Seorang wanita tiga puluh tahunan duduk di samping ranjang. Di hadapannya tampak seorang anak perempuan kecil tengah tertidur tertutup selimut.
Dia adalah Sara yang sudah sejak lama tidak bertemu dengan Nicko. Seorang perempuan yang tadinya enggan dijodohkan dengan Nicko, tapi berubah pikiran semenjak mereka saling mengenal.
“Paman Nicko … Paman Nicko,” anak kecil itu meracau dalam tidurnya.
Sara hanya bisa mengelus-elus rambut putrinya dan kembali membujuk agar tidak menangis dan suhu tubuhnya semakin naik.
“Iya sayang, nanti jika Paman Nicko sudah tidak sibuk kita akan menemuinya,” bisiknya sambil mengelus-elus rambut putri kecilnya Angeline.
Seorang pria paruh baya berkulit kuning langsat menepuk bahu Sara tiba-tiba.
“Bagaimana Angeline? Apa dia masih meracau?” tanya Tuan Wu.
Sara hanya mengan
Bibir Gerald tampak bergetar hebat. Tangannya memegang kemudi kuat-kuat, kemudian tancap gas dan segera menuju ke laps distrik C.Seharian ini ia sudah bersikap ramah pada Josephine, tapi ternyata perempuan itu tidak memberikan respons yang baik padanya. Meskipun tidak juga bersikap ketus, tapi pikiran Jo masih saja dipenuhi pikiran tentang Nicko si lelaki tak berguna.Yang diinginkan Gerald adalah Josephine yang seperti dulu. Seorang perempuan yang mencintainya sepenuh hati dan selalu patuh akan apapun yang dikatakan olehnya. Namun kepatuhan yang dilakukan Josephine kali ini adalah karena lelaki yang menikahinya beberapa waktu lalu.“Ini tak bisa dibiarkan, aku harus tunjukkan pada Josephine kalau aku tak main-main. Kau lihat saja Jo, apa akibatnya. Patuhi aku dan lelaki itu akan selamat!”Sambil tersenyum penuh kemenangan, lelaki pirang itu mengemudikan mobilnya menuju distrik C, dimana
Seorang tahanan bertubuh kekar dan berkumis tampak duduk di ruang pertemuan tahanan dan pengunjung. Ini kali kedua ia mendapatkan kunjungan selama berada di lapas. Pertama adalah kehadiran kelompok jubah hitam, kedua adalah Gerald.Dia terlihat asing dengan kedatangan Gerald, tak pernah sekalipun dirinya bertemu dengan lelaki itu. Matanya pun menyipit saat melihat kedatangan Gerald. Dia adalah Rodgie yang menjadi tahanan terkuat sekaligus kawan baik Nicko selama di sini.“Apa yang diinginkan olehnya?” pikir Gerald.Dengan angkuh Gerald mendatangi Rodgie yang duduk di balik meja dengan wajah garang. Wajah garang yang sepertinya bawaan sejak lahir, karena hanya dengan melihat saja orang sudah takut padanya.“Jadi kau yang bernama Rodgie?” tanya Gerald dengan tatapan yang meremehkan lelaki di hadapannya.“Hmm,” balas Rodgie berdehem.
Daisy lari tergopoh-gopoh di koridor rumah sakit. Ia baru saja mendapatkan kabar kalau Gerald mendapatkan musibah.Tanpa mengetuk pintu, wanita paruh baya itu pun masuk ke kamar perawatan tempat Gerald dirawat. Ia melihat jelas bagaimana wajah Gerald terlihat lebam dan tubuhnya lemas. Namun ada hal lain yang lebih mengherankan bagi wanita ini, yaitu kehadiran seorang perempuan tinggi kurus yang berada di sisi Gerald.“Siapa dia? Apa Gerald memiliki perempuan lain? Lalu bagaimana dengan nasib Jo jika ini terjadi, tentu aku tak bisa membiarkannya. Hmm tapi aku harus mengetahui lebih dalam lagi, tak boleh gegabah, jika tidak aku akan kehilangan tambang emasku,” batin Daisy.Meskipun perempuan ini gila harta, tapi ia tak ingin jika putrinya diduakan. Lebih tepatnya khawatir kalau nanti jatah finansial dari Gerald berkurang.Gerald melirik Daisy yang terlihat bingung. Ia sudah bisa menebak kal
Iring-iringan mobil berwarna hitam tiba di depan bangunan bergaya kolonial dengan dominasi warna krem. Seharusnya iring-iringan ini tidak diperkenankan tanpa ada ijin dari pihak yang berwajib. Namun untuk pemilik mobil ini ada pengecualian. Siapa yang berani untuk melarang pimpinan kelompok jubah hitam beriring-iringan.Suasana semakin menegang, kala pimpinan kelompok itu keluar dari mobilnya. Pria berambut merah itu langsung masuk menuju pintu utama, dan mendatangi resepsionis.“Aku ingin menemui departemen yang mengurus masalah perceraian!” serunya pada wanita yang berprfesi sebagai resepsionis.Wanita yang tadinya mengantuk lantaran bosan harus berjaga di depan itu pun langsung merubah sikapnya. Dari yang duduk dengan malas dan menyandarkan kepala pada tangan pun berdiri tegak dengan sikap sempurna.Selama ini ia hanya mendengar cerita tentang kelompok jubah hitam dan keganasan mereka.
