Josephine mempercepat laju mobil Mercedeznya, semenjak tadi perempuan berambut pirang ini merasa tidak nyaman. Di belakang mobilnya tampak mobil hitam tengah mengikutinya.
“Huh, kenapa mobil itu selalu mengikutiku semenjak tadi?” batin Josephine yang tampak ketakutan.
“Tak ada pilihan lain aku harus menepi di tempat ramai,” katanya pada diri sendiri.
Perempuan berwajah Barbie ini pun memasuki sebuah rumah makan cepat saji yang saat itu sedang ramai pengunjung. Dia berharap di sini bisa mendapatkan perlindungan, setidaknya jika orang yang mengikutinya itu mulai berbuat macam-macam ia bisa berteriak dan meminta bantuan.
Jo segera mengambil ponsel dari dalam sakunya dan menghubungi sang suami. Kejadian yang menimpanya barusan bersama Gerald membuat dirinya tidak nyaman dan sering diliputi perasaan was-was.
“Sayang, aku takut,” kata Josephine sambil melirik ke kanan dan kir
Kehidupan Josephine dan suaminya terasa lebih tenteram ketika mereka tinggal di apartemen. Tak ada lagi tekanan dari keluarganya yang terus saja menginginkan perceraian mereka. Walau beberapa kali pertengkaran terjadi antara mereka berdua, seperti kecurigaan Jo saat mengadukan orang yang membuntuti dirinya. Saat itu Nicko tidak terlihat khawatir akan apa yang menimpa istrinya, dan mengatakan kalau orang yang mengikuti Jo adalah suruhan dari pemilik Richmond. Untung saja saat itu Nicko cepat mengatakan kalau lelaki itu pernah mendampinginya saat membantu Raymond Evans. Sempat beberapa kali Daisy menelepon dan memintanya pulang. Namun Jo enggan menanggapi. “Sayang, kenapa kau melamun?” tegur Nicko tiba-tiba pada sag istri yang diam-diam mengamati ponsel miliknya. Perempuan berambut pirang itu pun cepat-cepat menyembunyikan ponsel yang ada di tangannya dan memperhatikan suaminya.
Edmund yang sedari tadi diam pun ikut tertawa mendengarkan lelucon Damian. Bahkan pria yang masih duduk di kursi roda itu pun melirik ke arah menantunya itu, kemudian kembali kepada tamu-tamunya. “Jelas saja dia tidak bisa membawa apa-apa, karena seperti yang kita semua tahu kalau dia tak memiliki uang untuk membawa sesuatu padaku meskipun itu hanya segenggam kacang hijau,” balas Edmund ditertawakan oleh semuanya. Tampaknya mereka sudah lupa akan apa yang telah dilakukan Nicko sebelumnya. Josephine yang ada di situ pun langsung buka suara, ia harus mengingatkan keluarganya akan apa yang telah dilakukan oleh suaminya. “ayah, dan kalian semua apakah sudah lupa apa yang telah dilakukan oleh Nicko. Dialah yang membayar semua biaya pengobatan Ayah selama di Rumah Sakit!” seru Jo. “Ya, itu benar, Nicko menjual villa miliknya pada Tuan Muda Lloyd dan membayarkan semua biaya pengobatan Ayah,” tambah
“Kenapa? Apa yang akan kau lakukan jika aku berani menyentuh istrimu? Kau tahu apa yang akan kulakukan wahai pecundang?” tanya Gerald dengan tatapan mata yang menyala-nyala menantang Nicko. “Aku tak perlu tahu apa yang akan kau lakukan pada Josephine, karena sebelum keinginanmu tercapai, maka aku akan mematahkan tanganmu!” balas Nicko kemudian menghempaskan tangan Gerald dengan kasar. Josephine yang ada di belakang Nikco pun memegang lengan sang suami erat, bersembunyi di balik punggung Nicko, yang jadi tempat ternyaman untuknya sekarang. “Kau kira kau siapa berani memerintahku!” seru Gerald. “Aku suami dari Josephine Windsor. Lelaki yang begitu mencintainya dan akan melindunginya sampai kapanpun!” balas Nicko sengaja membuat Gerald panas hati. “Kau sungguh kurang ajar Nicko!” seru Damian tiba-tiba. “Kau tak usah ikut campur Damian. Kehadiranmu ha
