Sejenak ia memegang perutnya yang terasa sakit akibat pukulan yang baru dilayangkan padanya. Tangannya menggenggam cukup kuat, berusaha untuk melepaskan diri dari jeratan pria-pria bertubuh besar itu. Ia memang memiliki kemampuan untuk memusnahkan dengan menggerakkan tangan kanannya dan membangkitkan aliran batu merah yang berada pada tubuhnya, tapi ia tak boleh gegabah.Nicko harus mempertimbangkan banyak hal sebelum dirinya melakukan penyerangan. Jika tidak bukan hanya nyawa musuhnya yang melayang, tapi bisa jadi nyawanya juga."Hoo hah!" teriaknya sambil mengayunkan kedua tangan hingga bisa melepaskan diri dari belenggu mereka.Tak ayal, orang-orang yang menyergapnya pun tersentak. Tak mengira pemuda yang ukuran tubuhnya jauh lebih kecil daripada mereka mampu melepaskan diri.Sebenarnya, ukuran tubuh yang lebih kecil ini menjadi keuntungan tersendiri untuk Nicko. Ia dengan leluasa menyelinap melalui sela-sela mereka dan membalik keadaan.Seperti yang baru saja dilakukannya. Saat me
Josephine masih saja tak tenang dan mudah sekali terpancing emosi kali ini. Ia seperti seseorang yang terkena OCD, sehingga hal kecil saja mampu untuk mengganggunya. Pelayan yang bekerja pada keluarga Lloyd sampai terkejut dan tak menyangka kalau Nyonya Josephine yang selama ini dikenal berhati lembut bisa bersikap seperti ini.“Aduh kenapa sejak tadi aku merasa tidak tenang ya,” gumam Josephine yang masih saja merasa cemas.Perempuan berambut pirang ini berulang kali melangkah ke sana kemari dan berharap mood nya akan berubah. Namun hasilnya nihil, ia masih saja merasa cemas dan terus berpikir tentang apa yang terjadi pada suaminya.“Huh semoga tidak ada hal buruk yang terjadi pada suamiku,” pikir Josephine.Sementara itu ….Russell mendorong paksa empat tukang pukul yang disewa oleh Henry Davis. Mereka semua dalam keadaan tangan terikat ke belakang. Wajah mereka penuh lebam akibat serangan Russell dan anak buahnya."Apa lagi yang akan kita lakukan pada mereka?" tanya salah satu anak
Seorang wanita berdiri sambil memegangi tas tangan dan belanjaannya. Hari ini adalah hari yang menggembirakan untuknya. Majikannya diajak anak perempuannya untuk menginap di rumahnya sehingga ia tak perlu bekerja. Sudah lama sekali ia menunggu kesempatan ini, ingin sekali memeluk putranya yang menderita cerebal palsy.Ia tak bisa menyembunyikan kegembiraannya kali ini. Berulang kali dia tersenyum membayangkan pertemuan dengan anaknya. Membayangkan ekspresi anak lelakinya yang menerima banyak hadiah dari majikannya.Tak jauh dari tempatnya berdiri tampak beberapa laki-laki yang memperhatikannya dengan buas, mereka memiliki maksud tersembunyi, sepertinya tas dan belanjaan yang menarik minat mereka.Perlahan empat laki-laki itu mendekat ke arahnya dan tiba-tiba saja jantungnya berdegup dengan kencang."Apa kau sendirian saja?" tanya salah seorang berandal mulai mendekati wanita itu.Sementara tiga orang lainnya mulai mengambil tempat dan mengepung wanita ini. Membuat dirinya semakin kesul
S2. 101Satu per satu suruhan Henry Davis dibebaskan. Ancaman dari Russell memang begitu menakutkan, tak ada alasan lain bagi mereka selain menuruti perkataan pria itu. Walaupun mereka tidak akan mendapatkan hadiah apa-apa atau mungkin ampunan dari Russell setidaknya nyawa mereka akan selamat.Sempat salah satu dari mereka berpikir untuk tidak menghianati Tuan Davis, tapi untuk apa mereka melakukannya? Tak ada untungnya buat mereka. Yang mereka harapkan sekarang hanyalah satu, mereka bisa melepaskan kaki mereka dari belenggu pelacak dan berjalan dengan bebas.Pengawal sewaan itu pun tiba di sebuah villa mewah yang ada di pinggiran kota. Villa dengan pemandangan hutan pinus, dimana suara cicit burung terdengar begitu nyaring saat menyanyi.Pengawal itu mendekatkan wajahnya pada camera dan mic yang ada di samping dan mengabarkan kedatangannya. Kemudian, dalam beberapa detik saja pintu pagar elektrik di depannya pun terbuka dan memberikan akses padanya untuk masuk."Tuan sudah menunggumu
S2.101Dari kejauhan Russell pun mendengarkan percakapan yang diucapkan oleh tukang pukul sewaan Tuan Davis. Pengawal pribadi Nicko itu pun mengepalkan tanganya kuat-kuat tak bisa menyembunyikan kekecewaannya.“Tenyata ia bekerja sama dengan mertua Tuan Muda. Huh sungguh tak bisa dibiarkan,” ungkapnya.Russell pun memberitahukan temuannya pada Nicko dan mengatakan banyak hal mengenai Henry Davis. Henry Davis adalah salah satu pria yang menjadi target Daisy Windsor. Pria itu memiliki dendam pada keluarga Lloyd sama seperti Nicko.Pria itu memiliki bisnis di bidang interior yang cukup terkenal.“Hmm jadi dia seperti itu? Baiklah Russell kita harus bergerak cepat. Habisi saja bisnisnya dan buat ia benar-benar tak memiliki apa-apa!” perintah Nicko pada Russell.Kali ini ia memang tidak bisa melakukan eksekusi karena harus membantu penyembuhan putra dari Correy. ***Russell beserta anak buahnya menghentikan mobil di depan sebuah workshop interior mewah dan memperhatikann
Jo masih duduk di depan tv, matanya fokus pada berita yang ada di layar televisi. Akhir-akhir ini kriminalitas telah terjadi. Saat ini ia melihat berita tentang penculikan dan sandera. Korbannya kali ini bukan lagi anak-anak melainkan orang dewasa.Para penjaga itu terus saja menekan dan menyiksa para sandera. Tak pandang bulu, mereka memukul dengan brutal, termasuk pada wanita.Beberapa diantara tampak memar atau darah mengucur dari ujung bibir. Namun penjanga-penjaga itu tetap tak peduli. Mereka masih saja memukul, menarik rambut ataupun menendang tanpa ampun. Para sandera seolah mainan untuk orang-orang Rocky Lio."Ha ha bagaimana? Menyenangkan bukan? Teruslah berusaha kabur dari sini! ejek penjaga berkumis sambil mendorong kepala David salah satu sandera.Julio yang melihat kelakuan brutal mereka yang semakin jadi. Juga rasa sakit yang ada dalam tubuh akibat serangan demi serangan yang tak kunjung henti pun berdiri perlahan-lahan."Mengaku atau tidak tak akan ada bedanya, kami sem
Nicko mendapati istrinya masih duduk dengan tegang di depan tv, dan ia benar-benar terkejut melihat keadaan wanita itu.“Jo, kau kenapa?” tanya Nicko yang terkejut melihat istrinya.Jo yang melihat kepulangan Nicko pun tak dapat menyembunyikan kegembiraannya. Ia langsung menghambur ke pelukan suaminya itu.“Aku … aku benar-benar takut Nicko,” katanya.Nicko menyipitkan mata. “Apa ada yang mengganggumu?"Jo menggeleng. Ia justru menceritakan berita dan film action yang tadi baru saja ditonton olehnya. Tentu saja Nicko tertawa saat mendengar apa yang dikatakan istrinya itu.“Sayang kau terlalu lelah dan terbawa film tadi.”Namun jo menggengeleng dan menjelaskan apa yang baru saja dialami olehnya. Semenjak nicko berangkat tadi perasaannya tidak pernah tenang. Ia terus menerus dihantui perasaan tidak nyaman oleh suaminya itu.Jo benar-benar khawatir kalau suaminya menggunakan mobil sendiri padahal ada sopir yang mereka pekerjakan.“Kau terlalu berlebihan Jo, lihatlah aku tidak apa-apa kan
Josephine memperhatikan sang suami yang sudah tertidur lelap pasca berhubungan badan dengannya. Tak biasanya performa suaminya seperti malam ini.Nicko yang biasanya mampu membuat kedua kakinya bergetar hebat dan mencengkeram seprei kuat-kuat kini tampak berbeda. Kali ini sang suami lebih pasif dan membiarkannya untuk memimpin permainan dengan alasan sangat lelah.Awalnya ia tak masalah saat melihat Nicko berbaring dengan kedua tangan sebagai bantal. Memintanya untuk duduk di atas pangkuan dan menggoyangkan tubuhnya di sana."Hmm, kau ingin aku berada di atas?" tanya Jo dengan ekspresi wajah yang menggoda."Yes, do it baby," kata Nicko.Aliran darah yang mendidih dalam tubuhnya membuat dirinya bergerak naik turun bagai menunggang kuda. Jo benar-benar memimpin, karena sang suami tak menggerakkan pinggulnya maju mundur seperti biasanya. Sekali ia menangkap sang suami memejamkan mata."Sayang, aku ... Aku sudah tak tahan," bisiknya dengan suara yang lemah."Hmm berarti aku pemenangnya ka