S2. 101Satu per satu suruhan Henry Davis dibebaskan. Ancaman dari Russell memang begitu menakutkan, tak ada alasan lain bagi mereka selain menuruti perkataan pria itu. Walaupun mereka tidak akan mendapatkan hadiah apa-apa atau mungkin ampunan dari Russell setidaknya nyawa mereka akan selamat.Sempat salah satu dari mereka berpikir untuk tidak menghianati Tuan Davis, tapi untuk apa mereka melakukannya? Tak ada untungnya buat mereka. Yang mereka harapkan sekarang hanyalah satu, mereka bisa melepaskan kaki mereka dari belenggu pelacak dan berjalan dengan bebas.Pengawal sewaan itu pun tiba di sebuah villa mewah yang ada di pinggiran kota. Villa dengan pemandangan hutan pinus, dimana suara cicit burung terdengar begitu nyaring saat menyanyi.Pengawal itu mendekatkan wajahnya pada camera dan mic yang ada di samping dan mengabarkan kedatangannya. Kemudian, dalam beberapa detik saja pintu pagar elektrik di depannya pun terbuka dan memberikan akses padanya untuk masuk."Tuan sudah menunggumu
S2.101Dari kejauhan Russell pun mendengarkan percakapan yang diucapkan oleh tukang pukul sewaan Tuan Davis. Pengawal pribadi Nicko itu pun mengepalkan tanganya kuat-kuat tak bisa menyembunyikan kekecewaannya.“Tenyata ia bekerja sama dengan mertua Tuan Muda. Huh sungguh tak bisa dibiarkan,” ungkapnya.Russell pun memberitahukan temuannya pada Nicko dan mengatakan banyak hal mengenai Henry Davis. Henry Davis adalah salah satu pria yang menjadi target Daisy Windsor. Pria itu memiliki dendam pada keluarga Lloyd sama seperti Nicko.Pria itu memiliki bisnis di bidang interior yang cukup terkenal.“Hmm jadi dia seperti itu? Baiklah Russell kita harus bergerak cepat. Habisi saja bisnisnya dan buat ia benar-benar tak memiliki apa-apa!” perintah Nicko pada Russell.Kali ini ia memang tidak bisa melakukan eksekusi karena harus membantu penyembuhan putra dari Correy. ***Russell beserta anak buahnya menghentikan mobil di depan sebuah workshop interior mewah dan memperhatikann
Jo masih duduk di depan tv, matanya fokus pada berita yang ada di layar televisi. Akhir-akhir ini kriminalitas telah terjadi. Saat ini ia melihat berita tentang penculikan dan sandera. Korbannya kali ini bukan lagi anak-anak melainkan orang dewasa.Para penjaga itu terus saja menekan dan menyiksa para sandera. Tak pandang bulu, mereka memukul dengan brutal, termasuk pada wanita.Beberapa diantara tampak memar atau darah mengucur dari ujung bibir. Namun penjanga-penjaga itu tetap tak peduli. Mereka masih saja memukul, menarik rambut ataupun menendang tanpa ampun. Para sandera seolah mainan untuk orang-orang Rocky Lio."Ha ha bagaimana? Menyenangkan bukan? Teruslah berusaha kabur dari sini! ejek penjaga berkumis sambil mendorong kepala David salah satu sandera.Julio yang melihat kelakuan brutal mereka yang semakin jadi. Juga rasa sakit yang ada dalam tubuh akibat serangan demi serangan yang tak kunjung henti pun berdiri perlahan-lahan."Mengaku atau tidak tak akan ada bedanya, kami sem
Nicko mendapati istrinya masih duduk dengan tegang di depan tv, dan ia benar-benar terkejut melihat keadaan wanita itu.“Jo, kau kenapa?” tanya Nicko yang terkejut melihat istrinya.Jo yang melihat kepulangan Nicko pun tak dapat menyembunyikan kegembiraannya. Ia langsung menghambur ke pelukan suaminya itu.“Aku … aku benar-benar takut Nicko,” katanya.Nicko menyipitkan mata. “Apa ada yang mengganggumu?"Jo menggeleng. Ia justru menceritakan berita dan film action yang tadi baru saja ditonton olehnya. Tentu saja Nicko tertawa saat mendengar apa yang dikatakan istrinya itu.“Sayang kau terlalu lelah dan terbawa film tadi.”Namun jo menggengeleng dan menjelaskan apa yang baru saja dialami olehnya. Semenjak nicko berangkat tadi perasaannya tidak pernah tenang. Ia terus menerus dihantui perasaan tidak nyaman oleh suaminya itu.Jo benar-benar khawatir kalau suaminya menggunakan mobil sendiri padahal ada sopir yang mereka pekerjakan.“Kau terlalu berlebihan Jo, lihatlah aku tidak apa-apa kan