Chad melirik ke arah kekasihnya yang menyimpan ponsel dalam sakunya. Alisnya yang tebal terangkat satu dan menuntut penjelasan dari Cathy.“Apa yang dikatakan olehnya?”Wajah Catherine terlihat lebih cerah setelah menerima telepon dari Russell. Hal ini dianggap sebagai pertanda baik untuk kelangsungan hubungan sang adik dan suami.Mungkin ini adalah cara yang tepat untuk Catherine memperbaiki hubungan dengan Josephine, setelah dulu sempat menginginkan suaminya.“Russell sudah berhasil mengurus administrasi perceraian Josephine, dan ia sudah mengantongi dokumen untuk mempermainkan Gerald,” kata Catherine terdengar antusias.Lelaki yang tengah mengaduk minumannya itu hanya mengernyitkan alis, ia tampak curiga dengan Russell yang memiliki akses kemana saja. Pikirannya pun melayang mencoba mengingat-ingat siapa sebenarnya Russell.“C
Russell mengusap kedua matanya. Sinar matahari menembus jendela dan menyinari wajahnya.“Huh, jam berapa sekarang?” tanyanya dalam hati kemudian menyentuh sisi samping ranjangnya.“Raina?” tanyanya saat mendapati sisi samping tempat tidurnya kosong.Ia segera bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menyusuri tempat tinggalnya yang minim perabotan. Pria berambut merah ini masih bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana boxer yang minim dan ketat.“Raina, kau ada dimana?” panggil Russell karena tidak mendapatkan gadisnya ada di sisi tempat tidurnya.Semalam mereka melewatkan waktu bersama entah berapa kali mereka bercengkerama, saling bertukar keringat di atas ranjang. Raina benar-benar membuatnya kewalahan, tapi ia sangat menyukainya.“Huft disini kau rupanya,” tegur Russell begitu mendapati kekasihnya teng
Raymond Evans memegangi kepala dan punggungnya. Sesekali ia terbentur lantaran permukaan jalan yang tidak mulus. Lelaki ini mencoba untuk berpikir dimana dirinya akan dibawa.“Huh, kenapa mereka melakukan ini padaku ya?” Raymond bertanya pada dirinya sediri.Kemudian mobil yang membawanya pun berhenti secara mendadak, dan lagi-lagi kepalanya terbentur. Cukup lama ia berada dalam bagasi, sirkulasi udara yang sangat buruk membuatnya lemas hingga akhirnya pria bermata biru ini tak sadarkan diri.Iring-iringan mobil milik kawanan jubah hitam ini pun berhenti di sebuah bangunan peristirahatan yang sengaja disewa oleh mereka untuk melakukan eksekusi pada Raymond.“Keluarkan dia!” perintah Russell ketika berhenti di villa sewaan mereka.Mereka pun mendapati wakil direktur memejamkan mata dalam bagasi belakang. Salah seorang dari mereka pun diminta untuk memeriksa
Raymond menggelengkan kepala, ia masih tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Apa benar Tuan Muda berada di dalam penjara distrik C. jika itu benar terjadi, tentu Raymond Evans adalah pribadi yang sangat buruk sekali.Ia ingat betul apa yang dilakukan oleh Tuan Muda selama ini padanya. Bagaimana bisa ia gelap mata dan membuat orang yang sangat berjasa pada hidupnya mendapatkan kemalangan.Bugh!Russell kembali melayangkan pukulan padanya.“Am … ampuni saya!” Raymond Evans menghiba.Namun hal itu sama sekali tak didengar oleh Russell. Lelaki berambut merah ini justru melirik ke anak buahnya dan memerintahka mereka untuk menghinakan Raymond lebih parah lagi.“Besok kita akan membawanya pada Tuan Muda, dan biarkan dia mengakui perbuatannya. Untuk malam ini, ikat tubuhnya dan kunci pintu. Jangan lupa untuk memberinya makan sel