Pria paruh baya itu berjalan dengan tergopoh-gopoh menuju tempat Sara memarkir mobilnya. Pria ini didampingi oleh seorang asisten pribadinya, seorang lelaki yang usianya sedikit lebih muda.
Lobi sudah sepi, selang yang tadi digunakan untuk menyemprot Sara dan Nicko sudah dibereskan oleh petugas keamanan. Pemilik kantor hanya melihat ada bercak air pada pelataran meeka, dan ia tak peduli akan hal itu.
Nicko yang melihat Tuan Lynch pun melambai dari kejauhan, meminta pria itu datang untuk menemuinya.
“Tuan Nicko, ada apa sebenarnya?” tanya Tuan Lynch setelah mengetahui Nicko yang rambutnya tampak berantakan dan masih sedikit basah.
Direktur Lynch enterprise itu tahu, rambut Nicko yang basah bukan karena menggunaka pomade yang membuat rambutnya rapi dan berkilau. Nicko hanya tesenyum misterius menjawab pertanyaan Tuan Lynch.
“Hmm aku tak yakin kalau aku bisa memban
Bibir Tuan Lynch mendadak kaku mendengarkan apa yang diucapkan oleh Nicko dan Sara. Hal ini sungguh diluar dugaannya, ingin rasanya ia tak mempercayai apa yang didengarnya kali ini.Steve Leonard sudah lama bekerja dengannya, dan selama ini dia selalu menunjukkan perilaku dan ets kerja yang baik.“Steve menyuruh penjaga menyiram mereka? Ini rasanya sulit dipercaya. Steve bukan orang yang tak berpendidikan,” pikir Tuan Lynch.“Apa Anda yakin Nona Wu?” tanya Tuan Lynch.Sara hanya tersenyum sins dan menatap tajam ke arah pria paruh baya itu. Tak akan ia maafkan pemilik Lynch Enterprise ini tak mempercayai ucapannya.“Menurut Anda, apa kami memiliki keuntungan jika berbohong pada Anda? Anda juga bisa menanyakan kebenarannya pada penjaga keamanan atau melihat rekaman cctv di kantor Anda, tak mungkin kan perusahaan sebesar ini tak memiliki cctv?” ba
Nicko menghentakka melirik penjaga keamanan yang sekarang memegang kakinya dengan sinis. Dalam hati ia ingin tertawa dan memaki petugas itu,“Sudah kukatakan aku ini tamu pimpinan tertinggimu, tapi kau tak mendengarkanku,” kata Nicko dengan tegas.Petugas keamanan itu hanya terdiam dan menundukkan kepalanya.“Ma … maafkan saya Tuan, seharusnya saya tidak berbuat seperti tadi, saya benar-benar menyesal Tuan,” kata petugas ini dengan mata yang berkaca-kaca.“Kau memang pantas mendapatkan perlakuan seperti ini!” seru Tuan Lynch yang wajahnya merah padam.Pria berambut tipis ini sangat malu dengan apa yang dialami oleh tamunya. Ia yang mengundang Nicko kemari, dan berharap agar pemuda ini dapat membantunya menyelesaikan masalah yang dialaminya bersama sang istri. Namun ternyata orang yang telah ia nantikan diperlakukan layaknya pengemis di k
“Sekali lagi saya meminta maaf atas segala insiden yang terjadi pada Anda Tuan Nicko,” kata tuan Lynch saat mengajak Nicko untuk masuk ke dalam ruangannya.Nicko hanya mengangguk, kemudian duduk di sofa kelabu yang memang sudah disediakan. Ruangan kerja Tuan Lynch cukup luas, dan penataannya sederhana. Dominasi warna kelabu dan putih mencerminkan pribadi pemiliknya yang polos dan tak terlalu banyak menuntut.Pemuda berambut cokelat itu melihat ke sekelilingnya, menikmati betapa nyamannya ruangan Tuan Lynch. Sebenarnya mereka berdua memiliki pribadi yang hampir mirip. Keduanya sama-sama tidak banyak menuntut, penyabar, tapi jika sekali dibuat marah, maka akibatnya akan mencjadi bencana.“Ah sudahlah Tuan, siapa yang berbuat tidak baik pasti akan mendapatkan hasil yang kurang baik juga,” kata Nicko.“Kita bisa langsung ke pokok pembicaraan saja,” tambah Nicko.
