“Hah, bagaimana mungkin mereka bisa pingsan begitu saja. Kita belum juga melakukan apa-apa dan mengambil keuntungan dari mereka. Kenapa hal ini bisa terjadi?” Enrique bertanya pada Tuan Gareth dia mulai terlihat panik.“Nampaknya memang demikian,” Tuan Gareth menanggapi kemudian menggerutu. “Kurang ajar! Aku masih ingin mereka melihat bagaimana aku menghabisi si sombong itu!”Enrique langsung mengambil bucket tempatnya menyimpan sparkling wine dan es batu. Es dalam bucket itu sudah mulai mencair.“Apa yang akan kau lakukan Enrique?” tanya Tuan Gareth.“Aku akan menyiram mereka dengan air dingin ini supaya cepat sadar. Mereka harus melihat bagaimana aku menghabisi nyawa laki-laki paling kaya di Westcoast Town ini.Nicko yang mendengar itu tak tahan untuk tertawa. Dengan kekuatan yang dimilikinya, ia yakin kalau kedua wanita yang sekarang tertidur tak akan terpengaruh dengan air dingin yang akan diguyur pada tubuh mereka.“Ha ha kalian pikir kalian mudah untuk mengalahkanku?” tanya Nick
Kedua mata Enrique membulat begitu lebar, ia tak pernah melihat kekuatan yang begitu dahsyat seperti ini. Saat ini ia tidak melihat Nicko sebagai seorang rival ataupun musuh. Ia bahkan melihat Nicko sudah seperti demon.Sekarang tubuh Enrique gemetar, semua perangainya yang ganas seketika hilang. Saking kuatnya gemetar dalam tubuh, lututnya pun lemas dan Enrique tidak lagi kuat untuk berdiri. Ia pun akhirnya lemas kehilangan tenaga dan berlutut di hadapan Nicko.Sekarang ia mengerti kenapa begitu banyak orang yang takut pada keluarga Lloyd, terutama Nicko. Bukan cuma kekayaan dan pengaruhnya yang membuatnya disegani. Namun Nicko memiliki kemampuan yang luar biasa dan tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat.Kini ia tahu kenapa ia bisa kehilangan pekerjaan dengan mudahnya. Karir yang dibangun dengan susah payah dapat dihancurkan oleh Nicko hanya dalam hitungan detik saja.Enrique teringat akan kehadiran Sylvia dan suaminya. Ia tahu pasti kalau Dominique dipenjara karena ulah Nicko. Sia
Meski penuh ketakutan, cepat-cepat Enrique mengangguk mengiyakan pernyataan Nicko. Bagaimanapun juga ia menilai kalau hidup masih jauh lebih bernilai walaupun harus cacat selamanya, dibandingkan mati muda.Dengan memiliki kehidupan, setidaknya ia masih bisa memperbaiki dirinya dan tentu hidup lebih baik lagi.“Hmm jadi kau tidak merasa menderita dengan apa yang menimpamu kali ini?” cibir Nicko.Tentu saja pernyataan ini tidak disukai oleh Nicko sebab menurutnya Enrique masih belum mendapatkan balasan yang setimpal atas perilaku tidak sopan terhadap istri dan anaknya. Nicko justru menganggap Enrique masih menantangnya.Nicko kembali mengangkat tangannya, kali ini kedua tangannya berada di depan dada dengan posisi atas bawah. Diantara kedua tangannya seperti ada bola api yang terlihat samar. Enrique yang melihat ini semakin ketakutan, wajahnya makin pucat dan keringat makin banyak yang mengucur.Bola api diantara kedua tangan Nicko semakin lama semakin jelas dan kali ini Enrique merasak
Ucapan Nicko barusan benar-benar membuat Enrique ketakutan setengah mati. Ia berteriak minta tolong saking takutnya. Nicko tidak memberinya kesempatan lagi, ia tersenyum sinis dan kembali membuat formasi yang sama seperti tadi.Slash! Suara keras yang menakutkan disertai kilatan cahaya yang begitu menyilaukan. Makin lama tubuh Enrique yang berotot mulai mengecil sampai sebesar ibu jari. Saat itu Nicko tersenyum puas, dan meremas tubuh Enrique yang sebesar ibu jari dan meremasnya hingga hancur dan bersatu dengan debu. Kekuatan yang dimiliki Nicko benar-benar tidak meninggalkan jejak sama sekali.Nicko langsung melirik ke arah istri dan mertuanya yang masih tak sadarkan diri. Ia langsung menghela napas panjang dan melangkah mendekat kearah pintu depan untuk membuka kunci dari dalam.Saat itu ia Jacklyn terbelalak kaget, dan ia mulai bergetar. Perempuan itu tahu kalau dirinya sudah melakukan kesalahan di hadapan Tuan Muda.Sejak pertama kali mengantar Josephine kemari, ia sudah menilai a
Atas permintaan Josephine, Nicko pun mampir ke rumah mertuanya dan mengikuti Jacklyn yang mendapat tugas untuk mengantar Daisy ke rumah. Mereka kini berada di ruang tamu dan beristirahat sejenak.Daisy menghela napas panjang dan mengelus dada, “Hari ini aku masih beruntung. Huh hampir saja aku dihabisi oleh dua orang brengsek itu.”Josephine yang duduk di depannya pun menghembuskan napas panjang. Ia tak bisa menahan rasa kesalanya pada Daisy. “Ibu apa tidak bisa berpikir lebih jernih lagi? Kenapa selalu saja bernapsu untuk memisahkan kami. Jika Nicko tidak datang tepat waktu, aku benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita.”Daisy tahu ia telah salah kali ini, tapi itu hanya di dalam hati saja. Secara terang-terangan ia tak mau menunjukkan perasaan itu. Apalagi jika ada Nicko di depannya.“Kau ini kenapa Jo, aku juga jadi korban. Kau tahu kan sebenarnya masalah ini disebabkan oleh suamimu itu. Jika dia tidak menjegal karir Enrique tentu saja semuanya baik-baik saja, salahka
Josephine menoleh ke arah Nicko yang ada di sekitar mereka. Sejak tadi Nicko memang memperhatikan istri dan mertuanya yang sedang berdebat.“Sayang, kita pulang saja sekarang, ajak Ian juga!”Nicko pun mengangguk, “Tak masalah. Aku akan ke kamar ayahmu dan mengajak Ian pulang!”Josephine pun menoleh ke arah ibunya dan ia kembali berkata dengan nada tinggi, “Aku akan memberi tahu ayah mengenai hal ini. Setelahnya aku tak mau ikut campur atas apa yang terjadi pada ibu!”Daisy langsung gugup. Jelas-jelas ia mulai panik. Josephine dan Catherine adalah harapan untuknya. Namun saat ini hanya Jo yang bisa diharapkan olehnya. Catherine sedang hamil dan ia tidak senaif putri bungsunya.Kehidupannya tentu akan semakin sulit jika hanya mengharapkan belas kasihan Catherine yang mengirimi uang untuk suaminya saja. Ia tak akan punya simpanan untuk bersenang-senang.Sikap Jo kali ini terlihat lebih tegas, dan ini kali pertamanya Daisy melihat perangai putri bungsunya seperti ini.Daisy segera mengha
Nicko memperhatikan layar ponselnya. Ia tengah membaca berita kebakaran yang terjadi di pinggiran Westcoast Town yang baru saja terjadi. Nicko tersenyum saat melihat berita itu, karena itu adalah bangunan tempat Jo hampir disekap.“Hmm kalian benar-benar hancur sekarang,” kata Nicko dalam hati.Villa tempat Josephine mendapatkan kemalangan memang letaknya sedikit terpencil dan jauh dari pusat kota. Apalagi saat ini lalu lintas sedang padat-padatnya, tentu saja mobil pemadam kebakaran membutuhkan waktu lebih lama untuk menuju ke sana.Saat mobil pemadam tiba dan melakukan tugasnya, bangunan sudah rata dengan tanah. Kini para petugas pun melakukan pemantauan untuk mencari korban jiwa yang mungkin ada dalam bencana kebakaran ini.Petugas pemadam kebakaran itu pun bisa bernapas lega saat mendapati tidak ada korban jiwa yang tersisa di sana. Mereka pun menganalisa penyebab kebakaran yang memang terjadi sebab adanya hubungan pendek arus listrik.Tidak adanya korban jiwa membuat petugas meni
Saat ini Sylvia tengah menunggu Thiery di sebuah ruangan. Ia terlihat gelisah menanti kehadiran lelaki yang akan dipertemukan dengannya. Ia khawatir kalau lelaki itu tak akan tertarik kepadanya. Tak lama setelahnya pintu pun dibuka.Di hadapannya berdiri seorang pria yang usianya lebih tua darinya. Pria itu mengenakan jas hitam rancangan desainer. Sylvia tentu mengenalinya dari potongan yang rapi dan halus. Pria itu menata rambutnya sangat rapi dan memandangi tubuhnya dari atas ke bawah, begitu terlihat cabul. Tak hanya pakaian yang mewah, ada jam tangan bertahta berlian di tangan kiri.Di belakang pria itu nampak seseorang dengan membawa tas, dan usianya lebih muda. Sylvia menaksir pria paruh baya itu adalah Thiery Allard, sedangkan yang di belakangnya sudah pasti asisten Thiery.Lelaki yang membawa tas itu pun tersenyum pada Sylvia dan menyapanya ramah, “Apa Anda Nyonya Sylvia?”Lelaki itu adalah Christian yang merupakan asisten Thiery, “Nyonya sebaiknya Anda duduk di dalam saja,” k