Josephine memperhatikan sang suami yang sudah tertidur lelap pasca berhubungan badan dengannya. Tak biasanya performa suaminya seperti malam ini.Nicko yang biasanya mampu membuat kedua kakinya bergetar hebat dan mencengkeram seprei kuat-kuat kini tampak berbeda. Kali ini sang suami lebih pasif dan membiarkannya untuk memimpin permainan dengan alasan sangat lelah.Awalnya ia tak masalah saat melihat Nicko berbaring dengan kedua tangan sebagai bantal. Memintanya untuk duduk di atas pangkuan dan menggoyangkan tubuhnya di sana."Hmm, kau ingin aku berada di atas?" tanya Jo dengan ekspresi wajah yang menggoda."Yes, do it baby," kata Nicko.Aliran darah yang mendidih dalam tubuhnya membuat dirinya bergerak naik turun bagai menunggang kuda. Jo benar-benar memimpin, karena sang suami tak menggerakkan pinggulnya maju mundur seperti biasanya. Sekali ia menangkap sang suami memejamkan mata."Sayang, aku ... Aku sudah tak tahan," bisiknya dengan suara yang lemah."Hmm berarti aku pemenangnya ka
Henry Davis merebahkan tubuhnya di atas ranjang secara kasar. Beberapa waktu lalu ia baru saja menghabiskan waktu berdua dengan Daisy Windsor dan berharap mereka berdua dapat menikmati keberhasilan mereka untuk mengalahkan Nicko.Sempat ia kecewa karena ternyata anak buahnya datang kembali mengabarkan kalau ada sekelompok orang yang menolong Nicko saat penyerangan itu terjadi. Namun ternyata seorang Henry Davis masih memiliki plan B. Ia meminta anak buahnya pergi dan mencari tahu keberadaaan Nicko, hanya untuk memantau pemuda itu dan mengabarkan hasilnya.Saat tubuhnya tengah merebahkan diri dan merasakan relaksasi pada punggungnya, ponsel pintar yang ia letakkan di sisi kanan ranjang pun berbunyi. Ia mendapatkan nama Christopher tertulis di sana.“Huh kau mau apalagi Bodoh? Jangan pernah menghubungiku jika bukan ada kabar gembira!” bentak Tuan Davis.Christopher adalah soerang yang bekerja sebagai asisten pribadinya. Mengatur segala keperluan pribadi maupun bisnis. Bagi Tuan Davis, s
Nicko melirik ke arah istrinya yang masih tertidur lelap. Ia mengusap rambut pirang sang istri yang sebagian menutupi wajahnya yang seperti Barbie.Istrinya masih terlihat cantik walaupun tampak kelelahan setelah melewati malam panjang nan panas bersama suaminya. Kekhawatiran Jo yang berlebihan semalam akibat menonton film dan suaminya yang mengemudi sendirian dibayar dengan dimanjakan oleh Nicko.Nicko yang saat itu telah berpakaian rapi karena harus kembali bekerja pun kembali mendekat pada istrinya dan mencium keningnya. Jo mulai membuka matanya perlahan dan mendapati suaminya tengah menatap dirinya.“Eh sayang, kau sudah rapi?” tanyanya sambil bangun dari tidur perlahan-lahan.Jo menggelengkan kepala ke kanan dan kiri lalu merengganggkan kedua tangannya untuk melemaskan otot-ototny yang kaku semalam.“Tidurlah lagi Jo, kau terlihat sangat lelah,” kata Nicko.“Ah kau ingin berangkat kerja?” tanya Jo yang sudah sepenuhnya sadar dari tidurnya.“Ya sayang, ini masih belum weekend dan
Sedan mewah milik Tuan Davis tiba di kawasan pabrik miliknya. Di hadapan mereka masih ada beberapa mobil pemadam kebakaran yang memenuhi sekitar pabrik miliknya.Asap hitam masih mengepul, sepertinya kobaran api ini sudah mulai menghilang sedikit demi sedikit. Samar-samar ia melihat puing-puing penyangga pabrik yang tersisa, dan pria itu pun mengggeleng tak percaya.“Tidak … ini tidak mungkin semuanya telah habis,” batinnya.Henry Davis menjatuhkan tubuhnya dalam posisi berlutut, tak mempedulikan kalau lututnya yang mulai renta termakan usia membetur permukaan yang keras. Ia memegang kepala dengan kedua tangannya sambil terus berteriak meratapi nasib pabriknya kini.“Tidak mungkin! Aku tidak mungkin kehilangan semuanya!” teriaknya.Lalu ia memikirkan dan mengingat-ingat kembali apa yang dilakukan olehnya belakangan ini. Saat itu seorang petugas asuransi kerugian datang menemuinya untuk menyarankan agar Tuan Davis melanjutkan pembayaran premi yang sudah menunggak. Dengan pongahnya ia m