Tentu saja apa yang disampaikan oleh pelayan itu membuat Daisy naik pitam. Wajahnya serasa tercoreng sebagai seorang wanita yang gila akan kehormatan, terlebih saat berupaya untuk mencari muka di depan keluarga Brighton.
"Aku ini mendapat undangan dari putriku, tentu saja berhak mendapatkan fasilitas mewah dari hotel ini!" Daisy bersikeras, enggan membayar tagihan makan siang di hotel Emerald."Lagi pula kau siapa, hanya pelayan bergaji rendah. Berani-beraninya kau datang dan menyodorkan tagihan padaku!" tambah mertua Nicko."Maaf Nyonya, saya diperintahkan oleh supervisor saya, karena beliau melihat gerak-gerik Anda yang mengisyaratkan untuk bersiap-siap pergi," jelas si pelayan.Tentu saja ini bukan murni dari supervisornya, tapi ada orang lain yang memerintah. Seseorang dengan jabatan yang lebih tinggi tentunya, atau mungkin yang memiliki kekuasaan absolut.***Sementara di ruang konferensi...Kekecewaan jelas terpancar di wajah Daisy saat Ellen meninggalkannya bersama tagihan senilai hampir tiga ratus ribu dollar. Jumlah yang sungguh fantastis untuk jamuan makan siang empat orang.Awalnya ia berharap kalau Ellen Brighton akan mengambil inisiatif untuk mengambil alih tagihannya. Namun ia harus menerima kenyataan kalau wanita itu meninggalkannya."Bagaimana Nyonya? anda ingin membayarnya dengan uang cash atau card?" pelayan itu bertanya lagi."Huh, kau serius menyuruhku untuk membayar ini semua?" tanya Daisy sekali lagi.Tentu saja ia terkejut dengan ini semua, apalagi dalam dompetnya hanya tersisa uang tunai untuk ongkos taxi saja. Wanita itu pun mencoba memutar otak untuk mencari alasan agar tak perlu membayar tagihan itu.Memang kartu ATM berisi tiga ratus juta ada dalam dompetnya, tapi rasanya sayang untuk ia pakai. Ia lebih memilih cara lain untuk bisa mengambil hati pelayan di depannya."Mm
Dua jam sebelum kunjungan Daisy ke Hotel Emerald ....Pria bermata hazel itu memanggil orang kepercayaannya, Raymond Evans untuk datang ke ruangannya. Ia ingin wakil direktur itu membantu melancarkan misinya."Ada yang bisa kubantu Tuan Muda?" tanya Raymond Evans begitu pria itu dipersilakan untuk duduk."Begini Tuan Evans, aku ingin kau membantu masalahku.""Katakan Tuan Muda, saya dengan senang hati akan membantu Anda."Pria muda ini menghela napas panjang dan mengangguk sejenak. Kemudian memasang mimik wajah yang serius pada Tuan Evans."Siang ini mertuaku akan datang ke hotel Emerald bersama temannya. Aku ingin kau menggagalkan rencana mereka dengan Josephine," kata Nicko.Raymond sedikit paham dengan apa yang terjadi pada kehidupan Tuan Mudanya. Bagaimana keluarga istrinya selalu bersikap tidak adil padanya. Dengan jelas ia melihat bagaimana Bos nya diperlakukan seperti seorang pelayan pa
Kali ini pemuda 25 tahun itu duduk di bangku belakang mobil mewah keluarga Lloyd. Ia datang bersama asisten pribadi ayahnya Kyle Brenan.Tak dapat dipungkiri kalau situasi hatinya sedang kacau lantaran hubungannya dengan sang istri yang sedikit kaku. Ia ingin mengalihkan perhatiannya kali ini dengan berkunjung ke Rumah Sakit untuk kaum miskin yang kemarin."Tuan Besar Lloyd pasti bangga akan noat baik Anda," kata Kyle yang duduk di sampingnya."Aku hanya ingin sedikit membagi keberuntunganku Kyle. Aku pernah berada di posisi yang sangat sulit seperti mereka," jawab Nicko."Itu sungguh luar biasa. Sejujurnya aku tak pernah mendengar Rumah Sakit itu sebelumnya Tuan Muda."Nicko menghela napas panjang dan menoleh ke arah Kyle, "Mungkin karena letaknya jauh di pinggiran kota hingga tak begitu banyak mendapat perhatian.""Bisa jadi Tuan."***Seorang wanita bertubuh tambun dengan hidun
Bukan hanya Victoria yang tampak gembira dengan pemberian Nicko, tapi juga relawan lainnya. Dengan adanya sumbangan itu, mereka bisa lebih mudah untuk memberikan pelayanan.Tak ada lagi pasien yang berbaring dengan kantong tidur, atau merasa kedinginan di saat musim dingin, karena selimut yang sudah tipis. Yang terpenting, mereka bisa membeli obat-obatan dan menyediakan gizi yang lebih baik untuk para pasien."Rumah Sakit ini begitu terberkati belakati belakangan ini. Kemarin seorang dokter terkenal memutuskan untuk menjadi relawan tetap di sini, dan sekarang kami mendapatkan banyak fasilitas dari Anda," kata Victoria yang masih tak dapat menyembunyikan kegembiraannya.Nicko hanya tersenyum mendengar jawaban wanita di hadapannya, "Baguslah kalau ada tenaga profesional yang ikut memberikan tenaga dan kepandaiannya di sini.""Ya, dan kau lah yang membuatku tergugah untuk melakukan ini," kata seseorang tiba-tiba yang melangkah dari ar
