Sharon tampak melangkah tergopoh-gopoh setelah mendapatkan panggilan ke ponsel pribadinya. Anak buah Russell yang mengawasinya pun diacuhkan, entah apa maksud perempuan ini.Tentu saja anak buah Russell mengikutinya, berjaga-jaga kalau ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Ia tak peduli dengan meja resepsionis yang saat ini kosong.Persetan dengan antrian yang ada di depan meja resepsionis, tugasnya bukan untuk mengurusi rumah sakit. Ia adalah salah satu jajaran pengawal yang dipekerjakan oleh keluarga Lloyd dan berada di bawah pimpinan Russell.Tugas dan tanggug jawabnya adalah menjamin keamanan keluarga Lloyd, bukan mengurus rumah sakit. Orang-orang yang mengantri tampak berteriak-teriak memaki mereka karena tak juga mendapatkan pelayanan. Bahkan mereka berpikir kalau resepsionis itu bersama dengan pasangannya.“Untuk apa kau mengikutiku! Bukankah kalian sudah mendapatkan apa yang kalian inginkan?” tanya Sharon pada anak buah Russell yang mengawasinya.“Bukankah kau sudah tahu
Sharon memegangi tungkai kakinya, bibirnya yang penuh sensual pun mengerucut kesal akan sikap Russell terhadapnya. William yang melihat kekasihnya terjatuh pun langsung duduk dan membantunya.“Sayang, ini sakit sekali. Dia telah mendorongku dengan kuat. Ayo lakukan sesuatu!” runtuknya memberi perintah pada pria yang lebih pantas dipanggil ayah olehnya dibandingkan dijadikan pasangan.Tentu saja William tak bisa tahan jika harus mendengar Sharon merengek. Rengekan manja itu selalu membuatnya ingin dekat dengan pacar gelapnya itu. Biasanya hal ini menjadi kode untuknya mendapatkan apa yang diinginkan oleh seorang pria. William biasa berbagi kehangatan ranjang dengan Sharon setelah membuat perempuan itu berhenti merengek.Berbelanja adalah aktivitas favorit Sharon, dan hal itu pulalah yang seringkali menjadi alasan untuknya merengek. Kadang kala ia menciptakan suatu drama dengan mengatakan dirinya dibully.“Tenang saja Sayang, aku tak akan membiarkan siapapun mencoba untuk melukaimu!” Wi
Kedua bola mata hijau Sharon melirik ke arah William yang kini hanya menunduk, tak berani menunjukkan wajahnya. Keangkuhan yang semenjak tadi dipamerkan olehnya mendadak sirna.Keadaan sudah berubah, William tidak punya apa-apa lagi. Masih terekam jelas dalam otaknya saat Evelyne membalikkan ucapannya yang akan melakukan banding untuk merebut hartanya kembali. Ya, dia sudah tidak bisa melakukannya. Jangankan untuk menyewa pengacara yang memiliki kredibilitas baik, untuk membiayai dirinya sendiri saja ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Uang yang ada di dalam rekeningnya jumlahnya tidak seberapa, apalagi di dalam sakunya hanya ada dua puluh delapan dolar saja untuk membayar biaya parkir.“Ah bodohnya aku bisa terpikat dengan perempuan tak tahu diri ini. Benar-benar sial nasibku mengenal Sharon.”William memang bodoh, ia telah membuang seseorang yang seperti berlian demi sebongkah kaca yang berkilau. Meskipun berkilau, yang namanya kaca memang tidak bernilai apapun, beda dengan berlian
Nicko masih mendampingi istrinya yang kini terbaring di ruang perawatan rumah sakit internasional. Sementara putranya Ian duduk di pangkuannya dan bersandar pada dadanya. Anak kecil itu masih saja menangis sesenggukan ketakutan akan terjadi sesuatu pada ibunya.Ian sudah kehilangan Ibu kandungnya dan ayah kandung mendekam dalam penjara seumur hidupnya. Ayah angkatanya begitu menyayangi dirinya, tapi seringkali tak ada waktu karena terlalu sibuk bekerja. Selama ini yang lebih banyak menghabiskan waktu dengannya adalah Jospehine. Jo selalu berbicara pada guru yang mengajari Ian setiap kali proses home scholing selesai.Jo yang selalu mendampinginya belajar dan juga bermain. Tak jarang mereka menghabiskan waktu di taman bersama, atau saat Ian mencoba mainan baru hadiah dari Nicko ataupun pasangan tua Lloyd.Kehangatan seperti ini selalu dinantikan olehnya, tak mau semuanya segera berakhir. Sesuatu yang sederhana tapi begitu hangat.“Ayah, apa Ibu akan baik-baik saja?” tanya Ian masih dip