Semua mata tertuju pada dua orang lelaki berseragam yang berjalan mengikuti Catherine dan Chad. Suasana yang tadinya ramai karena semua merundung Nicko mendadak hening dengan kehadiran dua orang berseragam itu. “Mencariku?” tanya Nicko sambil mengarahkan telunjuk pada dirinya sendiri. “Ya, kedua polisi ini mencarimu,” jelas Catherine. Kedua petugas berseragam itu langsung menyodorkan surat perintah dan memberikannya pada Nicko. “Kami sudah membawa surat penahanan untuk Anda Tuan,” kata salah seorang petugas yang berkulit gelap. “Huh ternyata suami yang kau banggakan selama ini adalah seorang pelaku kriminal,” cibir Gerald yang masih berada di sana. Lelaki berambut pirang ini mendongak penuh kesombongan. Menghinakan sosok Nicko yang tampak kebingungan dengan penangkapan yang ada padanya. “Kenapa aku harus ikut kalian ke kanto
Gerald langsung membuka pintu kamar Josephine dan bersiap tampil bagaikana pahlawan. Nilai kesopanan yang selama ini selalu dibanggakan oleh orang-orang yang mengaku dirinya berkelas sudah tak ada pada Gerald. Lelaki muda ini dengan percaya diri mengatakan kalau sebenarnya dialah yang menjadi pendamping Josephine. “Apa yang kau lakukan? Apa kau tidak bisa mengetuk pintu lebih dulu?” tanya Cathy yang saat itu tengah mendampingi Josephine. “Kau yang seharusnya pergi! Dia ini calon istriku, hanya aku yang pantas untuk bersamanya!” ancam Gerald sambil mendekat ke arah Cathy. “Kau sudah gila!” amuk Catherine kemudian memberanikan diri menantang Gerald. Gerald yang tak suka kalah pun langsung mencengkeram lengan Catherine dan mulai menekannya dengan keras. Bugh! Gerald langsung mendapatkan pukulan di pipinya. Sejak tadi Chad ada di sana menemani Cathy d
Nicko cuma bisa berjalan mengitari selnya yang sempit. Ia tidak bisa tidur dan memikirkan bagaimana keadaan Josephine yang ditinggalnya sendiri di rumah. “Jo, bagaimana keadaanmu sekarang ini? Aku tahu kau pasti sedang gundah sekarang. Semoha Catherine dan kekasihnya yang baru bisa menjagamu dengan benar,” pikir Nicko. Penangkapan atas dirinya benar-benar aneh, apalagi dalam surat penangkapan jelas tertera nama Nicholas Lloyd. Yang menjadi pertanyaan untuknya bagaimana mungkin ada seseorang yang mengetahui tentang seorang Nicholas Lloyd. “Huh sial harus bagaimana ini, kasihan Jo dia pasti akan terus emnerus dirundung, dan lebih parahnya lagi lelaki itu pasti akan memanfaatkan situasi untuk mendekati Jo, dia sudah mengantongi restu dari keluarga Windsor,” gumam Nicko kemudian mengepakan tangan dan memukul tembok dingin di hadapannya. Sejenak ia menyesal karena telah menyembunyikan identitas di
Mata Jo masih terlihat bengkak sebab belum juga bisa tidur semalaman. Pikirannya masih teringat akan sang suami yang sekarang harus mendekam di dalam penjara. Catherine pun masuk ke kamar adiknya dengan tidak mengetuk pintu. Ia mendapati Jo tengah duduk sambil melirik ke arah jendela di samping. “Jo,” tegurnya. Perlahan Jo menoleh dan memeluk tubuh kakaknya dan kembali ia menangis. “Bersihkan dirimu dan sarapan dulu,” ajak Catherine ramah. Namun Jo menggeleng, ia sudah kehilangan semangat kali ini. “Aku tidak lapar Cathy,” kata Jo. “Sejak semalam kau hanya menangis. Aku tahu seperti apa perasaanmu sekarang. Tentunya kau sangat bersedih dan gundah mendapati suamimu ditangkap dan tidak pulang semalaman, tapi bagaimanapun juga kau harus menjaga kondisimu.” Jo kembali menggeleng. “In
Seorang petugas membuka pintu sel Nicko dan kembali memukul-mukul tongkat miliknya pada jeruji besi. Mau tak mau Nicko yang sedang berbaring di tempat tidurnya sambil membayangkan sang istri pun bangkit. “Hei kau! Cepat keluar!” seru petugas itu. Nicko hanya tersenyum. Kali ini ia merasa yakin kalau Russell terlah datang dan membebaskan dirinya. Dengan langkah yang penuh percaya diri, Nicko pun keluar mengikuti petugas yang baru saja membuka pintu untuknya. Namun sayang, apa yang terjadi di depan matanya itu adalah sesuatu yang tak disangka-sangka. Tangan Nicko diborgol dan ia akan dipaksa masuk ke dalam mobil tahanan yang tertutup seakan ia adalah seorang penjahat berbahaya. “Ada apa ini?” tanya Nicko yang dipaksa masuk ke dalam mobil tahanan bak tertutup. “Kami akan mengirimkanmu ke tempat lain! Seru petugas. Mobil itu serperti mobil box. Di bag