"Hmm, aku sudah menduganya," kata Dolores memecahkan keheningan.Nicko yang masih berdiri mematung pun memandang ke arah wanita muda di dekatnya. Pandangan wanita itu begitu menguliti dirinya dan menanti penjelasan."Hai dokter, sepertinya Anda benar-benar menikmati saat-saat berada di sini," kata Nicko berbasa-basi."Anda tak perlu berbasa-basi lagi Tuan Muda. Aku sudah mendengar semuanya. Aku sudah memperhatikan gerak-gerik Anda, dan mendengar bagaimana pria itu menyebutmu Tuan Muda," kata Dolores menunjuk ke arah Kyle yang berada tak jauh dari mereka dan berbicara dengan pihak pengiriman barang."Hmm, bisakah kita tak perlu membicarakan hal ini?" balas Nicko yang merasa enggan identitasnya terbongkar.Sebagai seorang wanita yang terhormat, dokter Dolores tentu tak akan memaksa Nicko untuk menceritakan seluruhnya. Namun ia juga tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya, terutama bagaumana menantu Windsor ini mengetah
Di kantor perusahaan Blanc ....Armando tampak mengacak-acak rambutnya saat mendapati layar monitor di hadapannya. Apa yang ia lihat kali ini sungguh di luar dugaan.Perusahaan minyak Blair yang biasanya berada di peringkat terbawah kini mendekati posisi sepuluh besar. Berbanding terbalik dengan perusahaannya yang kini semakin turun."Sial!" runtuknya.Gillian, sang sekretaris yang duduk di hadapannya pun mulai mengangkat wajah karena penasaran dengan apa yang terjadi."Ada apa Tuan Blanc?" tanya sekretaris berambut kemerahan itu."Hmm, peringkat Blanc semakin turun, sedangkan Blair yang tak diperhitungkan semakin naik. Ini sungguh memuakkan," keluhnya.Sekretaris cantik itu pun mengangguk tanda mengerti. Ia juga sempat memperhatikan peringkat itu, dan merasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya."Ah sudahlah! lebih baik kau temani aku saja. Kita cari hotel dan bersenang-senang,
Pagi ini adalah hari kedua perang dingin antara Nicko dan Jo. Bahkan malam kemarin Nicko masih saja tidur di ruang TV, dan tentu saja ini membuat mertuanya merasa senang. Itulah sebabnya kali ini mereka tidak membully Nicko dan membahas perpisahannya dengan Josephine."Nicko, setelah kau antar Josephine, ambilkan pesananku di butik!" perintah Daisy sambil menyerahkan nota pembelian."Baik Bu!" jawab Nicko tanpa membantah. Namun diam-diam ia menantikan sesuatu.Diam-diam ia menghitung sampai sepuluh dalam hati. Ia ingin tahu bagaimana kelanjutan cerita Daisy dan tagihan makan siang di hotel Emerald. Sejak semalam, wanita ini sama sekali belum menceritakan apa-apa."Jo, Ibu minta uang lima ratus ribu!" kata Daisy sambil menadahkan tangan pada putrinya yang bersiap-siap untuk pergi kerja."Untuk apa Bu? Bukankah aku sudah memberikan separuh dari gaji terakhirku pada Ibu sewaktu aku masih bergabung dengan Hotel Windsor," j
Pasangan muda itu masih terlihat kaku dan dingin tak seperti biasanya. Kebiasaan sang suami mengantar istri ke kantor terkesan seperti sebuah kewajiban saja, bukan karena rasa cinta yang seharusnya diberikan."Kau akan pulang jam berapa?" tanya Nicko saat membukakan pintu mobil untuk istrinya."Seperti biasa jam enam sore, aku akan memberitahumu jika ada perubahan," jawab Josephine dengan nada yang datar."Oh, baiklah."Sebenarnya ingin sekali Nicko memberikan kecupan hangat di kening istrinya seperti yang biasa dilakukan olehnya. Tentu saja ia sudah tak tahan lagi untuk saling diam dengan istri cantiknya.Namun melihat sikap Jo yang masih dingin dan tidak bersahabat membuatnya mengurungkan niat. Ingin minta maaf, tapi khawatir istrinya makin bertambah marah. Sepertinya memang sudah digariskan kalau sebagai laki-laki ia harus dipersalahkan terus."Sayang, sampai kapan kau akan bersikap angkuh seperti ini?