Tuan Lynch menutup panggilan telepon dan kembali pada Nicko. Kemudian ia pun menghembuskan napas panjang dan mengusap wajahnya.“Maafkan saya Tuan Nicko, saya baru saja menerima telepon,” kata Tuan Lynch dengan sopan.Nicko mengangguk, ia sudah menduga apa yang terjadi. Sempat ia mendengar Tuan Lynch menyebut nama Tuan Brenan, sudah pasti pria itu memberikan pilhan yang sulit. Membuatnya harus memecat Steve jika ingin lanjut bekerja sama dengan Tuan Lloyd.“Apa ada masalah Tuan?” tanya Nicko berpura-pura tak mengerti.Merasa mendapatkan perhatian, pria paruh baya itu pun langsung menggunakan kesempatan ini untuk melobi Nicko yang memiliki kedekatan dengan Tuan Lloyd. Ia berada pada pilihan yang sulit kali ini. Sulit untuk memecat Steve, karena ia memiliki kemampuan yang baik, tapi menolak bekerja sama dengan Lloyd adalah suatu kebodohan dan petaka.“
Sementara itu di lobi. Sara langsung menepiskan tangan Steve yang tengah berusaha menarik laptopnya. Perempuan bertubuh ramping ini tahu betul kalau Steve tak akan membiarkan dirinya kalah begitu saja.Sepertinya Steve masih tak terima jika Sara sudah berhasil bangkit dan melupakan dirinya. Baginya setiap wanita yang ditinggalkan olehnya harus meratapi, dan menyesal karena mereka tak lagi bersama.Steve selalu merasa dirinya tampan, hebat dan kaya. Merupakan sosok ideal bagi setiap wanita dan impian orang tua untuk menjadikannya menantu. Namun ia tak pernah tahu kalau anggapan itu justru akan membawa petaka bagi dirinya sendiri.“Hei perempuan sok cantik! Aku bicara kepadamu!” seru Steve sambil mencoba merebut laptop yang ada di pangkuan Sara.Namun lagi-lagi Sara lebih cepat dibandingkan Steve. Ia langsung menutup laptopny, dan meletakkan di belakang tempatnya duduk. Segera perempuan ini
Sepeninggal Nicko, Tuan Lynch mennggebrak meja dengan kedua tangannya.“Sial, anak muda itu sombong sekali, hanya dimintai tolong seperti itu saja tidak mau. Apa dia sudah merasa menjadai bos?” gumamnya menggerutu.Tuan Lynch pun memperhatikan hadiah casing yang diberikan oleh Nicko. Ia membalik-balikkan benda itu kemudian melemparkannya ke lantai.“Huh siapa yag butuh benda seperti ini, aku bisa mencari tahu dengan cara yang lain!” serunya.Pria berambut tipis itu membanting tubuhnya duduk di kursi kebessaran. Kemudian kembali memeriksa proposal kontrak yang dikirimkan pada Tuan Besar Lloyd.Semua detail dipelajari oleh pria paruh baya ini, mulai dari latar belakang, sasaran, bahkan perhitungan pengembalian investasi. Ia mencoba mencari celah, apakah mungkin ada kesalahan dalam pembuatan proposal kerja sama tersebut, sehingga membuat Tuan Lloyd tidak puas
“Kau beruntung kali ini karena Tuan Lynch memanggilku, jika tidak aku akan membalas perbuatanmu kali ini!” seru Steve sambil memandang sinis ke arah Nicko.Perlawanan yang dilakukan oleh Nicko tak dapat diterimanya dengan mudah. Pemuda itu masih saja mengepalkan tangan dan hendak menghantam lelaki yang datang bersama mantan istrinya itu. Namun seperti yang baru saja dikatakan olehnya, lelaki yang tampak miskin itu memang beruntung kali ini. Perintah dari Tuan Lynch membuat Steve harus melupakan egonya untuk membalas apa yang dilakukan oleh Nicko padanya.Sesekali ia melirik ke arah pasangan yang ada di lobi dengan tatapan yang sinis. Dalam hati lelaki yang dianggap brilian ini mengungkapkan perasaan dendam dan berniat membalas di kemudian hari.Sara sendiri menyentuh bahu Nicko dan bermaksud menunjukkan perhatiannya pada pemuda itu.“Kau tidak apa-apa?” tanyanya
Kali ini Sara mengantarkan Nicko menuju Rumah Sakit. Ini adalah giliran Nicko untuk menjaga ayah mertuanya, Edmund. Operasi yang dilakukan untuk pria paruh baya itu memang berhasil, tapi ayah Josephine masih harus berada di rumah sakit karena harus menjalani perawatan insentif.Penampilan Sara yang elegan kala menemani Nicko tentu saja menyita perhatian keluarga Windsor. Saat itu Catherine dan juga Damian pun berada di sana, tentu saja mereka berdua tak ingin kehilangan peluang dengan memanfaatkan kehadiran Sara.Perempuan yang mirip dengan Josephine itu pun berdiri berkacak pinggang sambil melirik ke arah Nicko yang datang bersama dengan seorang wanita bertubuh ramping nan elegan. Ia menunjukkan senyum kemenangan dan tatapan yang mengejek.“Dengan siapa kau datang Nicko, katanya kau akan setia dengan adikku, nyatanya kau berani benar membawa perempuan lain kemari. Sungguh memalukan sekali kau, padahal kau tahu kan