Ian pun langsung memeluk Nicko dengan erat menyampaikan kebahagiaan yang begitu mendalam.Nicko menyentuh tangan Jo dengan erat, dan saat itulah ia merasa Jo balas menggenggam erat tangannya.“Jo, kau sudah sadar?”Pelan-pelan Jo membuka matanya, semuanya tampak asing bagi perempuan berambut pirang ini. Ia berada di ruangan yang tak ia ketahui. Kesemuanya berwarna putih, dan cahayanya terang sekali.Mata aquanya tampak terbuka lebar dan bola matanya berputar-putar mencari sesuatu.“Jo, sayang,” panggil Nicko yang kini semakin dekat dengan tubuhnya.“Nicko,” panggilnya lirih.Suara yang lembut nan teduh itu begitu dikenal olehnya. Itu adalah suara sang suami, lelaki yang tadi pagi beradu argumen dengannya.Pelan-pelan ia menoleh ke arah sang suami yang berada di sebelah kiri tempat tidurnya.“Nick,” panggilnya dan senyuman pun mulai terukir di wajahnya walau hanya sekilas.Jo memberi tekanan pada kedua telapak tangannya berusaha untuk mengangkat tubuhnya. Ingin ia meluapkan kebahagiaan
“Jadi kau mengkhawatirkan keadaan Ibu?” tanya Jo sambil mengelus-elus rambut Ian.Mata teduhnya terus menerus memandang Ian dengan tatapan yang melindungi. Seolah ia tahu apa yang ada dalam pikiran anak itu.Jo kembali menceritakan dongeng sang jagoan yang melawan raksasa pada Ian. Dongen sebelum tidur yang menjadi favoritnya dan seringkali dibacakan oleh Jo.Pelan-pelan anak itu pun merasa kalau dirinya aman dan Jo tidak akan meninggalkan dirinya. Dengan apa yang dilakukan oleh Jo, Ian pun yakin kalau dirinya tidak akan pernah mengalami hari-hari yang buruk seperti sebelumnya.Nicko yang melihatanya pun tersenyum, meskipun masih tersimpan tanda tanya siapa sebenarnya nenek jahat yang dimaksud oleh Ian. Diam-diam Nicko mengagumi sosok Jo yang begitu piawai dalam mengasuh anak.Jo tahu bagaimana mengatur ritme emosinya dan membuat seorang anak menjadi tenang. Saat itulah ia mulai berpikir untuk mungkinkah istrinya sudah siap untuk memiliki anak sendiri, menyiapkan seorang adik bagi Ian
William Jackson hanya mengangkat tangannya meratapi kepergian Sharon. Perempuan yang dua tahun terakhir ini dianggap sebagai perempuan yang bisa mendampinginya seumur hidup. Melewati malam-malam yang indah bersama ternyata meninggalkannya.William sudah berencanan untuk melamar Sharon, dan meninggalkan Evelyne sendirian. Memang rumah yang selama ini ditinggal rencananya akan menjadi tempat tinggal bagi Evelyne dan putranya. Nanti ia akan membeli rumah yang lebih megah untuk ditempati bersama Sharon.Namun kenyataan berkata lain, ia justru merana dan tak mendapat apapun. Bahkan uang lima puluh dolar yang didapat karena mengikuti perintah Russell pun diambil paksa oleh Sharon sebagai ganti dari uang seribu dolarnya yang diberikan oleh Evelyne.“Hmm apa maksud semua ini Evelyne, apa kau tidak juga puas dengan semua harta yang kau rebut. Kenapa kau masih merebut uang milik Sharon dan membuatnya mengambil uangku,”
William masih saja menunduk, kedua matanya menatap lantai marmer yang menjadi material utama di rumah sakitnya. Lebih tepatnya mantan rumah sakit, yang sekarang menjadi milik keluarga Lloyd.“Hei William! Kau jangan bercanda. Aku tak ada waktu untuk bercanda denganmu!” seru dokter Benjie sambil mengarahkan jari telunjuk ke arah William.Tak cukup di situ, bersama dengan James ia berbalik ke arah Russell yang duduk di kursi dengan kedua kaki bertengger di atas meja.“Hei kau! Siapa yang berani menyuruhmu berada di sini! Apa kau tidak pernah diajarkan sopan santun hingga harus duduk dengan cara seperti itu? Atau mungkin kau memang tak berpendidikan seperti penjahat jalanan?” tantang Benjie kemudian menggebrak meja.Russell memperhatikan sosok lelaki yang berani melabraknya dari atas ke bawah. Kemudian ia tersenyum sinis dan menertawai kedua lelaki yang sok berani itu.&nb
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt