang anak kalian.”Bu Nani masih saja mencoba

  • Tentang Restu   Permintaan Cerai dari Siska

    “Jadi kamu sudah tahu masalah aku sama Ressa?” tanya Winda pada Dika setelah mendengar penjelasan dari Dika terkait alasannya kenapa menjauhi dirinya.Dika mengangguk. Matanya tidak berani menatap Winda. Tatapan matanya terus ke mejanya atau terkadang ke lantai. Sesekali melihat ke arah jauh. Dika benar-benar menghoindari kontak mata dengan Winda.“Dik! Tolong lihat aku!” seru Winda karena melihat Dika yang tidak fokus kepadanya.“Dik!”Tangan Winda meraih dagu Dika dan mengarahkan ke depan dengan setengah memaksa agar Dika menatapnya.“Win, maafin aku jika aku terkesan menghindari kamu. Aku kecewa dengan sifatmu.”“Tapi Dik, semua orang bisa berubah. Apa kamu tidak bisa menerima masa lalu orang lain?”“Tapi yang kamu lakuin ke Ressa itu sangat keterlaluan. Kamu merusak rumah tangga kakakmu sendiri. Ressa sampai depresi gara-gara kamu dan keluargamu. Dia harus bolak-balik psikiater untuk berobat. Jiwanya terguncang. Bagaimana nanti jika aku terus dekat dengan kamu? Hal tega apa yang a

  • Tentang Restu   Permintaan Maaf Mantan Besan

    “Kedatangan saya kemari hendak mengucapkan terima kasih atas pencabutan laporan Pak Sanjaya terhadap kedua anak kami.”“Kami sangat menyesal atas semua yang telah terjadi. Saya mengakui jika kelakuan kedua anak kami memang sangat di luar batas kewajaran. Perbuatan mereka sangat-sangat salah. Karena itu saya tidak membela mereka di hadapan Pak Sanjaya. Saya malu dengan Pak Sanjaya. Saya merasa gagal mendidik kedua anak saya, Pak.”“Tetapi setelah mengetahui jika Pak Sanjaya mencabut laporannya terhadap Gilang, terlebih kepada Winda, Saya sujud syukur, sangat bersyukur atas kebaikan hati Pak Sanjaya. Saya sangat berterima kasih kepada Pak Sanjaya. Saya menunggu waktu yang tepat untuk datang kemari. Saya harap, ke depan, hubungan kita masih baik-baik saja.”Akhirnya, keluar juga kalimat yang telah dirancang Pak Budiman sejak sebelum melangkah keluar rumah menuju rumah mantan besannya itu. Pak Budiman menghela napas panjang. Ia merasa seperti baru saja selesai berperang. Sementara Bu Nani

  • Tentang Restu   Ke Luar Negeri

    Bruk.Dika berlari dengan cepat sampai terengah-engah hingga menabrak sebuah kursi yang sedari tadi diam bergeming.“Ada apa sih Dik lari-lari gitu? Nggak bisa santai saja?” tegur Arya yang melihat sahabatnya menabrak kursi.“Gawat Ar. Kamu harus cepat ke kota. Kamu harus segera ke bandara!” seru Dika dengan napas yang masih terengah-engah.“Bandara? Buat apa? Aneh kamu!” ujar Arya tak menghiraukan Dika. Ia berbalik badan melangkah ke lantai atas kafenya.“Ressa, Ar. Ressa. Dia hari ini mau berangkat ke luar negeri. Dia mau kuliah di luar negeri. Dia tidak mengabari kamu?” jelas Dika dengan cepat.Deg. Terang saja Arya terkejut. Beberapa hari ini ia memang sempat mengabaikan pesan masuk dari Ressa karena kesibukannya yang seakan tidak pernah berhenti.Kakinya yang baru saja hendak menaiki anak tangga pertama diurungkannya.“Apa kamu bilang?”“Iya Ar. Ressa … ““Kamu handle semua urusan kerjaan di sini, aku mau nyusul Ressa,” ujar Arya terburu-buru. Tangannya dengan cepat menyambar kun

DMCA.com Protection Status